Dosen Pembimbing :
Christina Dewi Prasetyowati, S.Kep., Ns., M.Kep
Disusun Oleh :
“Kelompok 2”
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan YME karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayahNya kami dapat menyelesaikan “Makalah Konsep Penyakit
Thalasemia”. Dan kami juga berterimakasih kepada Ibu Christina, S. Kep., Ns., M.Kepselaku
dosen Keperawatan Medikal Bedah yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun
yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri
maupun orang lain. Sebelumnya kami mohon maaf bila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa depan.
Kelompok 2
iii
DAFTAR ISI
Halamanjudul.......................................................................................................................i
Kata Pengantar
.............................................................................................................................................
2
Daftar Isi
.............................................................................................................................................
3
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
.............................................................................................................................................
5
BAB II PEMBAHASAN
iv
.............................................................................................................................................
9
2.5 Diagnosa
.............................................................................................................................................
11
2.6 Patofisiologi
.............................................................................................................................................
12
2.9 Pencegahan...................................................................................................16
4.1 Kesimpulan
.............................................................................................................................................
36
4.2 Saran
.............................................................................................................................................
36
v
DAFTARPUSTA.............................................................................................................37
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Thalasemia adalah suatu gangguan darah yang diturunkan ditandai oleh defisiensi
produk rantai globulin pada hemoglobin. Menurut Nelson (2000), Thalasemia adalah
sekelompok heterogen anemia hipokromik penyakit herediter dengan berbagai derajat
keparahan. Thalasemia merupakan sindrom kelainan yang diwariskan (inherited) dan
masuk ke dalam kelompok hemoglobin opati, yakni kelainan yang disebabkan oleh
gangguan sistem hemoglobin akibat di dalam atau dekat gen globin (Nurarif, 2013).
Penyakit Thalasemia terbagi menjadi dua jenis yaitu thalasemia minor dan
thalasemia mayor. Perbedaan diantara keduanya adalah penderita thalasemia minor dapat
hidup normal dan tidak memerlukan perawatan dan pengobatan khusus. Namun
penderita thalasemia minor dapat menurunkan penyakit thalasemia kepada anak-
anaknya. Sedangkan penderita thalasemia mayor memerlukan perawatan dan pengobatan
khusus. Dikarenakan thalasemia mayor merupakan kelainan darah yang cukup berat.
Penderita thalasemia mayor tidak mampu memproduksi sel darah merah yang cukup dan
kemungkinan besar harus menjalani transfusi darah seumur hidupnya (Nadesul, 2006:
23).
Indonesia menjadi salah satu Negara yang berisiko tinggi untuk penyakit thalasemia.
Di tahun 2009 penderita thalasemia mencapai 4000 jiwa hingga pada tahun 2014
penderita thalasemia mencapai 6000 jiwa. Peningkatan tiap tahunnya mencapai 5-10
persen. Banyak masyarakat Indonesia yang belum mengenal penyakit kelainan darah
tersebut karena penyakit thalasemia memang tidak sepopuler HIV/AIDS, namun bagi
pengidap penyakit ini juga sama berbahayanya hingga mangakibatkan kematian
(Beritasatu, 2011).
1
informasi bagi setiap oranguntuk mengetahui resiko penyakit thalasemia yang
dimilikinya agar dapat ditangani sedini mungkin.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Thalasemia
Thalasemia adalah suatu gangguan darah yang diturunkan ditandai oleh defisiensi
produk rantai globulin pada hemoglobin. Menurut Nelson (2000), Thalasemia adalah
sekelompok heterogen anemia hipokromik penyakit herediter dengan berbagai derajat
keparahan. Thalasemia merupakan penyakit kongenetal herediter yang diturunkan secara
autosomal berdasarkan kelainan haemoglobin, dimana satu atau dua rantai Hb kurang
atau tidak terbentuk secara sempurna sehingga terjadi anemia hemolitik. Kelainan
hemolitik ini mengakibatkan kerusakan pada sel darah merah di dalam pembuluh darah
sehingga umur eritrosi menjadi pendek (Ganie, 2005; Mandleco & Pott, 2007).
