Anda di halaman 1dari 9

Oseana, Volume 44, Nomor 2 Tahun 2019 : 1 - 9 p-ISSN: 0216-1877, e-ISSN: 2714-7185

KARAKTERISTIK DAN ASPEK BIOLOGI Scaphopoda (MOLUSKA)

Oleh
Putri Sapira Ibrahim1)

ABSTRACT
CHARACTERISTICS AND BIOLOGICAL ASPECTS OF Scaphopoda
(MOLLUSCS). Scaphopoda are bilaterally symmetrical marine molluscs, commonly known
as the "tusk shells" because their shells are conical. There are approximately 900 species of
Scaphopoda, found in soft silty marine sediments, which they burrow in search of food.
Scaphopoda feeds on microorganisms, their diet dominated by foraminiferans.
Hermaphroditic scaphopoda has been reported but rare. The biodiversity of Scaphopoda had
been underestimated because the taxonomic and biological aspects of scaphopoda have not
been well studied. Classification, morphology, reproduction, behavior, habitat, and
distribution of Scaphopoda are discussed in this paper.
Keywords: Scaphopoda, Elephant tusk shells, Molluscs, Life history.

PENDAHULUAN Gadilida (Kozloff, 1996). Kelompok


dentalid juga memiliki cangkang yang
Scaphopoda merupakan salah satu
bergaris-garis dan lebih kasar dibandingkan
kelas dalam filum Moluska. Kelas
kelompok Scaphopoda lainnya.
Scaphopoda merupakan kelas kecil
Scaphopoda hidup di perairan laut,
moluska laut dan jarang ditemukan
sekitar 500 spesies ditemukan dari sedimen
(Romimoharto & Juwana, 2007), dikenal
laut baik di perairan dangkal maupun
dengan nama kerang gigi atau gading
perairan dalam di seluruh lautan dunia
(Kozloff, 1996). Anggota kelas ini yang
(Scarabino, 1994). Menurut Brusca dan
dijumpai di laut di antaranya yaitu
Brusca (2003), saat ini sudah tercatat
Dentalium sp. Spesies ini disebut
sekitar 900 spesies Scaphopoda. Contoh
Dentalium karena bentuk cangkangnya
dari Scaphopoda adalah Dentalium vulgare.
menyerupai gigi (dentis).
Hewan ini hidup di laut atau di pantai yang
Scaphopoda adalah moluska laut
berlumpur, bercangkang tajam, berbentuk
yang bentuknya simetris bilateral, dengan
taring/terompet dengan kedua ujungnya
cangkang eksternal berkapur yang terbuka
yang terbuka karena disesuaikan dengan
di kedua ujungnya dan sedikit melengkung.
tempat hidupnya.
Scaphopoda memiliki ukuran dan bentuk
Sebagian besar Scaphopoda tidak
yang beragam. Antara ordo satu dan ordo
dapat dikoleksi dengan mudah karena hidup
yang lainnya dapat memiliki ukuran tubuh
pada laut dalam dan kelimpahannya selalu
dan cangkang yang berbeda. Anggota dari
terbatas sehingga informasi mengenai
ordo Dentaliida biasanya memiliki ukuran
biologi dan ekologi kelas ini masih belum
yang lebih besar dibandingkan ordo

