Anda di halaman 1dari 11

SIKLUS HIDUP NEMATODA, TREMATODA DAN

CESTOIDEA
“Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Seminar Pleno Blok Biomedik Dasar 4”

KELOMPOK 13 :

Maitri Putri Noer Haifa 4111151125


Y. Bagas Vidian Anggara 4111151177
Berliana Noprianti Siregar 4111171060
Ardhya Maulina 4111171067
Azky Nur Fathullah 4111171089
Tri Wahyuni 4111171095
Desi Veronika Pardosi 4111171107
Fine Nur Ferdianti 4111171142
Sri Putri Yulisvi 4111171144
Rivaldi Adhyaksa 4111171161
Magfiroh Maulani 4111171165
Adilla Afra 4111171167
Dandi Feri Gunawan 4111171168
Afrilia Roro Ayu K. 4111171172
Asep Sunanda 4111171174

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN UMUM


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI
AGUSTUS 2018
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan
limpahan rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan sebuah makalah yang berjudul “Siklus
Hidup Nematoda, Trematoda dan Cestoidea”. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya. Penulisan makalah ini bertujuan untuk
memenuhi salah satu tugas Seminar Pleno Blok Biomedik Dasar 4.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan


kelemahannya, baik dalam isi maupun sistematikanya. Oleh sebab itu, Kami sangat
mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya untuk kedepanya dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar lebih baik lagi.

Cimahi, Agustus 2018

Penyusun Kelompok 13

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................... i


DAFTAR ISI ...........................................................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................. 3
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penulisan ......................................................................................................... 3
BAB II. ISI ............................................................................................................................................ 4
2.1 Nematoda ................................................................................................................... 4
2.1.1 Nematoda Usus .............................................................................................. 4
2.1.1.1 Ascaris lumbricoides .......................................................................... 4
2.1.1.2 Necator Americanus .......................................................................... 4
2.1.1.3 Trichuris trichiura .............................................................................. 5
2.1.1.4 Enterobius vermicularis ..................................................................... 6
2.1.2 Nematoda Darah dan Jaringan ....................................................................... 7
2.1.2.1 Filaria ................................................................................................. 7
2.2 Trematoda ................................................................................................................... 7
2.2.1 Trematoda Hati .............................................................................................. 7
2.2.2.1 Fasciola hepatica ............................................................................... 7
2.2.2 Trematoda Darah ........................................................................................... 8
2.2.2.1 Schistosoma....................................................................................... 8
2.3 Cestoidea..................................................................................................................... 8
2.3.1 Taenia ............................................................................................................. 8
BAB III. KESIMPULAN .......................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................. 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Helmintologi adalah ilmu yang mempelajari parasit yang berupa cacing. Berdasarkan
taksonomi, helmint dibagi menjadi dua macam, yaitu nemathelminthes (cacing gilik)dan
platyhelminthes (cacing pipih). Stadium dewasa cacing-cacing yang termasuk
nemathelminthes (kelas nematoda) berbentuk bulat memanjang dan pada potongan
transversal tampak rongga dan alat-alat. Cacing ini memiliki alat kelamin yang terpisah.
Stadium dewasa cacing platyhelminthes (kelas trematoda dan cestoidea) memiliki badan
pipih, tidak memiliki rongga badan dan biasanya bersifat hermafrodit.
Kebanyakan cacing memerlukan suhu dan kelembaban udara tertentu untuk hidup dan
berkembang biak. Sebagian cacing memerlukan vertebrata atau invertebrata tertentu
sebagai host, misalnya ikan, crustacea serangga, siput, dalam siklus hidupnya. Di daerah
tropis, host-host ini juga banyak berhubungan dengan manusia, karena tidak adanya
pengendalian dari masyarakat setempat.
Kebiasaan penggunaan feses manusia sebagai pupuk tanaman menyebabkan semakin
luasnya pengotoran tanah, persediaan air rumah tangga dan makanan tertentu, misalnya
sayuran, akan meningkatkan jumlah penderita helminthiasis.
Kelainan patologis karena infeksi cacing bisa bervariasi, tergantung pada jenis
cacingnya. Misalnya, Ancylostoma duodenale, mengisap darah setelah melukai usus halus
(intestinum) dengan “giginya”. Taenia saginata, menyerap makanan dari usus halus
sedangkan Toxocara canis, penyebab penyakit cacing pada anjing, di dalam tubuh manusia
hanya terdapat dalam bentuk larvanya, yang bermigrasi bersama aliran darah masuk ke
berbagai organ tubuh, seperti liver, paru-paru, dan otak. Trichinella spiralis “bersarang”
dalam bentuk kista di dalam otot. Dracunculus medinensis menyerang jaringan ikat dan
jaringan subcutis. Wuchereria bancroftiyang hidup di dalam pembuluh lympha,
menimbulkan peradangan yang akut maupun kronis yang bisa diikuti dengan tersumbatnya
saluran lympha. Telur Schistosoma haematobium yang bertumpuk pada dinding kandung
kencing (vesica urinaria) menimbulkan ulcerasi dan perdarahan. Selanjutnya, iritasi
(rangsangan) mekanis atau kimiawi dari telur cacing yang dapat merangsang terjadinya
hyperplasia atau metaplasia yang dapat menimbulkan carcinoma. Berat-ringannya serta
jenis perubahan patologis akibat suatu infeksi parasite dapat diketahui dengan cara
mempelajari mengenai kehidupan organisme parasite tersebut, salah satunya yakni dengan
mempelajari mengenai siklus hidupnya. Oleh karena itu, berdasar pada uraian diatas, kami
ingin membahas mengenai siklus hidup helminthes yang mencakup kelas cestoda,
trematode, serta nematode sehingga dengan begitu dapat dilakukan pengendalian serta
pencegahan terhadap kemungkinan infeksi parasit dari salah satu kelas tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana siklus hidup Klas Nematoda?
2. Bagaimana siklus hidup Klas Trematoda?
3. Bagaimana siklus hidup Klas Cestoidea?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk memahami siklus hidup Klas Nematoda.
2. Untuk memahami siklus hidup Klas Trematoda.
3. Untuk memahami siklus hidup Klas Cestoidea.

