Anda di halaman 1dari 7

II.

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Parameter Biologi

a. Plankton
Plankton merupakan kumpulan dari organisme pelagis yang sangat mudah hanyut
oleh gerakan massa air. Plankton berbeda dengan nekton (ikan) yang juga
merupakan organisme pelagis yang dapat berenang cukup kuat sehingga dapat
melawan gerakan massa air. Plankton juga memiliki perbedaan dengan bentos yang
terdiri dari organisme yang hidup di dasar perairanPlankton merupakan kumpulan
dari organisme pelagis yang sangat mudah hanyut oleh gerakan massa air. Plankton
berbeda dengan nekton (ikan) yang juga merupakan organisme pelagis yang dapat
berenang cukup kuat sehingga dapat melawan gerakan massa air. Plankton juga
memiliki perbedaan dengan bentos yang terdiri dari organisme yang hidup di dasar
perairan (Asmawi, Suhaili. 2011)

Plankton terdiri dari fitoplankton dan zooplankton. Fitoplanktonadalah plankton


menyerupai tumbuhan yang bebas melayang dan hanyut
dalam perairan serta mampu berfotosintesis. Zooplankton adalah organisme renik
yang hidup melayang-layang mengikuti pergerakan air yang berasal dari
jasad hewani Fitoplankton merupakanpensuplai utama oksigen terlarut di perairan,
sedangkan zooplanktonmeskipun sebagai pemanfaat langsung fitoplankton,
merupakan produsen sekunder perairan Plankton merupakanmakanan alami larva
organisme perairan. (Arfiati, Diana, 2009).

b. Bentos
Benthos adalah organisme yang hidup di dasar laut atau sungai baik yang menempel
pada pasir maupun lumpur. Beberapa contoh benthos antara lain kerang, bulu babi,
bintang laut, cambuk laut, terumbu karang dan lain-lain. Sebuah penelitian
menjelasakan bahwa bentos yang hidup di daerah estuari memiliki pengaruh besar
terhadap lingkungan ikan di daerah tersebut, karena ikan-ikan muda mengkonsumsi
organisme benthos di zona pasang surut. Kehidupan benthos di dasar perairan sudah
teradaptasi sedemikian rupa walaupun tekanan lingkungan alamiah sudah cukup
menghalangi untuk kehidupan organisme lain (Effendi, Hefni. 2010).

Hewan benthos, terutama yang bersifat herbivor dan detritivor, dapat


menghancurkan makrofit akuatik yang hidup maupun yang mati dan serasah yang
masuk ke dalam perairan menjadi potongan-potongan yang lebih kecil, sehingga
mempermudah mikroba untuk menguraikannya menjadi nutrien bagi produsen
perairan. Klasifikasi benthos dibedakan berdasarkan ukuran, tempat hidupnya,
jenis, cara memperoleh makanan, dan kepekaannya terhadap bahan pencemar
organik (Odum, Eugene P. 2013)

c. Nekton
Nekton adalah kelompok organisme yang tinggal di dalam kolom air, baik di
perairan tawar maupun laut. Berbeda dengan plankton nekton terdiri dari
organisme yang mempunyai kemampuan untuk bergerak sehingga mereka
tidak bergantung pada arus laut yang kuat atau gerakan air yang disebabkan
oleh angin. Mereka dapat bergerak di dalam air menurut kemauannya
sendiri. Salah satu karateristik nekton adalah kemampuan bergerak dengan
cepat (capability of fast motion) (Romimohtarto, K dan Juwana S. 2009).

Nekton mempunyai panjang dari beberapa centimeters sampai 30 meter. Jadi


dapat disimpulkan bahwa Nekton adalah hewan-hewan laut yang dapat
bergerak sendiri ke sana ke mari seperti ikan-ikan laut, reptil laut, mamalia
laut, cumi-cumi dan lain-lain. Makanan nekton umumnya berupa
plankton. Nekton merupakan organisme laut yang sangat bermanfaat bagi
manusia terutama untuk perbaikan gizi dan peningkatan ekonomi. Tumpukan
bangkai nekton merupakan bahan dasar bagi terbentuknya mineral laut seperti
gas dan minyak bumi setelah mengalami proses panjang dalam jangka waktu
ribuan bahkan jutaan tahun (Sudaryanti, S dan Wijarni. 2013).

