Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH NEMATOLOGI TUMBUHAN

Aphelenchoides besseyi Christie NEMATODA PARASIT PADA


TANAMAN PADI (Oryza sativa L.)

Dosen :
Ir. Lilis Irmawatie, M.MPd.

Disusun Oleh :
Viska Annisa Fitriani
41035003200011

Konsentrasi Hama Penyakit Tumbuhan


Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian
Universitas Islam Nusantara
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt., karena dengan rahmatnya
dan karunianya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Adapun judul dari makalah ini adalah “Aphelenchoides besseyi Christie Nematoda
Parasit Pada Tanaman Padi (Oryza sativa L.)”. Makalah ini di susun untuk
memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Nematologi Tumbuhan yang di bina oleh
Ibu Ir. Lilis Irmawatie, M.MPd.
Dalam penyusunan karya tulis ini penulis merasa masih banyak kekurangan
baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat kemampuan yang dimiliki
penulis yang masih dalam proses belajar. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan
kemampuan penyusun, maka kritik dan saran yang membangun senantiasa
penyusun mengharapkan semoga makalah ini dapat berguna khususnya bagi
penyusun, dan umumnya bagi pihak lain yang berkepentingan.

Bandung, 08 Mei 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3. Tujuan ....................................................................................................... 3
1.4. Kegunaan .................................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 4
2.1. Tanaman Padi (Oryza sativa L.)............................................................... 4
2.1.1. Klasifikasi Tanaman Padi (Oryza sativa L.) ..................................... 5
2.1.2. Morfologi Tanaman Padi (Oryza sativa L.) ...................................... 5
2.2. Nematoda Aphelenchoides besseyi Christie ............................................. 9
2.2.1. Klasifikasi Nematoda Aphelenchoides besseyi Christie ................. 10
2.2.2. Morfologi Nematoda Aphelenchoides besseyi Christie .................. 11
2.2.3. Siklus Hidup Nematoda Aphelenchoides besseyi Christie .............. 12
2.2.4. Penyebaran Nematoda Aphelenchoides besseyi Christie ................ 12
2.2.5. Gejala Serangan Nematoda Aphelenchoides besseyi Christie ........ 14
2.2.6. Pengendalian Nematoda Aphelenchoides besseyi Christie ............. 15
BAB III KESIMPULAN ....................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 20

ii
DAFTAR GAMBAR

No. Judul Hal


1. Tanaman Padi (Oryza sativa L.).......................................................................... 5
2. Morfologi Tanaman Padi .................................................................................... 6
3. Morfologi Akar ................................................................................................... 6
4. Morfologi Batang ................................................................................................ 7
5. Morologi Daun .................................................................................................... 8
6. Morfologi Bunga ................................................................................................. 9
7. Morfologi Buah ................................................................................................... 9
8. Morfologi nematoda A. besseyi; (a) nematoda jantan; (b) nematoda ............... 11
9. Penyebaran A. besseyi di dunia ........................................................................ 13
10. Keberadaan A. besseyi di Indonesia ............................................................... 14
11. Gejala serangan A. besseyi pada tanaman padi, pucuk putih pada daun
(a, b, c, dan e), nekrotik pada daun (d), bercak coklat pada bulir (f),
bercak coklat pada beras (g) sun spot pada beras (h) ...................................... 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tumbuhan yang sangat mudah
ditemukan. Sebagian besar menjadikan padi sebagai sumber bahan makanan pokok.
Padi mempunyai nilai historis yang tinggi dan sejak lama menjadi makanan pokok
utama bagi Indonesia. Sumber karbohidrat di Indonesia tidak hanya padi tetapi
terdapat beberapa tanaman, seperti jagung, sagu, singkong, ketela rambat atau talas.
Namun, padi tetap menjadi yang populer dan banyak diminati masyarakat di
Indonesia. Program diversifikasi pangan sebagai upaya mengurangi konsumsi beras
telah disusun pada 1980 an. Padi diduga berasal dari India atau Indocina dan masuk
ke Indonesia dibawa oleh nenek moyang yang migrasi dari daratan Asia sekitar
1500 SM.
Tanaman padi mudah beradaptasi dengan iklim tempat pembudidayaannya.
Sehingga terjadilah perubahan sifat-sifat baik yang terlihat maupun yang tidak
secara perlahan-lahan. Dalam pertumbuhannya padi membutuhkan kesesuaian
lahan untuk tumbuh baik di iklim tropis dan subtropis dengan intensitas rata-rata
curah hujan 1500-2000 mm/tahun dengan ketinggian optimal mencapai 0 – 1500 m
dpl dan temperatur optimal mencapai 22 – 27°C. Dalam pertumbuhannya tanaman
padi sawah tumbuh optimal di tanah berlempung dan juga membutuhkan sinar
matahari yang cukup yang dipergunakan dalam proses penyerbukan dan
pembuahan dan dengan tanpa adanya naungan (Hasbimutsani, 2021)
Budidaya tanaman padi tidak akan terlepas dari ancaman serangan patogen.
Patogen tanaman seperti jamur, bakteri, virus, dan nematoda merupakan faktor
pembatas utama pada budidaya tanaman padi. Nematoda merupakan salah satu
jenis organisme pengganggu tumbuhan (OPT) penting yang menyerang berbagai
jenis tanaman utama di Indonesia dan negara-negara tropis lainnya. Kerusakan
tanaman oleh nematoda parasit di Indonesia kurang disadari oleh para petani
maupun petugas yang bekerja di bidang pertanian. Hal ini mungkin disebabkan oleh
gejala serangan nematoda yang sulit diamati secara visual karena

