Anda di halaman 1dari 24

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT, dimana atas segala rahmat dan

izin-nya, kami dapat menyelesaikan makalah tentang Entomologi Laba-laba

Shalawat serta salam tak lupa penulis haturkan kepada junjungan kita

Nabi semesta alam Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan para pengikutnya

hingga akhir zaman.

Alhamdulillah, kami dapat menyelesaikan makalah ini, walaupun penulis

menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan didalam makalah ini.

Untuk itu kami berharap adanya kritik dan saran yang membangun guna

keberhasilan penulisan yang akan datang.

Akhir kata, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak

yang telah membantu hingga terselesainya makalah ini semoga segala upaya yang

telah dicurahkan mendapat berkah dari Allah SWT. Amin.

Kendari, 17 Oktober 2017


Penulis

Fertiati dwie pusparani

1
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR................................................................................... 1

DAFTAR ISI................................................................................................. 2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang........................................................................... 3

B. Batasan dan Ruang Lingkup Pembahasan Entomologi...... 3

C. Tujuan Penulisan........................................................................ 5

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Laba-laba.......................................................... 6

B. Klasifikasi Laba-laba.......................................................... 7

C. Morfologi Laba-laba........................................................... 8

D. Reproduksi Bangsa Laba-laba.......................................... 13

E. Kelompok Laba-laba........................................................... 15

F. Perkembangbiakan Laba-laba........................................... 21

BAB IV KESIMPULAN

A. Kesimpulan................................................................................. 23

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Entomologi adalah salah satu cabang ilmu biologi yang mempelajari

serangga. Istilah ini berasal dari dua perkataan Latin - entomon bermakna

serangga dan logos bermakna ilmu pengetahuan.

Nilai ekonomi serangga dapat mencapai trilyunan rupiah setiap tahun.

Nilai yang menguntungkan dapat berasal dari produk seperti madu, royal jelly,

sutera, jasa penyerbukan, agens hayati, perombak, pariwisata, sumbangan

dalam ilmu pengetahuan, dan peran dalam ekosistem. Jutaan ton produk

pertanian hilang karena kerusakan yang disebabkan oleh serangga. Begitu juga

kerugian yang besar akibat gangguan kesehatan hewan dan manusia yang

disebabkan oleh penyakit yang ditularkan dan disebarkan oleh serangga.

Trilyunan rupiah dana digunakan untuk biaya pengendalian hama tanaman,

hama pascapanen, hama permukiman serta penyakit pada tanaman, hewan dan

manusia yang ditularkan oleh serangga. Manusia sering memandang serangga

secara antroposentris, yaitu sebagai kelompok organanisme yang lebih banyak

mendatangkan kerugian daripada keuntungan bagi kehidupan manusia. Namun

pada hakekatnya aspek-aspek positif dan manfaat serangga bagi kehidupan

manusia jauh lebih besar dibandingkan aspek-aspek yang merugikan.

B. Batasan Dan Ruang Lingkup Entomologi

Secara terbatas, Entomologi adalah ilmu yang mempelajari serangga

(insecta). Akan tetapi, arti ini seringkali diperluas untuk mencakup ilmu yang

3
mempelajari Arthropoda (hewan beruas-ruas) lainnya, khususnya laba-laba dan

kerabatnya (Arachnida atau Arachnoidea), serta luwing dan kerabatnya

(Millepoda dan Centipoda). Dimasukannya Arthropoda lain sebagai bagian

yang dibahas pada Entomologi karena ada hubungan evolusioner/filogenetis

dalam konteks pembahasan taksomis dengan serangga. Selain itu dalam

konteks fungsional Arthropoda lain berperan sebagai pemangsa dan pesaing

bagi serangga.

Entomologi Dasar dibagi lagi menjadi sub-cabang ilmu yang lebih khusus

antara lain:

1. Morfologi Serangga adalah ilmu yang mempelajari bentuk dan struktur

tubuh serangga, biasanya lebih ditekankan kepada bentuk dan struktur luar

tubuh serangga.

2. Anatomi dan Fisiologi Serangga adalah ilmu yang mempelajari bentuk dan

struktur organ dalam serangga beserta fungsinya.

3. Perilaku (behavior) Serangga adalah ilmu yang mempelajari apyang

dilakukan serangga, bagaimana dan kenapa serangga melakukannya.

