FASCIOLA HEPATICA
KELOMPOK 6 :
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
pencegahan akibat cacing fasciolosis yang seringb terjadi pada hewan ternak.
kritik, dan saran sangatlah kami harapkan. Semoga makalah ini berguna baik
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
1 BAB I
PENDAHULUAN
menetap dalam saluran empedu. Jenis cacing Fasciola yang ada di Indonesia
adalah Fasciola Gigantica, dan siput yang bertindak sebagai inang antara
Fasciola Hepatica.
Gejala klinis yang ditimbulkan oleh penyakit ini adalah rasa sakit
di daerah hati, sakit perut, diae, demam, dan anemia. Pada sapi dan domba,
penurunan produksi susu dan berat badan. Gejala klinis yang menonjol
yang ada di Indonesia, telah dilaporkan bahwa domba ekor tipis merupakan
kerugiannya dapat mencapai 514 milyar per tahun. Kerugian ini dapat
4
berubah kematian, penurunan berat badan, hilangnya tenaga kerja,
penurunan produksi susu 10-20 %, dan biaya yang harus dikeluarkan untuk
pengobatan.
finansial . Maka dari itu, perlu kita mengetahui seperti apa morfologi dari
1.3 Tujuan
epidemiologi.
5
3. Mengetahui dan mempelajari manifestasi klinis cacing Fasciola
Hepatica
6
2 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Etiologi
30x13 mm. Bagian anterior berbentuk seperti kerucut dan pada puncak kerucut
terdapat batil isap mulut yang besarnya ±1 mm, sedangkan pada bagian dasar
kerucu terdapat batil isap perut yang besarnya ±1,6 mm. Saluran pencernaan
bercabang – cabang sampai ke ujung distal sekum. Testis dan kelenjar vitelin
7
Telur cacing ini berukuran 140x90 mikron, dikeluarkan melalui
saluran empedu ke dalam tinja dalam keadaan belum matang. Telur menjadi
matang dalam air selama 9-15 hari dan berisi mirasidium. Telur kemudian
menetas dan mirasidium keluar mencari keong air (Lymnaea spp). Serkaria
keluar dari keong air dan berenang mencari hospes perantara II, yaitu tumbuh-
tumbuhan air dan pada permukaan tumbuhan air membentuk kista berisi
metaserkaria.
memakan tumbuhan air tersebut, menembus dinding usus dan bermigrasi dalam
ruang peritoneum hingga menembus hati. Larva masuk ke saluran empedu dan
keadaan yang lembab dalam feses dan cepat mengalami kerusakan apabila
berada dalam keadaan yang kering. Larva cacing Fasciola Hepatica dapat
8
bertahan selama 10-18 bulan dalam tubuh siput. Sedangkan metasekaria yang
menempel pada rerumputan mampu bertahan hidup antara 3-6 bulan apa ila
di tempat yang panas dan kering. Cacing dewasa yang terdapat di dalam hati
2.2 Epidemiologi
9
Larva serkaria kemudian berekor menjadi metaserkaria, dan
dan menjadi kista yang daoat bertahan lama pada rumput, tanaman
mejadi dewasa dalam beberapa bulan sampai bertelur dan siklus ini
terulang kembali.
10
2.2.2 Spesies Rentan
manusia. PAda inang yang tidak biasa, seperti manusia dan kuda,
siput air tawar jenis Lymnea. Telur cacing Fasciola yang masih
22-300C.
11
Mirasidium yang keluar dari telur sangat aktif berenang
dan daya tahan hidup mirasidium tidak lebih dari 40 jam. Setelah
akan keluar dari tubuh siput mulai hari ke 40 sampai hari ke 55.
12
tempat tinggal penduduk. Penggunaan air yang tercemar
keluar ke tanah atau air bersama dengan feses. Seluruh siklus hidup
Prevalensi penyakit ini pada sapi di Jawa Barat mencapai 90% dan
13
di Daerah Istimewa Yogyakarta anatar 40-90%, sedangkan
14
Bentuk kronis mencapai dewasa 4-5 bulan setelah infestasi,
dan bawah perut, icterus dan kematian dapat terjadi dalam waktu 1-
3 bulan.