3
BAB II
ISI
2.1 Nematoda
2.1.1 Nematoda Usus
2.1.1.1 Ascaris lumbricoides
Pada tinja penderita askariasis yang membuang air tidak pada tempatnya dapat
mengandung telur askariasis yang telah dibuahi. Telur ini akan matang dan menjadi bentuk
yang infektif dalam waktu 21 hari dalam lingkungan yang sesuai. Bentuk infektif ini, jika
tertelan oleh manusia menetas di usus halus. Larvanya menembus dinding usus halus
menuju pembuluh darah atau saluran limfe, kemudian dialirkan ke jantung.
Dari jantung kemudian dialirkan menuju ke paru-paru (Widodo, 2013). Larva di paru-
paru menembus dinding pembuluh darah, lalu dinding alveolus, masuk rongga alveolus
kemudian naik ke trakea melalui bronkiolus dan bronkus. dari trakea larva ini menuju
faring, sehingga menimbulkan rangsangan pada faring. Penderita batuk karena rangsangan
ini dan larva akan tertelan ke dalam oesofagus, lalu menuju ke usus halus. Di usus halus
larva berubah menjadi cacing dewasa. Sejak 7 telur matang tertelan sampai cacing dewasa
berteur dibutuhkan waktu kurang lebih 2 bulan (Gandahusada et al., 2000; CDC, 2015).