Thalasemia merupakan sindrom kelainan yang diwariskan (inherited) dan masuk
kedalam kelompok hemoglobinopati, yakni kelainan yang disebabkan oleh gangguan
system haemoglobin akibat di dalam atau dekat gen globin (Nurarif, 2013). Mutasi gen
globin ini dapat menimbulkan dua perubahan rantai globin, yakni perubahan struktur
rangkaian asam amino acid sequence rantai globin tertentu, disebut haemoglobinopati
struktural, Perubahan kecepatan sintesis atau kemampuan produk sirantai globin tertentu
disebut Thalasemia. Thalasemia adalah penyakit yang diturunkan kepada anaknya. Anak
yang mewarisi gen Thalasemia dari satu orangtua dan gen normal dari orangtua yang lain
adalah seorang pembawa (carriers). Anak yang mewarisi gen Thalasemia dari kedua
orang tuanya akan menderita Thalasemia sedang sampai berat (Munce & Campbell,
2009).
3
hidupnya. Rutinitas transfuse Talasemia mayor berkisar antara 2 minggu sekali
sampai 4 minggu sekali.
Gejala Talasemia mayor secara umum muncul pada usia 7 bulan awal
pertumbuhan bayi atau setidaknya pada bawah tiga tahun (batita). Gejala awal
adalah keadaan pucat pada kulitnya terlihat pada bagian telapak tangan, mata
bagian kelopak mata sebelah dalam, daerah perut,dan semua permukaan kulit.
Lambat laun bayi akan terlihat lebih lemas, tidak begitu aktif, dan tidak bergairah
menyusu. Bayi akan mengalami kegagalan untuk berkembang secara normal dan
menjadi semakin pucat.
Komplikasi merupakan penyebab kematian para pasien Talasemia mayor. Sistem
organ yang paling sering menyebab gangangguan berturut-turut adalah organ
endokrin meliputi gangguan pertumbuhan akibat supresi growth hormon,
pubertaster lambat dan hipogonadism, gangguan fertilitas, Diabetes Melitus
(DM), sampai dislipidemia. Penyebab kematian paling tinggi pada pasien
Talasemia adalah gangguan jantung termasuk didalamnya adalah kardiomiopati.
Tercatat bahwa 70% kematian pasien Talasemia disebabkan karena defek pada
otot dan gangguan irama jantung, heart dysfunction, aritmia, atau gabungan
keduanya. Komplikasi organ lain seperti gangguan system skeletal, gangguan
syaraf, gangguan epidermis, dan gangguan gastrointestinal menempati kelainan
yang tidak terlalu dianggap berbahaya.
2) Talasemia intermedia
Talasemia intermedia terjadi akibat kelainan pada 2 kromosom yang menurun
dari ayah dan ibunya. Perbedaannya pada jenis gen mutan yang menurun.
Individu Talasemia mayor menurun 2 gen mutan bertipemutan berat, sedangkan
pada Talasemia intermedia 2 gen tersebut merupakan kombinasi mutan berat dan
ringan, atau mutan ringan dan mutan ringan. Diagnosis awal bias terjadi pada usia
belasan tahun, atau bahkan pada usia dewasa.
Secara klinis Talasemia intermedia menunjukkan gejala dan tanda yang sama
dengan Talasemia mayor, namun lebih ringan dari gambaran Talasemia mayor.
Pasien intermedia tidak rutin dalam memenuhi transfuse darahnya, terkadang
hanya 3 bulan sekali, 6 bulan sekali atau bahkan 1 tahun sekali. Namun pada
keadaan tertentu, keadaan intermedia dapat jatuh kekeadaan mayor jika tubuh
mengeluarkan darah yang cukup banyak, atau tubuh memerlukan metabolisme
4
yang tinggi seperti keadaan infeksi yang menahun, kanker atau keadaan klinis
lain yang melemahkan system fisiologi shematologi atau system darah. Pasien
Talasemia intermedia ini dapat cenderung menjadi mayor ketika anemia kronis
tidak tertangani dengan baik dan sudah menyebabkan gangguan organ-organ
seperti hati, ginjal, pankreas, dan limpa.