4. Ekologi Serangga adalah ilmu yang mempelajari hubungan serangga dengan

lingkungannya baik lingkungan biotic (organisme lain) maupun lingkungan

abiotik, (faktor fisik dan kimia).

5. Patologi Serangga adalah ilmu yang mempelajari serangga sakit baik tingkat

individu (patobiologi) maupun pada tingkat populasi (epizootiologi).

6. Taksonomi Serangga adalah ilmu yang mempelajari tatanama dan

penggolongan serangga.

4
C. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah memaparkan penjelasan dari

pengertian laba-laba, klasifikasi laba-laba, morfologi laba-laba, reproduksi

laba-laba, kelompok laba-laba, serta perkembangbiakkan laba-laba.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Laba-laba

Laba-laba, atau disebut juga laba-laba, adalah sejenis hewan berbuku-

buku (arthropoda)dengan dua segmen tubuh, empat pasang kaki, tak bersayap

dan tak memiliki mulut pengunyah. Semua jenis laba-laba digolongkan ke

dalam ordo Araneae; dan bersama dengan kalajengking, ketonggeng, tungau

semuanya berkaki delapan dimasukkan ke dalam kelas Arachnida. Bidang

studi mengenai laba-laba disebut arachnologi. Laba-laba merupakan hewan

pemangsa (karnivora), bahkan kadang-kadang kanibal. Mangsa utamanya

adalah serangga. Hampir semua jenis laba-laba, dengan perkecualian sekitar

150 spesies dari suku Uloboridae dan Holarchaeidae, dan subordo Mesothelae,

mampu menginjeksikan bisa melalui sepasang taringnya kepada musuh atau

mangsanya. Meski demikian, dari puluhan ribu spesies yang ada, hanya sekitar

200 spesies yang gigitannya dapat membahayakan manusia.

Tidak semua laba-laba membuat jaring untuk menangkap mangsa, akan

tetapi semuanya mampu menghasilkan benang sutera --yakni helaian serat

protein yang tipis namun kuat-- dari kelenjar (disebut spinneret) yang terletak

di bagian belakang tubuhnya. Serat sutera ini amat berguna untuk membantu

pergerakan laba-laba, berayun dari satu tempat ke tempat lain, menjerat

mangsa, membuat kantung telur, melindungi lubang sarang, dan lain-lain.

6
B. Klasifikasi Laba-laba

Kerajaan : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Arachnida

Ordo : Araneae

Subordo : Mesothelae

Mygalomorphae Araneomorphae

Genus : Salcitus

Spesies : Salcitus scenicus

1. Keragaman Jenis

Hingga sekarang, sekitar 40.000 spesies laba-laba telah dipertelakan,

dan digolong-golongkan ke dalam 111 suku. Akan tetapi mengingat bahwa

hewan ini begitu beragam, banyak di antaranya yang bertubuh amat kecil,

seringkali tersembunyi di alam, dan bahkan banyak spesimen di museum

yang belum terdeskripsi dengan baik, diyakini bahwa kemungkinan ragam

jenis laba-laba seluruhnya dapat mencapai 200.000 spesies.

Ordo laba-laba ini selanjutnya terbagi atas tiga golongan besar pada

aras subordo, yakni:

a. Mesothelae, yang merupakan laba-laba primitif tak berbisa, dengan

ruas-ruas tubuh yang nampak jelas; memperlihatkan hubungan

kekerabatan yang lebih dekat dengan leluhurnya yakni artropoda

beruas-ruas.

b. Mygalomorphae atau Orthognatha, yalah kelompok laba-laba yang

membuat liang persembunyian, dan juga yang membuat lubang jebakan

7
di tanah. Banyak jenisnya yang bertubuh besar, seperti tarantula dan

juga lancah maung.

c. Araneomorphae adalah kelompok laba-laba modern. Kebanyakan

laba-laba yang kita temui termasuk ke dalam subordo ini, mengingat

bahwa anggotanya terdiri dari 95 suku dan mencakup kurang lebih 94%

dari jumlah spesies laba-laba. Taring dari kelompok ini mengarah agak

miring ke depan (dan bukan tegak seperti pada kelompok tarantula) dan

digerakkan berlawanan arah seperti capit dalam menggigit mangsanya.

2. Cara hidup dan habitat

Cara hidup Arthropoda sangat beragam, ada yang hidup bebas, parasit,

komensal, atau simbiotik.Dilingkungan kita, sering dijumpai kelompok

hewan ini, misalnya nyamuk, lalat, semut, kupu-kupu, capung, belalang,

dan lebah.