1
2

ukuran nematoda yang sangat kecil. Selain itu juga gejala serangan nematoda
berjalan sangat lambat dan tidak spesifik, mirip ataupun bercampur dengan gejala
kekurangan hara dan air, kerusakan akar dan pembuluh batang.
Serangan nematoda dapat mempengaruhi proses fotosintesis dan transpirasi
serta status hara tanaman. Akibatnya pertumbuhan tanaman terhambat, warna daun
kuning klorosis dan akhirnya tanaman mati. Selain itu serangan nematoda dapat
menyebabkan tanaman lebih mudah terserang patogen atau OPT lainnya seperti
jamur, bakteri, dan virus. Akibatnya serangan nematoda dapat menghambat
pertumbuhan tanaman, mengurangi produktivitas, dan kualitas produksi.
Nematoda parasit tanaman dapat menyebabkan kerusakan hampir mencapai
100 persen. Hal ini akan menyebabkan tanaman puso dan petani gagal panen.
Nematoda yang menyebabkan kerusakan pada tanaman hampir semuanya hidup
didalam tanah, baik yang hidup bebas didalam tanah, bagian luar akar dan batang,
bahkan ada beberapa parasit yang hidupnya bersifat menetap didalam akar dan
batang.
Nematoda Aphelenchoides besseyi merupakan salah satu nematoda yang
menyerang tanaman padi. Nematoda ini dapat menyebabkan penyakit pucuk putih
(white tip disease) dan tersebar luas di area pertanaman padi di seluruh dunia. A.
besseyi merupakan nematoda terbawa benih dan organisme pengganggu tanaman
karantina (OPTK) penting. Inang utama A. besseyi adalah tanaman padi, namun
nematoda ini juga dapat ditemukan pada tanaman lain seperti, strawberry, bawang
merah, bawang putih, jagung, kedelai, tebu dan berbagai jenis rumput (Franklin dan
Siddiqi 1972, dalam Lisnawita 2017) .

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana klasifikasi nematoda Aphelenchoides besseyi Christie?
2. Bagaimana morfologi nematoda Aphelenchoides besseyi Christie?
3. Bagaimana siklus hidup nematoda Aphelenchoides besseyi Christie?
4. Bagaimana penyebaran nematoda Aphelenchoides besseyi Christie?
5. Bagaimana gejala serangan nematoda Aphelenchoides besseyi Christie?
6. Bagaimana pengendalian nematoda Aphelenchoides besseyi Christie?
3

1.3.Tujuan
1. Untuk mengetahui klasifikasi nematoda Aphelenchoides besseyi Christie
2. Untuk mengetahui morfologi nematoda Aphelenchoides besseyi Christie
3. Untuk mengetahui siklus hidup nematoda Aphelenchoides besseyi Christie
4. Untuk mengetahui penyebaran nematoda Aphelenchoides besseyi Christie
5. Untuk mengetahui gejala serangan nematoda Aphelenchoides besseyi Christie
6. Untuk mengetahui pengendalian nematoda Aphelenchoides besseyi Christie

1.4. Kegunaan
Untuk memberikan informasi dan pengetahuan mengenai nematoda
Aphelenchoides besseyi Christie yang menyerang tanaman padi (Oryza sativa L.),
antara lain yaitu klasifikasi, morfologi, siklus hidup, penyebaran, gejala serangan,
dan pengendalian dari nematoda tersebut
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Tanaman Padi (Oryza sativa L.)


