Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

Schistosoma haemotobium

Dosen Pengampu:

Rahmayanti, S.Pd., M.Pd.

DISUSUN OLEH:

Dea Musfira (P07131322082)

POLTEKKES KEMNAKES ACEH

TEKNOLOGI LABOTARIUM MEDIK

BANDA ACEH

2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas Makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
sumber sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.

Adapun judul dari makalah ini adalah “schistosoma haematobium” yang berisikan
tentang trematoda darah.Tujuan penulisan Tugas Makalah ini adalah untuk menyelesaikan
tugas yang telah diberikan. Saya selaku pembuat tugas ini menyadari bahwa Tugas Makalah ini
jauh dari kesempurnaan untuk itu, diharapkan kritik dan saran yang dapat membangun untuk
lebih baik dimasa yang akan datang.

Banda Aceh,21 Oktober

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

BAB I ....................................................................................................................................................... 2
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 2
1.1 Latar belakang .................................................................................................................................. 2
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................................... 2
1.3 Tujuan ........................................................................................................................................... 2
BAB II ...................................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ......................................................................................................................................... 3
2.1 Pengertian Schistosoma Haematobium ........................................................................................ 3
2.2 Morfologi dan Daur Hidup ............................................................................................................ 3
2.3 Siklus Hidup Schistosoma Haematobium ...................................................................................... 3
2.4 Aspek Klinis ................................................................................................................................. 6
2.5 Diagnosis ....................................................................................................................................... 5
2.6 Pengobatan ................................................................................................................................... 7
2.7 Epidemiologi dan Pencegahan ...................................................................................................... 7
BAB III ..................................................................................................................................................... 8
PENUTUP................................................................................................................................................. 8
3.1 kesimpulan .................................................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................................... 9

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Masalah kecacingan sering dianggap remeh oleh masyarakat kita.Padahal kalua kita kaji
lebih dalam.Penyakit yang ditimbulkan akan berakibatkan fatal.Apabila cacing telah masuk ke
dalam tubuh kita,dia akan merusak organ-organ kita.Manusia yang menderita kecacingan
menjadi kurus,perut buncit,tidak nafsu makan,frestasi menurun dan tidak bergairah dalam
bekerja.keadaan tersebut lama kelamaan juga berakibat kematian .Di negara berkembang seperti
Indonesia,masalah cacing masih banyak kita jumpai,hanya saja karena sifatnya yang
asumtif,terkadang kita sulit untuk menegakkan diagnosa.Hal-hal yang meempengaruhi cancing
masuk ke dalam tubuh kita anatara lain,kurangnya kesdaran akan hidup berih dan sehat.Higiene
dan sanitasi perorangan yang masih rendah.Cacing terutama menyeraang anak-anak,diantaranya
tidak cuci tangan sebelum makan,mandi dan mencuci pakaian yang telah kotor.Jangan sampai
manusia yang harusnya berkarya dan berprestasi,harus gagal karena cacing.

1.2 Rumusan Masalah


1.Apa pengertian Schistosoma Haematobium?
2.Bagaimana morfologi dan daur hidupnya?
3.Bagaimana siklus hidup Schistosoma Haematobium?
4.Bagaimana aspek klinis?
5.Bagaimana diagnosa?
6.Bagaimana pengobatannya?
7. Bagaimana epidemiologi dan pencegahann?

1.3 Tujuan
1.Untuk mengetahui pengertian schistosoma haematobium?
2.Untuk mengetahui morfologi dan daur hidup?
3.Untuk mengetahui siklus hidup schistosoma haematobium?
4.Untuk mengetahui aspek klinis?
5.Untuk mengetahui diagnose?
6.Untuk mengetahui pengobatannya?
7. Untuk mengetahui epidemiologi dan pencegahan?

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Schistosoma Haematobium


Nama penyakit yang di timbulkan oleh cacing schistosoma haematobium (blader blood
fluke) adalah hematuria skistosoma vesikalis ,bilharziasis urinarius atau yang sering disebut
skistosomiosis kandung kemih.Cara infeksi schistosoma haematobium yang serkaria menembus
kulit pada waktu manusia mandi dan masuk ke dalam air yang mengandung serkeria yang
merupakan bentuk infektif schistosoma.
Schistosoma haematobium menginfeksi kira-kira 40 juta orang Afrika, Madagaskar, Turki,
Siprus,dan Portugal Selatan. Organ yang paling sering dan paling hebat di serang adalah
kandung kemih ,''kistitis bilharzial'' biasanya terjadi pada orang muda 10-30 tahun. Beberapa
kasus terjadi pada setengah baya dan jarang pada usia tua. Penyakit ini menyerang ureter,ginjal,
vesika seminalis,prostat , uretra, saluran sperma,epidemis pada testis dan penis. Pada
simpanse,parasit ini pernah ditemukan pada kandung kemih ,rektum,paru,hati,apendiks,dan Vena
mesintrika.

