Anda di halaman 1dari 11

HABITAT ORGANISME AKUATIK

(Makalah Biologi Akuatik)

Oleh

Kelompok 1

Ariyan Juliannsyah 1814111007


Aztri Salsabilla 1814111027
Erma Avionita 1814111008
Maulana Irvansyah 1814111015
Puput Ayu Nurvadila 1814111004

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN


JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAPUNG
2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadiran-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang habitat organisme akuatik.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tanggan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang habitat organisme akuatik ini
dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Bandar Lampung, 02 oktober 2018

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…….……………………………………………………….i

DAFTAR ISI……………….……………………………………………………..ii

BAB 1 PENDAHULUAN……………… ………………………………………..1

1.1 Latar Belakang………………………………………………………...1

1.2 Tujuan pratikum ………………………………………………………2

BAB II PEMBAHASAN… ………………………………………………………3

2.1 Habitat………………………………………………………………....3

2.2 Makro dan Mikro Habitat……………………………………………...4

2.3 Ikan gupy………………………………………….…...………………4

2.4 Ikan Nila……………………………………………...……………….4

2.5 Udang Rawa………………………………………….…..……………5

2.6 Keong dan Telurnya………………………………….…..……………7

BAB III PENUTUP………………………………………………………………..8

3.1 Kesimpulan…………..………………………………………………..8

3.2 Saran…………………………………………………………………...8

DAFTAR PUSTAKA

iii
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di dalam ekosistem, organisme yang ada selalu berinteraksi secara timbal balik
dengan lingkungannya. Interaksi timbal balik ini membentuk suatu sistem yang
kemudian kita kenal sebagai sistem ekologi atau ekosistem. Dengan kata lain
ekosistem merupakan suatu satuan fungsional dasar yang menyangkut proses
interaksi organisme hidup dengan lingkungannya. Lingkungan yang dimaksud
dapat berupa lingkungan biotik (makhluk hidup) maupun abiotik (non makhluk
hidup). Sebagai suatu sistem, di dalam suatu ekosistem selalu dijumpai proses
interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungannya, antara lain dapat berupa
adanya aliran energi, rantai makanan, siklus biogeokimiawi, perkembangan, dan
pengendalian. Ekosistem juga dapat didefinisikan sebagai suatu satuan lingkungan
yang melibatkan unsur-unsur biotik (jenis-jenis makhluk) dan faktor-faktor fisik
(iklim, air, dan tanah) serta kimia (keasaman dan salinitas) yang saling
berinteraksi satu sama lainnya. Gatra yang dapat digunakan sebagai ciri
keseutuhan ekosistem adalah energetika (taraf trofi atau makanan, produsen,
konsumen, dan redusen), pendauran hara (peran pelaksana taraf trofi), dan
produktivitas (hasil keseluruhan sistem). Jika dilihat komponen biotanya, jenis
yang dapat hidup dalam ekosistem ditentukan oleh hubungannya dengan jenis lain
yang tinggal dalam ekosistem tersebut. Selain itu keberadaannya ditentukan juga
oleh keseluruhan jenis dan faktor-faktor fisik serta kimia yang menyusun
ekosistem tersebut (Hamilton, L.S, 2011).

1
1.2 Tujuan Pratikum

Tujuan dari pratikum ini yaitu mengenal dan mempelajari berbagai habitat di
lingkungan akuatik.

2
II. PEMBAHASAN

2.1 Habitat

Habitat adalah tempat suatu makhluk hidup tinggal dan berkembang biak. Pada
dasarnya, habitat adalah lingkungan-lingkungan fisik di sekeliling populasi suatu
spesies yang memengaruhi dan dimanfaatkan oleh spesies tersebut. Menurut
Clements dan Shelford (2008), habitat adalah lingkungan fisik yang ada di sekitar
suatu spesies, atau populasi spesies, atau kelompok spesies, atau komunitas.

