Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

HAMA DAN PENYAKIT PADA IKAN

Makalah ini disusun dan diajukan untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah
Hama PenyakitIkan.

Dosen Pengampu : Wahyu Puji Astiani, S.Pi., M.P

Disusun oleh :

Ahmad saeful anam 21.3.08.003

PROGRAM STUDY BUDIDAYA IKAN


POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN PANGANDARAN
2022/202
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini. Sholawat serta salam semoga tetap
tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW. Tidak lupa pula penulis ucapkan terima kasih
kepada ibu Wahyu Puji Astiani, S.Pi., M.P selaku dosen pengampu mata kuliah Teknik Hama
dan Penyakitikan yang senantiasa membimbing penulis dalam menyelesaikan tugas makalah
ini.
Makalah yang berjudul “Hama dan penyakit pada ikan .” ini disusun untuk memenuhi
tugas pada mata kuliah Teknik Pembenihan Ikan.
Bilamana ada beberapa kesalahan yang terdapat dalam makalah ini, izinkan penulis
menghaturkan permohonan maaf. Sebab, makalah ini tiada sempurna dan masih memiliki
banyak kelemahan. Penulis juga berharap pembaca makalah ini dapat memberikan kritik dan
sarannya kepada penulis.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca untuk menambah wawasan, ilmu
pengetahuan, dan menjadi acuan untuk menulis makalah lainnya.

Pangandaran, September 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i


DAFTAR ISI ............................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................................3
1.1 Latar belakang ..............................................................................................................3
1.2 Tujuan ..........................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................................................4
2.1 Hama dan pengendaliannya ...........................................................................................4
2.2 Pengendalian hama pada ikan........................................................................................3
BAB III PENUTUP ...................................................................................................................5
3.1 Kesimpulan........................................................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................6

ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Potensi sumberdaya perikanan Indonesia telah mengalami peningkatan yang cukup


signifikan, namun besarnya serangan hama dan penyakit ikan akan berdampak ppada
lambatnya pertumbuhan, menurunnya produktifitas dan hancurnya usaha perikanan.
Menurut Undang-Undang No. 16 Tahun 1992 Pasal 1 Ayat 3, hama penyakit ikan
karantina adalah semua hama dan penyakit ikan yang belum terdapat dan telah terdapat
hanya di area tertentu di wilayah Negara Republik Indonesia yang dalam waktu relatif
cepat dapat mewabah dan merugikan sosio ekonomi atau yang dapat membahayakan
kesehatan masyarakat. Sedangkan penyakit didefinisikan sebagai suatu keadaan fisik,
morfologi atau fungsi yang mengalami perubahan dari kondisi normal karena beberapa
penyebab dan terbagi atas dua kelompok yaitu penyebab dari dalam atau luar.

Hama adalah istilah yang luas yang digunakan untuk hewan yang tidak diinginkan
untuk beberapa alasan, mungkin jumlahnya yang terlalu banyak, atau ditempat yang salah
atau memiliki efek negatif tertentu. Hewan yang dianggap sebagai hama atau sumberdaya,
hama yaitu hewan yang berada di satu tempat pada satu waktu dan mungkin tidak terdapat
di tempat lain. Memang, suatu hewan sangat dihargai di satu tempat namun mungkin juga
dianggap hama di tempat lain (Littin, et al., 2014).

Hama adalah organisme pengganggu yang dapat memangsa, membunuh dan


mempengaruhi produktivitas ikan, baik secara langsung maupun secara bertahap. Hama
bersifat sebagai organisma yang memangsa (predator), perusak dan kompetitor
(penyaing). Sebagai predator (organisme pemangsa), yakni makhluk yang menyerng dan
memangsa ikan yang biasanya mempunyai ukuran tubuh yang lebih besar dari ikan itu
sendiri. Hama sering menyerang ikan bila masuk dalam lingkungan pemeliharaan ikan.
Masuknya hama dapat bersama saluran pemasukan air maupun sengaja datang melalui
pematang untuk memangsa ikan yang ada (Gusrina, 2008)

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui macam macam hama ikan
2. Untuk mengetahui cara pengendalian hama pada ikan

3
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Hama dan pengendaliannya

1. Keong mas (Pomacea canaliculata)


Klasifikasi keong mas menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Moluska
Kelas : Gastropoda
Ordo : Mesogastropoda
Famili : Ampullariidae
Genus : Pomacea
Spesies : Pomacea canaliculata