3) Talasemia minor
Talasemia minor bisa juga disebut sebagai pembawa sifat, traits, pembawa mutan,
atau karier Talasemia. Karier Talasemia tidak menunjukan gejala klinis semasa
hidupnya. Hal ini bias dipahami karena abnormalitas gen yang terjadi hanya
melibatkan salah satu dari dua kromosom yang dikandungnya, bisa dari ayah atau
dari ibu. Satu gen yang normal masih mampu memberikan kontribusi untuk
proses system hematopoiesis yang cukup baik. Beberapa penelitian bahkan
menyebut bahwa diantara pendonor darah rutin pada unit-unit transfuse darah
adalah karier Talasemia.
b. Klasifikasi Molekuler
1) Talasemia-α (gangguan pembentukan rantai α)
Talasemia-α pertama kali di laporkandi Amerika Serikat dan Yunani tahun
1955dan dikenalsebagaipenyakithemoglobin H.Terdapatdua globin α yang
berhubunganeratdalamkromosom 16. Dengandemikianterdapatempat gen globin
α per selnya.Talasemia-α di tandaidenganpenurunansintesisrantai α globin
karenadelesi salahsatusampaikeempat gen α globin yangseharusnyaada.
Talasemia α dapatdibagimenjadiduakelompokyaitu : Talasemia-α tipedelesi dan
Talasemia-α tipenondelesi
5
samasekali,sedangkan pada ß+-thalassaemia terdapatpengurangan (10-50%)
daripadaproduksirantai globin ß tersebut
6
kemungkinannya bahwa setiap anak-anak mereka akan menderita Thalassaemia
trait/pembawa sifat Thalassaemia, tidak seorang diantara anak-anak mereka akan
menderita Thalassaemia mayor. Orang dengan Thalassaemia trait/pembawa sifat
Thalassaemia adalah sehat, mereka dapat menurunkan sifat-sifat bawaan tersebut kepada
anak-anaknya tanpa ada yang mengetahui bahwa sifat-sifat tersebut ada di kalangan
keluarga mereka. Apabila kedua orang tua menderita Thalassaemia trait/pembawa sifat
Thalassaemia, maka anak-anak mereka mungkinakan menderita Thalassaemia
trait/pembawa sifat Thalassaemia atau mungkin juga memiliki darah yang normal, atau
mereka mungkin juga menderita Thalassaemia mayor.
7
kulit menjadi kelabu serupa dengan besi akibat penimbunan besi dalam jaringan kulit.
Penimbunan besi (hemosiderosis) dalam jaringan tubuh seperti pada hepar, limpa,
jantung akan mengakibatkan gangguan fatal alat-alat tersebut (hemokromatosis)
(Ngastiyah,1997: 378).
2.5 Diagnosa
1. Diagnosa molekuler
Talasemia dapat juga didiagnosis dengan diagnosis molekuler. Tujuannya adalah
untuk menentukan perubahan urutan DNA pada seorang penderita. Untuk keperluan
tersebut digunakan berbagai macam metode pemeriksaan, baik dilakukan secara
terpisah maupun secara gabungan (kombinasi).
a. Polymerase Chain Reaction (PCR)
Tujuan penggunaan PCR adalah untuk menggandakan gen globin yang kemudian
hasilnya digunakan untuk menentukan jenis mutasi melalui metode lain. Dalam
keadaan tertentu PCR dapat langsung digunakan untuk menentukan mutasi, yaitu
apabila mutasi berupa delesi yang panjang (Large deletion) misalnya pada
talasemia-α tipe delesi
b. DNA Sequencing
Cara ini digunakan untuk menentukan urutan nukleotida dalam DNA yang
dilaksanakan dengan dua metode, yaitu:
a) Metode kimia (Metode Maxam dan Gilbert)
b) Metode dideoksinukleotida (Metode Sanger)
c. Southern blotting
Cara ini digunakan untuk mendeteksi :
a. Delesi yang panjang (Large Deletion)
b. Mutasi titik, bila mutasi tersebut menghapus atau menimbulkan tempat restriks
d. Dot blotting
Dipakai untuk mendeteksi mutasi titik. Syarat-syaratnya adalah mutasi tersebut
telah diketahui sebelumnya. Bila mutasi belum diketahui perlu diterapkan strategi
lain, misalnya dengan menggunakan DGGE
8
e. Denaturating gradient gel electrophoresis (DGGE)
DGGE digunakan untuk mendeteksi mutan yang sebelumnya tak diketahui.
Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Penggandaan fragmen DNA yang diduga mengandung mutan yang belum
diketahui (dilakukan dengan PCR).
b. Aplikasi DNA pada denaturating gradient gel
c. Elektroforesis.
d. Pewarnaan dengan etidium bromide
2. Diagnosa Prenatal
Bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin apakah janin yang dikandung
menderita talasemia mayor. Diagnosis ini terutama ditujukan pada janin dari pasangan
baru yang sama-sama pengemban sifat talasemia serta janin dari pasangan yang telah
mendapat bayi talasemia sebelumnya.