Dalam ilmu ekologi, bila pada suatu tempat yang sama hidup berbagai kelompok
spesies (mereka berbagi habitat yang sama) maka habitat tersebut disebut sebagai
biotope. Bioma adalah sekelompok tumbuhan dan hewan yang tinggal di suatu
habitat pada suatu lokasi geografis tertentu. Tipe Habitat: Habitat tidak sama
dengan tipe habitat. Tipe habitat merupakan sebuah istilah yang hanya berkenaan
dengan tipe asosiasi vegetasi dalam suatu kawasan atau potensi vegetasi yang
mencapai suatu tingkat klimaks. Habitat lebih dari sekedar sebuah kawasan
vegetasi (seperti hutan pinus). Istilah tipe habitat tidak bisa digunakan ketika
mendiskusikan hubungan antara satwa liar dan habitatnya. Ketika kita ingin
menunjukkan vegetasi yang digunakan oleh satwa liar, kita dapat mengatakan
asosiasi vegetasi atau tipe vegetasi didalamnya.

Penggunaan Habitat: Penggunaan habitat merupakan cara satwa menggunakan


(atau ”mengkonsumsi” dalam suatu pandangan umum) suatu kumpulan komponen
fisik dan biologi (sumber daya) dalam suatu habitat.Menyatakan bahwa
penggunaan habitat merupakan sebuah proses yang secara hierarkhi melibatkan
suatu rangkaian perilaku alami dan belajar suatu satwa dalam membuat keputusan
habitat seperti apa yang akan digunakan dalam skala lingkungan yang berbeda
(Indriyanto, 2006).

3
2.2 Makro dan Mikro Habitat

Habitat makro merupakan habitat bersifat global dengan kondisi lingkungan yang
bersifat umum dan luas, misalnya gurun pasir, pantai berbatu karang, hutan hujan
tropika, dan sebagainya. Sebaliknya habitat mikro merupakan habitat local dengan
kondisi lingkungan yang bersifat setempat yang tidak terlalu luas, misalnya,
kolam, rawa payau berlumpur lembek dan dangkal, danau, dan sebagainya.

2.3 Klasifikasi Ikan Guppy

Ikan got atau cere atau cethul atau nama ilamiahnya poecilioides reticulatus.
termasuk dalam famili Poeciliidae. Ikan tersebut kurang begitu diminati oleh
kalangan pencinta ikan hias. walaupun ada beberapa anggota spesiesnya yang
memiliki tempat khusus di hati para hobbiest seperti ikan Guppy. saat ini terdapat
sekitar 30 jenis ikan guppy berdasarkan pola warna dan bentuk siripnya, yang
sebagian besar merupakan komoditi ekspor.(Martati, E, 2012).
Klasifikasi Ilmiah :
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Cyprinidotiformes
Famili : Poecilidae
Genus : Poecilia
Spesies : Poecilia reticulate

2.4 Klasifikasi Ikan Nila

Ikan nila merupakan jenis ikan air tawar yang mempunyai nilai konsumsi cukup tinggi.
Bentuk tubuh memanjang dan pipih ke samping dan warna putih kehitaman atau
kemerahan. Ikan nila berasal dari Sungai Nil dan danau-danau sekitarnya. Sekarang ikan
ini telah tersebar ke negara-negara di lima benua yang beriklim tropis dan subtropis. Di
wilayah yang beriklim dingin, ikan nila tidak dapat hidup. Ikan nila disukai oleh berbagai
bangsa karena dagingnya enak dan tebal seperti daging ikan kakap merah
(Sumantadinata, 2008). Terdapat tiga jenis ikan nila yang dikenal, yaitu nila biasa, nila

4
merah (nirah) dan nila albino (Sugiarto, 2015) Menurut Saanin (2008), ikan nila
(Oreochromis niloticus) mempunyai klasifikasi sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata 2
Kelas : Osteichtyes
Subkelas : Acanthopterygii
Ordo : Percomorphi
Subordo : Percoidea
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus

2.5 Udang Rawa

Klasifikasi udang galah (Macrobrachium rosenbergii) adalah sebagai berikut :


Kingdom : Animalia
Filum : Artrhopoda
Subfilum : Crustace
Kelas : Malascostraca
Subkelas : Eumalacostraca
Superordo : Eucarida
Ordo : Decapoda
Subordo : Pleocyemata
Infraordo : Caridea
Superfamili : Palaemonoidea
Famili : Palaemonidae
Subfamili : Palaemoninae Genus : Macrobrachium
Spesies : Makrobrachium rosenbergii
Udang galah merupakan salah satu jenis udang air tawar dari marga
Macrobrachium yang paling banyak dikenal karena memiliki ukuran tubuh yang
besar. Udang galah dewasa pada umumnya memiliki panjang tubuh 25-32 cm dan
beratnya 100-300 gram/ekor. Tubuh tersebut terdiri atas ruas-ruas yang ditutupi

5
oleh kulit keras yang tersusun dari zat kitin yang kaku sehingga kulit udang tidak
dapat mengikuti pertumbuhan tubuhnya sehingga setiap periode tertentu udang
akan melepaskan kulitnya (moulting) untuk diganti dengan kulit yang baru
(Waluyo, 2015).