d. Perifiton
Perifiton adalah kelompok mikroorganisme yang tumbuh pada beberapa substrat
alami seperti batu-batuan, tiang-tiang, atau tonggak-tonggak kayu, tanaman
pinggiran perairan, dan bahkan tumbuh pada binatang-binatang air. Pada umumnya
terdiri atas bakteri berfilamen, protozoa menempel, rotifer dan alga. Keberadaan
perifiton diperairan dapat dijadikan sebagai indikator kesuburan perairan biota
akuatik dapat dijadikan indikator biologi karena memiliki sifat sensitif terhadap
keadaan pencemaran tertentu sehingga dapat digunakan sebagai alat untuk
menganalisis pencemaran air. Salah satu biota yang memiliki peran penting di
dalam perairan dan dapat dijadikan sebagai indikator biologi adalah perifiton
(Sutrisno, C. T dan Eni, S. 2012).
Perifiton merupakan kumpulan dari mikroorganisme yang tumbuh pada permukaan
benda yang berada dalam air. Perifiton dapat tumbuh pada substrat alami dan
buatan. Berdasarkan substrat menempelnya, perifiton dibedakan atas epilithic
(perifiton yang tumbuh pada batu), epipelic (perifiton yang tumbuh pada
permukaan sedimen), epiphytic (perifiton yang tumbuh pada batang dan daun
tumbuhan), dan epizoic (perifiton yang tumbuh pada hewan) (Romimohtarto, K dan
Juwana S. 2009)

1.2 Parameter Fisika

a. Suhu

Suhu adalah tingkat kemampuan benda dalam memberi atau menerima panas. Suhu
seringkali juga dinyatakan sebagai energi kinetis rata-rata suatu benda yang
dinyatakan dalam derajat suhu. Suhu juga dinyatakan sebagai ukuran energi kinetik
rata-rata dari pergerakkan molekul suatu benda. Suhu menunjukkan sangkar cuaca
yang dipergunakan untuk pengamatan suhu. Pengukur an dilakukan dengan
menggunakan thermometer air raksa dan alkohol. Dengan thermometer air raksa
pengukuran dapat dilakukan dari suhu 35oC – 350o C (Odum, Eugene P. 2013)

Suhu perairan tropis pada umumnya lebih tinggi daripada suhu perairan sub tropis
utamanya pada musim dingin. Penyebaran suhu di perairan terbuka terutama
disebabkan oleh gerakan air, seperti arus dan turbulensi. Penyebaran panas secara
molekuler dapat dikatakan sangat kecil atau hampir tidak ada. Air termasuk salah
satu zat yang mempunyai panas jenis yang tinggi, yang mana sangat baik bagi suatu
lingkungan. Panas jenis ini merupakan suatu faktor kapasitas energi panas untuk
menaikkan suhu suatu satuan berat pada skala 4 ºC (Effendi, Hefni. 2010).

b. Kecerahan

Kecerahan air merupakan ukuran kejernihan suatu perairan, semakin tinggi suatu
kecerahan perairan semakin dalam cahaya menembus ke dalam air. Kecerahan air
menentukan ketebalan lapisan produktif. Berkurangnya kecerahan air akan
mengurangi kemampuan fotosintesis tumbuhan air, selain itu dapat pula
mempengaruhi kegiatan fisiologi biota air, dalam hal ini bahan-bahan ke dalam
suatu perairan terutama yang berupa suspensi dapat mengurangi kecerahan
air (Brotowidjoyo, M. D, Djoko T. dan Eko M. 2009)
Kecerahan air tergantung pada warna dan kekeruhan. Kecerahan merupakan ukuran
transparansi perairan, yang ditentukan secara visual dengan menggunakansecchi
disk yang dikembangkan oleh Profesor Secchi pada abad ke-19. Nilai kecerahan
dinyatakan dalam satuan meter. Nilai ini sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca,
waktu pengukuran, padatan tersuspensi dan kekeruhan serta ketelitian orang yang
melakukan pengukuran. Tingkat kecerahan air dinyatakan dalam suatu nilai yang
dikenal dengan kecerahan secchi disk (Arfiati, Diana. 2009)

c. Kedalaman

Kedalaman merupakan parameter yang penting dalam memecahkan masalah teknik


berbagai pesisir seperti erosi. Pertambahan stabilitas garis pantai, pelabuhan dan
kontraksi, pelabuhan, evaluasi, penyimpanan pasang surut, pergerakan,
pemeliharaan, rute navigasi. bathmmetri adalah ukuran tinggi rendahnya dasar laut.
Perubahan kondisi hidrografi di wilayah perairan laut dan pantai di samping
disebabkan oleh fenomena perubahan penggunaan lahan di wilayah tersebut dan
proses-proses yang terjadi di wilayah hulu sungai (Asmawi, Suhaili. 2011)

Terbawanya berbagai material partikel dan kandungan oleh aliran sungai semakin
mempercepat proses pendangkalan di perairan pantai. Kedalaman perairan sangat
berpengaruh terhadap kualitas air pada lokasi tersebut. Lokasi yang dangkal akan
lebih mudah terjadinya pengadukan dasar akibat dari pengaruh gelombang yang
pada akhirnya kedalaman perairan lebih dari 3 m dari pengaruh gelombang yang
pada akhirnya kedalaman perairan lebih dari dasar jarring (Kristanto, Philip. 2011).

