Anda di halaman 1dari 14

TREMATODA USUS

(ECHINOSTOMATIDAE)

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Parasitologi

Disusun Oleh :

Kelompok 7
Cut Hutami Laraniza : 1806103010033
Hamimah Jamal : 18061030100
Umratul Mondricha : 18061030100

PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt atas Rahmat dan Karunia-Nya kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan penulisan makalah untuk matakuliah Parasitologi. Shalawat
dan salam kepada Rasulullah Muhammad saw atas segala jasa dan kesungguhannya
menyampaikan Risalah Allah dimuka bumi dan semoga beliau memberi syafaatnya kepada
kita di Hari Kiamat.
Dalam penyusunan makalah ini tentunya hambatan dan rintangan selalu
mengiringi. Namun atas bantuan, dorongan dan bimbingan dosen serta bahan yang cukup
yang pada akhirnya semua hambatan dalam penyusunan makalah ini dapat teratasi.
Makalah ini kami susun dengan tujuan untuk memperluas ilmu serta untuk menambah
wawasan khususnya mengenai “Trematoda Usus yaitu spesies Echinostomatidae”. Semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca dan tidak lupa kami mohon maaf
apabila dalam makalah ini masih banyak terdapat kesalahan. Kami sebagai penulis sadar
bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan untuk itu kritik dan saran sangat
kami harapkan demi kebaikkan kami untuk ke depan.

26 November 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................................................ii


DAFTAR ISI..........................................................................................................................i
BAB I.....................................................................................................................................1
PENDAHULUAN ................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................1
a. Rumusan Masalah.............................................................................................................2
b. Tujuan ...............................................................................................................................2
BAB II....................................................................................................................................3
PEMBAHASAN....................................................................................................................3
a. Deskripsi dan Morfologi Echinostomatidae......................................................................3
b. Distribusi Geografi..........................................................................................................4
c. Siklus Hidup Echinostomatidae…….................................................................................5
d. Penyakit Echinostomatidae…….......................................................................................5
e. Gejala Penyakit Echinostomatidae……............................................................................6
f. Pengobatan......................................................................................................................6
g. Pencegahan .....................................................................................................................6
BAB III ..............................................................................................................................7
PENUTUP...........................................................................................................................7
A. KESIMPULAN...............................................................................................................7
B. SARAN...........................................................................................................................7
DAFTAR
PUSTAKA ............................................................................................................8

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Trematoda usus yang berperan dalam kedokteran adalah dari keluarga
fasciolidae,echinostomatidae dan heterophyidae. dalam daur hidup trematoda usus
tersebut,seperti pada trematoda lain,diperlukan keong sebagai hospes perantara I,tempat
mirasidium tumbuh menjadi sporokista ,berlanjut menjadi redia dan serkaria.serkaria yang
di bentuk dari redia ,kemudian melepaskan diri untuk keluar dari tubuh keong dan
berenang bebas dalam air.tujuan akhir serkario tersebut adalah hospes perantara II,yang
dapat berupa keong jenis yang lebih besar,bebrapa jenis ikan air tawar atau tumbuh-
tumbuhan air.
Manusia mendapatkan penyakit cacing daun karena memakan hospes perantara II
yang tidak di masak sampai matang. Echinostoma sp adalah cacing trematoda yang
menyerang usus halus. Cacing dewasa dari Echinostoma sp biasa menginfeksi manusia,
dan hewan. Hewan yang dapat diinfeksi oleh Echinstoma sp antara lain ayam, bebek, dan
tikus. Penyakit yang disebabkan oleh cacing Echinostoma disebut Ekinostomiasis.
Ekinostomiasis pertama kali ditemukan di negara Filipina oleh Garrinson pada
tahun 1907 di daerah Ilocana. Awal mulanya Garrinson mengira yang ditemukan adalah
trematoda hati Fasciola. Kemudian Odhner pada tahun 1911 mencatat morfologi khas yaitu
adanya duri-duri disekitar batil hisap mulut, sehingga mendeskripsikan sebagai
Echinostoma. Infeksi yang disebabkan Echinostoma sp pada usus halus dapat
mengakibatkan diare, sakit perut, anoreksia dan anemia.
Penyebaran Echinostoma yang tinggi bisa disebabkan karena pola konsumsi
masyarakat daerah tersebut yang terbiasa mengkonsumsi tutut, atau keong air sawah,
sebagai hospes perantara II, yang mengandung metaserkaria dalam kondisi mentah atau
kurang matang.

a. Rumusan Masalah
1. Jelaskan deskripsi dan morfologi dari Echinosmatidae!
2. Bagaimana Siklus hidup dari Echinosmatidae!
3. Bagaimana distribusi geografi dari Echinosmatidae!

