Anda di halaman 1dari 15

ULAR LAUT (Hydrophiidae)

Disusun sebagi salah satu syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Biologi Laut
semester genap

Disusun oleh :
Kelompok 8 / Perikanan C
VETTHY FATIMAH 230110150190
ADHITYA DWI PUTRA 230110150191
MIRA ARISTAWIDYA 230110150196
FAJRI RAHMANTO MP 230110150202
ABDUL LATIEF 230110150227
THORIQ ILHAM 230110150235

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah Biologi Laut dengan judul Ular Laut (Hydrophiidae).
Proses penyelesaian makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih
sebanyak-banyaknya kepada pihak yang telah terlibat dalam penyusunan makalah
ini. Semoga bantuan, kebaikan dan dukungan yang telah diberikan kepada
penyusun selama penyelesaian makalah ini mendapat balasan yang tiada terkira
dari Tuhan Yang Maha Esa.
Makalah ini telah kami usahakan untuk disusun secara sistematis dan
dilengkapi dengan berbagai gambar agar mudah dimengerti dan dipahami. Akhir
kata, penyusun berharap semoga dengan adanya makalah ini dapat memberi
pengetahuan yang luas mengenai biota laut ular laut.

Jatinangor, 2 Maret 2017

Penyusun

3
DAFTAR ISI

BAB Halaman
KATA PENGANTAR..........................................................................v
DAFTAR GAMBAR..........................................................................vi
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................1
1.2 Tujuan............................................................................................
1.3 Manfaat........................................................................................2

II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Definisi Ular Laut........................................................................3
2.2 Klasifikasi Ular Laut...................................................................3
2.3 Karakteristik Ular Laut................................................................4
2.3.1 Habitat dan Makanan...........................................................4
2.3.2 Jenis Bisa..............................................................................6
2.3.3 Penutup Tubuh........................................................................
2.4 Pergantian Kulit (Shedding)........................................................7
2.5 Sistem Reproduksi.......................................................................8
2.6 Sistem Pernafasan.......................................................................9
2.7 Sistem Pencernaan.........................................................................

III PENUTUP
5.1 Kesimpulan................................................................................30
5.2 Saran..........................................................................................31

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................32

4
DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1.

5
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Vertebrata merupakan subfilum dari Chordata yang memiliki anggota yang
cukup besar dan paling dikenal. Tubuh dibagi menjadi 3 bagian yang cukup jelas :
kepala, badan dan ekor. Kepala dengan rangka dalam, carnium, didalamnya
terdapat otak, karena mempunyai carnium. Vertebrata terbagi menjadi enam kelas,
kelas Cyclostomata, kelas Pisces, kelas Amfibi, kelas Reptilia, kelas Aves, dan
kelas Mamalia.
Reptil adalah hewan vertebrata yang terdiri dari ular, kadal cacing, kadal,
buaya, Caiman, buaya, kura-kura, penyu dan tuatara. Ada sekitar 7900 spesies
reptil hidup sampai saat ini yang mendiami berbagai tipe habitat beriklim sedang
dan tropis termasuk padang pasir, hutan, lahan basah air tawar, hutan bakau dan
laut terbuka (Klappenbach, 2013).
Kata Reptilia berasal dari kata Reptum yang berarti melata. Reptilia
merupakan kelompok hewan darat pertama yang sepanjang hidupnya bernafas
dengan paru-paru. Ciri umum kelas ini yang membedakan dengan kelas yang lain
adalah seluruh tubuhnya ditutp oleh kulit kering atau sisik. Kulit ini menutupi
seluruh permukaan tubuhnya dan pada beberapa anggota ordo atau sub-ordo
tertentu dapat mengelupas atau melakukan pergantian kulit baik secara total
maupun sebagian. Pengelupasan secara total misalnya pada anggota subordo
Ophidia dan pengelupasan sebagaian pada sub-ordo Lacerdhilia. Sedangkan pada
ordo Chelonia dan Crocodilia sisiknya hampir tidak pernah mengalami pergantian
atau pengkelupasan. Kulit pada Reptil memiliki sedikit sekali kelenjar kulit.
Ular laut merupakan jenis reptilia laut yang memililki kehidupan yang
sangat terbatas di lautan tropis. Samudra Pasifik dan Samudra Hindia adalah
tempat habitat utamanya. Jenis ular laut bermacam-macam.