Tanaman padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman penghasil beras yang
merupakan sumber karbohidrat bagi sebagian penduduk dunia. Penduduk
Indonesia, hampir 95% mengonsumsi beras sebagai bahan pangan pokok, sehingga
pada setiap tahunnya permintaan akan kebutuhan beras semakin meningkat seiring
dengan bertambahnya jumlah penduduk. Padi merupakan tanaman pangan penting
yang menjadi makanan pokok lebih dari setengah penduduk dunia karena
mengandung nutrisi yang diperlukan tubuh.
Tanaman padi pada umumnya merupakan tanaman semusim dengan empat
fase pertumbuhan, yaitu fase vegetatif cepat, vegetatif lambat, reproduktif dan
pemasakan. Secara garis besar, tanaman padi terbagi kedalam dua bagian yaitu
bagian vegetatif dan bagian generatif, dimana bagian vegetatif terdiri dari akar,
batang, daun dan bagian generatif terdiri dari malai yang terdiri dari bulir-bulir,
daun dan bunga.
Tanaman padi termasuk kedalam tanaman air “waterplant”, sebagai tanaman
air bukan berarti tanaman padi itu hanya bisa tumbuh di atas tanah yang terus
menerus digenangi air, baik penggenangan itu terjadi secara alamiah sebagaimana
terjadi pada tanah rawa-rawa, maupun penggenangan itu disengaja sebagaimana
yang terjadi pada tanah-tanah sawah. Tanaman padi itu dapat tumbuh ditanah
daratan atau tanah kering asalkan curah hujan mencukupi kebutuhan tanaman akan
air.
Padi tumbuh baik di daerah “tropis” maupun “sub tropis”, ketersediaan air yang
mampu menggenangi lahan tempat penanaman sangat penting. Tanaman padi
cocok untuk dibudidayakan di daerah pantai sampai ketinggian 2400 meter diatas
permukaan laut, mulai dari posisi 53° lintang utara sampai 35 s.d. 40°lintang
selatan. Sebelum tahun 1965, padi diusahakan secara konvensional. Padi ditanam
di ladang atau sawah tadah hujan dengan pemeliharan yang sederhana.

4
5

Gambar 1. Tanaman Padi (Oryza sativa L.)


Sumber: tanamanbawangmerah.blogspot.com (diakses 6 April 2023)

2.1.1. Klasifikasi Tanaman Padi (Oryza sativa L.)


Tanaman padi (oryza sativa L.) adalah tanaman semusim yang sangat mudah
ditemukan terutama di daerah pedesaan. Tanaman padi merupakan tanaman yang
melakukan penyerbukan sendiri. Tanaman ini termasuk kedalam genus Oryza L.
menurut (Nurani, S., 2019) klasifikasi tanaman padi sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Poales,
Famili : Graminae
Genus : Oryza Linn
Spesies : Oryza sativa L.

2.1.2. Morfologi Tanaman Padi (Oryza sativa L.)


Tanaman padi termasuk ke dalam golongan rumput-rumputan, tanaman ini
terdiri atas akar, batang, dan daun. Sebelum menghasilkan buah tanaman ini akan
memasuki fase pertumbuhan vegetatif, yaitu pertumbuhan akar batang, dan daun.
Setelah fase tersebut, barulah padi menjalani pertumbuhan generatif yang dimulai
dari fase hamil (primordia bunga), fase penyerbukan buah, fase pengisian
buah/malai, dan terakhir fase pematangan buah (Elfianis, R., 2022). Morfologi
tanaman padi sebagai berikut:
6

Gambar 2. Morfologi Tanaman Padi


Sumber : http://cybex.pertanian.go.id/artikel/88166/morfologi-tanaman-padi/
(diakses pada 6 April 2023)

1) Akar
Tanaman padi termasuk kedalam golongan tanaman monokotil atau tanaman
berkeping satu. Salah satu ciri umum dari tanaman monokotil adalah tipe akarnya
serabut. Tanaman padi memiliki akar primer yang tumbuh saat benih padi
berkecambah. Setelah 5 – 6 hari, maka akan tumbuh akar-akar adventif dan serabut
akar. Tanaman padi juga memiliki akar tajuk (crown roots) yang tumbuh pada ruas
batang. terendah. Jika kadar oksigen dalam tanah rendah, maka akar tajuk akan
lebih berkembang di kedalaman yang dangkal atau di dekat permukaan tanah
(Elfianis, R., 2022).