1
4. Apakah penyakit yang disebabkan oleh Echinomatidae dan bagaimana
pengobatan dan pencegahannya?
b. Tujuan
1. Mengetahui deskripsi dan morfologi dari Echinosmatidae!
2. Mengetahui Siklus hidup dari Echinosmatidae!
3. Mengetahui distribusi geografi dari Echinosmatidae!
4. Mengetahui penyakit yang disebabkan oleh Echinomatidae dan bagaimana
pengobatan dan pencegahannya?

2
BAB II
PEMBAHASAN

a. Deskripsi dan Morfologi Echinosmatidae


Echinosmatidae disebabkan oleh cacing trematoda dari genus Echinostoma (“echino”
= berkerah; “stoma” = mulut). Kebanyakan spesies Echinostoma ditemukan pada burung.
15 sampai 20 spesies tersebut ditemukan pada usus burung seperti cormorant, grebe,
burung hantu, murai, itik, angsa, pheasant, partridge, bangau, crane, dan elang.. Cacing
trematoda yang termasuk famili Echinostomatidae ini terciri dengan adanya duri leher
yang melingkar dalam sebaris atau dua baris yang melingkari batl isap kepala. Trematoda
adalah cacing yang secara morfologi berbentuk pipih seperti daun. Pada umumnya cacing
ini bersifat hermaprodit, kecuali genus Schistosoma. Habitat cacing ini ditemukan pada
usus halus (cacing dewasa). Terdapat 11 spesies yang pernah ditemukan pada manusia,
yaitu: Echinostoma ilocanum; Echinstoma malayanum; Echinostoma lindoense;
Echinostoma mehlis; Echinostoma revolutum; Echinostoma cinetorchis; Echinostoma
macrorchis; Echinostoma recurvatum; Himasthla muehlensi; Paryphostonum sufratyfex;
Echinochasmus perfoliatus.
Yang pernah ditemukan pada hewan, antara lain: E. thapari pada ikan; E. jacaretinga
terdapat pada reptil; 95 spesies pada burung dan 14 spesies pada mamalia. Manusia yang
terinfeksi cacing Echinostoma sp akibat mengkonsumsi keong air (hospes perantara II)
yang mengandung metaserkaria dalam kondisi mentah atau setengah matang. Cacing
dewasa hidup di usus halus. Lama hidup masing-macing cacing dewasa bergantung pada
jenis spesiesnya.
Masing-masing spesies cacing Echinostoma membutuhkan hospes perantara I yang
spesifik untuk perkembangan mirasidium menjadi serkaria. Berikut nama hospes perantara
I dengan spesies cacing Echinostomanya:

Spesies Keong air Hospes Perantara I


E. ilocanum  Gyraulus convexiusculus (di Filipina dan Jawa)
 Hippeutis umbillicalis (Filipina)
 G. Prashadi (India)
E. recurvatum  Gyraulus convexiusculus
E. malayanum  Lymnaea rubiqinosa
 Lymnaea leuteola (India)
E. revolutum  Gyraulus convexiusculus

3
 Lymnaea rubiqinosa
 Physa occidentalis
 Spesies-spesies dari Lymnaea, Paludina, Seqmentia, Helisoma
E. lindoense  Gyraulus convexiusculus
 Anisus sarasinorum
Begitu juga dengan hospes perantara II, masing-masing spesies menggunakan
keong air sebagai hospes perantara II yang berbeda-beda, untuk perkembangan serkaria
menjadi bentuk kista yang disebut metaserkaria. Ukuran keong air sebagai hospes
perantara II biasanya lebih besar dari hospes perantara I. Berikut nama spesies
Echinostoma beserta hospes perantara II nya:

Spesies Keong air Hospes Perantara II


E. ilocanum  Pila conica (di Filipina)
 Vivaparus javanicus (Jawa)
E. recurvatum  Vivaparus javanicus
 Pisidium subtruncatum
 Potamopyrus jenkisi
 Contradeus contradeus
E. malayanum  Pila scutata
 Lymnaea leuteola
 ikan Barbus stiqma
E. revolutum  genus Viviparus dan Pila serta beberapa Lamellibranchiata
 beberapa spesies dari Corbicula, Sphaerium
E. lindoense  Corbicula lindoensis
 Corbicula javanica
 Corbicula celebensis
Selain menginfeksi manusia, beberapa spesies Echinostoma juga dapat menginfeksi
hewan, maka hewan berperan sebagai hospes reservoar. Hewan yang dapat menjadi hospes
reservoar antara lain tikus liar, anjing, kucing, ayam, bebek. Untuk E. lindoense, infeksi
alamiahnya hanya ditemukan pada manusia, tetapi secara eksperimental dapat dipakai tikus
putih, tikus ladang, burung merpati, bebek, angsa.

Morfologi Echinomastidae ialah duri-duri pada leher (collar sines) 37-51 buah
letaknya dua baris berupa tapal kuda melingkari bagian belakang dan samping batil isap
mulut. Panjang cacing kira-kira 10 – 12 mm dan lebar 2,25 mm. Memiliki spina kerah

4
(head coller) yang terdiri dari 37 spina, dimana 5 diantaranya membentuk spina kutub dan
kutikulanya membentuk spina di bagian anterior. Testisnya tandem, memanjang, lonjong
atau sedikit berlobus, terletak di pertengahan badan dan di belakang ovari. Vitelaria
sebelah lateral, 2/3 bagian hingga ke bagian posterior. Kantong sirrus terletak diantara
percabangan sekum dan batil isap ventral. Telur berukuran panjang 90–126 mm dan lebar
sampai 59–71 mm.

Gambar 1. Morfologi

Echinosmatidae

a) Telur

- Mempunyai operculum
- Telur terdapat dalam tinja manusia, burung, anjing, tikus dan ikan.
- Siklus Hidup telur : 3 Minggu menetas – Mirasidium- Berenang bebas – Hospes I
(Keong kecil : Anisus, Gyraulus, Lymnaea) – Sporokista – Redia (R1,R2)-
Serkaria – Hospes II (Keong besar : Vivipara, Bellamya, Pila, Corbicula) –
Metaserkaria (bentuk infektif)
- Infeksi dari cacing terjadi bila manusia memakan Hospes II (keong besar/sawah)
yang tidak matang yang mengandung metaserkaria.

5
Gambar 2. Telur
b) Cacing Dewasa

Keterangan gambar:

Duri-duri disekitar batil hisap mulut

1. E. malayanum 42 duri

2. E. lindoensis 37 duri

3. E. recurvatum 45 duri

4. E. revolutum 37 duri

5. E. ilocanum 53 duri

Sumber: Bonne C, et al, 1948.1


Gambar 3. Duri mulut cacing dewasa
Ciri yang khas dari cacing Echinostoma sp adalah duri disekitar batil hisap mulut
yang membentuk tapal kuda. Spesies-spesies Echinostoma dapat dibedakan dari jumlah
duri disekitar batil hisap mulut tersebut.

6
Echinostoma memiliki 2 batil hisap, yakni batil hisap mulut dan batil hisap perut.
Testis agak bulat, berlobus, tersusun satu dibelakang yang lain, terdapat di bagian posterior
tubuh. Ovarium bulat, terletak di depan testes anterior.