2.2 Morfologi dan Daur Hidup


Cacing dewasa mirip s.japonicum,berukuran 10-20 mm,tubuh memiliki tonjolon duri-
duri halus.Cacing betina langsing,berukuran 20x0,25 mm,batil isap kecil ,ovarium di
posterior pertengahan tubuh,dan uterus Panjang berisai berisi 20-30 telur.
Cacing jantan gemuk,berukuran 10x15x0,8-1 mm, kulit ditutupi duri-duri halus, batil
hisap kepala lebih kecil daripada batil isap perut,bagian ventral melipat ke arah ekor
membentuk kanalis ginaekoforik,di belakang batil isap perut terdapat 4-5 testes,porus
genitalis terletak di bawah batil isap perut.
Telur cacing berbentuk lonjong,warna kuning kecoklatan,ukuran 112-170x40-70
mikron,dinding tampak hialin,pada salah satu ujungnya terdapat duri terminal yang panjang
dan lancip,isi telur berupa mirasidium.Telur cacing ini keluar dari tubuh hospes bersama tinja
maupun urin.Telur dalam air menetas dan mengeluarkan mirasidium yang aktif berenang dan
mencari keong yang sesuai.

2.3 Siklus Hidup Schistosoma Haematobium


Berawal dari orang yang terinfeksi buang air kecil atau baung air besar di air.Air
kencil atau kotoran mengandung telur cacing.Telur cacing menetas dan cacing pindah ke
keong .cacing mudah pindah dari keong ke manusia.Dengan demikian,orang yang mencuci
atau berenang di air di mana orang yang terinfeksi pernah buang air kecil atau buang air
besar,makai a akan terinfeksi

3
Mula-mula schistosomiasis menyakiti orang melalui kulit dalam bentuk cercaria
yang mempunyai ekor berbentuk seperti kulit manusia,parasit tersebut mengalami
transformasi yaitu dengan cara membuang ekornya dan berubah menjadi cacing.Cacing
cercaria (berbentuk infektif daric acing schistosoma) menginfeksi dengan cara menembus
kulit pada waktu manusia masuk ke dalam air yang mengandung cercaria.Waktu yang
diperlukan untuk infeksi adalah 5-10 menit.Setelah serkaria menembus kulit,larva ini
kemudian masuk ke dalam kapiler darah,mengalir dengan aliran darah masuk ke jantung
kanan,lalu paru dan kembali ke jantung kiri,kemudian masuk ke system peredaran darah
besar,ke cabang-cabang vena portae dan menjadi dewasa di ahti

Setelah deawasa cacing ini Kembali ke vena portae dan vena kandung kemih dan
kemudian betina bertelur setelah berkopulasi.Cacing betina meletakkan telur di pembuluh
darah.Telur dapat menembus keluar dari pembuluh darah,bermigrasi di jaringan dan akhirnya
masuk ke lumen usus atau kandung kemih untuk kemudian ditemukan didalam tinja atau
urin.Telur menetas di dalam air dan larva yang keluar disebut mirasisdium.Mirasidium ini
kemudian masuk ke tubuh keong air dan berkembang menjadi cercaria.

Siklus:/schistosoma Haematobium
Cacing dewasa hidup di vena sekitar vesica urinaria, uterus dan daerah pelvis → telur keluar dari
tubuh bersama urie → di dalam air telur menetas → keluar mirasidium → masuk ke hospes
perantara → berkembang menjadi sporokista → keluar dari hospes perantara → menjadi
cercaria → penetrasi ke kulit manusia → ikut sirkulasi darah → menuju jantung, paru-paru,

4
kembali ke jantung → masuk sirkulasi darah arteri → menjadi dewasa di vena sekitar vesica
urinaria, uterus dan daerah pelvis.