Gambar 3 Morfologi Akar


Sumber: abi-maryam.blogspot.com (diakses pada 20 April 2023)
7

2) Batang
Batang tanaman padi memiliki ruas dan buku. Ruas paling pendek adalah yang
paling dekat dengan tanah, dimana semakin keatas ruas batang akan semakin
panjang dibanding ruas yang dibawahnya. Batang tanaman padi berbentuk tabung
(silinder) dan lunak. Batang tanaman padi akan mudah patah jika tidak dibantu oleh
pelepah daun yang membungkusnya (Elfianis, R., 2022).

Gambar 4 Morfologi Batang


Sumber: cahtani88.blogspot.com (diakses pada 20 April 2023)

3) Daun
Daun tanaman padi berbentuk pita dengan tulang daun yang sejajar, panjang
dan lebarnya akan berbeda-beda di setiap varietas. Daun tanaman padi terdiri dari
pelepah, helai daun, telinga daun, dan lidah daun. Pelepah daun merupakan bagian
daun yang membungkus dan menyelubungi ruas batang yang lembek yang
berfungsi untuk membantu tanaman agar tidak mudah roboh atau patah. Helaian
daun merupakan bagian daun yang panjang dan berwarna hijau. Lidah daun
merupakan bagian yang terletak diantara helai daun dengan pelepah daun. Lalu
terdapat telinga daun yang berfungsi untuk menghalangi air sehingga tidak masuk
ke celah antara batang dan pelepah daun. Dengan begitu, penyakit-penyakit yang
muncul akibat kelembaban tinggi atau kebusukan dapat dicegah. Setiap ruas
8

memiliki satu daun, dengan selang pertumbuhan daun satu dengan daun baru adalah
7 hari. Bagian daun yang paling atas yang terletak di ruas paling ujung disebut daun
bendera. Dari ruas inilah malai padi akan muncul. Daun bendera memiliki ukuran
yang lebih pendek dibandingkan daun yang berada dibawahnya (Elfianis, R., 2022).

Gambar 5 Morologi Daun


Sumber: infotanamanku.com (diakses pada 20 April 2023)

4) Bunga
Bunga tanaman padi termasuk kedalam bunga lengkap. Bunga ini terdiri dari
putik, benang sari, lemma, palea, bakal buah serta tangkai buah. Bunga ini muncul
dari ruas paling atas dan disebut sebagai malai. Bunga tanaman padi memiliki 6
serbuk sari dengan tangkai yang pendek serta tipis tetapi memiliki kepala sari yang
besar. sedangkan putiknya memiliki dua tangkai dan dua kepala putik. Lemma dan
palea akan tertutup jika bunga sudah mengalami proses penyerbukan. Didalamnya
lalu akan berkembang padi. Lemma dan palea inilah yang kemudian dikenal dengan
sekam, atau kulit padi. Saat baru muncul warnanya adalah hijau muda, seiring
kematangan padi warnanya berubah menjadi coklat (Elfianis, R., 2022).
9

Gambar 6 Morfologi Bunga


Sumber: www.researchgate.net (diakses pada 20 April 2023)

5) Buah
Buah padi berkembang didalam lemma dan palea. Butir padi ini jika sudah
diolah dan dipisahkan dari sekamnya (lemma dan palea) maka dikenal dengan
sebutan beras. Warnanya putih, ada juga yang agak bening, ukurannya pun berbeda-
beda setiap varietasnya (Elfianis, R., 2022)

Gambar 7 Morfologi Buah


Sumber: athallahemeraldozajuli (diakses pada 20 April 2023)

2.2. Nematoda Aphelenchoides besseyi Christie


Aphelenchoides besseyi merupakan nematoda penting pada komoditas padi.
Infeksi dari A.besseyi menyebabkan penyakit pucuk putih (white tip). Nematoda ini
menginfeksi bagian tajuk tanaman sehingga sering disebut sebagai foliar nematode.
Nematoda A. besseyi juga merupakan nematoda terbawa benih yang dapat bertahan
pada benih dalam kondisi anhidrobiosis selama penyimpanan di gudang.
(Kurniawati & Supramana dalam Sembiring, A dkk., 2019).
Nematoda ini bersifat ektoparasit berpindah dan dapat bertahan dalam benih
padi pada kondisi anhidrobiosis. Penyakit pucuk putih ini bersifat tular benih.
10