Diagnosis ini dilakukan dengan menggunakan darah yang diperoleh dari fetus
berusia 18-20 minggu, kemudian dilanjutkan dengan analisis terhadap produksi rantai
ß retikulosit. Diagnosis talasemia-ß homozigot ditegakkan jika tidak terdapat produksi
rantai ß atau produksinya sangat rendah.
2.6 Patofisiologi
Normal hemoglobin adalah terdiri dari Hb-A dengan polipeptida rantai alpa dan
dua rantai beta. Pada beta thalasemia yaitu tidak adanya atau kurangnya rantai beta
thalasemia yaitu tidak adanya atau kekurangan rantai beta dalam molekul hemoglobin
yang mana ada gangguan kemampuan ertrosit membawa oksigen. Ada suatu
kompensator yang meningkat dalam rantai alpa, tetapi rantai beta memproduksi secara
terus menerus sehingga menghasilkan haemoglobin defictive. Ketidak seimbangan
polipeptida ini memudahkan ketidakstabilan dan disintegrasi. Hal ini menyebabkan sel
darah merah menjadi hemolisis dan menimbulkan anemia dan atau hemosiderosis.
Kelebihan pada rantai alpa ditemukan pada talasemia beta dan kelebihan rantai
beta dan gama ditemukan pada talasemia alpa. Kelebihan rantai polipeptida ini
mengalami presipitasi, yang terjadi sebagai rantai polipeptida alpa dan beta,atau terdiri
9
dari hemoglobin tak stabil badan heint, merusak sampul eritrosit dan menyebabkan
hemolisis.Reduksi dalam hemoglobi nmenstimulasi yang konstan pada bone marrow,
produksi RBC diluar menjadi eritropik aktif. Kompensator produksi RBC secara terus
menerus pada suatu dasar kronik, dan dengan cepatnya destruksi RBC, menimbulkan
tidak edukatnya sirkulasi hemoglobin. Kelebihan produksi dan edstruksi RBC
menyebabkan bone marrow menjadi tipis dan mudah pecah atau rapuh. (Suriadi, 2001 :
23-24).
Pada talasemia letak salah satu asam amino rantai polipre tidak berbeda
urutannya/ditukar dengan jenis asam amino lain. Perubahan susunan asam amino
tersebut. Bisa terjadi pada ke-4 rantai poliper Hb-A, sedangkan kelainan pada rantai
alpha dapat menyebabkan kelainan ketiga Hb yaitu Hb-A, Hb-A2 dan Hb-F.(Hassan,
1985 : 49)
Dengan apusan darah anemia mikrositik sering dapat dideteksi pada kebanyakkan
Thalassemia kecuali Thalassemia α silent carrier . Pemeriksaan apusan darah
rutin dapat membawa kepada diagnosis Thalassemia tetapi kurang berguna untuk
skrining.
2. Definitive test
a. Elektroforesis hemoglobin
b. Kromatografi hemoglobin
c. Molecular diagnosis
11
Pemeriksaan ini adalah gold standard dalam mendiagnosis Thalassemia.
Molecular diagnosis bukan saja dapat menentukan tipe Thalassemia malah dapat
juga menentukan mutasi yang berlaku (Wiwanitkit, 2007).
12
2.9 Pencegahan
Menurut Tamam (2009), karena penyakit ini belum ada obatnya, maka
pencegahan dini menjadi hal yang lebih penting dibanding pengobatan. Program
pencegahan Talasemia terdiri dari beberapa strategi, yakni (1) penapisan (skrining)
pembawa sifat Talasemia, (2) konsultasi genetik (genetic counseling), dan (3)
diagnosis prenatal. Skrining pembawa sifat dapat dilakukan secara prospektif dan
retrospektif. Secara prospektif berarti mencari secara aktif pembawa sifat thalassemia
langsung dari populasi diberbagai wilayah, sedangkan secara retrospektif ialah
menemukan pembawa sifat melalui penelusuran keluarga penderita Talasemia
(family study). Kepada pembawa sifat ini diberikan informasi dan nasehat-nasehat
tentang keadaannya dan masa depannya. Suatu program pencegahan yang baik untuk
Talasemia seharusnya mencakup kedua pendekatan tersebut. Program yang optimal
tidak selalu dapat dilaksanakan dengan baik terutama di negara-negara sedang
berkembang, karena pendekatan prospektif memerlukan biaya yang tinggi. Atas dasar
itu harus dibedakan antara usaha program pencegahan di negara berkembang dengan
negara maju. Program pencegahan retrospektif akan lebih mudah dilaksanakan di
negara berkembang daripada program prospektif.
