BIOGEOGRAFI
DISUSUN OLEH :
Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat
dan karunia-Nya, Kami dapat menyelesaikan Makalah Biogeografi .
Makalahini dibuat untuk memenuhi Nilai Mata kuliah Biogeograf. Kami mengucapkan
terima kasih kepada Ibu Dosen Mata Kuliah, yang telah membimbing kami dalam proses
pembuatan Makalah ini, Semoga Makalah yang kami buat dapat berguna bagi kami dan pembaca
dan menambah pemahaman Kami.
Pembuatan Maklah ini masih dalam tahap pembelajaraan apabila terdapat kesalahan kami
ucapkan permohonan maaf. Kritik dan saran sangat kami harapkan untuk pembuatan Makalah ini
yang lebih baik, Terima Kasih.
Kelompok 2
DAFTAR ISI
Indonesia sebagai negara maritim memiliki garis pantai terpanjang di dunia. Sepanjang garis
pantai membentang keragaman ekosistem yang terdiri dari ekosistem padang lamun, terumbu
karang, hutan mangrove, pantai berpasir dan pantai berbatu. Dari berbagai ekosistem tersebut,
terkandung keragaman fauna akuatik yang tinggi, yang sebagian besar memiliki potensi ekonomi
yang bernilai tinggi. Salah satu kelompok fauna yang bernilai tinggi adalah kepiting bakau
(Genus Scylla) dari ekosistem mangrove.
Potensi kepiting bakau (Scylla spp.) yang tergolong dalam Famili Portunidae dari Suku
Brachyura di Indonesia cukup besar, karena kepiting ini mempunyai sebaran yang sangat luas
dan didapatkan hampir di seluruh perairan Indonesia. Kelompok kepiting tersebut, hidup
terutatna pada pantai yang ditumbuhi mangrove, perairan dangkal dekat hutan mangrove, estuary
dan pantai berlumpur, sehingga sering disebut juga mud crab atau mangrove crabs.
Kepiting bakau (Scylla serrata) merupakan salah satu biota potensial yang hidup di
daerah mangrove memiliki nilai ekonomis tinggi. Selain itu merupakan spesies yang khas di
kawasan hutan bakau (mangrove) dan hidup di daerah muara sungai dan rawa. dengan substrat
berlumpur atau lumpur berpasir. Di Indonesia banyak sekali jenis kepiting yang tersebar, mulai
dari lingkungan air tawar, laut hingga daratan. Meskipun mampu hidup di air maupun di daratan,
namun demikian ada tempat-tempat yang sangat disukai oleh jenis kepiting tertentu. Setiap
kepiting mempunyai tempat hidup yang spesifik dan mungkin berbeda satu dengan yang lainnya,
Pada umumnya kepiting bakau banyak ditemukan di daerah hutan bakau.
Scylla serrata merupakan jenis kepiting yang paling popular sebagai bahan makanan dan
mempunyai harga yang cukup mahal. kepiting bakau hanya tersebar di perairan tropis atau pada
perairan berkondisi tropis. Kepiting bakau menjadi salah satu spesies kunci pada ekosistem
pesisir karena, pada setiap aktivitas kepiting mempunyai pengaruh utama pada berbagai proses di
dalam ekosistem. Peran kepiting bakau di dalam ekosistem diantaranya membantu daur karbon,
menyediakan makanan alami pada jenis biota perairan, mengkonversi nutrien, meningkatkan
distribusi oksigen di dalam tanah, serta mempertinggi mineralisasi.
Penurunan populasi Scylla serrata selain disebabkan hilangnya habitat alami (kerusakan
ekosistem mangrove) juga disebabkan penangkapan (eksploitasi) secara berlebihan oleh nelayan
sehingga menghilangkan kesempatan bagi kepiting bakau untuk berkembang dan tumbuh dengan
baik (Triyanto et al., 2013). Edukasi kepada masyarakat nelayan tentang penangkapan yang
berkelanjutan serta perlindungan terhadap habitan kepiting bakau yaitu ekosistem mangrove
perlu ditingkatkan untuk kepentingan bersama.
1.2. Tujuan
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk mahasiswa lebih mengetahui pola penyebaran dan
factor pembatas dari kepiting Bakau (Sclyla serrata).
BAB II
PEMBAHASAN
Kepiting bakau (Scylla serrata) diklasifikasikan pada famili Portunidae (Sakai, 1998).
Menurut Forsskal dalam Hatai et al. (2000), kepiting bakau (S. serrata). Kepiting bakau dapat
diklasifikasikan sebagai berikut (Forskal, 1775).
Kingdom : Animalia
Fillum : Arthropoda
Subfillum : Crustacea
Klass: MalacostracaKlass : Crustacea
Ordo : Decapoda
Famili : Portunidae
Genus : Scylla (de Han)
Spesies : Scylla serrate, Scylla tranquebari
dan Scylla olivacea, Scylla
paramamosain
Menurut Prianto (2007) Kepiting bakau merupakan salah satu kelompok Crustacea.