Nematoda ini masuk ke dalam bunga padi, bertahan di bawah seed glumes sebagai
nematoda dewasa atau juvenil stadium empat, dan mengganggu perkembangan
tanaman inangnya. Akibatnya daun-daun yang terserang mengalami perubahan
bentuk dan batang menjadi kerdil. Ujung daun kehilangan klorofil sehingga
penyakitnya disebut dengan pucuk putih.
Nematoda ini merupakan patogen terbawa benih sehingga dapat menjadi
sumber inokulum dan introduksi patogen pada fase awal tanaman. Nematoda ini
masuk ke dalam floem dan menyebabkan nekrosis. Benih yang terinfeksi A. besseyi
terlihat ada warna hitam pada permukaannya, namun terkadang benih tidak
bergejala atau dapat diakibatkan oleh patogen yang berbeda (Diana, D. Supramana,
dkk., 2018).
Salah satu faktor yang memengaruhi populasi A. besseyi ialah kondisi dan lama
penyimpanan benih. Kondisi penyimpanan benih padi umumnya sangat sesuai
untuk bertahannya A. besseyi pada benih. Nematoda A. besseyi memiliki
kemampuan bertahan pada suhu rendah dan populasi nematoda dapat mengalami
penurunan selama masa penyimpanan (Rahman, R. Munif, A & Kurniawati, F.,
2018).

2.2.1. Klasifikasi Nematoda Aphelenchoides besseyi Christie


Menurut (Cabi, 2021), klasifikasi nematoda Aphelenchoides besseyi Christie
adalah sebagai berikut:
Domain : Eukaryota
Kingdom : Metazoa
Phylum : Nematoda
Class : Secernentea
Order : Aphelenchida
Family : Aphelenchoididae
Genus : Aphelenchoides
Species : Aphelenchoides besseyi Christie
11

2.2.2. Morfologi Nematoda Aphelenchoides besseyi Christie


Karakter morfologi dari nematoda A. besseyi memiliki tubuh berbentuk silinder
memanjang (vermiform), anulasi halus, dan bibir set off (Gambar 9 a,b,d).
Nematoda betina memiliki ukuran tubuh lebih panjang dibandingkan dengan
jantan. Nematoda betina akan membentuk posisi lurus atau sedikit melengkung
pada posisi istirahat (Gambar 9b). Nematoda ini memiliki stilet berbentuk seperti
tombak dengan basal knob yang kecil (Gambar 9c) dan terdapat median bulbus
yang berukuran besar serta berbentuk oval (Gambar 9d). Tubuh nematoda jantan
pada bagian posterior melengkung hingga 180º dengan spikula yang seperti duri
(Thorne shaped spicule) dengan ekor berbentuk conoid dengan 2-4 mucro
(tonjolan) (Gambar 4e). Nematoda betina memiliki vulva dengan tipe didelfik yang
terletak pada 60-75% panjang tubuhnya (Gambar 9f) (Sembiring, A dkk. 2019).

Gambar 8 Morfologi nematoda A. besseyi; (a) nematoda jantan; (b) nematoda


betina; (c) anterior nematoda; (d) metakorpus; (e) spikula; (f) vulva
Sumber : Jurnal AGROVIGOR (diakses 6 April 2023)
12

2.2.3. Siklus Hidup Nematoda Aphelenchoides besseyi Christie


Benih padi yang terinfeksi menjadi sumber inokulum. A. besseyi bereproduksi
secara partenogenesis. Suhu optimum untuk berkembang biak adalah 21 - 25°C,
siklus hidup berlangsung sekitar 10 hari pada suhu 21°C dan 8 hari pada suhu 23°C,
dengan beberapa generasi dalam satu musim tanam. Lebih dari 14 nematoda yang
umumnya pra dewasa ditemukan pada satu benih padi, dan tetap berada di dalam
palea (Lisnawita, 2017).
Ketika benih padi tersebut disemai A. besseyi akan aktif kembali karena adanya
air, bergerak menuju titik tumbuh (daerah meristematik) dan sejalan dengan
pertumbuhan tanaman akan mencapai ujung daun sehingga menyebabkan gejala
pucuk putih. Ketika padi masuk pada fase generatif dan menghasilkan malai,
nematoda ini bergerak menuju malai, tumbuh dan berkembangbiak, dan kembali
masuk fase bertahan dalam kondisi anhidrobiosis pada saat panen.
A. besseyi dapat bertahan dalam kondisi kering dan bertahan hidup selama 2 –
3 tahun pada biji-bijian kering, tetapi mati dalam 4 bulan pada biji-bijian yang
tersisa di lapangan. Nematoda tidak dapat bertahan hidup dalam waktu lama di
dalam tanah. Aktivitas A. besseyi rata-rata pada kisaran kelembaban 70%, di dalam
bulir yang matang dengan kadar air sekitar 40% pergerakan nematoda A. besseyi
sangat lambat, kadar air sekitar 35% nematoda menjadi dormansi, sedangkan pada
kadar air sekitar 27% nematoda A.besseyi megalami dehidrasi dan kematian
(Lisnawita, 2017).