13
1. Penapisan ( Screening )
2. Diagnosis Prenatal
14
Tehnik diagnosis digunakan untuk analisis DNA setelah tehnik CVS,
mengalami perubahan dengan cepat beberapa tahun ini. Diagnosis pertama yang
digunakan oleh Southern Blotting dari DNA janin menggunakan restriction fragment
length polymorphism (RELPs), dikombinasikan dengan analisis linkage atau deteksi
langsung dari mutasi. Yang lebih baru, perkembangan dari polymerase chain reaction
(PCR) untuk mengidentifikasikan mutasi yang merubah lokasi pemutusan oleh enzim
restriksi. Saat ini sudah dimungkinkan untuk mendeteksi berbagai bentuk α dan β dari
Talasemia secara langsung dengan analisis DNA janin. Perkembangan PCR
dikombinasikan dengan kemampuan oligonukleotida untuk mendeteksi mutasi
individual, membuka jalan bermacam pendekatan baru untuk memperbaiki akurasi
dan kecepatan deteksi karier dan diagnosis prenatal. Contohnya diagnosis
menggunakan hibridasi dari ujung oligonukleotida yang diberi label 32P spesifik
untuk memperbesar region gen globin β melalui membran nilon. Sejak sekuensi dari
gen globin β dapat diperbesar lebih 108 kali, waktu hibridasi dapat dibatasi sampai 1
jam dan seluruh prosedur diselesaikan dalam waktu 2 jam (Permono, & Ugrasena,
2006).
15
BAB III
ASKEP THALASEMIA
KASUS THALASEMIA
An.D berusia 12 tahun berjenis kelamin laki - laki masuk rumah sakit pada tanggal 8
juli 2015 . ibu pasien mengatakan anaknya pucat dan sempat di bawa ke poli anak pada jam
08.00 wib, kemudian dianjurkan untuk cek laboratorium dgn hasil :
Hasil laborat
HCT : 22,9%
Ibu pasien juga mengatakan pasien menderita thalasemia sejak usia 3 tahun dan rutin
setiap bulannya transfusi, padahal dari riwayat keluarganya tidak ada yang mempunyai
penyakit seperti pasien (thalasemia), kecuali pamannya. pada jam 12.00 wib pasien di antar
keruang anggrek untuk rawat inap dan melakukan transfusi darah. saat melakukan rawat inap
pasien selalu mengeluh bosan dirumah sakit pasien mengatakan pengen cepat pulang
kerumahnya dan masuk sekolah lagi, mengatakan itu dengan ekspresi murung dan gelisah.
pasien cemas dengan sering bertanya tanya tentang perkembangan penyakitnya.
TTV :
TD : 100/70 mmHg
N : 65x/menit
S : 36,2°C
RR : 21x/ menit
16
A. PENGKAJIAN
Tanggal masuk rumah sakit : 8 Juli 2015
No.Rekam Medik : 212670 Tanggal pengkajian : 8 Juli 2015 / jam : 12.30 wib
1. Identitas Anak
Nama : An. D
Tanggal lahir : 30 Januari 2003
Jenis kelamin : Laki - laki
Tanggal MRS : 4 November 2020
Alamat : Jl. Joyoboyo, Kemasan , Kota Kediri
Diagnosa medis : Thalasemia
Sumber informasi : Pasien, ibu pasien, dan status pasien
3. Riwayat keperawatan
a. Riwayat keperawatan sekarang
1) Keluhan utama Saat MRS : ibu pasien mengatakan anaknya pucat. Saat Pengkajian :
ibu pasien mengatakan anaknya pucat.
2) Riwayat penyakit saat ini Ibu pasien mengatakan anaknya pucat , pada tanggal 8 Juli
2015 jam 08.00 wib ibu pasien membawa anaknya ke poli anak, kemudian dianjurkan
untuk cek laboraturium dan hasilnya Hb kurang (7,6 g/dl), pada jam 12.00 wib pasien
di antar ke ruangan anggrek untuk rawat inap dan melakukan transfusi darah.