Ciri-ciri keong mas secara garis besar adalah sebagai berikut: cangkangnya
berbentuk bulat mencapai tinggi lebih dari 10 cm, berwarna kekuningan. Pada mulut
cangkang keong mas terdapat operculum yang bentuknya bulat berwarna coklat
kehitaman pada baian luarnya dan coklat kekuningan pada bagian dalamnya. Pada
bagian kepala terdapat dua buah tentakel sepasang terletak dekat dengan mata lebih
panjang dari pada dekat mulut. Kaki lebar berbentuk segitiga dan mengecil pada
bagian belakangnya, mereka dapat hidup pada perairan yang deras dengan
komponen utama tumbuhan air dan bangkai. Sifat biologi keong mas salah satunya
adalah sangat rakus karena dapat mengkomsumsi ganggang, azola, lumut, ubi-
ubian, talas, kangkung, eceng gondok, sisa sampah dapur, detritus, dedak, katul,
pelet, tulang berdaging, bangkai asalkan pakan tersebut tidak bergerak dan berada
dalam air terapung dan tenggelam (Riyanto, 2003). Pengendalian hama keong mas
menggunakan moluskosida sintesis, bahan kimia ini dapat menyebabkan
pencemaran lingkungan karena mengandung residu seperti metaldehid, niklosamid
atau klorothalonil. Penggunaan moluskosida sintesis berbahaya bagi kelangsungan
hidup organisme lain di sawah dan dapat menyebabkan kematian bagi ikan-ikan,
bahkan hewan peliharaan (Musman, et al., 2011).

4
2. Kodok sawah (Rana cancrivora)
Klasifikasi kodok sawah (Rana cancrivora) atau dikenal dengan nama lain

Fejervarya cancrivora menurut Rossi (2005) termasuk ke dalam:


Kingdom : Animalia

Fium : Chordata
Kelas : Amphibi
Ordo : Anura
Famili : Ranidae
Genus : Rana
Spesies : Rana cancrivora

Menurut Susanto (1993), morfologi katak sawah (Rana cancrivora) tediri


dari mata (Cavum oris), kepala (Caput), lubang hidung (Nares eksternal), gendang
telinga (Membran tympani), tungkai depan (Ekstremitas anterior), perut (Abdomen),
tungkai belakang (Ekstremitas posterior) dan kloaka. Selain itu juga terdapat selaput
diantara jari-jari kaki yang berfungsi membantu katak berenang di air sehingga katak
dapat hidup di darat dan di air.

3. Lumut benang (Cladophora vagabunda)


Klasifikasi lumut benang menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Thallophyta
Kelas : Chlorophyceae
Ordo : Cladophorales
Genus : Cladophora
Spesies : Cladophora vagabunda

Cladophora adalah algae yang berbentuk seperti benang bercabang hijau.


Bentuk benang atau jaring nya sangat kuat dan sangat tipis. Kebanyakan jenis

5
Cladophora berbentuk tebal, kusut, hijau “fluffy” tambalan atau helai rambut sepertikasar
yang membungkus lumut, tanaman batang, akar, dan batu. Ada pula Cladophoraseperti
talus berserabut, kenyal, lembut jumbai, ukurannya 5-50 cm dan tubuhnyadominan
berwarna hijau, yang telah tua berwarna agak kecoklatan.
4. Belalang kayu (Melanoplus cinereus)
Menurut Borror et al. (1992) klasifikasi belalang kayu adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Divisi : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Orthoptera
Subordo : Caelifera
Famili : Acrididae

Subfamili : Cyrtacanthacridinae
Genus : Melanoplus
Spesies : Melanoplus cinereus

Tubuh belalang terdiri dari 3 bagian utama, yaitu kepala, dada (thorax) dan perut
(abdomen). Belalang juga memiliki 6 kaki bersendi, 2 pasang sayap, dan 2 antena. Kaki
belakang yang panjang digunakan untuk melompat sedangkan kaki depan yang pendek
digunakan untuk berjalan. Meskipun tidak memiliki telinga, belalang dapat mendengar. Alat
pendengaran pada belalang disebut dengan tympanum dan terletak pada abdomen dekat sayap.
Tympanum berbentuk menyerupai disk bulat besar yang terdiri dari beberapa prosesor dan
syaraf yang digunakan untuk memantau getaran di udara, secara fungsional mirip dengan
gendang telinga manusia. Belalang mempunyai 5 mata (2 compound eye dan 3 ocelli). Belalang
termasuk dalam kelompok hewan berkerangka luar (exoskeleton).