Habitat penyebaran Arthropoda sangat luas.Ada yang di laut, periran

tawar,gurun pasir, dan padang rumput

C. Morfologi Laba-Laba

Tak seperti serangga yang memiliki tiga bagian tubuh, laba-laba hanya

memiliki dua. Segmen bagian depan disebut cephalothorax atau prosoma, yang

sebetulnya merupakan gabungan dari kepala dan dada (thorax). Sedangkan

segmen bagian belakang disebut abdomen (perut) atau opisthosoma. Antara

cephalothorax dan abdomen terdapat penghubung tipis yang dinamai pedicle

atau pedicellus.

8
Pada cephalothorax melekat empat pasang kaki, dan satu sampai empat

pasang mata. Selain sepasang rahang bertaring besar (disebut chelicera),

terdapat pula sepasang atau beberapa alat bantu mulut serupa tangan yang

disebut pedipalpus. Pada beberapa jenis laba-laba, pedipalpus pada hewan

jantan dewasa membesar dan berubah fungsi sebagai alat bantu dalam

perkawinan.

Laba-laba tidak memiliki mulut atau gigi untuk mengunyah. Sebagai

gantinya, mulut laba-laba berupa alat pengisap untuk menyedot cairan tubuh

mangsanya.

Mata pada laba-laba umumnya merupakan mata tunggal (mata berlensa

tunggal), dan bukan mata majemuk seperti pada serangga. Kebanyakan laba-

laba memiliki penglihatan yang tidak begitu baik, tidak dapat membedakan

warna, atau hanya sensitif pada gelap dan terang. Laba-laba penghuni gua

bahkan ada yang buta. Perkecualiannya terdapat pada beberapa jenis laba-laba

pemburu yang mempunyai penglihatan tajam dan bagus, termasuk dalam

mengenali warna.

Untuk menandai kehadiran mangsanya pada umumnya laba-laba

mengandalkan getaran, baik pada jaring-jaring suteranya maupun pada tanah,

air, atau tempat yang dihinggapinya. Ada pula laba-laba yang mampu merasai

perbedaan tekanan udara. Indera peraba laba-laba terletak pada rambut-rambut

di kakinya (Anonim, Tanpa tahun).

9
1. Anatomi Laba-Laba

Anatomi laba-laba, meliputi:

a. esophagus, lambung penghisap, sekum, rectum, kelenjar-kelenjar hepatic,

saku kloaka dorsal dan anus sebagai sistem digesti.

b. Paru-paru yang terdiri dari lamel-lamel yang berlipat dalam ruang

pernafasan, jantung pada bagian dorsal abdomen yang terletak di ruang

pericardial dan menerima darah melaluli sepasang ostium. Darah

dipompa keluar melalui pembuluh-pembuluh terus masuk ke sinus-sinus

tubuh. Sinus ventral menghubungkan sinus-sinus itu dengan paru-paru

buku

c. Tabung Malphigi sebagai sistem eksresi

d. Ganglion ventral dan ganglion dorsal sebagai sistem saraf dan perasa

e. Gonad pada bagian ventral abdomen (Brotowidjojo, 1989).

Selain bagian bagian diatas laba laba juga dapat membuat sarang atau

dapat juga disebut sutra. Dari penelitian yang dilakukan Vollrath (1998), laba-

laba mengeraskan suteranya dengan mengasamkannya. Vollrath memusatkan

penelitiannya pada laba-laba taman yang dikenal sebagai Araneus diadematus,

dan memeriksa saluran yang dilalui sutera sebelum keluar dari tubuhnya.

Sebelum memasuki saluran ini, sutera terdiri dari protein-protein sutera. Di

dalam saluran ini, sel-sel khusus mengeluarkan air dari protein-protein sutera

tersebut. Atom-atom hidrogen yang diambil dari air tersebut dipompakan ke

bagian lain dari saluran dan menghasilkan bak asam. Ketika protein-protein

sutera bersentuhan dengan asam tersebut, protein-protein ini melipat dan saling

membentuk jembatan-jembatan yang mengeraskan suteranya. Agar sutera

10
terbentuk, diperlukan bahan-bahan lain dengan segudang sifat yang beragam

(Yahya, 2001).