3) Riwayat penyakit dahulu Ibu pasien mengatakan asien menderita thalasemia sudah ±9
tahun dan kini usianya 12 tahun. Pada usia 3 tahun pasien di diagnosa thalasemi di
RS.Baptis Kota Kediri dengan keluhan saat itu pasien terlihat pucat dan lemas. Mulai
saat itu setiap bulannya pasien rutin melakukan transfusi darah sampai sekarang.
4) Riwayat persalinan
17
Antenatal : ibu pasien berkata selama masa kehamilan ibu pasien rutin memeriksakan
kehamilanya di bidan dan selama hamil tidak pernah ada keluhan penyakit apapun.
Natal : Ibu pasien mengatakan pasien lahir dengan normal di bidan, saat lahir kondisi
pasien sehat, menangis spontan, BB lahir 3 kg 3 ons, PB lahir : 49 cm, jenis kelamin :
laki-laki.
Post natal : Ibu pasien mengatakan setelah lahir pasien dapat menetek ASI ibunya dan
tidak ada keluhan apapun pada pasien.
b. Riwayat keperawatan keluarga
1) Riwayat kesehatan ibu Ibu pasien mengatakan pernah menderita sakit ringan
seperti batuk, pilek, dan demam. Tidak pernah menderita penyakit seperti yang
diderita pasien (thalasemia).
2) Riwayat kesehatan keluarga Ibu pasien mengatakan paman pasien menderita
peyakit yang sama dengan pasien (thalsemia)
c. Riwayat nutrisi
Nutrisi pasien terpenuhi
Di rumah sakit : makan setengah porsi minum : ± 1000cc/hari
Di rumah : makanan yang disajikan selalu habis minum : ±1000cc/hari
Status gizi baik BB saat ini : 39 kg, BB saat MRS : 39 kg, TB : 132 cm
Usia : 12 tahun
d. Riwayat imunisasi Tabel 3.1
Riwayat Imunisasi
Keterangan : Ibu pasien mengatakan lupa dan buku KMSnya sudah hilang.
18
a) BB saat ini : 39 kg, TB : 132 cm, LK : 50 cm, LLA : 20 cm
b) BB lahir : 3 kg 3 ons , panjang lahir : 132 cm
c) Waktu tumbuh gigi : 9 bulan.
a) Berguling : 4 bulan
b) Duduk : 7 bulan
c) Merangkak : 9 bulan
d) Berdiri : 12 bulan
e) Berjalan : 14 bulan
f. Riwayat nutrisi
1) Pemberian ASI
19
b) Jumlah pemberian : ± 2 botol/hari (400 cc)
3) Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini
b. Kardiovaskuler
1) Irama jantung teratur (reguler)
2) Bunyi jantung BJ I dan BJ II tunggal
3) Capillary Refill Time (CRT) < 3 detik
c. Persyarafan
1) Kesadaran : composmentis
2) Istirahat tidur : ± 10 jam / hari
20
d. Genitourinaria
Tidak terkaji pasien malu
BAK ±5 x/hari warna : kuning pekat jumlah : ±400cc/hari
e. Pencernaan
1) Mulut
a) Mukosa mulut lembab
b) Bibir lembab dan pucat
c) Kebersihan rongga mulut bersih
d) Suara serak, tidak ada batuk
2) Abdomen
a) Bentuk : buncit
1) Kemampuan pergerakan sendi lengan dan tungkai baik (pasien mampu menggerakan
dengan bebas tanpa keluhan)
3) Akral dingin
21
g. Endokrin
h. Pengindraan
1) Mata
c) Pupil reaksi cahaya (+), bila diberi cahaya mengecil dan melebar jika gelap.
d) Konjungtiva anemis
e) Sklera ikterus
2) Hidung
b) Lubang hidung bersih, tidak ada sekret dan sumbatan benda asing
3) Kepala
a) Rambut hitam
c) Dahi lebar
22
4) Telinga
i. Aspek psikososial
2) Dampak hospitalisasi pada anak : pasien cemas dengan sering bertanya-tanya tentang
perkembangan kesehatannya, pasien selalu mengeluh dan bosan dirumah sakit, pasien
mengatakan pengen cepat pulang kerumah dan bisa masuk sekolah lagi.
