Anda di halaman 1dari 6

KARAKTERISTIK DAN PERILAKU LOVEBIRD JANTAN SERTA BETINA

SPESIES Agapornis fische DI DALAM KANDANG


GAMPONG BLANGKRUENG, ACEH BESAR

Dian Islamiati1, Hajrazul Pitri2Nadia Phonna3dan Szaza Aisyah Rizky Zulkarnain4


1,2,3
Jurusan Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidkan
Universitas Syiah Kuala

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi karakteristik dan perilaku love bird
jantan dan betina (Agapornis fischeri). Penelitian telah dilakukan pada 17 Oktober 2019 di
kandang lovebird di jalan Tgk Chik Silang, Lorong komplek desa, Kecamatan Syiah Kuala,
Kabupaten Aceh Besar. Objek yang diamati adalah 3 pasang lovebird yang telah mencapai
kematangan seksual (≥9bulan). Metode pengambilan sampel untuk perilaku yang diamati adalah
dengan melalui kamera video selama 4 jam di kandang obyek. Penilaian karakteristik lovebird
yang diamati adalah bentuk tubuh, bentuk kepala, dan bentuk bulu ekor sedangkan pengamatan
perilaku adalah menelan (makan dan minum) dan perilaku menganggur (bertengger, bermain, dan
beristirahat). Hasil penelitian ini menunjukkan perbedaan karakter pada jantan dan betina tidak
signifikan. Persentase rata-rata perilaku lovebird adalah minum, makan, bermain, dan bertengger.
Kata Kunci: bertengger, karakteristik, perilaku

Abstract

The purpose of this study was to identify the characteristics and behavior of male and female
love birds (Agapornis fischeri). The research was carried out on 17 October 2019 in the lovebird
cage on Tgk Chik Silang road, Lorong village complex, Syiah Kuala District, Aceh Besar District.
The object being observed is3 lovebird tides that have reached sexual maturity (≥9 months). The
sampling method for observed behavior is through a video camera for 4 hours in an object enclosure.
Assessment of lovebird characteristics observed were body shape, head shape, and tail feather shape
while observing behavior was swallowing (eating and drinking) and idle behavior (perching, playing,
and resting). The results of this study indicate differences in character in males and females are not
significant. The average percentage of lovebird behavior is drinking, eating, playing, and perching.
Keywords: perch, characteristics, behavior

