Anda di halaman 1dari 11

BUDIDAYA CACING TUBIFEX SP

Klasifikasi dan Morfologi

Cacing tubifex sering disebut dengan cacing sutera, klasifikasi cacing sutra menurut Gusrina
(2008) adalah :

Filum : Annelida

Kelas : Oligochaeta

Ordo : Haplotaxida

Famili : Tubifisidae

Genus : Tubifex

Spesies: Tubifex sp.

Gambar 1. Morfologi Cacing rambut

Cacing ini memiliki bentuk dan ukuran yang kecil serta ramping dengan panjangnya 1-2 cm,
sepintas tampak seperti koloni merah yang melambai-lambai karena warna tubuhnya kemerah-
merahan, sehingga sering juga disebut dengan cacing rambut. Cacing ini merupakan salah satu
jenis benthos yang hidup di dasar perairan tawar daerah tropis dan subtropis, tubuhnya beruas-
ruas dan mempunyai saluran pencernaan, termasuk kelompok Nematoda. Cacing sutera hidup
diperairan tawar yang jernih dan sedikit mengalir. Dasar perairan yang disukai adalah berlumpur
dan mengandung bahan organik. Makanan utamanya adalah bagian-bagian organik yang telah
terurai dan mengendap di dasar perairan tersebut (Djarijah 1996).
Cacing sutera merupakan organisme hermaprodit yang memiliki dua alat kelamin jantan dan
betina sekaligus dalam satu tubuh. Berkembangbiak dengan bertelur, proses peneluran terjadi di
dalam kokon yaitu suatu segmen yang berbentuk bulat telur yang terdiri dari kelenjaar epidermis
dari salah satu segmen tubuhnya. Telur tersebut mengalami pembelahan, kemudian berkembang
membentuk segmen-segmen. Setelah beberapa hari embrio dari cacing ini akan keluar dari
kokon. Cacing sutera ini mulai berkembangbiak setelah 7-11 hari (Lukito dan Surip 2007).

Induk yang dapat menghasilkan kokon dan mengeluarkan telur yang menetas menjadi tubifex
mempunyai usia sekitar 40-45 hari. Jumlah telur dalam setiap kokon berkisar antara 4-5 butir.
Waktu yang dibutuhkan untuk proses perkembangbiakan telur di dalam kokon sampai menetas
menjadi embrio tubifex membutuhkan waktu sekitar 10-12 hari. Jadi daur hidup cacing sutera
dari telur, menetas hingga menjadi dewasa serta mengeluarkan kokon dibutuhkan waktu sekitar
50-57 hari (Gusrina, 2008).

2.2. Siklus Hidup Tubifex

Khairuman dan Amri (2002), menyatakan cacing sutra (Tubifex sp) adalah termasuk organisme
hermaprodit. Pada satu individu organisme ini terdapat 2 (dua) alat kelamin dan berkembangbiak
dengan cara bertelur dari betina yang telah matang telur. Sedangkan menurut Chumaidi dan
Suprapto (1986), telur cacing sutra (Tubifex sp) terjadi di dalam kokon yaitu suatu bangunan
berbentuk bangunan bulat telur, panjang 1 mm dan diameter 0,7 mm yang dihasilkan oleh
kelenjar epidermis dari salah satu segmen tubuh yang disebut kitelum. Panjang tubuh 1-2 cm,
terdiri dari 30-60 segmen atau ruas. Telur yang ada di dalam tubuh mengalami pembelahan,
selanjutnya berkembang membentuk segmen-segmen. Setelah beberapa hari embrio cacing sutra
(Tubifex sp) akan keluar dari kokon. Induk yang dapat menghasilkan kokon dan mengeluarkan
telur yang menetas menjadi tubifex mempunyai usia sekitar 40-45 hari. Jumlah telur dalam setiap
kokon berkisar antara 4-5 butir.

Waktu yang dibutuhkan untuk proses perkembangbiakan telur didalam


kokon sampai menetas menjadi embrio tubifex membutuhkan waktu sekitar 10-12 hari. Daur
hidup cacing sutra dari telur,menetas hingga menjadi dewasa serta mengeluarkan kokon
dibutuhkan waktusekitar 50-57 hari (Gusrina, 2008).

