Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PARASITOLOGI

“Fasciola Hepatica”

Di Susun Oleh :

(Kelompok 2)
Yusril Bachtiar 173145453160
Putri Nabilah B1D220054

Nansi Veronika Maeka B1D220052

Andi Sofhia B1D220035

Nabila Syiffa Ayudya B1D220066

Nurul Fitrah B1D220061


Puji Melani Nirwana B1D220034

PROGRAM STUDI DIII TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

FAKULTAS TEKNOLOGI KESESEHATAN

UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala taufik, rahmat
dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyusun makalah ini dengan baik dan
lancar tanpa suatu halangan yang berarti sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
ini tepat pada waktunya. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Parasitologi.

Harapan saya semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang
membacanya terutama bagi mahasiswa/mahasiswi Unimerz. Kami menyadari
dalam tulisan ini masih terdapat banyak kekurangan yang disebabkan keterbatasan
pengetahuan yang kami miliki, sehingga kami sangat mengharapkan masukan,
kritik dan saran dari pembaca sekalian demi perbaikan makalah ini dimasa yang
akan datang.
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ......................................................................... i
KATA PENGANTAR ......................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 1


A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 2
C. Tujuan ...................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................... 3


A. Morfologi ................................................................................. 3
B. Habitat Fasciola Hepatica ........................................................ 5
C. Siklus Hidup Fasciola Hepatica ............................................... 5
D. Gejala Klinis Yang Disebabkan Fasciola Hepatica.................. 7
E. Diagnosa Penyakit Fasciola Hepatica Yang Disebabkan
Oleh Fasciola Hepatica............................................................. 8
F. Pencegahan Penyakit Fasciolosis Yang Disebabkan
Oleh Fasciola Hepatica ............................................................ 8

BAB III PENUTUP .......................................................................... 10


A. Kesimpulan ............................................................................ 10

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 11


BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Trematoda disebut sebagai cacing hisap karena cacing ini memiliki alat
penghisap. Alat penghisap terdapat pada mulut di bagian anterior alat hisap
(Sucker) ini untuk menempel pada tubuh inangnya, makanya disebut pula
cacing hisap. Pada saat menempel cacing ini menghisap makanan berupa
jaringan atau cairan tubuh inangnya. Dengan demikian maka trematoda
merupakan hewan parasit karena merugikan dengan hidup di tubuh organisme
dan mendapatkan makanan tersedia di tubuh inangnya. Trematoda dewasa pada
umumnya hidup di dalam hati, usus, paru-paru, ginjal, kantong empedu, dan
pembuluh darah ruminansia maupun manusia. Trematoda berlindung di dalam
tubuh inangnya dengan melapisi permukaan tubuhnya dengan kutikula,
permukaan tubuhnya tidak memiliki silia. Contohnya Trematoda adalah cacing
hati (Fasciola hepatica).

Fasciolosis adalah penyakit cacing yang disebabkan oleh dua trematoda


Fasciola hepatica dan Fasciola gigantica. Penyakit ini disebabkan oleh
trematoda yang bersifat zoonosis. Fasciola hepatica menimbulkan banyak
kekhawatiran, karena distribusi dari kedua inang definitif cacing sangat luas
dan mencakup mamalia herbivora, termasuk manusia. Siklus hidup dari siput
air tawar sebagai hospes perantara parasit.

Fasciolosis merupakan penyakit parasiter yang disebabkan oleh cacing


pipih (trematoda) dan umumnya menyerang ruminansia, seperti sapi, kerbau,
dan domba. CHEN dan MOTT (1990) dan ESTEBAN (1998) malaporkan
bahwa sejak 20 tahun terakhir ini, kasus kejadian fasciolosis pada manusia
semakin banyak. Umumnya kasus tersebut terjadi di negara empat musim atau
subtropis dan disebabkan oleh cacing trematoda Fasciola hepatica. Mengingat
tingginya prevalensi penyakit ini pada ternak dibeberapa daerah di Indonesia,
maka perlu diwaspadai kemungkinan terjadinya penularan penyakit ini pada
manusia di Indonesia. Ada dugaan bahwa pola makan tertentu pada manusia
dapat mengakibatkan terjadinya fasciolosis pada manusia di Indonesia.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana morfologi Fasciola hepatica?