2.1.1.2 Necator Americanus


Telur dikeluarkan dalam tinja. Dalam kondisi yang menguntungkan (kelembaban
dan kehangatan), larva menetas dalam 1 sampai 2 hari. Larva rhabditiform ini tumbuh
dalam tinja atau tanah. Setelah 5 sampai 10 hari (mengalami dua kali molting) menjadi
filariform larva yang infektif. Infektif larva dapat bertahan 3 sampai 4 minggu dalam
kondisi lingkungan yang menguntungkan. Pada kontak dengan inang manusia, larva
menembus kulit dan dibawa melalui pembuluh darah ke jantung dan kemudian ke paru-
paru. Mereka menembus ke dalam alveoli paru, naik cabang bronkial menuju faring, dan
tertelan. Larva mencapai usus halus, tinggal dan tumbuh menjadi dewasa. Cacing dewasa

4
hidup di lumen usus halus, menempel pada dinding usus. Migrasi melalui darah dan paru-
paru berlangsung selama satu minggu, sedangkan siklus dari larva menjadi dewasa
berlangsung 7–8 minggu.

2.1.1.3 Trichuris trichiura


Telur yang dibuahi dikeluarkan dari hopes bersama tinja. Telur tersebut menjadi
matang dalam waktu 3 sampai 6 minggu dalam lingkungan yang sesuai, yaitu pada tanah
yang lembab dan teduh. Telur matang ialah telur yang berisi larva dan merupakan bentuk
infektif. Cara infeksi langsung bila secara kebetulan menelan telur matang. Larva keluar
melalui dinding telur dan masuk ke dalam usus halus. Cacing ini memasukkan kepalanya
ke dalam mukosa usus, hingga terjadi trauma yang menimbulkan iritasi dan peradangan
mukosa usus. Sesudah menjadi dewasa cacing turun ke usus bagian distal dan masuk ke
daerah kolon, terutama sekum. Masa pertumbuhan mulai dari telur tertelan sampai caing
dewasa betina bertelur kurang lebih 30-90 hari.

5
2.1.1.4 Enterobius vermicularis
Siklus hidup dimulai dengan keluarnya cacing betina yang gravid bermigrasi kedaerah
perianal /anus pada waktu malam hari kemudian bertelur dengan cara kotraksi uterus dan
melekat pada daerah tersebut (migrasi ini disebut “ Nocturnal migration”). Telur tersebut
bisa menjadi larva infektif terutama pada suhu 23º – 46 º C. (Soejoto dkk, 1996). Telur
cacing kremi dalam waktu 6 jam setelah dikeluarkan akan menjadi telur yang infektif dapat
menetas menjadi larva dan masuk kembali kedalam usus besar (retrofeksi). Telur cacing
yang infektif dapat bertahan lama, dapat mengkontaminasi lewat makanan, pakaian, tangan
karena telur Enterobius vermicularis yang infektif dapat diterbangkan bersama debu
kemana-mana. Telur yang masuk ke mulut, di dalam duodenum akan menetas menjadi
larva kemudian dewasa di usus besar.
Infeksi cacing kremi terjadi bila menelan telur matang atau bila larva dari telur yang
menetas di daerah perianal berimigrasi kembali ke usus besar. Bila telur matang yang
tertelan, telur menetas di duodenum dan larva rabditiform berubah dua kali setelah menjadi
dewasa di yeyunum dan bagian atas ileum. Waktu yang diperlukan untuk daur hidupnya,
mulai dari tertelannya telur matang sampai menjadi cacing dewasa gravid yang berimigrasi
ke daerah perianal berlangsung 2 minggu sampai 2 bulan.

6
2.1.2 Nematoda Darah dan Jaringan
2.1.2.1 Filaria
Spesies filaria yang paling sering menginfeksi manusia adalah Wuchereria
bancrofti, Brugia malayi, Brugia timori (di Indonesia). Wuchereria bancrofti membutuhkan
manusia (hospes definitif ) dan nyamuk (hospes perantara). Nyamuk terinfeksi dengan
menelan mikrofilaria yang terisap bersama-sama dengan darah. Di dalam lambung
nyamuk, mikrofilaria melepaskan sarungnya dan berkembang menjadi larva. stadium 1(L-
1), larva stadium 2 (L–2), dan larva stadium 3 (L– 3) dalam otot toraks dan kepala. .

