Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

Mata Kuliah : Biologi Organisme akuatik


Modul : Mollusca
Dosen : Dr.Ir.GHUFRON MUSRAFA M.Si
Teknisi : 1. Mardianti, S.Pi

2. Andi Irham, S.Pi., M.Si

3. Syamsuliah, S.Pi., M.Si

4. Wiryanto, S.Pi

DISUSUN OLEH :

Mawar (2222110002)

Mardianah (2222110003)

Nurhaliza (2222110005)

Amiruddin Suma (2222110006)

Sunarti (2222110017)

TEKNOLOGI PEMBENIHAN IKAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKAJENE KEPULAUAN

TAHUN AJARAN 2022 / 2023


KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehinga
laporan praktikum mata kuliah Biologi organisme akuatik yang berjudul “Mollusca” dapat
terselesaikan tepat pada waktu yang telah ditentukan.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada para Pranata
Laboratorium Pendidikan (PLP) Laboratorium Anatomi dan Fisiologi Hewan Air dan Lab
Kuljar yang telah banyak membantu memberikan arahan-arahan, saran, bimbingan serta petunjuk
selama menyelesaikan laporan praktikum ini.
Penulis telah berupaya memaksimalkan tenaga, waktu dan pikiran untuk membuat
kesempurnaan laporan praktikum ini. Namun tidak menutup kemungkinan banyak kesalahan
yang tidak sengaja dalam penulisan laporan praktikum ini. Kritik dan saran dari para pembaca
sangat diharapkan demi kesempurnaan pada masa yang akan datang.
Sebagai penutup, akhir kata penulis berharap semoga laporan praktikum ini dapat
memberikan manfaat.

Mandalle, 26 November 2022


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Cephalopoda merupakan salah satu kelompok binatang lunak (filum Moluska) yang meliputi
Cumi-cumi (Squid), Sotong (Cuttelfish), Gurita (Octopus) dan Nautilus (Nautilus). Cephalopoda
terdiri dari 700 spesies yang telah diketahui hidup tersebar di lapisan permukaan laut, baik di
perairan kutub maupun di perairan tropis. Beberapa Cephalopoda memiliki nilai komersial dan
merupakan salah satu sumber daya hayati yang penting dalam sektor perikanan laut, salah
satunya adalah Cumi-cumi (Loligo sp) (Roper et al, 1984 dalam Amin, dkk, 2013). Upaya
pengelolaan sumberdaya Cumi-cumi (Loligo sp) pada saat ini masih mengandalkan hasil
tangkapan dari alam. Penangkapan ini seharusnya disertai dengan usaha pengelolaan untuk
mencegah terjadinya overfishing(Prasetio, 2007 dalam Tiuriska, dkk, 2015).Menurut Field
(1963) dalam Karnan dkk, (2012) bahwa Cumi-cumi (Loligo sp) merupakan biota pelagis yang
selalu berada dalam kelompok besar yang dalam siklus hidupnya, secara periodik bermigrasi
masuk ke perairan lebih dangkal, misalnya teluk-teluk atau perairan yang relatif terlindung,
seperti selat dan teluk, untuk memijah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hamzah
(1993) dalam Hamzah dan Pramudji (1997) bahwa Teluk Tomini Gorontalo merupakan salah
satu daerah penyebaran Cumi-cumi (Loligo sp) di Kawasan Timur Indonesia. Oleh karena itu,
Cumi-cumi (Loligo sp) menjadi salah satu sumber potensi perikanan di Teluk Tomini.

1.2 TUJUAN
Tujuan dilaksanakannya praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat mengenal dan
memahami serta mengetahui morfologi dan anatomi dari filum Mollusca
1.3 MANFAAT
Manfaat dari praktikum ini adalah kita dapat mengetahui organ-organ yang ada Tak
hanya itu, praktikum ini juga dapat menambah wawasan atau pengetahuan kita tentang
pentingnya nilai komersial cephalopoda sebagai sumber daya hayati sebagai sector perikanan
serta bagi kehidupan organisme.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 KLASIFIKASI CUMI – CUMI
Klasifikasi cumi-cumi dapat dikelompokan berdasarkan tingkatan adalah sebagai berikut:

Kingdom: Animalia
Pylum: Mollusca
Kelas: Chepalopoda
Sub Kelas: Coidea
Super Ordo: Decapodiformes
Ordo: Decapod
Family: Loliginidae
Genus: Loligo
Spesies: Loligi indica
Cumi-cumi adalah kelompok hewan sefalopoda besar atau jenis moluska yang hidup di
laut.[1] Nama "Sefalopoda" dalam bahasa Yunani berarti "kaki kepala", hal ini karena
kakinya yang terpisah menjadi sejumlah tangan yang melingkari kepala.[2] Seperti semua
sefalopoda, cumi-cumi dipisahkan dengan memiliki kepala yang berbeda. Akson besar
cumi-cumi ini memiliki diameter 1 mm. Cumi-cumi banyak digunakan sebagai makanan.
2.2 KLASIFIKASI SOTONG
Adapun klasifikasi dari sotong adalah sebagai berikut:

Sotong merupakan moluska yang termasuk kelas cephalopoda (kaki hewan terletak di
kepala) yang terdiri dari cangkang internal yang terletak di dalam mantel, berwarna putih,
berbentuk oval dan tebal, serta terbuat dari kapur.

Kingdom : Animalia
Filum : Moluska
Kelas : Cephalopoda
Sub kelas : Coleoidea
Ordo : Sepioidea
Genus : Sepia
Spesies : Sepia Sp
2.3 KLASIFIKASI KERANG DARA
Adapun klasifikasi dari kerang dara adalah sebagai berikut:

Kerajaan : Animalia
Filum: Mollusca
Kelas : Bivalvia
Subkelas: Pteriomorphia
Ordo: Arcoida
Famili : Arcidae
Genus : Anadara
Spesies : A.granosa
Kerang dara (Anadara granosa) adalah sejenis kerang yang biasa dimakan oleh warga Asia
Timur dan Asia Tenggara. Anggota suku Arcidae ini disebut kerang darah karena ia
menghasilkan hemoglobin dalam cairan merah yang dihasilkannya.
Kerang ini menghuni kawasan Indo-Pasifik dan tersebar dari pantai Afrika timur sampai
ke Polinesia. Hewan ini gemar memendam dirinya ke dalam pasir atau lumpur dan tinggal di
mintakat pasang surut. Dewasanya berukuran 5 sampai 6 cm panjang dan 4 sampai 5 cm
lebar.[1]Budidaya kerang dara sudah dilakukan dan ia memiliki nilai ekonomi yang baik.
Meskipun biasanya direbus atau dikukus, kerang ini dapat pula digoreng atau dijadikan satai
dan makanan kering ringan. Ada pula yang memakannya mentah.Seperti kerang pada
umumnya, kerang dara merupakan jenis bivalvia yang hidup pada dasar perairan dan
mempunyai ciri khas yaitu ditutupi oleh dua keping cangkang (valve) yang dapat dibuka dan
ditutup karena terdapat sebuah persendian berupa engsel elastis yang merupakan
penghubung kedua valve tersebut.Kerang dara mempunyai dua buah cangkang yang dapat
membuka dan menutup dengan menggunakan otot aduktor dalam tubuhnya. Cangkang pada
bagian dorsal tebal dan bagian ventral tipis. Cangkang ini terdiri atas 3 lapisan, yaitu (1)
periostrakum adalah lapisan terluar dari kitin yang berfungsi sebagai pelindung (2) lapisan
prismatik tersusun dari kristal-kristal kapur yang berbentuk prisma, (3) lapisan nakreas atau
sering disebut lapisan induk mutiara, tersusun dari lapisan kalsit (karbonat) yang tipis dan
paralel.Puncak cangkang disebut umbo dan merupakan bagian cangkang yang paling tua.
Garis-garis melingkar sekitar umbo menunjukan pertumbuhan cangkang. Mantel pada
pelecypoda berbentuk jaringan yang tipis dan lebar, menutup seluruh tubuh dan terletak di
bawah cangkang. Beberapa kerang ada yang memiliki banyak mata pada tepi mantelnya.
Banyak di antaranya mempunyai banyak insang. Umumnya memiliki kelamin yang terpisah,
tetapi di antaranya ada yang hermafrodit dan dapat berubah kelamin.
Kakinya berbentuk seperti kapak pipih yang dapat dijulurkan keluar. Kaki kerang
berfungsi untuk merayap dan menggali lumpur atau pasir. Kerang bernapas dengan dua buah
insang dan bagian mantel. Insang ini berbentuk lembaran-lembaran (lamela) yang banyak
mengandung batang insang. Antara tubuh dan mantel terdapat rongga mantel yang
merupakan jalan keluar masuknya air.
2.4 KLASIFIKASI KERANG HIJAU
Adapun klasifikasi dari kerang hijau adalah sebagai berikut:

Kerajaan: Animalia
Filum: Moluska
Kelas: Bivalvia
Subkelas: Pteriomorphia
Ordo: Mytiloida
Famili: Mytilidae
Genus: Perna
Spesies: P. viridis
Nama Binomial : Perna viridis
Kerang hijau (Perna viridis)[1] atau dikenal sebagai green mussels[2][3] adalah binatang
lunak (moluska) yang hidup di laut, bercangkang dua dan berwarna hijau.[1] Kerang hijau
merupakan organisme yang termasuk kelas Pelecypoda.[1] Golongan biota yang bertubuh
lunak (mollusca).[1] Kerang hijau termasuk Hewan dari kelas pelecipoda, kelas ini selalu
mempunyai cangkang katup sepasang maka disebut sebagai Bivalvia.[1] Hewan ini disebut
juga pelecys yang artinya kapak kecil dan podos yang artinya kaki.[1] Jadi Pelecypoda
berarti hewan berkaki pipih seperti mata kapak.[1] Hewan kelas ini pun berinsang berlapis-
lapis sering disebut Lamelli branchiata.[1][3] Kerang hijau juga memiliki nama-nama lokal
antara lain kijing (Jakarta), kemudi kapal (Riau), kedaung (Banten),[4], bia tamako (Maluku
Utara).

2.5 KLASIFIKASI KEOG BAKAU


Adapun klasifikasi dari kerang hijau adalah sebagai berikut:

Kerajaan: Animalia
Divisi: Mollusca
Kelas: Gastropoda
Subkelas: Caenogastropoda
Keluarga: Potamididae
Marga: Teleskopium
Jenis: T. telescopium
Nama binomial : Teleskopium teleskopium
Keong bakau (Telescopium telescopium) merupakan salah satu jenis gastropoda yang
banyak hidup di air payau atau hutan mangrove yang didominasi oleh tumbuhan bakau.
Keong bakau ini memiliki kandungan nutrisi yang cukup tinggi yang terdiri dari lemak,
protein, asam amino esensial, dan asam lemak jenuh.
BAB III

METODOLOGI
3.1. WAKTU DAN TEMPAT
Kegiatan praktikum dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 23 November 2022, di mulai
pada jam 09-00 – 10-00 yang bertempat di Lab. Anatomi dan Fisiologi Hewan Air dan Lab.
Kuljar, Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.

3.2. ALAT DAN BAHAN


A. Alat

Adapun Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu sebagai berikut:
 Talenan
 Pisau
 Gunting
 Pinset
 Wadah/baki

B. Bahan

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu sebagai berikut:

 Cumi – cumi
 Sotong
 Kerang dara
 Kerang hijau
 Keong bakau

3.3. METODE PENGAMBILAN DATA

Adapun metode pengambilan datanya yaitu sebagai berikut :


1. Metode praktikum yang digunakan adalah metode observasi, dimana mahasiswa
melakukan pengamatan secara langsung di wadah yang berisi Cumi – cumi,
Sotong ,Kerang dara ,Kerang hijau ,Keong bakau
2. Mahasiswa mengamati wadah yang sudah di sediakan
3. Mahasiswa diharapkan dapat Membuat hasil pengamatan dalam bentuk laporan tentang
klasifikasi,morfologi serta anatomi dari wadah yang sudah di sediakan
3.4. PROSEDUR KERJA

Adapun prosedur kerjanya yaitu sebagai berikut :


1. Menyiapkan alat dan bahan
 Menyiapkan alat praktikum
 Cumi – cumi
 Sotong
 Kerang dara
 Kerang hijau
 Keong bakau
2. Mengamati morfologi cumi _- cumi ,sotong,kerang
3. Mengamati anatomi cumi _- cumi ,sotong,kerang
4. Pengataman anatomi organ reproduksi di lakukan dengan cara membelah bagian
tubuhnya masing-masing
5. Pembedahan di lakukan untuk membedakan organ organ dalam dari sampel yang ada
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAAN

4.1. HASIL PENGAMATAN


Dari praktikum yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut :

1. Morfologi Cumi- cumi

Anda mungkin juga menyukai