Menurut Scheibel (2004), kelenjar sutera menghasilkan suatu transisi dari

gel yang disimpan ke serabut padat akhir. Gel yang dihasilkan oleh kelenjar

dimasukkan ke dalam spinneret. Laba-laba memiliki delapan spinneret, pada

umumnya tersusun berpasangan. Tekanan serabut protein di dalam suatu

lingkungan mengandung air dikenal sebagai wet-spinning. Proses ini mampu

memproduksi serabut sutera dengan diameter 2.5-4 m pada laba-laba alami.

Spinneret pada laba-laba merupakan suatu bagian yang sangat maju sebagai

alat untuk mengorganisir protein sutera. Secara rinci, spinneret menciptakan

suatu gradien konsentrasi protein, pH, dan tekanan, yang mendorong protein

sutera dalam bentuk gel untuk menjadi fase kristal. Permulaan kelenjar pada

spinneret kaya akan thiol dan tyrosine. Ketika proses pembuatan sutera mulai,

ampulla bertindak sebagai suatu kantung (gudang penyimpanan) untuk serabut

yang baru dihasilkan. Dari bagian ampulla, memutar saluran pipa yang secara

efektif memindahkan air dari sutera yang dihasilkan. Pengeluaran sutera pada

ujung distal saluran pipa, dan terdapat suatu klep. Klep tersebut berfungsi

untuk membantu menggabungkan lagi sutera yang patah atau rusak.

Spinneret pada Araneus diadematus terdiri dari beberapa kelenjar, yaitu

sebagai berikut:

a. 500 buah glandulae piriformes, berfungi untuk penunjuk pemasangan jaring.

b. 4 buah glandulae ampullaceae, berfungsi untuk menghasilkan bingkai

jarring.

11
c. 300 buah glandulae aciniformes, untuk lapisan kantung telur yang luar dan

untuk memperdaya mangsa.

d. 4 glandulae tubuliformes, untuk sutera kantung telur.

e. 4 glandulae aggregatae, berfungsi sebagai lem untuk saling menempelkan

jaring.

f. 2 glandulae coronatae, berfungsi sebagai lem dalam bentuk benang

(Anonim, Tanpa tahhun).

Beberapa jenis laba-laba mempunyai kelenjar yang berbeda-beda untuk

menghasilkan sutera, misalnya untuk konstruksi sarang, pertahanan terhadap

predator, menangkap mangsa, atau mobilitas. Komponen dan material sutera

berbeda-beda antara satu bentuk dengan bentuk yang lain, disesuaikan khusus

untuk penggunaannya agar optimal. Sebagai contoh, Argiope argentata

mempunyai lima jenis sutera yang berbeda, masing-masing jenis sutera untuk

suatu tujuan yang berbeda, yaitu:

a. Dragline sutera, digunakan untuk komunikasi antar sarang. Memiliki ciri

sekuat baja dan tahan lama.

b. Capture spiral sutera, yang digunakan untuk menangkap mangsa, memiliki

ciri lengket, sangat kuat dan elastis.

c. Tubiliform sutera, digunakan dalam pembuatan kantung telur. Bersifat

melindungi, terdiri dari sutera paling kaku.

d. Aciniform sutera, digunakan untuk menangkap dan membungkus mangsa.

Memiliki ciri 3 kali lebih kuat daripada sutera yang lain.

e. Minor ampullate sutera, digunakan untuk perancah selama pembuatan

konstruksi jaring.

12
D. Reproduksi Pada Bangsa Laba-Laba

Semua makhluk hidup memiliki mekanisme untuk mempertahankan

eksistensi spesiesnya. Melalui mekanisme yang disebut reproduksi, spesies-

spesies bertahan dari kepunahan. Keturunan hanya akan terjadi jika individu-

individu yang melangsungkan perkawinan merupakan spesies yang sama.

Tidak perlu berpanjang lebar membahas reproduksi makhluk hidup secara

umum, langsung pada pembahasan mengenai perkembangbiakan pada laba-

laba dan kerabatnya. Secara umum dapat dikatakan Arachnida bereproduksi

secara seksual dengan fertilisasi bersifat internal, sama seperti pada manusia.

Hanya saja perlu diketahui bahwa proses yang berlangsung tidak sama dengan

reproduksi pada manusia dan hewan tingkat tinggi lainnya. Pada laba-laba dan

arachnid lainnya, sperma individu jantan dimasukkan ke dalam tubuh individu

betina dengan tidak menggunakan organ genital jantan. Dengan kata lain, ada

fase yang disebut fase intermediet sebelum terjadinya fertilisasi. Adanya fase

intermediet juga terjadi pada beberapa serangga tak bersayap, dan myriapod.