Cacing Sutera (Tubifex sp) berkembang dan menghasilkan kokon pertama sekali setelah
berumur 40-45. Jadi siklus hidup Cacing Sutera (Tubifex sp) dari telur hingga menetas (menjadi
dewasa) dan bertelur kembali membutuhkan waktu 50-37 hari.
Gambar 2. Siklus Hidup Cacing Sutra

2.3. Habitat dan sifat Cacing Tubifex

Brinkhurst et al., (2000) Cacing Tubifex sp umumnya ditemukan pada daerah air perbatasan
seperti daerah yang terjadi polusi zat organik secar berat, daerah endapan sedimen dan perairan
oligotropis. Ditambahkan bahwa spesies Cacing Tubifex sp ini bisa mentolelir perairan dengan
salinitas dengan 10 ppt. Kemudian oleh Cartwright (2004), dikatakan bahwa dua faktor yang
mendukung habitat hidup Cacing Tubifex sp ialah endapan lumpur dan tumpukan bahan organik
yang banyak.

Cacing Tubifex banyak hidup di perairan tawar yang airnya jernih dan sedikit mengalir. Dasar
perairan yang disukai adalah berlumpur dan mengandung bahan organik. Makanan utamanya
adalah bahan-bahan organik yang telah terurai dan mengendap di dasar perairan. Cacing ini akan
membenamkan kepalanya masuk ke dalam lumpur untuk mencari makanan. Sementara ujung
ekornya akan disembulkan di atas permukaan dasar untuk bernafas. Perairan yang banyak dihuni
oleh cacing ini sepintas tampak seperti koloni lumut merah yang melambai-lambai.

Kebiasaan makan dan cara makan cacing rambut ialah memakan detritus, alga benang, diatom
atau sisa-sisa tanaman yang terlarut di lumpur dengan cara cacing membuat lubang berupa
tabung dan menyaring makanan atau mengumpulkan partikel-partikel lumpur yang dapat dicerna
di dalam ususnya. Cara makan Cacing Sutera (Tubifex sp) golongan tubifidae yaitu permukaan
atau di dalam sedimen dengan membuat lubang berupa tabung dan menyaring makanan atau
mengumpulkan partikel halus dipermukaan. Makanan tersebut dapat berupa bahan organik dan
detritus.

Cacing Tubifex sp biasanya hidup disaluran air yang jernih dan sedikit mengalir dengan dasar
perairan mengandung banyak bahan organik yang dijadikan bahan makanan. Cacing Tubifex sp
hidupnya berkoloni, bagian ekornya berada di permukaan dan berfungsi sebagai alat bernapas
dengan cara difusi langsung dari udara.

Oksigen terlarut merupaka parameter yang sangat penting dalam kehidupan setiap organisme
yang hidup. Setiap organisme hidup pasti membutuhkan oksigen untuk respirasi yang
selanjutnya akan digunakan dalam proses metabolisme suntuk meombak bahan organik yang
dimakan menjadi sari makanan yang dimanfaatkan sebagai energi untuk tumbuh berkembang
biak dan bergerak (Sedana et al., 2003).

Cacing Tubifex tumbuh optimal pada suhu 18 – 20 °C. Pada suhu di atas 35°C cacing ini mati
dan pada suhu dibawah 5°C dalam keadaan tidak aktif. Seperti biota air lain, cacing Tubifex
membutuhkan oksigen untuk pernafasannya. Oksigen optimum untuk hidup dan berkembang
biak adalah 3-8 ppm. Cacing Tubifex adalah hewan air tawar sehingga sangat peka terhadap
perubahan salinitas. Cacing Tubifex tidak menyukai sinar, sehingga mudah ditemukan pada
tempat-tempat yang teduh.

Kemudian Arhipova (1996) menyatakan bahwa kelimpahan Cacing Tubifex sp akan berkurang
dimana keanekaragaman jenis organisme tinggi. Kelimpahannya akan semangkin tinggi bila
standing corps rendah sekalipun. Maka predator pemakan cacing akan banyak dalam kondisi
perairan seperti di atas. Dan jika semua jenis cacing tak ditemui dalam perairan maka dapat
dikatakan perairan tersebut dalam keadaan tercemar logam berat.