1
1.2 Tujuan
Makalah biologi laut mengenai biota ular laut ini memiliki tujuan sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui klasifikasi ular laut
2. Untuk mengetahui karakteristik ular laut
3. Untuk mengetahui pergantian kulit ular laut
4. Untuk mengetahui sistem pernafasan, reproduksi dan pencernaan ular
laut

1.3 Manfaat
Makalah biologi laut mengenai biota ular laut ini memiliki kegunaan
sebagai berikut:
1. Mendapatkan informasi mengenai klasifikasi ular laut
2. Mendapatkan informasi mengenai karakteristik ular laut
3. Mendapatkan informasi mengenai pergantian kulit ular laut
4. Mendapatkan informasi mengenai sistem pernafasan, reproduksi, dan
pencernaan ular laut

2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Ular Laut


Ular laut merupakan jenis reptilia laut yang memililki kehidupan yang
sangat terbatas di lautan tropis. Samudra Pasifik dan Samudra Hindia adalah
tempat habitat utamanya. Jenis ular laut bermacam-macam. Ular zaitun (Aipyrus
laevis) merupakan jenis ular yang hidup di karang-karang dengan kedalaman 5
10 meter. Ular ini sesekali muncul ke permukaan laut sekitar 5 menit sekali untuk
mengambil nafas.

2.2 Klasifikasi Ular Laut


Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata
Upaordo : Serpentes
Famili : Elapidae

2.3 Karakteristik Ular Laut


Ular lain yang hidup di laut ialah ular perut kuning (Pelamis platurus).
Habitat mereka berada di bagian timur Samudra Pasifik. Ular perut kuning
merupakan perenang tercepat diantara semua ular laut. Kecepatan berenangnya
mencapai 3,6 km/jam. Ular laut memiliki bisa yang sangat kuat, bahkan dapat
dengan cepat mematikan korbannya. Bisa ular laut mengandung kekuatan 30 kali
dari bisa ular kobra. Walaupun ular ini memiliki bisa yang sangat kuat, tetapi
mereka jarang menggigit manusia karena mulutnya sangat kecil.
Pada umumnya, ular laut berukuran tidak terlalu besar. Panjangnya hanya
0,5 1 meter. Akan tetapi, ular laut api panjangnya dapat mencapai 2 meter. Ekor
ular laut dapat bergerak seperti pedal yang sedang mengayuh. Selain itu, bentuk
ekornya juga lebar dan tipis. Hal-hal tersebut membuat ular laut dapat berenang

3
dengan mudah. Ular laut tidak mempunya insang, oleh karena itu ular laut harus
naik ke permukaan air untuk dapat menghirup udara. Makanan ular laut ini ialah
ikan ikan panjang, misalnya belut, yang dilumpuhkan dengan menggunakan
bisanya.

2.3.1 Habitat dan Makanan


Ular laut biasanya hanya hidup di lautan tropis, utamanya di Samudra
India bagian tengah dan utara serta bagian barat Samudra Pasifik. Mayoritas jenis
dan populasi terbanyak terdapat di wilayah Benggala, seluruh perairan di
Indonesia dan Filipina, perairan Australia utara dan timur, dan perairan Oseania
(Indo-Australia), khususnya di wilayah Laut Koral yang memiliki terumbu karang
terbesar dan terpanjang di dunia. Satu jenis ular laut, yaitu ular laut berperut
kuning (Pelamis platurus), wilayah hidupnya bahkan mencapai hampir seluruh
wilayah Samudra Pasifik hingga ke perairan Selandia Baru, perairan Hawaii dan
perairan di sepanjang pantai barat Amerika mulai dari perairan sebelah barat
Santiago, Chile, lalu ke utara hingga Semenanjung California. Sedangkan jenis-
jenis seperti ular zaitun (Aipysurus sp.), ular setu (Parahydrophis mertoni), dan
ular erabu (Laticauda sp.) lebih banyak hidup di karang-karang dan/atau di
perairan teritorial, khususnya wilayah Indo-Australia.

2.3.2 Jenis Bisa


Bisa ular laut sangat kuat karena memiliki kekuatan 60 kali bisa ular
kobra, bahkan ada ular laut yang kekuatan bisanya mencapai 700 kali ular kobra,
dan mengandung enzim-enzim perusak seperti layaknya jenis-jenis ular Elapidae.
Meskipun memiliki racun sangat kuat, ular laut jarang menggigit manusia
dikarenakan mulutnya yang sangat kecil dibandingkan dengan jenis ular lainnya.
Biasanya manusia akan tergigit ular laut di daerah ujung jari. Ular ini tidak
dapat menggigit manusia di lengan, kaki, atau bagian tubuh lainnya karena
mulutnya yang kecil tersebut. Meskipun demikian, ular laut tetap merupakan
ancaman bagi para nelayan dan penyelam karena racunnya yang sangat kuat. Pada
beberapa kasus gigitan ular laut pada seorang penyelam, penyelam yang berusaha
memegang dan tergigit oleh ular laut dapat mengalami kegagalan fungsi jantung