Amblypygi (whip spider) memiliki 5 tahapan dalam proses perkawinan

(Weygoldt 2000). Dimulai dari tahap percumbuan, ditandai dengan ritual

tertentu sebagai bentuk persiapan. Pada beberapa jenis jantan dan betina

melakukan tarian unik. Tahap selanjutnya adalah pembentukan

spermatophore sebagai alat transfer spermatozoa kepada betina. Individu jantan

kemudian melakukan atraksi untuk menarik/memikat sang betina agar

mengambil sperma dari spermatopore. Tahapan tersebut kemudian diikuti

dengan proses transfer spermatozoa dari spermatophore ke tubuh individu

13
betina. Keempat tahapan diakhiri dengan ritual pascakawin. Setiap tahapan di

atas bervariasi pada tiap jenis.

Laba-laba (khususnya Araneomorphae, Entelegyne) memiliki mekanisme

yang berbeda, sperma disimpan dalam pilinan benang dan selanjutnya

ditransfer ke organ khusus pada ujung pedipalpi sang jantan. Proses

percumbuan seringkali beresiko bagi jantan, mengingat sifat dominan individu

betina. Jantan harus mampu mengenali bahwa individu betina berasal dari jenis

yang sama dan siap untuk kawin. Tarian khusus dilakukan untuk menghindari

pemangsaan oleh betina. Ritual percumbuan sangat menentukan keberhasilan

perkawinan, mengingat kesalahan sedikit dalam ritme vibrasi atau sentuhan

bisa berakibat fatal bagi sang jantan.

Jika proses percumbuan berhasil, maka individu jantan dapat mentransfer

spermanya ke tubuh sang betina melalui organ yang disebut epygnum yang

berada pada ventral abdomen. Laba-laba menggunakan R-strategy dalam

bereproduksi, artinya menghasilkan banyak anak. Jumlah telur yang dihasilkan

bervariasi, betina dapat menghasilkan ribuan telur. Adelocosa anops

(Lycosidae) dari beberapa gua di Hawaii hanya menghasilkan 15-30 butir telur

(Kendall & Reyer 2006), meskipun pada lycosid epygean setidaknya

menghasilkan 100 butir telur. Mengingat tingkat reproduksi yang rendah dan

tekanan kerusakan habitat, jenis troglobit tersebut telah masuk list endangered.

Telur laba-laba disimpan dalam kantong, yang memiliki fungsi utama

untuk melindungi telur dan menjaga kelembaban agar tetap stabil. Induk betina

memiliki mekanisme berbeda-beda dalam menjaga telur, antara lain dengan

menyimpan dalam sarang, membawanya dengan chelicera, atau menempelkan

14
pada ventral menggunakan benang. Betina pada beberapa jenis mati setelah

bertelur.

Beberapa jenis laba-laba dan arachnid lainnya memiliki perhatian khusus

pada anak-anak mereka. Bentuk perhatian tersebut misalnya dengan

menggendong di bagian dorsal abdomen, atau dengan cara memberikan

makanan selama bayi-bayi masih lemah.

E. Kelompok Laba-laba

1. Arachnoidea

Arachnoidea (dalam bahasa yunani, arachno = laba-laba) disebut juga

kelompok laba-laba, meskipun anggotanya bukan laba-laba

saja.Kalajengking adalah salah satu contoh kelas Arachnoidea yang

jumlahnya sekitar 32 spesies.Ukuran tubuh Arachnoidea bervariasi, ada

yang panjangnya lebih kecil dari 0,5 mm sampai 9 cm.Arachnoidea

merupakan hewan terestrial (darat) yang hidup secara bebas maupun

parasit.Arachnoidea yang hidup bebas bersifat karnivora.Arachnoidea

dibedakan menjadi tiga ordo, yaitu Scorpionida, Arachnida, dan

Acarina.Scorpionida memiliki alat penyengat beracun pada segmen

abdomen terakhir, contoh hewan ini adalah kalajengking (Uroctonus

mordax) dan ketunggeng ( Buthus after).Pada Arachnida, abdomen tidak

bersegmen dan memiliki kelenjar beracun pada kaliseranya (alat sengat),

contoh hewan ini adalah Laba-laba serigala (Pardosa amenata), laba-laba

kemlandingan (Nephila maculata).Acarina memiliki tubuh yang sangat

kecil, contohnya adalah caplak atau tungau (Acarina sp.).