2.2.4. Penyebaran Nematoda Aphelenchoides besseyi Christie


Aphelenchoides besseyi mempunyai sebaran yang sangat luas, dan terdapat
pada hampir semua area pertanaman padi di dunia. Nematoda ini pertama kali
ditemukan di Jepang pada tahun 1915, sedangkan di Amerika Serikat pertama kali
ditemukan di Amerika Serikat bagian selatan pada tahun 1935, tetapi pada saat itu
gejala yang tampak diduga karena kekurangan nutrisi ( Ou dalam Lisnawati, 2018).
A.besseyi diketahui juga tersebar di beberapa negara produsen padi di Asia, yaitu
Cina, India, Bangladesh, Filipina, Jepang, dan Indonesia. Namun, di Indonesia
sendiri penyebaran A. besseyi masih terbatas di beberapa wilayah saja, yakni
Sumatra, Jawa, dan Kalimantan Selatan, sehingga status dari patogen ini merupakan
13

sebelumnya organisme pengganggu tumbuhan karantina OPTK A2 menjadi OPT


penting (Diana, 2018). Di bawah ini adalah negara-negara dimana A. besseyi
dilaporkan telah terdeteksi keberadaannya di dunia (Tabel 1 dan Gambar 10).
Selanjutnya Gambar 2 merupakan keberadaan A. besseyi di Indonesia.

Tabel 1 Negara-negara yang dilaporkan merupakan daerah sebar A. besseyi

Benua Negara
Asia Afganistan, Azerbaijan, Banglades, Kambodja, Cina, India,
Indonesia, Iran, Israel, Jepang, Republik Korea, Laos, Myanmar,
Nepal, Pakistan, Filipina, Sri Lanka, Taiwan, Tajikistan,
Thailand, Uzbekistan, dan Vietnam
Afrika Benin, Burkina Faso, Burundi, Kamerun, Republik Afrika
Tengah, Chad, Comoro, Côte d'Ivoire, Mesir, Gabon, Gambia,
Gana, Kenya, Madagaskar, Malawi, Mali, Nigeria, Senegal,
Sierra Leone, Afrika Tengah, Tanzania, Togo, Uganda, Zaire,
Zambia, dan Zimbabwe
Amerika Meksiko, Amerika Serikat (Arizona, California, Florida, Hawaii,
Louisiana, Texas), Cuba, Republik Dominican, El Salvador,
Guadeloupe, Panama, Argentina, Brazil, dan Ekuador
Australia Queensland, Northern Territory, dan Fiji
Sumber : Cabi (diakses 7 April 2023)

Gambar 9 Penyebaran A. besseyi di dunia


Sumber: CABI EPPO (2000) (diakses 7 April 2023)
14

Gambar 10 Keberadaan A. besseyi di Indonesia


Sumber: CABI EPPO (2000) (diakses 7 April 2023)

Sejak awal abad ke-20, A. besseyi telah dilaporkan menyebabkan


kehilangan hasil yang serius pada pertanaman padi di Jepang dan sebagian
Amerika Serikat. Nematoda A. besseyi dapat menurunkan produksi padi sebesar
17–54% pada tanaman rentan dan 0–24% pada tanaman. Setiap ditemukan
6000 nematoda per 1 g benih dapat mengakibatkan kehilangan hasil. Kehilangan
hasil mencapai 14.5–46.7% di Jepang, 40–50% di Amerika Serikat, 29–46% di
Taiwan, 41–71% di Rusia, dan 20–60% di India (Rahman, R. M., Munif, A., &
Kurniawati, F. dalam Amin, 2018).