Vincentius (1992) menyatakan bahwa ketinggian air pada lingkungan pemeliharaan Cacing
Tubifex spi berpengaruh terhadap ketahanan hidup dan perkembangannya. Jika iar terlalu tinggi,
maka koloni atau populasi Cacing Tubifex sp akan tidak berkembang bahkan akan mengalami
kematian karena cacing Tubifex sp ini membutuhkan oksigen dari luar untuk bernapas.
Sedangkan apabila air terlau rendah atau sedikit, maka lingkungannya akan cepat panas sehingga
cacing Tubifex sp ini tidak akan dapat bertahan hidup lebih lama. Ketinggian air yang optimal
pada populasi Cacing Tubifex sp adalah setinggi 6 cm.

2.4 Kandungan Gizi Tubifex sp

Sebagai pakan ikan hias air tawar, cacing ini mempunyai peranan yangcukup penting. Pakan dari
cacing mampu memacu pertumbuhan ikan jauh lebihcepat dibanding pakan alami jenis lainnya.
Hal ini disebabkan kandungan lemakdan protein cacing ini cukup tinggi. Cacing ini mempunyai
kandungan protein51,9 %, karbobidrat 20,3 %, lemak 22,3 %, dan bahan abu 5,3 %.
Sedangkanasam amino penyusun proteinnya juga lengkap.

2.5. Pembibitan Cacing Tubifex sp

Cacing Tubifex sp yang hidup diperairan alam dapat ditangkarkan ditempat-tempat terkontrol,
misalnya kubangan tanah. Di dalam kubangan ini kondisi (habitat) dibuat menyamai (mirip)
habitat alami berlumpur. Kubangan diisi campuran pupuk kandang (kotoran ayam) dan dedak
halus setebal 1 cm. Pupuk kandang dilumatkan dan dicampurkan dengan dedak halus.
Selanjutnya diratakan dan diisi sama air. Biarkan rendaman ini sampai membentuk endapan.
Kemudian dimasukkan klon (bibit) cacing Tubifex sp yang diangkat dari perairan alam dan
aliran air untuk menggantikan peresapan dan penguapan. Aliran air dibesarkan sedikit setalah
bibit ditanam (ditebarkan). Aliran air dibesarkan sedikit setalah bibit ditanam (ditebarkan).
Aliran air ini dibutuhkan untuk menggantikan air yang ada secara terus menerus.

Masa penakaran Cacing Tubifex sp ini tergantung tujuan produksi cacing yang didinginkan.
Biasanya cacing Tubifex sp akan menyesuaikan diri dengan lingkungan baru selama beberapa
hari. Cacing Tubifex sp ini mulai berkembang biak setelah 7 sampai 11 hari penakarannya.
Terpenting yang harus diperhatikan selama penakaran cacing Tubifex sp ini jangan sampai
terjadi kekeringan, karena cacing Tubifex sp ini tidak akan tumbuh dan berkembangbiak dengan
baik bila dalam kondisi kering. Hasil penakaran Cacing Tubifex sp ini selanjutnya digunakan
sebagai bibit pada produksi massal Cacing Tubifex sp di tempat pemeliharaan yang ukurannya
lebih luas.

Tujuan penakaran Cacing Tubifex sp yaitu untuk memperoleh bibit Cacing Tubifex sp yang telah
terbiasa hidup di lingkungan/tempat (habit) buatan. Dengan cara ini setidaknya kematian bibit
Cacing Tubifex sp dalam produksi massal dapat dihindarkan sehingga persiapan lahan
pemeliharaan Cacing Tubifex sp sesuai.

2.6. Kultur Massal Cacing Tubifex sp

Produksi massal Cacing Tubifex sp merupakan upaya menumbuhkan dan mengembangbiakan


Cacing Tubifex sp ini dalam tempat pemeliharaan yang terkontrol. Tempat pemeliharaannya
berupa kubangan tanah berlumpur dan tergenang air. Secara berurutan kegiatan produksi Cacing
Tubifex sp adalah dengan mebuat kubangan, mempersiapkan dasar kubangan agar berlumpur
dan tergenang air, memelihara dan memungut hasil (panen).