15
Berikut adalah ciri-ciri dari salah satu hewan Arachnoidea yang sering

kita jumpai, yaitu laba-laba.Tubuhnya terdiri dari dua bagian, yaitu

sefalotoraks (kepala-dada) pada bagian anterior dan abdomen pada bagian

posterior.Sefalotoraks adalah penyatuan tubuh bagian sefal atau kaput

(kepala) dan bagian toraks (dada).Pada sefalotoraks terdapat sepasang

kalisera (alat sengat), sepasang pedipalpus (capit), dan enam pasang kaki

untuk berjalan.Kalisera dan pedipalpus merupakan alat tambahan pada

mulut.

Pada bagian abdomen (opistosoma) laba-laba terdiri dari mesosoma dan

metasoma.Pada bagian posterior abdomen terdapat spineret yang merupakan

organ berbentuk kerucut dan dapat berputar bebas.Didalam spineret terdapat

banyak spigot yang merupakan lubang pengeluaran kelenjar benang halus

atau kelenjar benang abdomen.Kelenjar benang halus mensekresikan cairan

yang mengandung protein elastik.Protein elastik tersebut akan mengeras di

udara membentuk benang halus yang digunakan untuk menjebak mangsa.

Laba-laba bernapas dengan paru-paru buku atau trakea.Paru-paru buku

adalah organ respirasi berlapis banyak seperti buku dan terletak pada bagian

abdomen.Ekskresi laba-laba dilakukan dengan tubula ( tunggal = tubulus )

Malpighi.Tubula Malpighi merupakan tabung kecil panjang dan buntu dan

organ ini terletak di dalam hemosol yang bermuara ke dalam usus.Selain

Tubula Malpighi, ekskresi lainnya dilakukan dengan kelenjar

koksal.Kelenjar koksal merupakan kelenjar ekskretori buntu yang bermuara

pada daerah koksa (segmen pada kaki insecta).

16
2. Myriapoda

Myriapoda (dalam bahasa yunani, myria = banyak, podos = kaki)

merupakan hewan berkaki banyak.Hewan kaki seribu adalah salah satunya

yang terkadang kita lihat di lingkungan sekitar kita.Myriapoda hidup di

darat pada tempat lembap, misalnya di bawah daun, batu, atau tumpukan

kayu.Bagian tubuh Myriapoda sulit dibedakan antara toraks dan

abdomen.Tubuhnya memanjang seperti cacing.

Pada kaput terdapat antena, mulut, dan satu pasang mandibula (rahang

bawah), dua pasang maksila (rahang atas), dan mata yang berbentuk oseli

(mata tunggal).Tubunya bersegmen dengan satu hingga dua pasang anggota

badan pada tiap segmennya.Setiap segmen terdapat lubang respirasi yang

disebut spirakel yang menuju ke trakea.Ekskresinya dengan tubula

malpighi.Myriapoda bersifat dioseus dan melakukan repsroduksi seksual

secara internal.Myriapoda dibedakan menjadi dua ordo, yaitu Chilopoda dan

Diplopoda.

3. Chilopoda

Kelompok hewan ini dikenal sebagai kelabang.Tubuhnya memanjang

dan agak pipih.Pada kepalanya terdapat antena dan mulut dengan sepasang

mandibula dan dua pasang maksila.Pada tiap segmen tubuhnya terdapat kaki

dan sepasang spirakel.Pasangan pertama kaki termodifikasi menjadi alt

17
beracun.Alat penyengat digunakan unutk menyengat musuh atau

pengganggunya.Sengatannya menimbulkan bengkak dan rasa sakit.Contoh

hewan ini adalah kelabang (scutigera sp.).

4. Diplopoda

Hewan pada ordo ini dikenal dengan kaki seribu, meskipun jumlah

kakinya bukan berjumlah seribu.Ada yang menyebutkan nama lain seperti

keluwing.Tubuhnya bulat panjang.Mulutnya terdiri dari dua pasang maksila

dan bibir bawah.Pada tiap segmen tubuhnya terdapat dua pasang kaki dan

dua pasang spirakel.Diplopoda tidak memiliki cakar beracun karenanya

hewan ini bersifat hebivora atau pemakan sisa organisme.Gerakkan hewan

ini lambat dengan kaki yang bergerak seperti gelombang.Bila terganggu

hewan ini akan menggulungkan tubuhnya dan pura-pura mati.Contoh hewan

ini adalah kaki seribu(lulus sp.).