2.2 Trematoda
2.2.1 Trematoda Hati
2.2.2.1 Fasciola hepatica
Siklus hidup Fasciola hepatica dimulai saat telur yang belum berembrio keluar
bersama feses. Ketika lingkungan mendukung perkembangan embrio, maka embrio akan
berkembang. Larva mirasidium keluar dan menginfeksi siput sebagai hospes intermediet.
Di dalam tubuh siput, larva berkembang menjadi sporokista, lalu menjadi redia, dan
terakhir menjadi serkaria. Serkaria keluar dari tubuh siput dan membentuk metasarkaria
pada tumbuhan air. Tumbuhan air dimakan oleh manusia yang hospes definitif. Dalam
hospes definitive, metasarkaria menetas dalam usus halus dan bermigrasi dalam ruang
peritoneum hingga menembus hati. Larva masuk ke saluran empedu dan menjadi dewasa.
Baik larva maupun cacing dewasa hidup dari jaringan parenkim hati dan lapisan sel epitel
saluran empedu.

7
2.2.2 Trematoda Darah
2.2.2.1 Schistosoma
Siklus hidup Schistosoma sp. dimulai dengan telur yang berasal dari hospes
definitive keluar bersama feses. Telur akan menetas menjadi mirasidium dan menginfeksi
siput. Di dalam siput, mirasidium akan berkembang menjadi sporokista I dan sporokista II
kemudian menghasilkan serkaria yang banyak. Serkaria adalah bentuk infektif cacing
Schistosoma. Manusia terinfeksi dengan cara serkaria menembus kulit padaa saat manusia
masuk ke dalam air yang mengandung sarkaria. Setelah sarkaria menembus kulit,
kemudian masuk ke kapiler darah, mengalir dalam aliran darah menuju jantung kanan,
paru-paru, dan kembali ke jantung kiri. Serkaria masuk masuk ke sistem peredaran darah
besar, menuju vena porta hepatica, dan menjadi dewasa di hati. Setelah dewasa, cacing ini
kembali kembali ke vena porta dan vena usus atau vena kendung kemih. Cacing betina
akan bertelur setelah berkopulasi.

2.3 Cestoidea
2.3.1 Taenia
Cacing dewasa hidup di usus manusia dan menghasilkan proglotid yang
mengandung telur yang sudah dibuahi. Proglotid akan terlepas dari cacing induk, keluar
bersama feses, dan bisa menempel pada rumput, kemudian termakan oleh hewan,
misalnya sapi. Di usus hewan tersebut, telur menetas menjadi onkosfer. Onkosfer
menembus usus, masuk ke peredaran darah hewan tersebut, kemudian di dalam jaringan
otot membentuk kista sistiserkus. Bila manusia memakan daging yang mengandung kista
sistiserkus, maka skoleks akan keluar dari kista sistiserus dengan cara evaginasi dan
melekat pada mukosa usus halus, biasanya jejunum. Cacing muda tersebut menjadi dewasa
dalam kurun waktu 8 – 10 minggu. BIasanya di rongga usus hospes terdapat seekor cacing.

8
BAB III
KESIMPULAN

Jadi siklus hidup helmintologi akan terjadi perubahan bentuk tubuh atau dewasa, yaitu
telur, larva, dewasa. Siklus hidupnya berlangsug di dalam tubuh ataupun di luar tubuh
manusia, dapat di tanah, binatang, tubuh, air dsb. Ada yang memiliki hospes atau tuan
rumah perantara ada yang tidak. Manusia dapat bertindak sebagai tuan rumah definitif,
perantara ataupun paratenik.

9
DAFTAR PUSTAKA

1. Staf Pengajar Parasitologi FKUI. 1997. Parasitologi Kedokteran. Ed. 3. Gaya Baru:
Jakarta
2. Gerald D. Schmidt & Larry S. Roberts Foundations of Parasitology Ed. 8

10

Anda mungkin juga menyukai