1
Secara umum, hama ikan dapat dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan sifat hidupnya,
yaitu:
1. Predator
Predator secara harfiah dirtikan sebagai pemangsa. Pada dasarnya predator adalah binatang
yang sifatnya karnivora (pemakan daging) dengan cara memangsa atau menyantap targetnya.
Predator sejatinya selalu memiliki ukuran tubuh yang lebih besar dari mangsanya atau jika
predatornya berukuran kecil, biasanya memiliki “senjata” yang mematikan seperti bisa, racun
dan sejenisnya. Predator yang berukuran jauh lebih besar dari mangsanya, biasanya memangsa
santapan dalam jumlah banyak dan biasanya dilakukan berkali-kali. Predator ini hidup menetap
di kolam atau di lingkungan sekitar areal budidaya walaupun ada juga yang sekedar mampir di
areal budidaya tersebut dalam rangka mencari makan atau bermigrasi (berpindah dari satu
lokasi ke lokasi lainnya). Jenisnya dapat berupa ikan yang lebih besar, hewan air jenis lain,
hewan darat dan beberapa jenis serangga/insekta air. Contohnya ikan tagih (Mystus
nemurus), lele (Clarias batrachus), kakap (Lates calcarifer), bulan-bulan (Megalops
cyprinides), ikan gabus atau pemangsa lainnya seperti linsang, ular atau burung (seperti bangau,
kuntul, blekok, ibis, burung raja udang, dan sebagainya, anjing, katak pada fase dewasa dan
lain-lain.
2. Kompetitor
Kompetitor adalah organisme yang menimbulkan persaingan dalam mendapatkan oksigen,
pakan dan ruang gerak. Kompetitor yang sering menyebabkan terjadinya persaingan dalam
memperoleh pakan adalah ikan mujair (Tilapia mossambica). Spesies ikan mujair ini selain
rakus juga udah berkembangbiak, sehingga populasinya di dalam kolam akan meningkat
dengan cepat, sehingga ikan budidaya menjadi terganggu, lambat pertumbuhannya dan dapat
menyebabkan kematian. Masuknya jenis organisme lain ke kolam pemeliharaan merupakan
kompetitor selain dapat menyebabkan terjadinya persaingan untuk mendapatkan pakan juga
akan menyebabkan terjadinya kompetisi untuk memperoleh oksigen dan ruang gerak, sehingga
kompetisi yang terjadi adalah kompetisi biological requirement, yakni ruang dan makanan.
Contoh hama kompetitor lainnya adalah jenis ketam, seperti yuyu (Saesarma spp.), kepiting
(Scylla serrata), katak (pada fase berudu), keong, dan sebagainya.
3. Pengganggu/Pencuri
Pengganggu adalah organisme atau aktivitas lain diluar ikan budidaya yang keberadaannya

2
dapat mengganggu ikan budidaya. Hewan tersebut dapat merusak pematang (menjadi bocor
atau lubang), merobek saringan pada pintu pemasukan, serta merusak atau melubangi bahan-
bahan kayu atau jaring. Kebocoran kolam menyebabkan surutnya air kolam, dan banyak benih
ikan yang keluar/lolos. Perlakuan manusia yang kurang baik dalam mengelola ikan dapat
dikategorikan sebagai pengganggu, seperti saat sampling yang tidak sesuai aturan atau cara
panen yang kurang baik.
4. Insekta atau serangga air
Selain hama predator, kompetitor dan pengganggu/pencuri, terdapat pula sekelompok
hewan yang dapat digolongkan ke dalam insekta air yang membahayakan ikan budidaya yang
dikenal dengan istilah predator kelompok serangga air. Golongan insekta air ini biasanya
ditemukan di areal pembenihan dan pendederan ikan dimana golongan hewan ini akan
menyerang dan memangsa larva dan benih ikan. Predator benih ikan ini ada yang tinggal
menetap di sekitar kolam dan ada pula yang hanya sekedar lewat dalam rangka migrasi. Dalam
prakteknya, predator benih ikan ada yang memakan atau menyantap langsung benih ikan secara
utuh dan ada pula yang mematikan target terlebih dahulu beberapa waktu kemudian dimakan
setelah menjadi bangkai. Selain itu, ada juga predator benih ikan yang hanya mematikan benih
ikan untuk dihisap darah atau cairan tubuhnya, sementara tubuh benih yang sudah mati tidak
dimakan tetapi dibiarkan begitu saja. Beberapa contoh insekta tersebut adalah: kini-kini (dari
larva capung Odonata), ucrit (Peupeundeuyan) dari larva Cybister (kumbang air), kelompok
ordo Hemiptera yaitu Notonecta spp. (bebeasan), Corixa spp. (famili Corixidae), Nepa spp.
(famili Nepidae), Belestoma indicum (famili Belestematidae), dan lintah.