Sumber: Bonne C, et al, 1948.1 E. ilocanum

Gambar 4. Cacing Dewasa

Keterangan gambar:
morfologi cacing dewasa
1. E. recurvatum
2. E. ilocanum
3. E. malayanum
4. E. lindoense dan E. revolutum
Ukuran cacing dewasa masing-masing spesies berbeda-beda
E.ilocanum : 2,5 – 6,5 mm x 1 – 1,35 mm x 0,5 – 0,6 mm
E. recurvatum : 2,5 – 5 mm x 0,4 – 0,7 mm
E. malayanum : 5 – 9 mm x 2,2 – 3 mm
E. revolutum : 10 – 14 mm x 2 – 3 mm
E lindoense : 13 – 15 mm x 2 – 2,5 mm

7
b. Distribusi Geografis
Penyebaran geografis echinosmatidae ini tersebar daerah Filipina, Cina, Indonesia
dan India. Di Indonesia terdapat 5 spesies yang pernah dilaporkan menginfeksi manusia,
yaiut E. ilocanum ; E. revolutum, E. malayanum, E.lindoense, E. recurvatum berada di
pulau Jawa, Sumatra dan Sulawesi. Peningkatan jumlah kasus dikarenakan pola konsumsi
masyarakat, seperti mulai mengkonsumsi keong sawah dalam kondisi yang mentah atau
setengah matang. Pada tahun 2010 seperti dilansir dari radarsukabumi.com, di Sukabumi
telah dibuka restoran yang khusus menyediakan olahan keong air sawah.
Penelitian pada tahun 2010 dilakukan pada itik di daerah Surabaya, ditemukan
Echinostoma revolutum. Echinostoma revolutum dalam saluran pencernaan itik yang telah
diinfeksi jauh lebih tinggi dibandingkan Trematoda lainnya (Notocotylus imbricatus dan
Paramonostomumsp. dari Familia Notocotylidae). Pada itik cacing E. revolutum ditemukan
tersebar di dalam saluran pencernaan mulai dari usus halus, caecum, rectum dan kloaka.
Infeksi ringan cacing ini umumnya tidak patogen, sedangkan untuk infeksi berat dapat
menyebabkan enteritis (Kusumanihardja, 1993)2.
a) Penyebaran Echinostoma sp di Filipina
Di Filipina, 2 spesies Echinostoma yang menginfeksi manusia adalah E. ilocanum
dan E. malayanum. Konsumsi keong air tawar seperti Pila luzonica (keong sawah besar),
Gyraulus phrasadi dan ikan sebagai kilawen (salad dengan ikan mentah, udang, dan
moluska dengan cuka garam dan cabai) dicurigai sebagai sumber utama penularan
Echinostoma. Di Filipina, manusia terinfeksi Echinostoma juga dari memakan keong
mentah Lymnaea cumingiana, dan P. luzonica), ikan, dan berudu sebagai bagoong atau
llkiholl (makanan mentah atau asin). Infeksi dengan E. ilocanum dan E. malayanum
mengikuti tren kekeluargaan sebagaimana mengkonsumsi makanan
mentah atau asin tadi dan kebiasaan makan yang diwariskan dari satu generasi
ke yang berikutnya.

8
b) Penyebaran Echinostoma sp di Kamboja
Pada tahun 2007, Woon-Mok Sohn, Jong-Yil Chai, Tai-Soon Yong, Keeseon S.
Eom, Cheong-Ha Yoon, Muth Sinuon, Duong Socheat, Soon-Hyung Lee melakukan
pemeriksaan feses di 4 sekolah dasar di Provinsi Pursat, dan menemukan bahwa rata-rata
dari 11,9% murid sekolah mendapatkan hasil positif terhdapa tes untuk telur echinostoma.
Menurut keterangan staff sekolah, anak-anak suka makan siput setengah matang atau
kerang spesies tak dikenal yang dijual di jalan ke rumah mereka setelah sekolah. Cacing
dewasa yang terindentifikasi adalah E. revolutum. Pihak peneliti melaporkan ekinostomiasi
sebagai infeksi trematoda endemik diantara murid sekolah di Pursat. The Korea
Association of Health Promotion, Korea, bekerjasama dengan The National Centre for
Parasitology, Entomology, and Malaria Control, Ministry of Health, Kamboja, dari tahun
2006 – 2011, juga melakukan penelitian di Provinsi Oddar Meanchey, dan menemukan E.
ilocanum
c) Penyebaran Echinostoma sp di Malaysia dan Singapura
Di Malaysia dan Singapura, hanya satu spesies yang dilaporkan menginfeksi
manusia, yaitu E. malayanum.
d) Penyebaran Echinostoma di Thailand
Empat spesies echinostoma (E. malayanum, E. revolutum, E. echinatum, and
Hypoderaeum conoideum) dilaporkan terdapat di Thailand. Makan siput mentah dan
berudu diidentifikasi sebagai modus transmisi echinostoma. Ekinostomiasis sangat umum
pada wanita usia subur di desa di Thailand.
e) Penyebaran Echinostoma sp di Asia
Tiga spesies echinostoma dilaporkan menginfeksi manusia dan terdapat di Taiwan
adalah E. melis, E. revolutum,dan Echinoparyphium recurvatum. Kerang segar dan ikan
dicurigai sebagai sumber infeksi. Kerang Corbicula dimakan mentah, dan ikan mentah
dimakan dengan bubur. Pengawetan tidak mengubah inektifitas dari metaserkaria.3
Tujuh spesies echinostoma dilaporakan menginfeksi manusia di dataran Cina pada
tahun 1991. Pada tahun 1992 ditemukan tiga spesies baru: Echinochasmus liliputanus,
Echinochasmus fujilanensis, dan Echinochasmus angustitestis.