5. Crustacea

Crustacea (dalam bahasa latinnya, crusta = kulit) memiliki kulit yang

keras.Udang, lobster, dan kepiting adalah contoh kelompok ini.

Umumnya hewan Crustacea merupakan hewan akuatik, meskipun ada

yang hidup di darat.Crustacea dibedakan menjadi dua subkelas berdasarkan

ukuran tubuhnya, yaitu Entomostraca dan Malacostraca.

6. Entomostraca

Entomostraca adalah crustacea yang berukuran mikroskopik, hidup

sebagai zooplankton atau bentos di perairan, dan juga ada yang sebagai

parasit.Contoh hewan ini adalah Daphnia, Cypris virens, dan Cyclops sp.

18
7. Malacostraca

Malacostraca adalah crustacea yang berukuran lebih besar dari pada

entomostraca.Hewan yang termasuk kelompok ini adalah Udang, lobster,

dan kepiting.Berikut akan dibahas sedikit mengenai urain hewan kelompok

satu ini.

Udang memiliki ekssoskeleton yang keras untuk melindungi

tubuhnya.Tubuhnya terdiri dari dua bagian, yaitu kaput dan toraks yang

menyatu membentuk sefalotoraks, serta abdomen.Dibagian sefalotoraks

dilindungi oleh eksoskeleton yang keras berupa karapaks.Karapaks

memiliki duri di ujung anterior yang disebut rostrum.Di dekat rostrum

terdapar mata faset ( majemuk) yang bertangkai.Pada kaput sefalotoraks

merupakan penyatuan lima segmen.Dibagian kaput terdapat sepasang

antenula, sepasang antena, dan tiga pasang bagian mulut.Antenula berfungsi

sebagai alat peraba, sedangkan antena sebagai alat keseimbangan tubuh.Tiga

pasang mulut terdiri dari sepasang mandibula dan dua pasang maksila.Pada

bagian toraks terdiri dari delapan segmen, terdapat tiga pasang maksiliped,

sepasang seliped, dan empat pasang kaki jalan(periopod).

Maksiliped tersebut berfungsi sebgai penyaring makanan.Seliped

berfungsi untuk mencari makanan dan melindungi diri dari musuh.Pada

bagian abdomen terdapat lima pasang kaki renang (pleopod).Pada ujung

posterior terdapat telson dan sepasang alat kemudi untuk berenang

(urupod).Pada udang jantan, pasangan pleopod 1 dan 2 bersatu menjadi

gonopod.Gonopod berfungsi sebagai penyalur sperma saat

kopulasi.Sedangkan pada wanita berfungsi untuk melekatkan telur dan

19
membawa anaknya.Saluran pencernaan udang terdiri dari mulut, esofagus,

lambung, usus, dan anus.Mulut dan esofagus terletak di bagian bawah

sefalotoraks.Lambung ( terletak di sefalotoraks ) dan usus ( terletak di

abdomen ) berada disepanjang bagian dorsal tubuh.Hati yang merupakan

kelanjar pencernaan terletak di bagian toraks dan abdomen.makanan udang

berupa berudu, larva, serangga, dan ikan-ikan kecil.Sisa metabolisme

dikeluarkan melalui alat kelenjar hijau yang terletak di

kepalanya.Pernapasan dilakukan dengan insang yang terdapat di bagian

ventral tubuhnya dekat kaki.Sistem peredaran darah terdiri dari jantung,

pembuluh darah, dan sinus yang rongganya berdinding tipis.Organ kelamin

bersifat dioseus.

8. Insecta

Insecta (dalam bahasa latin, insecti = serangga).Banyak anggota hewan

ini sering kita jumpai disekitar kita, misalnya kupu-kupu, nyamuk, lalat,

lebah, semut, capung, jangkrik, belalang,dan lebah.Ciri khususnya adalah

kakinya yang berjumlah enam buah. Karena itu pula sering juga disebut

hexapoda.

Insecta dapat hidup di bergagai habitat, yaitu air tawar, laut dan

darat.Hewan ini merupakan satu-satunya kelompok invertebrata yang dapat

terbang.Insecta ada yang hidup bebas dan ada yang sebagai parasit.