Gambar:/ telur cacing Schistosoma Haematobium

2.4 Aspek Klinis


Gejala klinis dapat ditimbulkan oleh telur, serkaria,dan skistosomula.Telur cacing yang
diletakkan dalam pleksus vesikalis menimbulkan lesi pada kandung kemih,organ genital,dan
usus.Telur dalam dinding kandung kemih tersebar di dalam submucosa dan mukosa.Kadang-
kadang telur menyumbat pembuluh darah.Kelainan dan perubahan yang terjadi pada
kandung kemih dan jaringan di sekitarnya dikarenakan terjadinya peradangan.Perubahan
yang terjadi misalnya,hiperemia,vesikel,dan papel kecil maupun papilloma.Peadangan pada
organ mengakibatkaan jaringan terlepas dan terjadi akumulasi kalsium(Ca).Pada
pemeriksaan urin ditemukan kristal asam urat dan asam oksalat,telur cacing,akumulasi
fosfat,bekuan darah,mucus,dan pus.Keadan ini mengakibatkan uretra tertutup,ueter tersumbat
dan kadang-kadang sering mengenai pelvis ginjal.
Dengan adanya iritasi mekanik dan toksik yang disebabkan oleh telur cacing maupun
akumulasi bahan-bahan kimia merupakan peliang terjadinya gejala karsinoma.Kasus ini
umumnya terjadi pada usia muda(di bawah 40 tahun).Apabila karsinoma terjadi pada
kandung kemih maka kelainannya terdapat pada dinding posterior kandung kemih.
Prognosis skistosomiasis vesikalis adalah baik,asal keadaan penderita belum
mencapai stadium lanjut yang membentuk ulkus-ulkus.Apabila penderita mengalami infeksi
menahun dalam keadaan berat dan terjadi pada orang tua,maka prognosisnya buruk.Kasus
kematian biasanya disebabkan oleh pneumonia ,kelemahan atau infeksi tambahan.

2.5 Diagnosis
Diagnosis skistosomiasis vesikalis pada dasarnya sama dengan skistomiasis
lainnya.Diagnosis ditegakkan dengan menemukan telur dalam urin atau dalam biopsi mukosa
kandung kemih.Diagnosis penunjang dilakukan dengan pemeriksaan darah yang menunjukkan

5
eosinophilia dan hasil tes aldehid positif.Tes intradermal di lakukan dengan anti gen dari hati
keong yang terinfeksi.
Diagnosis pasti infeksi schistosoma haematobium pada pasien dewasa merupakan
tantangan yang penting secara klinis.Orang dewasa yang terinfeksi kronis mengeluarkan sedikit
telur melalui urin,yang sering kali terlewatkan saat metode diagnostis saat ini digunakan.

2.6 Pengobatan
Sebelum dilakukan pengobatan kemoterapi untuk skistosomiasis,sebaiknya dilakukan
perbaikan gizi penderita.Pada kasus schistosoma haematobium,obat yang memberi hasil sangat
efektif adalah kalium dan antimonium tartrat secara intravena pada dosis maksimum dan
teratur.

2.7 Epidemiologi dan Pencegahan


Penyebaran skisstosomiosis vesikalis bergantung pada variasi keong air S.haematobium
hiperndemis di seluruh lembah sungai Nil,pulau-pulau Malagazi,dan Mauritius.Sarang-sarang
endemis terdapat diYordania,Israel,Arab,Irak,Siria,Yamin,dan Pantai Barat India.Hospes
perantara S.haematobium adalah keong genus Bulinus sp.,Physopsis Sp.,dan Biomphalaria sp..
Untuk mengurangi prevalensi skistosomiasis vesikalis,dilakukan pengobatan individu dan
masal karena manusia merupakan sumber penularan utama.Selain pengobatan,perlu adanya
pendidikan agar manusia tidak membuang air kemih (urin) ke daerah perairan,memberantas
keong yang dicurgai tercemar oleh urin penderita skistosomiasis vesikalis,dan menghambat
penyebaran penyakit ini.

6
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Schistosoma haematobium adalah salah satu spesies trematoda darah yang bersifat
anhermaprodit yang dapat menimbulkan penyakit schistosmiasis. Schistosmiasis yang
disebabkan oleh schistosoma haematobium memiliki prevalensi yang tinggi di daerah tropis dan
subtropics,khusunya di lingkungan dengan social ekonomi rendah tanpa persediaan air yang
aman untuk dikonsumsi serta sani tasi yang buruk.Diagnosis schistosmiasis ditegakkan dengan
menemukan telur di dalam tinja atau jaringan biopsi hati dan biopsy rectum.Tidak ada vaksin
untuk mencegah infeksi ini sehingga pencegahan menjadi sangat penting seprti menghindari
kontak dengan air pada daerah endemik schistomiasis.

7
DAFTAR PUSTAKA

PARSITOLOGI MEDIK 1 (HELMINTOLOGI):


PENDEKATAN ASPEK IDENTIFIKASI,DIAGNOSIS,DAN KLINIK
Oleh:Drs Jangkung Samidjo Onggwaluyo,M.Biomedik
Editor;Monica Ester, S Kp
Copy editor: R. tammy Maulany D, A.Md.
Diterbitkan pertama kali oleh Penerbit Buku Kedokteran EGC 2001 Penerbit Buku Kedokteran
EGC P.O.Box 4276/Jakarta 10042

PARASITOLOGI UNTUK KEPERAWATAN


Oleh: H. M. Muslim M.Kes
Editor: Monica Ester,S.KP & Ns. Fruriolina Buku Kedokteran EGC 2005 Penerbit Buku
Kedokteran EGC P.O. Box 4276/ Jakarta 10042

8
9

Anda mungkin juga menyukai