9
Tiga spesies echinostoma telah dilaporkan ada di Korea menginfeksi manusia,
yakni E. cinetorchis, E. hortense, dan E. japonicum. Infeksi echinostoma pada manusia
telah sering muncul di Korea mulai tahun 1923. Memakan keong mentah atau ikan kurang
matang dicurigai sebagai modus utama infeksi pada manusia di Korea.
Sejumlah kasus ekinostomiasis dilaporkan dari Jepang. Memakan ikan air tawar
sebagai sashimi khususnya, teridentifikasi sebagai cara utama dalam infeksi manusia dari
E. cinetrochis, E. hortense, dan E. japonicum. Dua spesies dilaporkan ada di India, yakni E.
malayanum and Paryphostomum sufrartyfex.

c. Siklus Hidup Echinosmatidae


Pada dasarnya daur hidup trematoda ini melampui beberapa beberapa fase
kehidupan dimana dalam fase tersebut memerlukan hospes intermedier untuk
perkembangannya. Fase daur hidup tersebut adalah sebagai berikut:
Telur---meracidium---sporocyst---redia---cercaria—metacercaria---cacing dewasa.
hospes intermedier ke 1 berupa siput genus Physa, Lymnea, Heliosoma, Paludina dan
segmentia. Dalam hospes intermedier tersebut meracidium membentuk sporocyst dan
kemudian terbentuk redia induk, redia anak yang kemudian membentuk cercaria. Cercaria
keluar dari siput berenang mencari hospes intermedier ke 2 yaitu jenis moluska (siput
besar), planaria, ikan atau katak. Bila hospes intermedier dimakan orang maka orang akan
terinfeksi. Cacing dewasa hidup dalam usus halus, telur keluar melalui feses dan kemudian
menetas dalam waktu 3 minggu dan kemudian keluar meracidium yang berenang dalam
air.
Mirasidium menembus bagian tubuh siput yang lunak untuk menuju ke ginjal dan
berubah menjadi sporokista yang berbentuk kantong dengan panjang sekitar 0,5 mm. Kira-
kira mulai 9 – 12 hari setelah infeksi, sporokista memproduksi satu atau dua redia induk
setiap hari selama dua minggu. Redia induk ini mulai menghasilkan redia anak 19 – 23 hari
setelah infeksi. Redia anak berpindah ke organ distal dan memproduksi serkaria yang
mulai keluar dari siput 46 – 62 hari pasca infeksi. Serkaria akan membentuk metaserkaria
dan mengkista.
Serkaria bisa keluar dari siput asal dan masuk ke siput lain yang memiliki spesies
sama atau berlainan. Inang definitif akan terinfeksi apabila memakan siput ini dan cacing
akan berkembang menjadi dewasa di dalam saluran pencernaan tubuh inang dalam jangka

10
waktu 15 – 19 hari. Dimana fase daur hidup tersebut sedikit berbeda untuk setiap spesies
cacing trematoda.

Gambar 3. Siklus Hidup


echinomastidae

11

Anda mungkin juga menyukai