1
PENDAHULUAN diantara 25-35 derajat Celcius, itu merupakan
suhu ideal dalam perkembangan lovebird dan
Lovebird merupakan salah satu kelembaban kandang penangkaran akan
burung dari genus agapornis. Secara harfiah, membuat lovebird lebih nyaman (Salat,
Agapornis berasal dari bahasa yunani yakni 2019).
agape yang berarti cinta dan ornis yang
berarti burung.Burung lovebird ini berasal MATERI DAN METODE
dari benua afrika dan madagaskar. Seperti
namanya, burung ini dapat memikat hati dan Materi Penelitian
dicintai banyak orang. Lovebird atau burung Alat yang digunakan adalah kandang
cinta ini memiliki banyak kelebihan untuk kawat, tempat pakan, tempat minum, ring untuk
dijadikan sebagai hewan peliharaan.Suara lovebird betina, kamera video, danalat tulis.
kicau dan variasi warna bulunya yang indah Adapun bahan yang digunakan pada penelitian
adalah ciri khas lovebird yang tidak dimiliki ini adalah 3 pasang Agapornis fischeri yang
berumur 9 bulan. Bahan pakan yang diberikan
oleh burung lainnya (Nurkarimah, 2019).
selama penelitian meliputi jagung muda. Pakan
Burung cinta atau burung
diberikan sebanyak dua kali yakni pagi dan
lovebirdburung dari sembilan jenis species
sore hari. Penelitian dilakukan di kandang
genusagapornis (dari bahasa Yunani lovebird di jalan Tgk Chik Silang, Lorong
“agape’’yang bearti “cinta” dan “ornis” komplek desa, Kecamatan Syiah Kuala,
yangberarti “burung”).Mereka adalah Kabupaten Aceh Besar pada 17 Oktober 2019
burungyang berukuran kecil,antara 13 selama 4 jam.
sampai 17cm dengan berat 40 hingga 60
Metode Penelitian
gram dan bersifat sosial (Soemadi, 2003) .
Jenis data yang dikumpulkan dalam
Lovebird sangat mudah dikenali
penelitian ini berupa data primer dan data
karena warna bulunya yang sangat khas dan
sekunder. Data primer dikumpulkan melalui
bermacam warna dan tampak selalu bersih.
Lovebird salah satu dan termasuk golongan pengamatan langsung terhadap karakteristik
paruh bengkok. Ciri lain untuk mengenali dan perilaku harian lovebird. Adapun data
burung lovebird adalah kicauannya yang sekunder diambil dari jurnal lovebird sebagai
khas yaitu bersuara ngekek (Soenanto, data pendukung.
2002).
A. Karakteristik
Lovebird adalah burung tropis yang
Pengamatan karakteristik lovebird jantan
dihabitatnya hanya ada musim kemarau dan
dan betina yang meliputi bentuk tubuh, bentuk
musim hujan saja, di Afrika dan Madgaskar,
kepala, dan bentuk bulu ekor lovebird yang
lovebird hidup berkoloni. Lovebird juga
diamati secara visual pada kandang yang dinilai
burung yang aslinya memiliki kondisi tubuh berdasarkan kriteria tertentu. Langkah kerja
yang lebih kuat dari burung jenis lainnya. yang dilakukan pada pengamatan karakteristik
Suhu ideal ternak lovebird dalam dunia lovebird sebagai berikut.
breeding burung tidak terlalu bermasalah 1. Bentuk tubuh, bentuk kepala, dan bentuk
karena lovebird bisa cepat beradaptasi bulu ekor lovebird diamati secara visual
dengan cuaca di Indonesia ini. Suhu yang selama 4 jam pada kandang.
terlalu panas maupun terlalu dingin juga tidak 2. Pencatatan hasil dinilai berdasarkan
baik dalam perkembangbiakan ternak kriteria yang meliputi bentuk tubuh
lovebird, ini bisa berdampak pada kualitas ramping, kepala bulat, dan bulu, serta;
telur dan kualitas anakan lovebird kelak. 3. Hasil pengamatan karakteristik lovebird
Suhu ideal kandang ternak lovebird adalah dianalisis menggunakan metode

2
pengamatan secara langsung selama 4 jam karakteristik dan perilaku lovebird jantan
di kandang. maupun betina pada spesies Agapornis
fischeri.
B. Perilaku
Perilaku lovebird jantan dan betina
diamati pada kandang kawat yang direkam HASIL DAN PEMBAHASAN
melalui kamera video pada interval waktu A. Karakteristik Lovebird
tertentu. Langkah kerja yang dilakukan pada Pada pengamatan karakteristik dan
penelitian ini sebagai berikut.
perilaku harian lovebirddilakukan di dalam
1. Pencatatan aktivitas burung lovebird
kandang. Hal ini dilakukan dengan tujuan
dilakukan pukul 08.00-12.00 WIB di
agar pengamatan dapat lebih dekat, fokus,
dalam kandang.
jelas, dan memudahkan pengumpulan data
2. Pengambilan data pengamatan perilaku
pendukung karakteristik dan perilaku.
meliputi perilaku ingestif (menelan) dan
perilaku menganggur. 1. Bentuk tubuh lovebird
3. Lama waktu perilaku lovebird jantan dan Lovebird jantan dan betina memiliki
betina diamati dengan lama pengamatan perbedaan yang tidak signifikan terhadap
selama 4 jam pada kandang objek. bentuk tubuh. Bentuk tubuh yang relatif
4. Data hasil pengamatan perilaku harian sama antara lovebird jantan dan betina
lovebird dianalisis menggunakan rumus diduga karena jantan dan betina memiliki
yang telah ditentukan. ukuran tubuh yang relatif sama. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Nishida dkk.
Analisis Data (1982) dan Susanti dkk. (2006) bahwa
indikasi bentuk tubuh pada unggas
A. Analisis kuantitatif
dibedakan berdasarkan ukuran pada bagian
Adapun data perilaku lovebird dihitung
tubuhnya seperti panjang sayap, tulang
untuk mengetahui rata-rata perilaku, persentase
paha, dan ukuran shanknya.
frekuensi relatif, dan persentase waktu relatif
Dengan demikian, ukuran dan
berdasarkan rumus Sudjana (1992) sebagai
bentuk memiliki keterkaitan sehingga
berikut.
ukuran tubuh cenderung memberikan
Rata-rata perilaku = gambaran pada bentuk tubuh. Burung
lovebird betina memiliki ciri-ciri bentuk
jumlah burung badan nya kecil dan ramping sedangkan
jumlah hari lovebird jantan memiliki bentuk badan
yang gempal dan agak sedikit besar.
Frekuensi relatif =