2.3.2 Patologi
15
Gambar 2.5 Hati yang Terinfeksi Fasciola Gigantica
(Sumber http://veterinaryrecord.bmj.com )
2.3.3 Diagnosa
a. Diagnosa Klinis
ultrasonografi (USG).
b. Diagnosa Labolatorium
16
Pemeriksaan feses untuk deteksi telur cacing terkendala
c. Diagnosa Banding
gangguan nutrisi.
enteritis.
17
pemerintah, yang dalam hal ini Departemen Pertanian. Penetapan aturan
penyediaan pangan asal hewan khususnya daging ASUH (aman, sehat, utuh
dan halal). Untuk mendapatkan daging ASUH yang bersumber dari RPH maka
meliputi:
1. Hewan ternak yang baru datang di RPH harus diturunkan dari alat angkut
4. Hewan ternak harus dipuasakan tetapi tetap diberi minum kurang lebih 12
antemortem).
18
b. Tahap Pemeriksaan Ante Mortem:
1. Pemeriksaan ante mortem dilakukan oleh dokter hewan atau petugas yang
2. Hewan ternak yang dinyatakan sakit atau diduga sakit dan tidak boleh
1. Ruang proses produksi dan peralatan harus dalam kondisi bersih sebelum
3. Hewan ternak harus dibersihkan terlebih dahulu dengan air (disemprot air)
melalui gang way dengan cara yang wajar dan tidak membuat stress.
d. Penyembelihan:
diperbolehkan.
19
3. Apabila tidak dilakukan pemingsanan, maka tata cara menjatuhkan hewan
harus dapat meminimalkan rasa sakit dan stress (missal menggunakan re-
straining box).
4. Apabila hewan ternak telah rebah dan telah diikat (aman) segera dilakukan
ventral leher dengan menggunakan pisau yang tajam sekali tekan tanpa
sekaligus.
6. Setelah hewan ternak tidak bergerak lagi, leher dipotong dan kepala
pemeriksaan selanjutnya.
7. Pada RPH yang fasilitasnya lengkap, kedua kaki belakang pada sendi tarsus
dikait dan dikerek (hoisted), sehingga bagian leher ada di bawah, agar
selanjutnya.
8. Untuk RPH yang tidak memiliki fasilitas hoist, setelah hewan benar-benar
e. Tahap Pengulitan:
makan di leher dan anus, sehingga isi lambung dan feses tidak keluar dan
mencemari karkas.
20
2. Pengulitan dilakukan bertahap, diawali membuat irisan panjang pada kulit
5. Pengulitan harus hati-hati agar tidak terjadi kerusakan pada kulit dan
terbuangnya daging.
f. Pengeluaran Jeroan:
1. Rongga perut dan rongga dada dibuka dengan membuat irisan sepanjang
2. Organ-organ yang ada di rongga perut dan dada dikeluarkan dan dijaga
tenggorokan, limpa, ginjal dan lidah) dan jeroan hijau (lambung, usus,
1. Pemeriksaan post mortem dilakukan oleh dokter hewan atau petugas yang
3. Karkas dan organ yang dinyatakan ditolak atau dicurigai harus segera
21
4. Apabila ditemukan penyakit hewan menular dan zoonosis, maka dokter
2.5.1 Pengobatan
22
dalam kondisi yang baik dan juga menjaga lingjkungan, terutama
larva cacing.
a. Pelaporan
b. Pencegahan
23
jerami yang berasal dari sawah dekat kandang. Bila teroaksa,
pembudidayaan tersebut.
Rafoxanide.
24
3. Kelompok benzimidazoles : Triclabendazole,
sempurna.
25
3 BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
3.2 Saran
26
4 DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, RZ.2005. Beberapa Penyakit Parasitik Dan Mikotik Pada Sapi Perah Yang
Harus Diwaspadai. Balai Besar Penelitian Veteriner : Bogor. Jurnal. Diakses pada
Caoture ELISA untuk Deteksi Antigen. Pros. Seminar Nasional Parasitologi dan
Desember 2016.
http://wailineal.blogspot.com/2011/12/fascioliasis-etiologi-fasciola-hepatica.html
http://snd-inf.blogspot.com/2011/04/cacing-hati-fasciola-hepatica.html
http://crocodilusdaratensis.wordpress.com/2010/10/16/fasciola-hepatica/
27