Tubuh kepiting ditutupi dengan karapas, yang merupakan kulit keras atau exoskeleton (kulit
luar) dan berfungsi untuk melindungi organ bagian dalam kepiting. Kulit yang keras tersebut
berkaitan dengan fase hidupnya (pertumbuhan) yang selalu terjadi proses pergantian kuit
(moulting). Kepiting bakau genus Scylla ditandai dengan bentuk karapas yang oval bagian depan
pada sisi panjangnya terdapat 9 duri di sisi kiri dan kanan serta 4 yang lainnya diantara ke dua
matanya. Spesies-spesies di bawah genus ini dapat dibedakan dari penampilan morfologi
maupun genetiknya. Seluruh organ tubuh yang penting tersembunyi di bawah karapas. Anggota
badan berpangkal pada bagian cephalus (dada) tampak mencuat keluar di kiri dan kanan karapas,
yaitu 5 (lima) pasang kaki.
Kepiting bakau memiliki warna karapas yang bervariasi dari ungu, hijau, sampai hitam
kecoklatan. Hal itu karena habitat alami hewan ini yang berada di kawasan mangrove yang
bertekstur tanah pasir berlumpur Menurut Siahainenia (2008). Menurut Karsy (1996), kepiting
bakau jantan memiliki sepasang capit yang dalam keadaan normal capit (cheliped) sebelah kanan
lebih besar dibandingkan capit sebelah kiri.
Spesies Scylla serrate memiliki warna yang relative sama dengan warna lumpur, yaitu coklat
kehitam-hitaman pada karapasnya dan berwarna putih kekuning-kuningan pada abdomennya.
Pada propodus bagian atas terdapat sepasang duri yang dan satu buah duri pada propodus bagian
bawah. Selain itu habitat kepiting bakau jenis ini sebagian besara ditemukan di hutan-hutan
mangrove di perairan Indonesia.
Kepiting bakau jenis Scylla paramamosain memiliki duri yang relatif agak tinggi/sedang,
memiliki warna karapas cokelat kehijauan, sumber pigmen polygonal terdapat pigmen putih pada
bagian terakhir dari kaki-kaki. Berukuran besar,lebar kerapaks 20 cm (maksimum),Sisi muka
karapas (frontal margin, di antara dua mata) biasanya dengan gerigi yang tajam.
Kepiting bakau jenis Scylla serrata memiliki duri yang tinggi dengan warna kemerahan
hingga oranye terutama pada capit dan kakinya. Pada duri bagian depan kepala umumnya lancip,
dan memiliki duri tajam pada bagian corpus.
Kepiting bakau jenis Scylla transquebarica memiliki warna karapas kehijauan sampai kehitaman
dengan sedikit garis-garis berwarna kecoklatan pada kaki renangnya. Duri bagian depan kepala
umumnya tumpul, dan memiliki duri tajam bagian bagian corpus.
Gambar 4.Morfologi Kepiting Bakau Spesies Scylla olivacea (Keenan dkk.999)
Kepiting bakau jenis Scylla olivacea memiliki warna karapas hijau keabuabuan, rambut
atau setae melimpah pada bagian karapas, duri bagian kepala umumnya tumpul, dan memiliki
duri tajam bagian bagian corpus. Secara ringkas perbedaan perbandingan karakter kepiting genus
Scylla
Indonesia dengan potensi hutan bakau yang sangat besar (4,25 juta ha) Tersebar di
beberapa pulau seperti Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku Dan Papua, diduga
merupakan habitat dan fishing ground kepiting bakau. Kepiting Bakau terdapat di wilayah
perairan pantai estuari dengan kadar garam 0 sampai 35 Ppt. Hewan ini menyukai perairan yang
berdasar lumpur dan lapisan air. yang Tidak terlalu dalam (sekitar 10-80 cm) dan terlindung,
seperti di wilayah hutan Bakau. Di habitat seperti itu kepiting bakau hidup dan berkembang biak.
Ekosistem hutan bakau atau mangrove merupakan ekosistem hutan yang Tumbuh di
lingkungan pantai dan sebagai sumber produktivitas primer, sehingga Berfungsi sebagai daerah
untuk mencari makan (feeding ground), tempat Berlindung/daerah asuhan (nursery ground) dan
tempat pemijahan (spawning Ground) berbagai biota perairan, termasuk kepiting bakau.
Ekosistem mangrove Juga berfungsi menghasilkan berbagai makanan yang dibutuhkan oleh
kepiting Bakau dalam bentuk material organik maupun jenis pakan alami lainnya. Ketersediaan
pakan alami, produktivitas maupun kualitas habitat ekosistem Mangrove sangat mempengaruhi
keberlangsungan kehidupan kepiting bakau di Dalam meningkatkan kualitas hidupnya.
Kepiting bakau yang sudah dewasa dan mengandung telur terdapat di Daerah laut dekat
pantai yang merupakan tempat melakukan perkawinan (spawning ground). Selain itu kepiting
bakau banyak dijumpai berkembangbiak di Daerah pertambakan dan hutan bakau yang berair tak
terlalu dangkal (lebih dari 0,5 m).