Udang ini mempunyai dua habitat dalam siklus hidupnya jadi udang tersebut
tumbuh dan menjadi dewasa pada perairan tawar, namun pada fase larva hidup di
air payau. Pada fase larva akan mengalami sebelas kali pergantian kulit (moulting)
yang diikuti dengan perubahan struktur morfologi, hingga akhirnya
bermetamorfosis menjadi juwana (juvenil). Sifat-sifat larva yang umum adalah
planktonis, aktif berenang dan tertarik oleh sinar tetapi menjauhi sinar matahari
yang terlalu kuat. Cenderung berkelompok pada fase larva dan akan semakin
menyebar dan individual serta bentik dengan bertambah umur. Di alam larva
udang galah hidup pada salinitas 5-10 permil.

Menurut Waluyo (2015) di Indonesia spesies Macrobrachium rosenbergii dikenal


dengan sebutan udang galah. Badan udang terdiri atas 3 bagian, yaitu kepala dan
dada (cephalothorax), badan yang bersegmen-segmen (abdomen), serta ekor
(uropoda). Cephalothoraxdi bungkus oleh kulit keras. Di bagian depan kepala,
terdapat suatu lempengan karapas yang bergerigi disebut rostrum. Pada
rostrumbagian atas terdapat duri 11-13 buah dan di bagian bawah rostrum8-14
buah. Pada bagian cephalothorax juga terdapat lima pasang kaki jalan. Pada udang
jantan sepasang “kaki jalan kedua” tumbuh panjang dan cukup besar menyerupai
galah. Panjangnya dapat mencapai 1,5 kali panjang badannya. Pada udang betina
kaki tersebut relative kecil agak melebar dan membentuk ruang untuk mengerami
telur (broodchamber). Kaki renang udang galah terdapat dibagian bawah
abdomen, jumlahnya lima pasang. Selain untuk berenang kaki renang pada udang
betina juga berfungsi sebagai tempat menempelkan telur-telur.

Bagian abdomen terdiri atas lima ruas setiap ruas dilengkapi sepasang kaki renang
(pleiopoda). Kaki renang pada udang betina agak melebar dan membentuk ruang
untuk mengerami telurnya (broodchamber). Sementara itu uropoda merupakan
ruas terakhir dari ruas tubuh yang kaki renangnya berfungsi sebagai pengayuh

6
atau yang biasa disebut dengan ekor kipas. Uropoda terdiri atas bagian luar
(eksopoda) bagian dalam (endopoda) dan bagian ujung yang meruncing (telson)
(Waluyo, 2015).

2.6 Keong Sawah dan Telurnya

Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Gastropoda
Superfamili : Ampullarioidea
Famili : Ampullariidae
Subfamili : Ampullariinae
Bangsa : Ampullariini
Genus : Pila
Spesies : pila ampullacea
Keong sawah (Pila ampullacea) adalah sejenissiput air yang mudah dijumpai di
perairan tawar Asia tropis, seperti di sawah, aliranparit, serta danau. Hewan
bercangkang ini dikenal pula sebagai Keong gondang, siput sawah, siput air, atau
tutut. Bentuk keong sawah agak menyerupaisiput murbai, masih berkerabat, tetapi
keong sawah memiliki warna cangkang hijau pekat sampai hitam(Dharmawati,
2009).

7
III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari pratikum ini yaitu praktikan dapat mengenali dan mempelajari
habitat di lingkungan akuatik (terutama danau).

3.2 Saran

Saran untuk pratikum ini yaitu agar asisten dosen dan praktikan lebih solid lagi
dalam melaksanakan praktikum, baik praktikum di laboratorium maupun di
lapangan.

Anda mungkin juga menyukai