Ia merupakan garis
penghubung berbagai cabang bidang biologi. Evolusi memberi ilmu biologi dasar ilmiah
yang kuat. Pentingnya teori evolusi dijelaskan oleh Theodosius Dobzhansky (1900–1975)
pada publikasi American Biology Teacher dengan judul esai "Nothing in Biology Makes
Sense Except in the Light of Evolution" (Tidak ada yang masuk akal dalam biologi
kecuali menurut evolusi). Namun, teori evolusi itu sendiri tidaklah statis. Walaupun
peristiwa evolusi adalah fakta, terdapat berbagai diskusi dalam komunitas ilmiah
mengenai mekanisme proses evolusi tersebut. Sebagai contoh, laju kejadian evolusi
masih didiskusikan. Selain itu, terdapat berbagai opini mengenai satuan utama perubahan
evolusioner, apakah itu organisme ataupun gen.
Setelah teori genetik dikembangkan dalam era modern ini, evolusi kini sering
dilihat sebagai perubahan-perubahan dalam frekuensi gen antara populasi leluhur dengan
populasi keturunannya, meskipun diakui sangat mustahil bagi kita untuk secara langsung
mengukur perubahan-perubahan kuantitatif antara kedua hal tersebut.
Pandangan bahwa evolusi terjadi secara bertahap didasarkan pada hasil kerja ahli
geologi James Hutton (1726–1797) dengan teorinya yang disebut "gradualisme". Teori
Hutton mensugestikan bahwa perubahan geologis yang sangat bersar merupakan produk
kumulatif operasi proses-proses yang terjadi relatif lambat dan berlanjut yang sampai
sekarang masih dapat terlihat beroperasi. Sudut pandangan uniformitarian diadopsi untuk
perubahan biologis. Pandangan seperti ini tampaknya berkontradiksi dengan catatan fosil
yang menunjukkan bahwa spesies baru muncul secara tiba-tiba dan tidak berubah dalam
waktu yang sangat panjang. Ahli paleontologi Stephen Jay Gould (1940–2002)
mengembangkan suatu model yang mengajukan bahwa evolusi, walaupun menurut
manusia adalah proses yang lambat, mengalami periode perubahan yang relatif cepat
dalam beberapa ribu ataupun jutaan tahun, diikuti oleh periode stabilitas relatif yang
panjang. Model ini disebut sebagai "kesetimbangan bersela" (punctuated equilibrium)
yang menjelaskan catatan fosil tanpa berkontradiksi dengan gagasan Darwin.
Kedua spesies jerapah ini pun berkompetisi untuk mengambil daun tersebut. Dan, karena
jerapah leher pendek kesulitan untuk menggapai dedaunan tinggi, akhirnya spesies jerapah ini
mati sehingga menyisakan spesies jerapah leher panjang. Jerapah yang kita lihat saat ini.
Pada teori evolusi Darwin, terlihat jelas bahwa adanya variasi organisme terjadi
dengan sendirinya (dari dulu memang sudah ada jerapah leher panjang dan pendek) yang
kemudian diseleksi oleh alam. Sementara menurut Lamarck, variasi ini terjadi sebagai
akibat dari perubahan lingkungannya. Bagaimana si organisme berusaha beradaptasi
terhadap lingkungannya.
3. Evolusi akan mengakibatkan kemunculan spesies baru. Para ilmuwan telah lama bergelut
dalam mencari definisi spesies yang tepat karena spesies yang baru merupakan gradasi
perubahan perlahan dari spesies terdahulu. Ernst Mayr (1904–2005) mendefinisikan
spesies sebagai populasi ataupun kelompok populasi yang anggota-anggotanya memiliki
potensi saling kawin secara alami dan dapat menghasilkan keturunan yang dapat hidup
dan fertil.[46] Definisi Mayr mendapatkan dukungan para ahli biologi yang luas, tetapi
definisinya tidak dapat diterapkan pada organisme seperti bakteri yang bereproduksi
secara aseksual.
Migrasi turut mendorong evolusi dari faktor genetik karena adanya pergerakan
alel dalam populasi melalui perkawinan antaranggota populasi. Fenomena ini disebut
juga sebagai aliran gen. Perpindahan individu dari satu populasi ke populasi lainnya
menyebabkan terjadinya migrasi gen yang mengarah pada terjadinya perubahan frekuensi
gen pada populasi tersebut.
5. Kuda :
a. Zaman Eosen (Eohippus)
Burung Finch :
Burung Finch memiliki bentuk yang mirip dengan burung pipit baik bentuk paruh
serta jenis makanannya maupun ukuran tubuh. Burung Finch berasal dari Amerika
Selatan dengan ciri bentuk paruh tipe pemakan biji-bijian, namun spesies burung Finch di
pulau Galapagos memiliki bentuk paruh yang beragam sesuai dengan makanan yang
terbatas di pulau Galapagos tersebut. Dari kajian yang dilakukan selama bertahun-tahun
setelah pelayaran Darwin, para ahli biologi menyim-pulkan bahwa faktor itulah yang
terjadi pada burung finch di kepulauan Galapagos.
Beberapa burung mempunyai paruh yang hanya bisa dipakai untuk menghisap madu
bunga.