2. Bagaimana habitat Fasciola hepatica?
3. Bagaimana siklus hidup Fasciola hepatica?
4. Bagaimana gejala klinis yang disebabkan Fasciola hepatica?
5. Bagaimana diagnose penyakit Fasciolosis akibat Fasciola hepatica.
6. Bagaimana pencegahan penyakit Fasciolosis akibat Fasciola hepatica?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui morfologi Fasciola hepatica.


2. Untuk mengetahui habitat Fasciola hepatica.
3. Untuk mengetahui siklus hidup Fasciola hepatica.
4. Untuk mengetahui gejala klinis yang disebabkan Fasciola hepatica.
5. Untuk mengetahui diagnose penyakit Fasciolosis akibat Fasciola hepatica.
6. Untuk mengetahui pencegahan penyakit Fasciolosis akibat Fasciola
hepatica.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Morfologi
Fascioliasis adalah penyakit zoonosis ditularkan melalui air dan
konsumsi makanan yang disebabkan oleh dua parasit kelas Trematoda,
genus Fasciola; yaitu Fasciola hepatica dan Fasciola gigantica. Fascioliasis
lebih sering terjadi pada hewan ternak dan hewan lain daripada pada
manusia, karena manusia adalah inang insidental dan terinfeksi dengan
menelan selada air atau air yang terkontaminasi. Itu besar (panjang 3 cm).
Cacing dewasa berada di saluran empedu besar dan kantong empedu.
Penyakit ini terjadi di seluruh dunia, terutama di daerah dengan produksi
domba atau sapi yang intensif. Insidensi infeksi manusia telah meningkat
selama 20 tahun terakhir. Meskipun F. hepatica dan F. gigantica adalah
spesies yang berbeda, “bentuk peralihan” yang dianggap mewakili hibrida
dari dua spesies telah ditemukan di beberapa bagian Asia dan Afrika di
mana kedua spesies ini endemik. Bentuk-bentuk ini biasanya memiliki
karakteristik morfologis menengah (misalnya: ukuran keseluruhan,
proporsi).
Ciri-ciri cacing dewasa :
• Berbentuk pipih seperti daun dengan bentuk bahu yang khas,
karena adanya cephalic cone (tonjolan konis), sedangkan bagian
posterior lebih besar
• Ukuran : panjang 20 – 30 mm dan lebar 8 – 13 mm
• Mempunyai 2 buah batil isap (sucker) yaitu oral sucker dan ventral
sucker yang sama besarnya (diameter ± 1 – 1,5 mm)
• Tractus digestivus mulai pharynx dajnoesophagus yang pendek dan
khas, intestinal pecah menjadi dua coecum yang berbentuk seperti
huruf Y yang terbalik dan masing-masing coecum bercabang
sampai ujung posterior
• Testis sebanyak 2 buah dan bercabang-cabang kecil sehingga
disebut Dendritic
• Ovarium bercabang-cabang terletak dekat testis
• Kelenjar vitelaria bercabang-cabang secara merata fi bagian lateral
dan posterior
• Uterus relatif pendek dan berkelok-kelok

Ciri-ciri telur Fasciola hepatica :


• Telur besar, berbentuk ocal dan beropeculum
• Ukuran : panjang 130 -150 μm dan lebar 60 – 90 μm
• Dinding satu lapis tipis
• Berwarna kuning kecoklatan
B. Habitat Fasciola hepatica
Cacing ini hidup pada habitat air tawar dan tempat-tempat yang
lembab dan basah. Cacing memang memerlukan kondisi lingkungan yang
basah, artinya cacing tersebut bisa tumbuh dan berkembang biak dengan
baik bila tempat hidupnya berada pada kondisi yang basa dan lembab.
Pada kondisi lingkungan yang basah atau lembab, perlu juga diwaspadai
kehadiran siput air tawar yang menjadi inang perantara cacing sebelum
masuk ke tubuh ternak. Pada umumnya Fasciola hepatica hidup di dalam
hati, usus, paru-paru, ginjal, kantong empedu, dan pembuluh darah
ruminansia maupun manusia.

