“ZOOLOGI AVERTEBRATA ”
Dosen Pengampu: Mochammad ichsan, S.Si., M.Pd., M.(bio)Eng.
TADRIS BIOLOGI 3A
PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH
TULUNGAGUNG
i
KATA PENGANTAR
Terima kasih kami ucapkan kepada Bapak/Ibu dosen yang telah membimbing
dan memberikan arahan kepada kami. Terima kasih juga kepada teman-teman
seperjuangan yang telah mendukung kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
kami dengan baik.
Kami menyadari, bahwa dalam penulisan makalah ini kami merasa masih
banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, dari terbatasnya
pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan
segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan khususnya pada mata kuliah ini. Wassalamu’alaikum
Wr. Wb.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
A. Kesimpulan ........................................................................................... 15
B. Saran .................................................................................................... 15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa karakteristik utama dari kelas Scaphopoda?
2. Bagaimana struktur tubuh pada Scaphopoda?
3. Apa peran ekologis Scaphopoda dalam ekosistem laut?
4. Bagaimana pola makan dan reproduksi pada Scaphopoda?
5. Bagaimana hubungan Scaphopoda dengan spesies lain dalam ekosistem
laut?
C. Tujuan Pembahasan
1. Menjelaskan karakteristik dan morfologi Scaphopoda sebagai kelas hewan
mollusca.
2. Mendiskusikan peran ekologis Scaphopoda dalam ekosistem laut.
3. Membahas hubungan Scaphopoda dengan spesies lain dalam ekosistem laut.
4. Menjelaskan pola makan dan bagimana Scaphopoda berkembang biak.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kelas Scaphopoda
1) Klasifikasi Scaphopoda
Steiner & Kabat (2004) menerbitkan katalog kelompok nama spesies dari
Scaphopoda baru dan fosil Scaphopoda, sebanyak 517 spesies yang mewakili 2 ordo
(Dentaliida dan Gadilida) dan 45 genus, terdaftar sebagai valid taksa baru di laut dunia.2
Ordo Dentaliida merupakan Scaphopoda dengan kelenjar midgut (usus tengah)
berpasangan dan dua pasang otot dorsoventral yang tidak sepenuhnya terpisah. Ordo ini
terdiri dari 8 famili yaitu3:
- Dentaliidae, 14 genus
- Fustiariidae, 1 genu
- Rhabdidae, 1 genus
- Laevidentaliidae, 1 genus
- Gadilinidae, 2 genus
- Omniglyptidae , 1 genus
- Anulidentaliidae, 3 genus
- Calliodentaliidae, 1 genus
Gadilida merupakan Scaphopoda dengan kelenjar midgut tidak berpasangan
(kiri) dan sepasang otot dorsoventral. Ordo ini terdiri dari 2 sub ordo yaitu4 :
1
Putri Sapira Ibrahim, KARAKTERISTIK DAN ASPEK BIOLOGI Scaphopoda (MOLUSKA), (Oseana,
Volume 44, Nomor 2), Thn 2019, hlm.1.
2
Ibid, hlm.2.
3
Ibid, hlm.2.
3
1. Sub ordo Entalimorpha
• Famili Entalinidae, 9 genus
2. Sub ordo Gadilimorpha
• Famili Gadilidae, 8 genus
• Famili Pulsellidae, 3 genus
• Famili Wemersoniellidae, 2 genus (Steiner, 1992)
Berikut adalah klasifikasi dari genus Dentalium5 :
Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Scaphopoda
Ordo : Dentaliida
Famili : Dentaliidae
Genus : Dentalium
4
Ibid, hlm.2.
5
Putri Sapira Ibrahim, KARAKTERISTIK DAN ASPEK BIOLOGI Scaphopoda (MOLUSKA), (Oseana,
Volume 44, Nomor 2), Thn 2019, hlm.1.
6
Ibid, hlm.1.