2.2.5. Gejala Serangan Nematoda Aphelenchoides besseyi Christie


Padi yang terinfeksi oleh A. besseyi menunjukkan gejala yang berbeda pada
lingkungan dan kultivar yang berbeda. Serangan nematoda A. besseyi pada awalnya
menyebabkan ujung daun padi berwarna kuning pucat kemudian menjadi putih
(white tip) sekitar 2-5 cm (Gambar 12a, b, c, dan e). Pada gejala lanjut akan
menimbulkan nekrotik pada daun (Gambar 12d), berkerut, dan daun menggulung.
Nematoda ini juga dapat menyebabkan daun bendera akan menutup malai yang
kemudian dapat mengakibatkan bulir padi menjadi lebih kecil dari bulir padi yang
normal. Selain menyerang daun, nematoda ini juga dapat menginfeksi bulir padi
sehingga akan terjadi bercak coklat pada bulir (Gambar 12f dan g) dan sun spot
pada beras (Gambar 12h) (Lisnawita, 2017).
15

Gambar 11 Gejala serangan A. besseyi pada tanaman padi, pucuk putih pada daun
(a, b, c, dan e), nekrotik pada daun (d), bercak coklat pada bulir (f), bercak coklat
pada beras (g) sun spot pada beras (h)
Sumber : Simposium Nasional Fitopatologi 2 (diakses pada 9 april 2023)

2.2.6. Pengendalian Nematoda Aphelenchoides besseyi Christie


Pengendalian nematoda A. besseyi perlu dilakukan untuk mencegah
penyebaran yang lebih luas. Pengendalian nematoda dapat dilakukan dengan
perlakuan kimia menggunakan nematisida. Akan tatapi pengendalian yang paling
efektif dan aman bagi lingkungan adalah dengan merendam benih dalam air panas.
Perendaman benih dalam air yang diikuti dengan perlakuan air panas dengan suhu
52°C selama 15 menit dan fumigasi efektif mengendalikan nematoda pucuk putih
(Syarifah, S., Supramana, S., & Triwidodo, H. 2020).
Benih padi sebelumnya direndam terlebih dahulu dalam air dingin selama 18-
24 jam, kemudian direndam dalam air panas pada suhu 51-53°C selama 15 menit.
Kemudian benih harus dikeringkan pada suhu 30-35°C atau dijemur di terik
matahari apabila untuk disimpan atau dapat ditebar secara langsung. Untuk tujuan
karantina tumbuhan di Internasional Rice Research Institute benih direndam di
dalam air dingin selama 3 jam dan selanjutnya ke dalam air panas pada suhu 52 –
57°C selama 15 menit. Perendaman dengan air dingin dimaksudkan untuk
16

mengaktifkan nematoda yang dorman di dalam benih padi, sedangkan perendaman


dengan air panas dimaksudkan untuk mematikan nematoda.
Alternatif pengendalian lainnya yang dapat dilakukan ialah dengan
biopestisida. Teh guano merupakan salah satu biopestisida yang ber-asal dari
kotoran burung laut atau kelelawar pemakan serangga. Selain mengandung unsur
makro dan mikro, guano juga mengandung mikroorganisme yang bermanfaat
seperti bakteri penghasil enzim kitinase. Bakteri ini dapat mendegradasi kitin
yang terdapat pada eksoskeleton serangga yang berfungsi melindungi tubuh
serangga (Syarifah, S., Supramana, S., & Triwidodo, H. 2020).
Nematoda A. besseyi di Jepang dan Amerika Serikat telah berhasil
dikendalikan terutama dengan varietas tahan dan toleran serta pendekatan kultur
teknis. Pergiliran tanaman dan pembibitan terendam (irrigating seedbeds) adalah
beberapa cara budidaya yang paling mungkin dikaji dan diterapkan untuk
pengendalian A. besseyi di Indonesia.
BAB III
KESIMPULAN

Aphelenchoides besseyi merupakan nematoda penting pada komoditas padi.