4
dan meninggal sebelum sempat mencapai permukaan air. Walaupun sebenarnya
kita tidak perlu takut berlebihan terhadap ular laut, akan tetapi kita perlu tetap
waspada pada saat berada di pantai, memancing, atau menyelam.
Beberapa jenis ular laut yang penting dan menyebabkan kasus gigitan ular
berbisa di wilayah Asia Tenggara diantaranya H. Fasciatus, H. cyanocinctus, E.
schistosa, L. curtus, dan P. platurus (Warrel 2010). Pada jenis ular laut yang
berbisa seperti dari genus Laticauda dan Hydrophiinae kebanyakan mengandung
short-chain dan long-chain post-synaptic neurotoxins, misalnya erabutoxins
ditemukan pada bisa ular Laticauda spp. (Guinea et al. 1983).
Aipysurus laevis, jenis ular laut ini banyak mengandung neurotoksin dan
enzim PLA2 (Maeda dan Tamiya 1976; Ducancel et al. 1988), dan juga
mengandung senyawa yang bersifat miotoksik dan nefrotoksis yang dapat
menyebabkan kerusakan pada ginjal (Ryan dan Yong 1997; dalam Ryana dan
Yong 2002).
Acalyptophis peronii atau bisa dikenal sebagai Le spiny-headed
seasnake, Perons sea snake atau horned sea snake, merupakan salah satu
jenis ular laut yang berbisa kuat. Spesies ular laut ini memiliki duri di kepalanya
dan memiliki penyebaran yang cukup luar seperti terdapat di teluk Thailand,
Vietnam, laut Cina selatan, pesisir pantai Guangdong dan selat Taiwan, Philipines,
Indonesia, New Caledonia, Papua New Guinea, dan Australia.\
Jenis E. schistosa mengandung bisa yang memiliki aktivitas neurotoksik
(Carey dan Wright 1960; Gawade dan Gaitonde 1982). Ular laut ini banyak
mengandung toksin dengan aktivitas myotoksik dan menyebabkan kerusakan pada
ginjal (Lind dan Eaker 1981; Gawade dan Gaitonde 1982).
Berikut ini merupakan jenis-jenis bisa ular:
1. Neurotoksin, racun atau bisa syaraf. Racun ini menyerang sel-sel dan
jaringan syaraf. Kematian korban biasanya disebabkan adanya
kelumpuhan di bagian alat pernapasan dan rusaknya pusat syaraf (otak).
2. Hemotoksin, racun atau bisa yang menyerang sel-sel darah dan sistem
sirkulasinya. Di dalam hemotoksin terdapat enzim proteolitic yang
mampu memecah protein darah dan menyebabkan terjadinya
penggumpalan darah. Selain itu juga terdapat enzim hyaluronidase yang
menyebabkan rusaknya jaringan.

5
3. Kardiotoksin, racun atau bisa yang menyerang otot jantung. Bisa ular
yang mengandung kardiotoksin akan segera masuk ke aliran darah dan
menuju jantung dan merusak otot-otot jantung, sehingga korban akan
mati akibat detak jantungnya yang berhenti seketika.
4. Myotoksin, racun atau bisa yang menyerang otot-otot tubuh. Korban
yang terkena bisa myotoksin akan menyebabkan otot-otot tubuhnya
kejang.

2.3.3 Penutup Tubuh

2.4 Pergantian Kulit (Shedding)


Ular laut mengalami pergantian kulit atau yang biasa kita sebut shedding.
Untuk melakukan proses pergantian kulit ini, ulat membentuk tubuhnya jadi
sebuah simpul yang kemudian didorong turun hingga ke bagian ekor. Pergantian
kulit ini juga akan membantu menyingkirkan ganggang laut yang menempel
lengket pada kulit ular juga membantu menyingkirkan teritip atau sejenis kerang
kerang kecil dari kulitnya.