Lahan pemeliharaan Cacing Tubifex sp dibuat didaerah berair. Bentuknya mirip kolam dan
luasnya 10 x 10 m atau ukuranya lebih. Lahan ini dilengkapi dengan saluran pemasukan dan
pengeluaran air. Dasar kolam dibuat petakan –petakan (blok) lumpur setinggi 10 cm. Luas
petakan Cacing Tubifex sp ini adalah 1 x 2 m. Lebih baik jika dasar petakan Cacing Tubifex sp
ini dilapisi papan kayu atau dibentuk dalam cetakan. Lapisan atau cetakan ini untuk
mempermudah pemanenan dan sebagai penangkal Cacing Tubifex sp yang akan meloloskan diri
masuk dalam tanah yang lebih dalam lagi. Jarak antara petakan adalah 20 cm agar memudahkan
dalam waktu pemanenan.

Seperti hal pemanenan ikan dan udang pada umumnya, lahan untuk produksi Cacing Tubifex sp
sangat perlu disiapkan. Awalnya lahan tersebut perlu dikeringkan, saluran diperbaiki dan tanah
digemburkan serta digenangi air setinggi 5 cm dari permukaan dasar. Selanjutnya dipupuk
dengan dedak halus atau kotoran ayam. Pemupukan lahan Cacing Tubifex sp bertujuan untuk
menyediakan bahan makanan Cacing Tubifex sp yang dipelihara. Jika lahan menggunakan dedak
halus, maka membutuhkan dedak halus sebanyak 200-250 gr/m. Dedak ini ditebarkan merata
diatas permukaan dasar petakan lalu direndam air setinggi 5 cm selama 4 hari. Jika lahan
menggunkan kotoran ayam, maka membutuhkan 300 gr/m. Sebelum ditebarkan, kotoran ayam
dibersihkan dan dikeringkan kemudian dihaluskan.

Pupuk ayam yang dikeringkan dan dihaluskan ini kemudian dicampurkan dengan tanah dasar
petakan lalu direndam air setinggi 5 cm selama 3 (tiga) hari. Tujuan dari perendaman ini adalah
agar dedak halus atau pupuk segera membusuk sehingga disukai Cacing Tubifex sp sebagai
makanannya.

Bibit dalam produksi Cacing Tubifex sp secara massal ini diambil dari hasil penangkapan di
tempat yang terkontrol. Sebelum bibit ditebarkan, aliran air dikontrol agar alirannya stabil.
Aliran air tidak terlalu besar tetapi cukup untuk mengisi air yang menguap dan meresap ke dalam
tanah. Walaupun kelebihan air, diusahakan agar tidak menimbulkan erosi. Apalagi membawa
bahan-bahan hasil pemupukan. Aliran air untuk mengisi tempat pemeliharaan Cacing Tubifex sp
di perkirakan samapi setinggi 5 cm di atas petakan yang kira-kira membutuhkan waktu 45-60
menit.

Hal lain yang perlu dikontrol sebelum bibit ditebarkan adalah konsentrasi amoniak (NH) dalam
air. Gas beracun ini biasanya dihasilkan dari proses pembusukan bahan organik terutama kotoran
ayam. Konsentrasi NH dalam air yang terlalu tinggi (pekat) akan mengakibatkan kematian
konsentrasi Cacing Tubifex sp yang dibudidayakan.

Penebaran bibit dimulai dengan membuat lubang kecil-kecil di atas dengan petakan (blok). Jarak
antar lubang 10-15 cm dan lubang ini selanjutnya dengan koloni bibit Cacing Tubifex sp hasil
penakaran beserta media dan tanahnya. Jumlah Cacing Tubifex sp dalam koloni yang di tanam
setiap lubang 10 ekor.

Masa pemeliharaan produksi Cacing Tubifex sp ini sekitar 10 hari. Bila kondisi lingkungan
cocok dan jumlah pakannya cukup, bibit-bibit Cacing Tubifex sp akan berkembang pesat. Hal
yang perlu diperhatikan dalam produksi massal Cacing Tubifex sp adalah aliran air. Meskipun
aliran air harus kecil, tetapi jangan sampai kekeringan.