jumlah frekuensi suatu aktivitas 2. Bentuk Kepala dan Ekor Lovebird


x 100% Ciri-ciri bagian kepala lovebird
jumlah frekuensi seluruhnya
jantan dan betina memiliki persamaan
Waktu relatif = yakni bentuk dan ukuran kepalanya
jumlah waktu suatu aktivitas proporsional atau pas tidak terlalu
x 100% besar dan tidak terlalu kecil.
jumlah waktu seluruhnya
Sedangkan bentuk ekor lovebird
B. Analisis deskriptif memiliki perbedaan berdasarkan jenis
Data yang diperoleh dianalisis kelamin. Lovebird jantan cenderung
dengan cara deskriptif dalam hal

3
berbentuk runcing, sedangkan ekor istirahat (Rekapermana dkk., 2006) pukul
lovebird betina lebih rata dan lebar. 11.00--12.00 WIB pada jantan sedangkan
pada betina pukul 15.00--16.00 WIB.
B. Perilaku Lovebird
2. Perilaku diam
1. Perilaku ingestif Perilaku diam yang diamati meliputi
Perilaku ingestif yang diamati perilaku bertengger dan beristirahat. Rata-
meliputi perilaku makan, minum, dan rata frekuensi bertengger lovebird jantan
membersihkan paruh (Takandjandji dkk., adalah 150 menit dari 240 menit (62,5%)
2010). Perilaku makan banyak dilakukan di lebih tinggi daripada frekuensi bertengger
pagi hari karena suhu pada pagi hari lebih betina selama 240 menit (41,67%). Hal ini
rendah sehingga memicu mengonsumsi diduga karena jantan memiliki sifat
makanan lebih banyak untuk meningkatkan melindungi, lebih agresif, dan lebih berani
suhu tubuh (Iskandar dkk., 2009). Keadaan terhadap gangguan daripada betina yang
suhu lingkungan yang panas menyebabkan sering berada di nest box (kotak sarang)
hewan mengurangi kecepatan metabolisme dalam waktu yang cukup lama
dalam tubuh dengan menurunkan konsumsi (Takandjandji dkk., 2010).
pakan. Penambahan panas dari hasil Adapun frekuensi istirahat jantan
metabolisme menyebabkan hipotalamus selama 120 menit lebih rendah (33,3%)
merangsang pusat kenyang. Temperatur daripada betina selama 120 menit (41,3%).
lingkungan yang dingin menyebabkan Persentase frekuensi istirahat jantan
kegiatan makan terus berlangsung sampai tersebut tidak jauh berbeda dengan betina
saluran pencernaan penuh sesuai dengan karena perilaku istirahat lovebird dilakukan
kapasitasnya (Sulistyoningsih, 2004). secara berpasangan. Menurut Abidin
Berdasarkan hasil pengamatan, (2007), pada burung paruh bengkok seperti
terdapat fenomena menarik yakni lovebird kasturi jantan saat beristirahat terlihat
jantan lebih banyak mengambil makanan betina mengikuti jantan sehingga istirahat
daripada betina. Makanan yang sudah dilakukan bersama-sama.
ditelan oleh jantan kemudian akan Perilaku istirahat lovebird berkisar
dimuntahkan kembali bercampur saliva antara suhu 28,2--30,7˚C. Hal ini diduga
yang diberikan pada betina saat saling karena kisaran suhu tersebut nyaman untuk
memasukkan paruh satu sama lain dan beristirahat setelah banyak melakukan
terlihat sering dilakukan saat perilaku aktivitas lain. Sulistyoningsih (2004)
makan bersama-sama. menjelaskan perilaku beristirahat berkaitan
Frekuensi minum lovebird lebih dengan faktor kenyamanan. Temperatur
banyak dilakukan seiring banyaknya lingkungan yang nyaman membuat ternak
frekuensi makanan yang dikonsumsi. dapat beristirahat lebih banyak sedangkan
Perilaku minum lovebird dilakukan setelah saat tercekam panas lebih gelisah sehingga
makan pada kisaran suhu 26,3--27,2˚C atau waktu istirahat lebih sedikit.
saat kehausan karena cuaca panas antara
31,0--31,1˚C dan akan terus dilakukan
hingga burung merasa hausnya hilang
(Takandjandji dkk., 2010). Perilaku minum
juga dilakukan ketika di sela-sela waktu