Tubuh Insecta dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu kaput, toraks, dan

abdomen.Kaput memiliki organ yang berkembang baik, yaitu adanya

sepasang antena, mata majemuk (mata faset), dan mata tunggal

(oseli).Insecta memiliki organ perasa disebut palpus. Insecta yang memiliki

20
syap pada segmen kedua dan ketiga.Bagian abdomen Insecta tidak memiliki

anggota tubuh.Pada abdomennya terdapat spirakel, yaitu lubang pernapasan

yang menuju tabung trakea.Trakea merupakan alat pernapasan pada

Insecta.Pada abdomen juga terdapat tubula malpighi, yaitu alt ekskresi yang

melekat pada posterior saluran pencernaan.Sistem sirkulasinya

terbuka.Organ kelaminnya dioseus.

F. Perkembangbiakan Laba-laba

Dalam kehidupan laba-laba, umumnya laba-laba jantan lebih kecil dari

betinanya. Sebab itu, biasanya setelah kawin, laba-laba betina akan segera

memangsa perjantan. Untuk mencegah dimangsa oleh betinanya, laba-laba

jantan akan mengalihkan perhatian pasangannya dengan memberikan mangsa

lain atau laba-laba jantan membuat betina tidak dapat bergerak bebas dengan

mengikat benang sutra selama kawin.

Setelah proses perkawinan berakhir, laba-laba jantan harus segera menjauh

secepat mungkin untuk menghindari dimakan oleh sang betina.

Pada musim semi, sebagian besar laba-laba bertelur. Bentuk telurnya

membulat dengan diameter kira-kira 1 mm dan jumlahnya bervariasi sesuai

dengan jenisnya. Laba-laba betina mengeluarkan semua telurnya pada saat

yang dan membuat "kokon" tunggal (selubung yang terbuat dari benang-

benang halus untuk melindungi telur). Untuk melindungi kokonnya, beberapa

laba-laba menyembunyikannya dalam tumbuhan atau di bawah batuan, dan

induknya menjaga didekatnya. Pada laba-laba jenis lain, si betina lebih suka

membawa kokon berisi telur seperti ransel. Pada laba-laba jenis tertentu,

21
setelah telur menetas, anak-anak laba-laba memanjat punggung induknya dan

ikut bersamanya selama tahap awal perkembanga.

Pada umunya, laba-laba mengalami pertumbuhan langsung. Karena itu,

bayi laba-laba sangat serupa dengan laba-laba dewasa. Akan tetapi jika telur

terbuka, laba-laba yang baru lahir sebagian besar tidak mempunyai pertahanan

dan beberapa bagian tubuhnya belum ada, misalnya laba-laba yang baru lahir

belum bermata dan kakinya belum dapat digunakan. Jika telur menetas, larva

kecil dan belum dapar bergerak muncul dan bertahan hidup dari persediaan

makanan. Kemudian larva tersebut menjadi nimfa, yang mampu mencari

makanan sendiri. Dalam dalam perkembangan dan selama hidupnya dapat

berganti kulit 5 sampai 10 kali, serta biasanya selama berganti kulit mereka

bergantung terbalik.

22
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Laba-laba merupakan hewan pemangsa (karnivora), bahkan kadang-

kadang kanibal. Mangsa utamanya adalah serangga. Hampir semua jenis laba-

laba, dengan perkecualian sekitar 150 spesies dari suku Uloboridae dan

Holarchaeidae, dan subordo Mesothelae, mampu menginjeksikan bisamelalui

sepasang taringnya kepada musuh atau mangsanya. Meski demikian, dari

puluhan ribu spesies yang ada, hanya sekitar 200 spesies yang gigitannya

dapat membahayakan manusia.Tidak semua laba-laba membuat jaring untuk

menangkap mangsa, akan tetapi semuanya mampu menghasilkan

benang sutera --yakni helaian serat protein yang tipis namun kuat-- dari

kelenjar (disebut spinneret) yang terletak di bagian belakang tubuhnya. Serat

sutera ini amat berguna untuk membantu pergerakan laba-laba, berayun dari

satu tempat ke tempat lain, menjerat mangsa, membuat kantung telur,

melindungi lubang sarang, dan lain-lain.

23
PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Laba-laba

http://estiarana.blogspot.com/2010/12/laba-laba-lynx-oxyopes-javanus.html

http://www.scribd.com/doc/76749838/artikel-laba-laba

24

Anda mungkin juga menyukai