Memanen Cacing Tubifex sp sangat mudah, yakni diambil dengan tangan beserta lumpur.
Kemudian ditaruh dalam ember dan dicuci bersih. Panen Cacing Tubifex sp sebaiknya dilakukan
secara acak, yaitu tidak seluruh populasi Cacing Tubifex sp pada setiap bedengan diambil, tetapi
disisakan sebagai bibit pada pemeliharaan berikutnya. Panen total hanya dilakukan jika kondisi
tanah dan medianya tidak cukup lagi menyediakan makanan. Keadaan ini dapat diketahui setelah
perkembangan Cacing Tubifex sp kelihatan lambat. Untuk produksi lebih lanjut setelah panen
total, bedengan harus dibongkar dan diolah seperti biasa.

BAHAN 2
Biologi dan Morfologi Cacing Sutra (Tubifex sp)

Cacing sutra atau cacing rambut termasuk kedalam kelompok cacing–cacingan (Tubifex sp).
Dalam ilmu taksonomi hewan, cacing sutra digolongkan kedalam kelompok Nematoda.
Embel–embel sutra diberikan karena cacing ini memiliki tubuh yang lunak seperti halnya
sutra. Sementara itu julukan cacing rambut diberikan lantaran bentuk tubuhnya yang
panjang dan sangat halus tak bedanya seperti rambut.
Klasifikasi Cacing Sutera

Phylum : Annelida

Class : Oligochaeta

Ordo : Haplotaxida

Famili : Tubificidae

Genus : Tubifex

Spesies : Tubifex sp

Pada dasarnya Cacing sutra (Tubifex sp) tidak mempunyai insang dan bentuk tubuh yang
kecil dan tipis. Karena bentuk tubuhnya kecil dan tipis, pertukaran oksigen dan
karbondioksida sering terjadi pada permukaan tubuhnya yang banyak mengandung
pembuluh darah. Kebanyakan Tubifex membuat tabung pada lumpur di dasar perairan, di
mana bagian akhir posterior tubuhnya menonjol keluar dari tabung bergerak bolak-balik
sambil melambai-lambai secara aktif di dalam air, sehingga terjadi sirkulasi air dan cacing
akan memperoleh oksigen melalui permukaan tubuhnya. Getaran pada bagian posterior
tubuh dari Tubifex dapat membantu fungsi pernafasan.

Ekologi Cacing Sutra (Tubifex sp)

menjelaskan bahwa cacing sutra (Tubifex sp) umumnya ditemukan pada daerah air
perbatasan seperti daerah yang terjadi polusi zat organik secara berat, daerah endapan
sedimen dan perairan oligotropis. Ditambahkan bahwa spesies cacing Tubifex sp ini bisa
mentolerir perairan dengan salinitas 10 ppt. Kemudian oleh Chumaidi (1986), dikatakan
bahwa dua faktor yang mendukung habitat hidup cacing sutra (Tubifex sp) ialah endapan
lumpur dan tumpukan bahan organik yang banyak.

Setiap tubuh cacing sutra (Tubifex sp) pada bagian punggung dan perut kekar serta ujung
bercabang dua tanpa rambut. Sementara sifat hidup cacing sutra (Tubifex sp) menunjukan
organisme dasar yang suka membenamkan diri dalam lumpur seperti benang kusut dan
kepala terkubur serta ekornya melambai-lambai dalam air kemudian bergerak berputar-
putar.

Habitat dan Penyebaran Cacing Sutra (tubifex sp)


bahwa habitat dan penyebaran cacing sutra (Tubifex sp) umumnya berada di daerah tropis.
Umumnya berada disaluran air atau kubangan dangkal berlumpur yang airnya mengalir
perlahan, misalnya selokan tempat mengalirnya limbah dan pemukiman penduduk atau
saluran pembuangan limbah peternakan. Selain itu, cacing sutra juga ditemukan di saluran
pembuangan kolam, saluran pembuangan limbah sumur atau limbah rumah tangga
umumnya kaya akan bahan organik karena bahan organik ini merupakan suplai makanan
terbesar bagi cacing sutra (Tubifex sp)

akan dan kebiasaan Makan Cacing Sutra (Tubifex sp)

makanan oligochaeta akuatik sebagian besar terdiri dari ganggang berfilament, diatom
dan detritus berbagai tanaman dan hewan. Sebagian besar oligochaeta memperoleh
makanan dengan menyaring substrat seperti kebiasaan cacing yang lain. Komponen organik
pada substrat ditelan melalui saluran pencernaan. Cacing ini memperoleh makanan pada
kedalaman 2-3 cm dari permukaan substrat. Cacing sutra mencari makan dengan cara
masuk ke dalam sedimen, beberapa sentimeter di bawah permukaan sedimen dan memilih
bahan makanan yang kecil serta lembek (Alam Ikan 20).