4
Budidaya Burung Love Bird Berbasis
Grafik Perilaku Diam Arduino Dan Android Melalui Wifi.
80.00% 0.63 Jurnal Informatika dan RPL. 1:2, 106-
60.00% 114.
40.00% 0.33 Siscawati, Evy. (2012). Perilaku Kucing Dilihat
20.00%
Dari Perspektif Evolusi.
0.00% Soemadi. 2003. Pengaruh Jenis Kelamin
Perilaku Bertengger Perilaku Diam danLama Makan Terhadap Bobot
Jantan Column1 danPersentase Karkas Kambing
Kacang.Jurnal Agrisistem. 3:1. 13-
Gambar 1. Perbandingan perilaku 20.
bertengger dan perilaku diam antara Soenanto, H. 2002. Teknik
lovebird jantan dan lovebird betina MenangkarLovebird. Semarang:
Effar.
Daftar Pustaka Sudjana. (1992). Metode Statistika. Penerbit
Abidin, J. (2007). Studi Perilaku Harian Tarsito. Bandung
Burung Kasturi Merah (Eos bornea) Di Sulistyoningsih, M. (2004). Respon Fisiologis
Penangkaran Bidang Zoologi Pusat dan Tingkah Laku Ayam Broiler
Penelitian Biologi LIPI Cibinong Periode Starter Akibat Cekaman
Bogor. Skripsi. Fakultas Peternakan. Temperatur dan Awal Pemberian
Institut Pertanian Bogor. Bogor. Pakan yang Berbeda. Tesis. Fakultas
Chicago Press Ltd. London.University of Peternakan Universitas Diponegoro.
Semarang.
Chicago Press, Chicago.
Sunquist, M dan F. Sunquist. 2002. Wild
Guide. Point Defiance Zoo dan
Cat of the World. The University of
Aquarium/WildAid. Thailand. Pp.
Takandjandji, M., Kayat, dan G. ND.
108. Njurumana. (2010). Perilaku burung
Iskandar, S., S.D. Setyaningrum, Y. Amanda, bayan sumba (Eclectus roratus cornelia
dan I. Rahayu H.S. (2009). Pengaruh bonaparte) di penangkaran Hambala,
kepadatan kandang terhadap Sumba Timur, NTT. Jurnal Penelitian
pertumbuhan dan perilaku ayam Hutan dan Konservasi Alam 7:4, 357-
Wareng-Tangerang Dara. JITV. 14:1, 369.
19-24. Wirausaha Peternakan Burung
Nishida, T., K. Nozawa, Y. Hayashi, T. Lovebird. Jurnal Ilmiah. 17:2, 95-112.
Hashiguchi, and S.S. Mansjoer. (1982).
Body measurement and analysis of
external genetic characters of
Indonesian native fowl. The Origin and
Phylogeny of Indonesian Native
Livestock. The Research Group of
Overseas Scientific Survey. 2:3, 73-83.
Nurkarimah, Zarah. (2019). Menguak Sukses
Povey, K dan W. Spaulding. 2006. Wild
Cat of Southeast Asia: An Educator’s
Rekapermana, M., M. Thohari, dan B.
Masy’ud. (2006). Pendugaan jenis
kelamin menggunakan ciri-ciri
morfologi dan perilaku harian pada
gelatik Jawa (Padda oryzivora Linn,
1758) di penangkaran. Media
Konservasi. 11:3, 89-97.
Salat, Akmal Baihari. (2019). Pembuatan Alat
Pendeteksi Kebisingan Untuk

5
6

Anda mungkin juga menyukai