4
laut atau di pantai yang berlumpur, bercangkang tajam, berbentuk taring/terompet
dengan kedua ujungnya yang terbuka karena disesuaikan dengan tempat hidupnya.7
Scaphopoda memiliki tubuh yang berukuran kecil dan ramping. Scaphopoda dikenal
karena bentuknya yang menyerupai gading. Cangkangnya meruncing dari ujung depan ke ujung
belakang, karenanya disebut cangkang gading (tusk shell). Cangkangnya melengkung dan
bagian dalamnya berongga. Kedua ujungnya terbuka, yang satu lebih besar dari pada yang lain.8
- Cangkang memiliki pahatan utama yang memanjang, terdiri dari sekitar 10
tulang rusuk primer (kadang hingga 15) di bagian posterior. Pada cangkang
antara tulang rusuk longitudinal primer, ada tulang rusuk sekunder dengan
ketebalan hampir sama dengan tulang rusuk primer. Cangkang berukuran sekitar
80 mm, berdinding tebal, permukaan halus, warna putih, lengkungan lentur dan
bundar9.
- Kaki dan kepala Scaphopoda yang kecil atau berbentuk probosis tersembul pada
aperture anterior yang lebih besar.
- Pada kepala terdapat mulut dan kaptakula, tetapi tidak ada mata dan tentakel
sebagai alat indera.
- Kaptakula berbentuk filamen yang kontraktil, dan pada tiap ujungnya terdapat
tontolan yang adesif.10
7
Ibid, hlm.1.
8
Putri Sapira Ibrahim, KARAKTERISTIK DAN ASPEK BIOLOGI Scaphopoda (MOLUSKA), (Oseana,
Volume 44, Nomor 2), Thn 2019, hlm.2.
9
Ibid, hlm.2.
10
Ibid, hlm.2.
5
C. Adaptasi yang Terjadi pada Scaphopoda
D. Contoh Scaphopoda
11
Rusdi Jaya, SCAPHOPODA, hlm.3.
6
Dentalium elephantinum adalah jenis moluska yang berbentuk vertikal dan ada
sembilan garis di belakang, memiliki warna yang mengikat seperti warna biru lebih
gelap di ujung luar dan putih di bibir. Dentalium elephantinum ini hidup di air asin dan
tersebar luas di Indo-Pasifik (Oliver, 2004). Dalam studi oleh Tenjing dkk. (2018), di
Dentaliidae juga ditemukan di perairan India jenis Pictodentalium vernedei.
2) Genus Siphonodentalium
Siphonodentalium terdiri dari 20 spesies. Sekitar 1/3 dari jenis ini ditemukan di
perairan dangkal, terutama di negara-negara boreal dan sub-boreal, 1/3 lainnya
ditemukan di abisal. Distribusi genusnya sangat sulit untuk diketahui karena sebagian
besar spesies yang diketahui dan tercatat berasal dari satu atau beberapa lokasi
cangkang kosong.
3) Genus Striocadulus
Striocadulus ini terdiri dari spesies yang hidup di perairan yang cukup dalam di
lautan tropis ditandai dengan cangkang melengkung berukuran sedang hingga
besar.12
S. albicomatus Terdapat di pantai barat Amerika
12
P.S. Ibrahim. (2019). Karakteristik dan Aspek Biologi Scaphopoda (Moluska). Oseana. 44 (2). 1-9
7
Utara dan Tengah pada kedalaman 41-
730 m
S. ludbrooki Tersebar di Samudra Hindia utara
pada kedalaman 528-732 m
S. pulcherrimus Ditemukan di Indonesia pada
kedalaman 530-694 m
S. sagei Ditemukan di Filipina dan Indonesia
pada kedalaman 640-800 m
13
Monteiro, K. B., de Castro, E. R., de Oliveira Filho, E. C., & de Oliveira, R. J. (2018). Scaphopoda
(Mollusca) from the coast of Rio Grande do Norte state, northeastern Brazil. Check List, 14(4), 599-607.
8
dan materi organik yang terdegradasi. Dengan melakukan ini, mereka membantu
mengurai materi organik yang membusuk dan memungkinkan nutrien yang
terkandung di dalamnya untuk kembali ke ekosistem.
2. Aerasi substrat: Ketika scaphopoda menggali lubang di substrat laut untuk
bersembunyi, mereka juga secara tidak mengubah sedimen di sekitarnya. Hal ini
dapat meningkatkan aerasi dan sirkulasi air di sekitar substrat, yang penting
untuk proses-proses kimia dan biologis dalam ekosistem laut.
3. Makanan bagi predator: Scaphopoda dapat menjadi sumber makanan bagi
berbagai predator laut, termasuk ikan, udang, dan moluska lainnya. Dengan
demikian, mereka adalah bagian penting dalam rantai makanan laut,
memindahkan energi dari sumber makanan mereka ke tingkat trofik yang lebih
tinggi.