Jumlah makanan yang dikonsumsi sehari-hari oleh cacing sutra (Tubifex sp) adalah 2-8 kali
bobot tubuh cacing tersebut hanya makan pada lapisan tipis di bawah permukaan pada
kedalaman 2cm-5cm. dimana lapisan tersebut banyak zat-zat makanan yang tertimbun
akibat dekomposisi anaerobik.

SYARAT HIDUP CACING SUTRA


Cacing ini hidup pada subtrat lumpur dengan kedalaman 0 – 4 cm. Sama seperti hewan air
lainnya, air memegang fungsi pentinh untuk kelangsungan hidup cacing ini. Berikut ini
merupakan parameter kualitas air agar cacing sutra / cacing rambut tumbuh optimal :

pH : 5. 5 – 8. 0

Suhu : 25 – 28 c

DO( oksigen terlarut ) : 2, 5 – 7, 0 ppm

Sebaiknya terdapat air mengalir dengan debit yang tidak terlalu besar.

Cacing sutra tergolong hewan hermaprodit yang berkembang biak melalui telur dengan
pembuahan secara eksternal. telur yang dibuahi oleh jantan akan membelah jadi dua
sebelum saat menetas.
TEKNIK BUDIDAYA CACING SUTRA

1. Persiapan Bibit Cacing Sutra


Bibit bisa dibeli dari toko ikan hias atau diambil dari alam dengan catatan sebaiknya bibit
cacing di karantina terlebih dahulu karena ditakutkan membawa bakteri patogen. Cacing
dikarantina 2-3 hari dengan dialiri air bersih dengan debit yang kecil dan memiliki
kandungan oksigen yang cukup.

2. Persiapan Media Tumbuh Cacing Sutra


Media tumbuh dibuat sebagai kubangan lumpur dengan ukuran 1 x 2 meter yang dilengkapi
saluran pemasukan dan pengeluaran air. Setiap kubangan dibuat petakan petakan kecil
ukuran 20 x 20 cm dengan tinggi bedengan atau tanggul 10 cm, antar bedengan diberi
lubang dengan diameter 1 cm. Atau wadah budidaya dapat dibuat dari bahan terpal.

3. Pemupukan
Lahan di pupuk dengan dedak halus atau ampas tahu sebanyak 200 – 250 gr/M2 atau
dengan pupuk kandang sebanyak 300 gr/ M2 untuk sumber makanan cacing. Cacing sutra
sangat menyukai bahan organik sebagai bahan makanannya.

Cara pembuatan pupuk :

Siapkan kotoran ayam, jemur 6 jam agar kering dan gas berbahaya dapat menguap.

Siapkan bakteri EM4 atau fermentor lainnya untuk fermentasi kotoran ayam tersebut.
Fermentor banyak terdapat di toko pertanian, perikanan, dan peternakan.

Aktifkan bakterinya dengan cara menambahkan ¼ sendok makan gula pasir + 4ml EM4 +
dalam 300 ml air terus diamkan kurang lebih 2 jam.

Campur cairan itu ke 10 kg kotoran ayam yang sudah di jemur tadi, aduk hingga rata.

Selanjutnya masukkan ke wadah yang tertutup rapat selama 5 hari agar kotoran ayam
dapat terfermentasi dengan benar.

Fermentasi
Bertujuan untuk menaikkan kandungan N-organik dan C-organik hingga 2 kali lipat.
Caranya adalah lahan direndam dengan air setinggi 5 cm selama 3-4 hari.
Penebaran Bibit
Bibit ditebarkan secara merata. Diusahakan selama proses budidaya lahan dialiri air dengan
debit 2-5 Liter/detik (arus lamban)

Pemeliharaan Cacing Sutra


Lahan uji coba berupa kolam tanah/terpal berukuran 8 x 1,5 m dengan kedalaman 30 cm.