C. Siklus Hidup Fasciola Hepatica

Telur keluar bersama tinja → menetas di air menjadi


mirasidium → masuk ke hospes perantara 1 (keong air) →
berkembang menjadi sporokista → redia 1→ redia 2→
serkaria → keluar dari hospes perantara 1 → menempel pada
hospes perantara 2 (tumbuhan air) → berkembang menjadi
meteserkaria → jika tumbuhan air yang mengandung metaserkaria
tertelan hospes definitif → akan terjadi ekskistasi di dalam
duodenum → menembus dinding usus → cavum abdominalis →
menembus kapsul hepar →parenkim hepar → saluran empedu →
menetap dan berkembang menjadi dewasa dalam waktu ± 12
minggu.

Dalam daur hidup cacing hati ini mempunyai tiga macam hospes yaitu:

• Hospes definitive (fase seksual) : Manusia, kambing, sapi dan


biri – biri
• Hospes perantara I (fase aseksual) : Keong air / siput
• Hospes perantara II : Tumbuhan air

Berikut siklus hidup cacicing Fasciola hepatica:

a) Cacing dewasa bertelur di dalam saluran empedu dan kantong


empedu sapi atau domba. Kemudian telur keluar ke alam bebas
belum berembrio dan belum infektif selama 8-12 minggu bersama
feses domba. Bila mencapai tempat basah, telur ini akan menetas
menjadi larva bersilia yang disebut mirasidium. Mirasidium akan
mati bila tidak masuk ke dalam tubuh siput air tawar (Lymnea
auricularis-rubigranosa).
b) Di dalam tubuh siput ini, mirasidium tumbuh menjadi sporokista
(menetap dalam tubuh siput selama + 2 minggu).
c) Sporokista akan menjadi larva berikutnya yang disebut Redia. Hal
ini berlangsung secara partenogenesis.
d) Redia akan menuju jaringan tubuh siput dan berkembang menjadi
larva berikutnya yang disebut serkaria yang mempunyai ekor.
Dengan ekornya serkaria dapat menembus jaringan tubuh siput dan
keluar berenang dalam air.
e) Di luar tubuh siput, larva dapat menempel pada rumput untuk 5-7
minggu. Serkaria melepaskan ekornya dan menjadi metaserkaria.
Metaserkaria membungkus diri berupa
f) kista yang dapat bertahan lama menempel pada rumput atau
tumbuhan air sekitarnya.
g) Apabila rumput atau tumbuhan air tersebut termakan oleh domba
atau manusia, maka kista dapat menembus dinding ususnya,
kemudian masuk ke dalam hati, saluran empedu dan dewasa di
sana untuk beberapa bulan. Cacing dewasa bertelur kembali dan
siklus ini terulang lagi.

D. Gejala Klinis yang Disebabkan Fasciola Hepatica

a) Terjadi sejak larva masuk kesaluran empedu sampai menjadi


dewasa. Parasit ini dapat menyebabkan iritasi pada saluran empedu
dan penebalan dinding saluran. Selain itu, dapat terjadi perubahan
jaringan hati berupa radang sel hati. Pada keadaan lebih lanjut
dapat timbul sirosis hati disertai asites dan edema. Luasnya organ
yang mengalami kerusakan bergantung pada jumlah cacing yang
terdapat disaluran empedu dan lamanya infeksi;
b) Masa inkubasi Fascioliasis menginfeksi pada manusia sangat
bervariasi, karena dapat berlangsung dalam beberapa hari dalam 6
minggu atau antara 2-3 bulan. Bahkan dapat lebih lama dari waktu
tersebut;
c) Gejala klinik yang paling menonjol adalah anemia, selain itu dapat
pula terjadi demam dengan suhu 40-42 derajat, nyeri di bagian
perut dan gangguan pencernaan;
d) Bila penyakit berlanjut, dapat terjadi hematomegaliasites di rongga
perut, sesak nafas dan gejala kekuningan;
e) Gejala dari penyakit fasioliasis biasanya pada stadium ringan tidak
ditemukan gejala. Stadium progresif ditandai dengan menurunnya
nafsu makan, perut terasa penuh, diare dan pembesaran hati. Pada
stadium lanjut didapatkan sindrom hipertensi portal yang terdiri
dari perbesaran hati, kanker hati, ikterus, asites, terbentuknya batu
empedu, dan serosis hepatis.
Bahaya lain akibat infeksi Fasciola hepatica ini adalah dapat
mengakibatkan komplikasi pada:
• telinga, mata
• paru-paru, dinding usus
• limpa, pankreas,
• hati