4. Pengadukan dan Pemeliharaan Struktur Dasar Laut: Gerakan dan aktivitas
Scaphopoda di permukaan dasar laut dapat membantu mengaduk sedimen, yang
penting untuk menghindari pengendapan berlebihan dan menjaga struktur dasar
laut yang sehat.
5. Peran ekosistem kompleks: Meskipun mereka mungkin tidak memiliki dampak
besar secara langsung pada ekosistem, Scaphopoda adalah bagian penting dari
keragaman hayati di dasar laut. Mereka juga dapat mempengaruhi komposisi
komunitas mikroorganisme di sekitar mereka melalui pola makan mereka.14
Penting untuk memahami peran semua organisme dalam ekosistem laut,
termasuk yang kecil seperti Scaphopoda, karena perubahan dalam populasi atau
kelangsungan hidup mereka dapat berdampak pada stabilitas dan kesehatan ekosistem
laut secara keseluruhan.
14
Ruppert, EE, Fox, RS, & Barnes, RD (2004). Zoologi Invertebrata: Pendekatan Evolusi Fungsional.
Pembelajaran Cengage.
9
mengkonsumsi foraminifer (Dinamani, 1964; Reynolds, 2002). Duff (1975) meneliti
korelasi negatif antara kelimpahan Scaphopoda dan foraminifer di daerah Oxford. Pola
serupa diamati oleh Kaim (2001) dalam lempung Valanginian dari Polandia. Dell
(1957) menemukan mulut Dentaliurn zelandicum dipenuhi dengan Foraminifera, dan
Morton (1959) dalam penelitiannya fokus mengenai makanan Dentalium entalir juga
menemukan hal yang sama. Pada penelitian Gudmundsson et al. (2003) juga
menemukan kantung bukal (daerah mulut) dari spesies Scaphopoda mengandung
foraminifer, yang sesuai dengan penelitianpenelitian sebelumnya tentang Scaphopoda
air dangkal dan dalam (Bilyard, 1974; Poon, 1987; Shimek, 1990; Langer et al., 1995).
Makanan Scaphopoda selain foraminifer adalah organic spherical
objects (OSO) atau benda bulat organik, krustasea harpacticoid, alga kecil, dan partikel
mineral (Gudmundsson et al., 2003; Ozturk, 2011).
➢ Strategi Reproduksi
Scaphopoda memiliki bentuk gonad agak elips, panjang gonad sekitar 1/4 panjang
cangkang, 4 kali lebih panjang dari lebar dan berwarna krem pucat. Memiliki gonad
tunggal yang umumnya berada di bagian posterior tubuh. Ujung anterior gonad
terhubung ke gonoduct, berdinding sangat tipis dan transparan (Simone, 2009; Grzimek
et al., 2003).
10
Scaphopoda bersifat gonokoristik yaitu jenis kelamin terpisah antara jantan dan
betina, dan bereproduksi secara seksual dengan cara mengeluarkan gamet ke air melalui
nefridium. Telur dilepaskan secara terpisah ke dalam kolom air, telur bersifat
planktonik. Sesudah stadium larva yang singkat, hewan-hewan muda akan berada di
dasar laut. Scaphopoda memiliki tahap larva berenang bebas yang berkembang di dalam
air dan pada akhirnya berubah menjadi bentuk tubuh Scaphopoda yang khas.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Scaphopoda adalah salah satunya kelas keluarga Mollusca yang belum banyak
dikenal. Scaphopoda hidup di perairan laut dalam dan tidak bisa dikumpulkan begitu
saja informasi tentang biologi dan ekologi kategori ini masih sangat terbatas.
Scaphopoda merupakan hewan bentik yang memiliki tubuh dan cangkangnya kecil
berbentuk kerucut. Kelas ini bersifat gonokortikal dan mayoritas mengkonsumsi
foraminifera. Pemahaman dan transmisi informasi tentang fitur dan beberapa aspek
biologi Scaphopoda itu harus dilakukan dengan harapan ilmu pengetahuan dapat
dikembangkan lebih lanjut dan dapat menggali potensi diri untuk pembangunan
berkelanjutan Scaphopoda dan keberadaan Scaphopoda mungkin tetap lestari dan abadi.
B. Saran
Pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan dan untuk itu kami harapkan
kritik dan saran yang membangun dari para pembaca. Terima kasih penulis ucapkan
kepada semua kepada pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
12
DAFTAR PUSTAKA
13