Dasar kolam uji coba ini hanya diisi dengan sedikit lumpur (gunakan lumpur bebas limbah
kimia).

Apabila matahari cukup terik, jemur kolam minimum sehari. Bersamaan dengan itu,
kolamdibersihkan dari rumput atau hewan lain yang berpotensi menjadi hama bagi cacing
sutra, seperti keong mas atau kijing.

Pipa Air Keluar (Pipa Pengeluaran/Outlet)dicek kekuatannya dan pastikan berfungsi


dengan baik.Pipa Pengeluaran ini sebaiknya terbuat dari bahan paralon berdiameter 2 inci
dengan panjangsekitar 15 cm.

Usai pengeringan dan penjemuran, usahakan kondisi dasar kolam bebas dari bebatuan
danbenda-benda keras lainnya. Hendaknya konstruksi tanah dasar kolam relatif datar atau
tidak bergelombang.

Dasar kolam diisi dengan lumpur halus yang berasal dari saluran atau kolam yang
dianggapbanyak mengandung bahan organik hingga ketebalan dasar lumpur mencapai 10
cm.

Tanah dasar yang sudah ditambahi lumpur diratakan, sehingga benar-benar terlihat rata
dantidak terdapat lumpur yang keras.

Untuk memastikannya, gunakan aliran air sebagai pengukur kedataran permukaan lumpur
tersebut. Jika kondisinya benar-benar rata, berarti kedalaman air akan terlihat sama di
semuabagian.

Masukkan kotoran ayam kering sebanyak tiga karung ukuran kemasan pakan ikan,
kemudiansebar secara merata dan selanjutnya bisa diaduk-aduk dengan kaki.

Setelah dianggap datar, genangi kolam tersebut hingga kedalaman air maksimum 5 cm,
sesuaipanjang pipa pembuangan.

Pasang atap peneduh untuk mencegah tumbuhnya lumut di kolam.

Kolam yang sudah tergenang air tersebut dibiarkan selama satu minggu agar gas yang
dihasilkan dari kotoran ayam hilang. Cirinya, media sudah tidak beraroma busuk lagi.

Tebarkan 0,5 liter gumpalan cacing sutra dengan cara menyiramnya terlebih dahulu di
dalambaskom agar gumpalannya buyar.

Cacing sutra yang sudah terurai ini kemudian ditebarkan di kolam budi daya ke
seluruhpermukaan kolam secara merata.

Seterusnya atur aliran air dengan pipa paralon berukuran 2/3 inci.
Pakan Cacing Sutra

Karena cacing sutra termasuk makhluk hidup, tentunya cacing sutra tersebut juga
membutuhkan makan. Makanannya adalah bahan organik yang bercampur dengan
lumpur atau sedimen di dasar perairan. Cara makan cacing sutra adalah dengan cara
menelan makanan bersama sedimennya dan karena cacing sutra mempunyai mekanisme
yang dapat memisahkan sedimen dan makanan yang mereka butuhkan. Jadi kita juga
harus menyediakan makanannya tersebut.

Panen Cacing Sutera

Panen cacing sutera dilakukan setelah budidaya berlangsung beberapa minggu dan
berturut-turut bisa dipanen setiap dua minggu sekali. Cara pemanenan cacing
sutera dengan menggunakan serokhalus/lembut. Cacing sutera yang didapat dan masih
bercampur dengan media budidaya dimasukkan kedalam ember atau bak yang diisi air,
kira –kira 1 cm diatas media budidaya agar cacing rambut naik ke permukaan media
budidaya. Ember ditutup hingga bagian dalam menjadi gelap dan dibiarkan selama enam
jam. Setelah enam jam, cacing rambut yang menggerombol diatas media diambil dengan
tangan. Dengan cara ini didapat cacing sutera sebanyak 30 – 50 gram/m2 per dua minggu.
Untuk mendapatkan cacing rambut yang cukup dan berkesinambungan, panjang parit
perlu dirancang sesuai dengan keperluan setiap harinya.

Anda mungkin juga menyukai