2.5 Sistem Reproduksi


Ular laut bereproduksi dengan cara ovovivipar (bertelur-beranak) yakni
telur-telurnya menetas semasa masih di dalam perut dan keluar sebagai anak-anak
ular sehingga seakan-akan melahirkan.
Telur ular laut akan menetas di dalam tubuh induk betinanya. Namun
makanannya diperoleh dari cadangan makanan yang ada dalam telur. Induk betina
menghasilkan ovum di dalam ovarium. Ovum kemudian bergerak di sepanjang
oviduk menuju kloaka. Induk jantan menghasilkan sperma di dalam testis. Sperma
bergerak di sepanjang saluran yang langsung berhubungan dengan testis, yaitu
epididimis. Dari epididimis sperma bergerak menuju vas deferens dan berakhir di
hemipenis. Hemipenis merupakan dua penis yang dihubungkan oleh satu testis
yang dapat dibolak-balik seperti jari-jari pada sarung tangan karet. Pada saat
kedua Induk mengadakan kopulasi, hanya satu hemipenis saja yang dimasukkan
ke dalam saluran kelamin betina.

6
Ovum induk betina yang telah dibuahi sperma akan melalui oviduk dan
pada saat melalui oviduk, ovum yang telah dibuahi akan dikelilingi oleh cangkang
yang tahan air. Hal ini akan mengatasi persoalan setelah telur diletakkan dalam
lingkungan basah. Pada kebanyakan jenis reptil, telur ditanam dalam tempat yang
hangat dan ditinggalkan oleh induknya. Dalam telur terdapat persediaan kuning
telur yang berlimpah.

2.6 Sistem Pernafasan


Pada golongan ular laut, karena sebagian besar hidupnya berada di
perairan (mencari makan), pernapasan menggunakan paru-paru tidaklah menjadi
pilihan yang tepat. Untuk mencukupi kebutuhan akan oksigen, ular laut yang
memiliki kulit lembab, menjadi alternatif alat pernapasan ular laut selama di
perairan. Reptil memiliki paru-paru yang lebih kompleks. Paru-paru reptil
memiliki perlipatan-pelipatan (alveoli) yang memperluas wilayah pernapasan.
Sebagian besar reptil memiliki dua paru-paru yang berkembang dalam rongga
dada (kanan-kiri), namun sebagaian besar kelompok ular hanya paru-paru kanan
yang berkembang, sedang paru-paru kiri mereduksi (kecil) atau bahkan tidak
berkembang. Pernapasan dibantu oleh gerakan otot-otot intercostae (tulang rusuk),
dan reptil tidak memiliki diafragma. Udara masuk melalui lubang hidung (nostril),
kemuadian trakea, dan ke paru-paru. Terdapat selaput tipis pada lubang hidung
dan ujung trakea yang akan melingdungi masuknya air ketika reptil di dalam
perairan.
Mereka juga mampu bernafas melalui kulitnya. Secara keseluruhan, proses
pernafasannya ini sangat membantu ular laut dalam menyelam dengan waktu yang
cukup lama. Sebuah ekor pipih pada tubuh ular laut memungkinkan mereka untuk
mendorong diri melalui air.

7
Gambar . Ular laut muncul ke permukaan untuk bernafas
(sumber : http://jendelahewan.blogspot.co.id/2012/04/sitem-pernafasan-ular-laut.html)

2.7 Sistem Pencernaan


Ular laut memakan mangsanya bulat-bulat artinya, tanpa dikunyah
menjadi keping-keping yang lebih kecil. Gigi di mulut ular tidak memiliki fungsi
untuk mengunyah, melainkan sekedar untuk memegang mangsanya agar tidak
mudah terlepas. Agar lancar menelan, ular biasanya memilih menelan mangsa
dengan kepalanya lebih dahulu.
Makanan yang masuk ke perut ular, dicerna oleh usus yang bekerja terus
menerus selama kurang lebih 48 jam atau sekitar 2 hari. Setelah makan ular
biasanya menjadi tidak aktif. Akan tetapi proses pencernaan di dalam perutnya
tetap berlangsung. Pada saat mencerna makanannya, ular juga sangat peka dengan
suhu udara di sekitarnya. Suhu yang ideal saat ular mencerna makanannya adalah
30 derajat Celcius. Sehingga apabila tidak mendapatkan suhu yang ideal, sering
kali setelah menelan mangsanya, ular memuntahkannya lagi. Ular laut juga
memiliki kelenjar khusus di lidah mereka yang berfungsi untuk mengeluarkan
kelebihan garam dari organ dalam tubuhnya.

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1.

3.2 Saran

9
DAFTAR PUSTAKA

Sukrama, udi. 50 Pembahasan Mengenai Samudra. Mitra Aksara Panaitan


Nurani, budi. Mengenal Laut. Graha Ilmu Mulia
Rahmatia, dyah. Hewan Laut. JP Books

10

Anda mungkin juga menyukai