Tabel 3.1. Kualitas Perairan untuk Kepiting Bakau (Shelley & Lovatelli, 2011)
pH 7.5-9.0
Suhu 25-30ºC
Salinitas 25-35 ppt
Kekeruhan 20-30 cm
Kedalaman 80-120 cm
Umumnya kepiting bakau menempati ekosistem mangrove dan sekitarnya (Gambar 3.1).
Substrat lumpur lunak dan sekitar akar vegetasi menjadi tempat hidupnya. Kepiting ini terkadang
dapat ditemukan di pantai berbatu yang dekat dengan muara sungai. Jenis-jenis kepiting bakau
memiliki asosiasi dengan jenis vegetasi tertentu.
Salinitas
Salinitas berpengaruh terhadap setiap fase kehidupan kepiting bakau terutama molting. Kisaran
salinitas ideal untuk pertumbuhan kepiting bakau belum dapat ditentukan, namun diketahui
bahwa larva zoea sangat sensitif dengan kondisi perariran yang bersalinitas rendah. Sebaliknya
kepiting dewasa kawin dan mematangkan telurnya pada perairan yang mempunyai salinitas 15‰
– 20‰ dan selanjutnya akan beruaya ke laut untuk memijah (Kasry, 1996).
Suhu
Suhu air mempengaruhi pertumbuhan (molting), aktifitas dan nafsu makan kepiting bakau . Suhu
air yang lebih rendah dari 20 oC dapat mengakibatkan aktifitas dan nafsu makan kepiting bakau
turun secara drastis (Queensland Departement of Primary Industries, 1989). Wahyuni dan
Sunaryo (1981) melaporkan di perairan Muara Dua, Segara Anakan kepiting bakau didapatkan
pada kisaran suhu 28oC-36oC.
3.1 Kesimpulan
Kepiting bakau mempunyai habitat hidup di daerah pantai dengan vegetasi Bakau di sekitar
muara sungai. kepiting bakau mempunyai daerah penyebaran geografis mulai dari Pantai Barat
Afrika Selatan, Madagaskar, India, Sri Langka, Seluruh Asia Tenggara Sampai kepulauan
Hawaii; Di sebelah Utara: dari Jepang bagian Selatan sampai Pantai Utara Australia, dan di
Pantai Barat Amerika bagian Selatan. Kepiting Bakau sesuai dengan jenisnya, memiliki wilayah
habitat yang juga spesifik.
Di Indonesia kepiting bakau tersebar di beberapa pulau seperti Jawa, Sumatera, Kalimantan,
Sulawesi, Maluku Dan Papua, diduga merupakan habitat dan fishing ground kepiting bakau.
Kepiting Bakau terdapat di wilayah perairan pantai estuari dengan kadar garam 0 sampai 35 Ppt.
Hewan ini menyukai perairan yang berdasar lumpur dan lapisan air. yang Tidak terlalu dalam
(sekitar 10-80 cm) dan terlindung, seperti di wilayah hutan Bakau.
Kepiting bakau dewasa bersifat pemakan segala dan pemakan bangkai (omnivorous-
scavenger). Mereka memakan tumbuh-tumbuhan, bangkai hewan, bahkan bangunan-bangunan
kayu dan bambu di tambak. Waktu makannya juga tidak beraturan, namun malam hari lebih aktif
makan dari siang hari. Berbeda dengan kepiting dewasa, larva bersifat planktonik. Makanannya
terdiri dari organisme organisme planktonik seperti diatom, tetraselmis, chlorella, rotifer. Larva
Echinodermata, moluska, cacing dan lain-lain.
Kepiting dewasa kawin dan mematangkan telurnya pada perairan yang mempunyai salinitas
15‰ – 20‰ dan selanjutnya akan beruaya ke laut untuk memijah. Sedangkan untuk larva dan
zoea sangat sensitif dengan kondisi perariran yang bersalinitas rendah. Toleransi kepiting
terhadap suhu ditentukan oleh tingkat umur, tingkat daur hidup dan jenis kelamin.
DAFTAR PUSTAKA
Hubatsch H.A., Lee S.Y., Meynecke J.O., Diele K., Nordhaus I., Wolff M. 2015. Life-history,
movement, and Habitat use of Scylla serrata (Decapoda, Portunidae): Current
Knowledge and Future Challenges. Journal of Hydrobiologia (2016) 763:5-21.
Kanna, I. 2002. Budidaya Kepiting Bakau: Pembenihan dan Pembesaran. Kanisius. Yogyakarta
Kasry, A. 1996. Budidaya Kepiting Bakau dan Biologi Ringkas. Bharata, Jakarta. 93 P.
Murniati Dewi Citra at al. 2016. Petunjuk Teknis Pelepasliaran Kepiting Bakau (Scylla spp.).
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN kerjasama PUSAT
PENELITIAN BIOLOGI-LIPI.
Triyanto, N.I., I. Wijaya, T. Yuniarti, Widianti, F. Sutrisno. F. Setiawan, dan S. Lestari. 2013.
Peranan ekologis hutan mangrove dalam Menunjang produksi kepiting perikanan
bakau (Scylla serrata) di Kabupaten Berau. Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan
MLI I-2013. Hlm.:275-284.