4. Pemeriksaan penunjang
5. Terapi
23
Injeksi Pycin 3 x 1 gr (IV)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tabel 3.4
Pemeriksaan penunjang 2
25
Parameter Hasil Nilai normal
26
PDW ---- (fL) 9,6 – 15,2
Tabel 3.5
Pemeriksaan penunjang 3
27
KLASIFIKASI DAN ANALISA DATA
28
Pasien selalu mengeluh kesehatan status kesehatan ditandai
bosan dirumah sakit Tindakan dengan
Pasien mengatakan hospitalisasi
ingin cepat pulang Reaksi - Pasien selalu mengeluh
kerumahnya dan masuk hospitalisasi bosan dirumah sakit
sekolah lagi - Pasien mengatakan
ingin cepat pulang
kerumahnya dan masuk
sekolah lagi
Do : - Ekspresi wajah pasien
murung dan gelisah
Ekspresi wajah pasien - Pasien cemas dengan
murung dan gelisah sering bertanya-tanya
Pasien cemas dengan tentang perkembangan
sering bertanya-tanya kesehatannya
tentang perkembangan
kesehatannya
29
meningkatkan Hb
N : 65 x/menit mmHg
S : 36,2 derajat
RR : 21 x/menit N : 80-100
Hasil laborat : x/menit
HGB : 7,6 g/dl S : 36,5 – 37,5
RBC : 3,27 derajat
(10^3/ul) RR : 20-3-
HCT : 22,9 % x/menit
WBC : 8,44 - Hasil laborat :
(10^3/ul) HGB : 13,3 –
PLT : 129 16,6 g/dl
(10^3/ul) RBC : 3,69 –
5,46 (10^3/ul)
HCT : 41,3 –
52,1 %
WBC : 3,37 –
8,38 (10^3/ul)
PLT : 172 –
378 (10^3/ul)
TINDAKAN KEPERAWATAN
Tindakan keperawatan hari ke-1
30
No Tgl Jam Tindakan Keperawatan
.
1. Mengobservasi TTV :
Dx 4 November 2020 12.15 TD : 100/70 mmHg
RR : 21 x/menit
1.
S : 36,2 C
N : 65x/menit
2. Meninggikan kepala dengan mengatur tempat tidur untuk
dinaikkan kurang lebih 35 derajat. Saat tidur kepala lebih
tinggi dari badan dengan di ganjal menggunakan bantal.
3. Mempertahankan suhu lingkungan agar tetap hangat.
Memakaikan selimut saat tidur
Menganjurkan untuk memakai baju yang tebal
Menganjurkan saat mandi menggunakan air hangat
4. Membatasi aktivitas pasien
12.30 Membantu pasien dalam beraktivitas (makan, minum
dank e kamar mandi)
5. Memberikan infuse NaCl 0,9 % 10 tpm. Kemudian
memasukkan transfuse darah.
Sebelumnya transfuse dimasukkan memeriksa kondisi
pasien, mencocokan identitas, memeriksa suhu pasien
36,2 C
Kolf ke 1 (jam : 13.00 – 15.00 wib)
Jenis PRC jumlah 125 cc
12.35
Golongan darah O
12.45
31
13.00
12.45
32
1. S : 37 C
N : 68x/menit
11. Meninggikan kepala dengan mengatur tempat tidur untuk
dinaikkan kurang lebih 35 derajat. Saat tidur kepala lebih
tinggi dari badan dengan di ganjal menggunakan bantal.
12. Mempertahankan suhu lingkungan agar tetap hangat.
Memakaikan selimut saat tidur
08.15 Menganjurkan untuk memakai baju yang tebal
Menganjurkan saat mandi menggunakan air hangat
13. Membatasi aktivitas pasien
Membantu pasien dalam beraktivitas (makan, minum
dank e kamar mandi)
14. Memberikan infuse NaCl 0,9 % 10 tpm. Kemudian
memasukkan transfuse darah.
Sebelumnya transfuse dimasukkan memeriksa kondisi
pasien, mencocokan identitas, memeriksa suhu pasien
08.40
36,2 C
Kolf ke II (jam : 08.00 – 10.00 wib)
Jenis PRC jumlah 125 cc
Golongan darah O
08.50
09.00
15. Mengobservasi TTV :
22.30 TD : 110/80 mmHg
RR : 28 x/menit
S : 37 C
N : 65x/menit
16. Meninggikan kepala dengan mengatur tempat tidur untuk
dinaikkan kurang lebih 36,7 derajat. Saat tidur kepala lebih
33
tinggi dari badan dengan di ganjal menggunakan bantal.
