Disusun Oleh:
Masyitah (1706103010010)
Masliana (1706103010004)
Cut Tya Asria (17061030100)
Suci Oktariani (17061030100)
Khairatun Hisan (17061030100)
Cut Naysa Mayza . S (17061030100)
Muhammad Iqbal (17061030100)
2019
KATA PENGANTAR
Puji beserta syukur marilah kita sampaikan kepada Allah Yang Maha Esa karena berkat rahmat
dan limpahan karunianya lah kita masih dapat merasakan pendidikan yang sangat bermanfaat ini serta
berkat rahmat dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “TREMATODA
HATI“. Serta salawat beriringkan salam marilah kita lantunkan ke pangkuan nabi besar Muhammad
SAW yang telah membawa kita kealam yang penuh ilmu pengetahuan seperti sekarang ini.
Makalah ini kami buat untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi mahasiswa khususnya
dan bagi pembaca pada umumnya. Kami mengucapkan terima kasih untuk semua pihak yang telah
membantu kami dalam pembuatan makalah ini sehingga dapat terselesaikan. Tidak lupa kami juga
mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah Parasitologi yang diampu oleh
Bapak yang telah memberikan bimbingan dan saran yang berharga dalam penyusunan makalah ini
sehingga dapat terselesaikan dengan baik.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, hal ini dari segi penyusunan
maupun dari segi materi. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan setiap kritik dan saran yang bersifat
membangun, yang dapat memperbaiki dan menyempurnakan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
1.3 Tujuan
1. Untukmengetahuipengertiandaribioma savanna.
BAB II
PEMBAHASAN
Kingdom : Animalia
Filum : Platyhelminthes
Kelas : Trematoda
Sub Kelas : Digenea
Ordo : Echinostomida
Family : Fasciolidae
Genus : Faciola
Spesies : Fasciola hepatica dan Fasciola giaentica
Fasciola sp sering ditemukan di daerah beriklim sedang, dingin dan tropis seperti
di Indonesia. Karena di Indonesia erat hubungannya dengan kegiatan persawahan.
utama infeksi adalah akibat memakan batang padi atau tumbuhan lainnya yang
mengandung metaserkaria. Infeksi juga dapat terjadi akibat penggunaan pupuk tinja serta
pemanfaatan tenaga ternak untuk membajak sawah. Pengendalian Fasciolosis yang
efektif pada ternak dilakukan dengan cara mengurangi jumlah siput inang, pemberian
obat cacing secara periodik dan menejemen. Populasi siput meningkat pada musim
penghujan sehingga populasi harus di kendalikan (Martindah dkk, 2005).
3. Gejala klinis
Fasciolosis pada ternak biasanya tidak memperlihatkan gejala klinis yang
menciri. Gejala yang mungkin terlihat berupa kekurusan, lemah, kurang napsu makan,
pucat, terkadang ada odema di sekitar rahang bawah yang menyebar ke bagian bawah
leher dan dada, diare dan bulu kusam. Gejala ini mirip dengan penyakit parasiter lainnya
ataupun kurang gizi, sehingga peternak tidak menyadari bahaya penyakit ini pada ternak
dan manusia. Sehingga pencegahan dan pengendaliannya masih sangat kurang
diperhatikan (Martindah dkk, 2005).
Fasciola sp. merupakan jenis parasit yang paling banyak menyerang sapi Bali.
Sapi yang terserang Fasciola sp. akan tampak pucat, lesu, mata membengkak, tubuh
kurus, dan bulu kasar serta kusam atau berdiri (Gambar 6). Fasciola sp. yang masih muda
merusak sel-sel parenkim hati dan cacing dewasa hidup sebagai parasit dalam pembuluh-
pembuluh darah yang ada di hati. Sapi yang terserang Fasciola sp. mengalami gangguan
fungsi hati, peradangan hati dan empedu, obstipasi, serta gangguan pertumbuhan
(Guntoro, 2002)
Bentuk infeksi Fasciola sp di bagi menjadi bentuk akut, subakut dan kronis.
Fasciolosis akut disebabkan oleh adanya migrasi cacing muda di dalam jaringan hati
sehingga menyebabkan kerusakan jaringan hati. Ternak menjadi lemah, nafas cepat dan
pendek. Fasciolosis subakut sama sekali tidak menunjukkan gejala, namun pada waktu
hewan tersebut mengalami kelelahan dapat mengakibatkan kematian mendadak
(Ditjennak, 2012). Fasciolosis bentuk kronis terjadi saat cacing mencapai dewasa 4-5
bulan menyebabkan ternak lesu, lemah, napsu makan menurun, cepat mengalami
kelelahan, membran mukosa pucat, diare serta dapat mengakibatkan kematian (Subroto,
2007).
Fasciolosis subakut terjadi pada akhir musim gugur sampai musim semi
(Mitchell, 2007). Fasciola sp yang masih muda merusak sel-sel parenkim hati dan cacing
dewasa hidup sebagai parasit dalam pembuluh-pembuluh darah yang ada di hati. Sapi
yang terserang Fasciola sp mengalami gangguan fungsi hati, peradangan hati dan
empedu serta gangguan pertumbuhan (Guntoro, 2002).
Di Indonesia, fasciolosis merupakan salah satu penyakit ternak yang telah lama
dikenal dan tersebar secara luas. Keadaan alam Indonesia dengan curah hujan dan
kelembaban yang tinggi memungkinkan parasit seperti cacing berkembang dengan baik.
Sifat hermaprodit Fasciola sp. juga akan mempercepat perkembangbiakan cacing hati
tersebut. Cacing ini banyak menyerang ruminansia yang biasanya memakan rumput yang
tercemar metaserkaria, tetapi dapat juga menyerang manusia (Mohammed, 2008).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Subronto. 2007. Ilmu Penyakit Ternak II (revisi). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,
Cetakan ke-3.