2.2 Pengendalian hama pada ikan


Menurut Gusrina (2008) ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah
serangan hama terhadap ikan:
 Pengeringan dan pengapuran kolam sebelum digunakan. Dalam pengapuran
sebaiknya dosis pemakaiannya diperhatikan atau dipatuhi.
 Pada pintu pemasukan air dipasang saringan agar hama tidak masuk ke dalam kolam.
Saringan air pemasukan ini berguna untuk menghindari masuknya kotoran dan hama
ke dalam kolam budidaya.
 Secara rutin melakukan pembersihan disekitar kolam pemeliharaan agar hama seperti
siput atau trisipan tidak dapat berkembangbiak disekitar kolam budidaya.

3
Untuk menghindari adanya hama ikan, dilakukan pemberantasan hama dengan
menggunakan bahan kimia. Akan tetapi penggunaan bahan kimia ini harus hati-hati hal ini
mengingat pengaruhnya terhadap lingkungan sekitarnya. Bahan kimia sintetis umumnya sulit
mengalami penguraian secara alami, sehingga pengaruhnya (daya racunnya) akan lama dan
dapat membunuh ikan yang sedang dipelihara. Oleh karena itu sebaiknya menggunakan bahan
pemberantas hama yang berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti ekstrak akar tuba, biji teh, daun
tembakau, dan lain-lain. Bahan ini efektif untuk membunuh hama yang ada dalam kolam dan
cepat terurai kembali menjadi netraln (Gusrina, 2008).
Upaya pemberantasan hama merupakan bagian penting kegiatan budidaya terutama untuk
golongan predator, kompetitor dan segala jenis hewan perusak. Cara pengendalian hama secara
fisik-mekanik merupakan cara yang paling lama (klasik) telah digunakan manusia dan biasanya
berbentuk suatu cara yang sederhana. Pada dasarnya dapat dilakukan dengan cara: penangkapan
dengan tangan, mengubah temperatur, mengubah kadar air, merusak habitat hama, menggunakan
perangkap hama, dan melindungi dari hama. Dalam kondisi serangan hama yang sudah parah,
tindakan yang dapat dilakukan adalah memindahkan ikan budidaya dan memisahkannya dari
hama.
Bahan kimia untuk pengendalian hama antara lain bahan kimia yang disarankan yaitu
pestisida organik seperti saponin dan akar tuba. Dalam keadaan biasa, air garam dapat diberikan
untuk membunuh hama atau hewan kecil seperti lintah.

4
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Dengan adanya makalah ini penulis mampu mengetahui jenis jenis hama pada ikan
2. Dengan adanya makalah ini penulis mamu mengetahui cara penanggulangan hama pada
ikan

5
DAFTAR PUSTAKA

Gusrina. 2008. Budidaya Ikan Jilid 3 untuk Sekolah Menengah Kejuruan. Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Littin, K., P. Fisher, N. J. Beausoleil, and T. Sharp. 2014. Welfare Aspects of Vertebrate Pest
Control and Culling: Ranking Control Techniques for Humaneness. Ministry for
Primary Industries. New Zealand.

Musman, M., Karina, S., dan Melanie, K. 2011. Uji Selektivitas Ekstrak Etil Asetat (EtOAc)
Biki Putat Air (Barringtonia racemosa) Terhadap Keong Mas (Pomacea canaliculata)
dan Ikan Lele Lokal (Clarias batrachus). Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh.

Riyanto. 2003. Aspek-Aspek Biologi Keong Mas (Pomacea canaliculata L.). Universitas
Sriwijaya. Palembang.

Anda mungkin juga menyukai