17. Mempertahankan suhu lingkungan agar tetap hangat.
22.40 Memakaikan selimut saat tidur
Menganjurkan untuk memakai baju yang tebal
Menganjurkan saat mandi menggunakan air hangat
18. Membatasi aktivitas pasien
Membantu pasien dalam beraktivitas (makan, minum
dank e kamar mandi)
19. Memberikan infuse NaCl 0,9 % 10 tpm. Kemudian
memasukkan transfuse darah.
22.45 Sebelumnya transfuse dimasukkan memeriksa kondisi
pasien, mencocokan identitas, memeriksa suhu pasien
36,2 C
Kolf ke III (jam : 23.00 – 01.00 wib)
Jenis PRC jumlah 125 cc
22.50
23.00
20. Melakukan pendekatan pada pasien.
Dx 5 November 2020 08.00 Pasien mau mengungkapkan perasaanya dia pengen
. cepat pulang dan masuk sekolah lagi, serta dia merasa
sudah bosan.
2.
21. Menciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman.
Membatasi pengunjung yang masuk diruangan.
22. Memberikan motivasi paien untuk mengungkapkan pikiran
dan perasaan.
Memberikan semangat untuk pasien agar tetap sabar
08.15 dalam menjalani masa pengobatan.
Menganjurkan pada keluarga untuk sering berkunjung.
23. Menganjurkan pada keluarga untuk sering berkunjung.
34
09.00
EVALUASI
Evaluasi hari ke – 1
35
Hasil laborat :
- HGB : 7,6 g/dl
- RBC : 3,27 (10^6/ul)
- HCT : 22,9 %
- WBC : 8,44 (10^3/ul)
- PLT : 229 (10^3/ul)
A : Masalah belum teratasi
Dx 4 November 2020 20.00 S : Pasien mengatakan bosan dan kapan sembuh bisa pulang kerumah.
.
O:
2.
- Ekspresi afek dan emosi wajah pasien murung dan gelisah
Evaluasi hari ke – 2
36
- RBC : 3,27 (10^6/ul)
- HCT : 22,9 %
- WBC : 8,44 (10^3/ul)
- PLT : 229 (10^3/ul)
A : Masalah belum teratasi
Dx 5 November 2020 20.00 S : Pasien mengatakan lebih nyaman dan tenang sudah tidak bosan
. lagi.
2. O:
P : Hentikan intervensi
Evaluasi hari ke – 3
Dx 6 November 2020 06.00 S : Ibu pasien mengatakan anaknya sudah tidak pucat
.
O:
1. Pasien tidak pucat
Bibir tidak pucat
Konjungtiva tidak anemis (warna merah muda)
Akral hangat
Kulit kehitaman
TTV :
- TD : 110/70 mmHg
- N : 75x/menit
- S : 36,7 C
- RR : 22x/menit
Hasil laborat :
37
- HGB : 11,2 g/dl
- RBC : 4,51 (10^6/ul)
- HCT : 32,7 %
- WBC : 5,73 (10^3/ul)
- PLT : 185 (10^3/ul)
A : Masalah teratasi
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan. Thalasemia adalah penyakit
yang diturunkan kepada anaknya. Anak yang mewarisi gen Thalasemia dari satu
orangtua dan gen normal dari orangtua yang lain adalah seorang pembawa (carriers).
Anak yang mewarisi gen Thalasemia dari kedua orang tuanya akan menderita
Thalasemia sedang sampai berat. Komplikasi terbesar dari thalasemia dapat
menyebabkan kematian.
38
4.2 Saran
Untuk meningkatkan upaya pencegahan Talasemia yang terdiri dari beberapa
strategi, yakni (1) penapisan (skrining) pembawa sifat Talasemia, (2) konsultasi genetik
(genetic counseling), dan (3) diagnosis prenatal.
DAFTAR PUSTAKA
“Askep Thalasemia”
https://www.academia.edu/7115956/Makalah_Kelompok_Anak_ASKEP
diunduh pada tanggal 30 Novenber 2020. Pukul 19.00 WIB.
Rujito, Lantip (Ed.). 2019. Talasemia: Genetik Dasar dan Pengelolaan Terkini.
Universitas Jenderal Soedirman Penerbitan (UNSOED Press)
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/1722/05.1%20bab%201.pdf?seq
39
http://simki.unpkediri.ac.id/mahasiswa/file_artikel/2015/12.2.05.01.0031.pdf
40