1.3 Parameter Kimia

a. PH
Derajat keasaman lebih dikenal dengan istilah H. pH (singkatan dari pulscane
negatif te H), yaitu logaritma dari kepekatan ion-ion H (hidrogen) yang terlepas
dalam satu cairan. Derajat keasaman atau pH air menunjukkan aktifitas ion
hydrogen dalam larutan tersebut dan dinyatakan sebagai konsentrasi ion hydrogen
(dalam nol per lter) pada suhu tertentu atau dapat ditulis pH = – log (H+) (Odum,
Eugene P. 2013)

Suatu ukuran yang menunjukkan apakah air bersifat asam atau dasar dikenal
sebagai pH. Lebih tepatnya pH menunjukkan konsentrasi ion hydrogen dalam air
dan didefinisikan sebagai logaritma asam bila pH dibawah 7 dan dasar ketika pH di
atas 7. sebagian besar nilai pH ditemui jatuh antara 0 sampai 14. pH yang baik
dalam budidaya adalah 6,5-9,0 (Arfiati, Diana. 2009)

a. DO
Oksigen terlarut (Dssolved Oxigen = DO) dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk
pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan
energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Di samping itu, oksigen juga dibutuhkan
untuk oksidasi dan anorganik dalam proses aerobic (Salmin, 2005) Oksigen terlarut
merupakan suatu faktor yang sangat penting dalam ekosistem akuatik, terutama
sekali dibutuhkan untuk proses respirasi bagi sebagian besar organisme
(Romimohtarto, K dan Juwana S. 2009)

Oksigen terlarut dapat berasal dari proses fotosintesis tumbuhan air dan dari proses
fotosintesis tumbuhan air dan dari udara yang masuk ke dalam air. Konsentrasi DO
dalam air tergantung pada suhu dan tekanan udara. Pada suhu 200C tekanan udara
satu atmosfer konsentrasi DO dalam keadaan jenuh 9,2 ppm dan pada suhu 500 C
(tekanan udara sama) konsentrasi DO adalah 5,6 ppm (Sutrisno, C. T dan Eni, S.
2012)

DAFTAR PUSTAKA

Arfiati, Diana. 2009. Strategi Peningkatan Kualitas Sumberdaya pada Ekosistem


Perairan Tawar. Universitas Brawijaya : Malang.

Asmawi, Suhaili. 2011. Pemeliharaan Ikan Dalam Keramba. Penerbit PT.


Gramedia: Jakarta

Brotowidjoyo, M. D, Djoko T. dan Eko M. 2009. Pengantar Lingkungan Perairan


dan Budidaya Air. Liberty: Yogyakarta

Closs, G, Barbara D and Andrew B. 2009. Freshwater Ecology. Blackwell


Publishing: Australia.

Effendi, Hefni. 2010. Telaah Kualitas Air. Kanisius: Yogyakarta

Kristanto, Philip. 2011. Ekologi Industri. LPPM. Universitas Kristen Petra :


Surabaya

Odum, Eugene P. 2013. Dasar-dasar Ekologi. Gadjah Mada University. Press:


Yogyakarta

Resosoedarmo, S, Kuswara K dan Aprilani S. 2012. Pengantar Ekologi. Penerbit


PT. Remaja Rosda Karya: Bandung
Romimohtarto, K dan Juwana S. 2009. Biologi Laut Ilmu Pengetahuan Tentang
Biota Laut. Jakarta

Sudaryanti, S dan Wijarni. 2013. Biomonitoring. Fakultas Perikanan Universitas


Brawijaya: Malang

Sutrisno, C. T dan Eni, S. 2012. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Rineka Cipta:
Jakarta
Hutan mangrove adalah ekosistem hutan daerah pantai yang terdiri dari kelompok
pepohonan yang bisa hidup dalam lingkungan berkadar garam tinggi. Salah satu
ciri tanaman mangrove memiliki akar yang menyembul ke permukaan.
Penampakan mangrove seperti hamparan semak belukar yang memisahkan daratan
dengan laut. Hutan mangrove adalah suatu kelompok jenis tumbuhan berkayu yang
tumbuh disepanjang garis pantai tropis dan subtropis yang terlindung dan memiliki
semacam bentuk lahan pantai dengan tipe tanah anaerob (Morse et al.2010)

Hutan mangrove terdapat di sepanjang garis pantai di kawasan tropis, dan menjadi
pendukung berbagai jasa ekosistem, termasuk produksi perikanan dan siklus unsur
hara. Namun luas hutan mangrove telah mengalami penurunan sampai 30– 50%
dalam setengah abad terakhir ini karena pembangunan daerah pesisir, perluasan
pembangunan tambak dan penebangan yang berlebihan.1-4 Besarnya emisi karbon
akibat hilangnya mangrove masih belum diketahui dengan jelas, sebagian karena
kurangnya data berskala besar tentang jumlah karbon yang tersimpan di dalam
ekosistem ini, khususnya di bawah permukaan (Ekholm, P.2014).

DAFTAR PUSTAKA

Ekholm, P.2014. Bioavailability of phosphorus in agriculturally loaded rivers in


southern finland.Hydrobiologia
Morse et al.2010. Standard Methods for the Examination of Water and Wastewater,
19th edition, Ed : Andrew D.Eaton, APHA.Washington DC.

Anda mungkin juga menyukai