Infeksi dari A. besseyi menyebabkan penyakit pucuk putih (white tip). Nematoda
ini menginfeksi bagian tajuk tanaman sehingga sering disebut sebagai foliar
nematode. Nematoda A. besseyi juga merupakan nematoda terbawa benih yang
dapat bertahan pada benih dalam kondisi anhidrobiosis selama penyimpanan di
gudang.
A. besseyi bereproduksi secara partenogenesis. Suhu optimum untuk
berkembang biak adalah 21 - 25°C, siklus hidup berlangsung sekitar 10 hari pada
suhu 21°C dan 8 hari pada suhu 23°C, dengan beberapa generasi dalam satu musim
tanam. A. besseyi dapat bertahan dalam kondisi kering dan bertahan hidup selama
2 – 3 tahun pada biji-bijian kering, tetapi mati dalam 4 bulan pada biji-bijian yang
tersisa di lapangan. Nematoda tidak dapat bertahan hidup dalam waktu lama di
dalam tanah.
Serangan nematoda A. besseyi pada awalnya menyebabkan ujung daun padi
berwarna kuning pucat kemudian menjadi putih (white tip) sekitar 2-5 cm. Pada
gejala lanjut akan menimbulkan nekrotik pada daun, berkerut, dan daun
menggulung. Selain menyerang daun, nematoda ini juga dapat menginfeksi bulir
padi sehingga akan terjadi bercak coklat pada bulir dan sun spot pada beras.
Pengendalian nematoda A. besseyi perlu dilakukan untuk mencegah
penyebaran yang lebih luas. Pengendalian dapat dilakukan dengan merendam
benih dalam air yang diikuti dengan perlakuan air panas dengan suhu 52 °C selama
15 menit dan fumigasi efektif mengendalikan nematoda pucuk putih. Alternatif
pengendalian lainnya yang dapat dilakukan ialah dengan menggunakan
biopestisida, yaitu teh guano.

19
DAFTAR PUSTAKA

Cabi. 2021. Aphelenchoides besseyi (rice leaf nematode).


https://www.cabidigitallibrary.org/doi/10.1079/cabicompendium.6378.
Diakses pada 30 Maret 2023.

Diana, D. Supramana, dkk., 2018. Distribusi Nematoda Pucuk Putih Padi


Aphelenchoides besseyi di Pulau Jawa. Jurnal Fitopatologi Indonesia,
Volume 14, Nomor 4, Halaman 129–137. Link:
https://journal.ipb.ac.id/index.php/jfiti/article/view/18622. Diakses pada
10 April 2023.

Elfianis, R. 2022. Klasifikasi Dan Morfologi Tanaman Padi.


https://agrotek.id/klasifikasi-dan-morfologi-tanaman-padi/. Diakses pada 6
April 2023.

Hasbimutsani, 2021. Budidaya Padi Sawah (Oryza sativa.L) Serta Panduan Teknis
Intensifikasi Lahan. https://tanipe dia.co.id/budidaya-padi-sawah-oryza-
sativa-l-serta-panduan-teknis-intensifikasi-lahan/ Diakses pada 12 April
2023.

Lisnawita, 2017. Nematoda Aphelencoides besseyi: Status, Potensi Kerusakan, dan


Strategi Pengendalian. Simposium Nasional Fitopatologi.
https://www.researchgate.net/publication/329276011_Nematoda_Aphelen
coides_besseyi_Status_Potensi_Kerusakan_dan_Strategi_Pengendalian.
Diakses pada 9 April 2023.

Nurani, S. 2019. Morfologi Tanaman Padi.


http://cybex.pertanian.go.id/artikel/88166/morfologi-tanaman-padi/
diakses pada 30 Maret 2023.

Rahman, R. M., Munif, A., & Kurniawati, F. 2018. Deteksi dan Identifikasi
Nematoda Aphelenchoides besseyi dari Benih Padi. Jurnal Fitopatologi
Indonesia. Volume 14, Nomor 2, Halaman 39–46. Link:
https://journal.ipb.ac.id/index.php/jfiti/article/view/23330/15239. Diakses
pada 9 April 2023.

Sembiring, A dkk. 2019. .Karakterisasi Internal Transcribed Spacer (ITS) rDNA


Nematoda Pucuk Putih(Aphelenchoides besseyi Christie).
https://www.academia.edu/95806454/Karakterisasi_Internal_Transcribed_
Spacer_ITS_rDNA_Nematoda_Pucuk_Putih_Aphelenchoides_besseyi_Ch
ristie_. Diakses pada 6 April 2023.

20
21

Syarifah, S., Supramana, S., & Triwidodo, H. 2020. Keefektifan Perlakuan Air
Panas dan Teh Guano terhadap Nematoda Aphelenchoides besseyi pada
Benih dan Pengaruhnya terhadap Bibit Padi. Jurnal Fitopatologi Indonesia.
Volume 16, Nomor 5 halaman 216-226. Link:
https://journal.ipb.ac.id/index.php/jfiti/article/view/26979/25192. Diakses
pada 9 April 2023.

Anda mungkin juga menyukai