E. Diagnosa Penyakit Fasciola hepatica yang Disebabkan Oleh Fasciola


hepatica
• Pemeriksaan tinja
Merupakan cara yang paling umum dan sederhana yang
bertujuan untuk menemukan adanya telur cacing dengan
menggunakan uji sedimentasi.
• Pemeriksaan darah
Dilakukan dengan uji ELISA (enzyme linked Immunosorbent
Assay) untuk mengetahui adanya antibody atau antigen didalam
tubuh penderita. Pada infeksi parasite umumnya sel darah putih
yang meningkat tajam adalah eosinofil, walaupun hal ini tidak
spesifik dan seringkali di ikuti dengan peningkatan isotope
antibody immunoglobulin (IgE) di serum darah.Menurut Sampaio
Silva et al(1985), tingkat isotope antibody IgE berkorelasi positif
dengan jumlah telur cacing dalam tinja,usia penderita,gejala klinis
dan jumlah eosinofil.

F. Pencegahan Penyakit Fasciolosis yang Disebabkan Oleh Fasciola


hepatica
• Industri
Pembuangan air limbah/air kotor secara aman, pengobatan
ternak terhadap parasit tersebut, pencegahan agar tidak ada hewan yang
datang ke tempat pembudidayaan tanaman selada air dan pengontrolan
air yang digunakan untuk irigasi pembudidayaan tersebut.
• Tempat pengelolaan makanan/rumah tangga
Memasak makanan sampai benar-benar matang, konsumen harus
menghindari konsumsi selada air yang mentah. Kalaupun tetap harus
mengkonsumsi sayuran mentah, sebaiknya sayuran tersebut dicuci
dahulu dengan larutan cuka atau larutan potassium permanganat sebelum
dikonsumsi.
• Pengendalian Siput
Pengendalian siput dengan moluskisida agar terputusnya siklus
hidup dari Fasciola hepaticajika memungkinkan.
• Pengendalian pada hewan ternak
Kandang harus dijaga agar tetap bersih, dan kandang sebaiknya
tidak dekat kolam atau selokan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Fasciola hepatica atau disebut juga Cacing hati merupakan anggota dari
Trematoda (Platyhelminthes).[1] Cacing hati mempunyai ukuran panjang 2,5 –
3 cm dan lebar 1 - 1,5 cm. Pada bagian depan terdapat mulut meruncing yang
dikelilingi oleh alat pengisap, dan ada sebuah alat pengisap yang terdapat di
sebelah ventral sedikit di belakang mulut, juga terdapat alat kelamin. Bagian
tubuhnya ditutupi oleh sisik kecil dari kutikula sebagai pelindung tubuhnya dan
membantu saat bergerak.

Fasciolosis adalah penyakit cacing yang disebabkan oleh Fasciola


hepatica. Penyakit ini disebabkan oleh trematoda yang bersifat zoonosis. Pada
stadium lanjut didapatkan sindrom hipertensi portal yang terdiri dari perbesaran
hati, kanker hati, ikterus, asites, terbentuknya batu empedu, dan serosis
hepatis.Didalam usus domba dan manusia Fasciola hepatica merupakan hospes
definitifnya dan di dalam tubuh Lymnaea (siput) sebagai hospes perantara.
Cacing ini pada umumnya hidup di dalam hati, usus, paru-paru, ginjal, kantong
empedu, dan pembuluh darah ruminansia maupun manusia.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, RZ.2013. BEBERAPA PENYAKIT PARASITIK DAN


MIKOTIK PADA SAPI PERAH YANG HARUS
DIWASPADAI. Balai Besar Penelitian Veteriner : Bogor. Jurnal.
Diakses pada tanggal 5 Januari 2022.

Brown H.W., 2017. Dasar Parasitologi Klinik. Jakarta: FK UI, 6-20.

Harrold, W., 2014 Dasar Parasitologi Klinik. Jakarta, PT Gramedia, Edisi 4.


Jakarta, PT Gramedia, Edisi 4. Jakarta PK UI, 6-20.

Soedarto.2011. PENGOBATAN PENYAKIT PARASIT.CV.Sagung Seto:


Jakarta.

Widjajanti,S.2015.FASCIOLOSIS PADA MANUSIA:MUNGKINKAH


TERJADI DI INDONESIA?.Balai Penelitian Veteriner : Bogor.
Jurnal. Diakses pada tanggal 5 Januari 2022.

Anda mungkin juga menyukai