1)
Loka Konservasi Biota Laut Bitung, Sulawesi Utara - LIPI

1
banyak diketahui, sehingga diperlukan - Famili Wemersoniellidae, 2 genus
lebih banyak upaya untuk mengungkap (Steiner, 1992)
keanekaragamannya. Tulisan ini Berikut adalah klasifikasi dari
merupakan suatu tinjauan mengenai Kelas genus Dentalium:
Scaphopoda mencakup informasi Kingdom : Animalia
klasifikasi, morfologi, anatomi, reproduksi, Filum : Mollusca
habitat dan distribusi yang dirangkum dari Kelas : Scaphopoda
berbagai sumber. Melalui ulasan ini, Ordo : Dentaliida
diharapkan dapat menambah informasi dan Famili : Dentaliidae
pengetahuan tentang Kelas Scaphopoda. Genus : Dentalium
(Steiner & Dreyer, 2002)
KARAKTERISTIK DAN ASPEK
b. Morfologi dan Anatomi
BIOLOGI SCAPHOPODA
Scaphopoda memiliki tubuh yang
a. Klasifikasi Scaphopoda berukuran kecil dan ramping. Scaphopoda
Steiner & Kabat (2004) dikenal karena bentuknya yang menyerupai
menerbitkan katalog kelompok nama gading (Reynolds, 2002). Cangkangnya
spesies dari Scaphopoda baru dan fosil meruncing dari ujung depan ke ujung
Scaphopoda, sebanyak 517 spesies yang belakang, karenanya disebut cangkang
mewakili 2 ordo (Dentaliida dan Gadilida) gading (tusk shell). Cangkangnya
dan 45 genus, terdaftar sebagai valid taksa melengkung dan bagian dalamnya
baru di laut dunia. berongga. Kedua ujungnya terbuka, yang
Ordo Dentaliida merupakan satu lebih besar dari pada yang lain
Scaphopoda dengan kelenjar midgut (usus (Romimoharto & Juwana, 2007).
tengah) berpasangan dan dua pasang otot Cangkang memiliki pahatan utama
dorsoventral yang tidak sepenuhnya yang memanjang, terdiri dari sekitar 10
terpisah. Ordo ini terdiri dari 8 famili yaitu: tulang rusuk primer (kadang hingga 15) di
- Dentaliidae, 14 genus bagian posterior. Pada cangkang antara
- Fustiariidae, 1 genus tulang rusuk longitudinal primer, ada tulang
- Rhabdidae, 1 genus rusuk sekunder dengan ketebalan hampir
- Laevidentaliidae, 1 genus sama dengan tulang rusuk primer (Ozturk,
- Gadilinidae, 2 genus 2011). Cangkang berukuran sekitar 80 mm,
- Omniglyptidae , 1 genus berdinding tebal, permukaan halus, warna
- Anulidentaliidae, 3 genus putih, lengkungan lentur dan bundar
- Calliodentaliidae, 1 genus (Simone, 2009; Souza et al., 2013).
Gadilida merupakan Scaphopoda Kaki dan kepala Scaphopoda yang
dengan kelenjar midgut tidak berpasangan kecil atau berbentuk probosis tersembul
(kiri) dan sepasang otot dorsoventral. Ordo pada aperture anterior yang lebih besar.
ini terdiri dari 2 subordo yaitu: Pada kepala terdapat mulut dan kaptakula,
1. Subordo Entalimorpha tetapi tidak ada mata dan tentakel sebagai
- Famili Entalinidae, 9 genus alat indera. Kaptakula berbentuk filamen
2. Gadilimorpha yang kontraktil, dan pada tiap ujungnya
- Famili Gadilidae, 8 genus terdapat tontolan yang adesif. Bagian tubuh
- Famili Pulsellidae, 3 genus Scaphopoda disajikan pada Gambar 1.

2
Gambar 1. Anatomi Scaphopoda, Dentalium sp (Hegner, 1993).

c. Reproduksi akan tumbuh secara bertahap seiring


Scaphopoda memiliki bentuk gonad dengan perpanjangan ukuran tubuh
agak elips, panjang gonad sekitar 1/4 (Barnes, 1987; Encyclopedia, 2019;
panjang cangkang, 4 kali lebih panjang dari Grzimek et al., 2003). Informasi mengenai
lebar dan berwarna krem pucat. Memiliki reproduksi ini dapat memperhitungkan
gonad tunggal yang umumnya berada di potensi pemijahan dan sangat berperan
bagian posterior tubuh. Ujung anterior dalam menentukan kelangsungan hidup
gonad terhubung ke gonoduct, berdinding (Ibrahim et al., 2016). Aspek biologi yang
sangat tipis dan transparan (Simone, 2009; juga mencakup informasi reproduksi ini
Grzimek et al., 2003). dapat menjadi indikator untuk dasar
Scaphopoda bersifat gonokoristik pengelolaan yang baik dari suatu organisme
yaitu jenis kelamin terpisah antara jantan agar tetap lestari dan berkelanjutan
dan betina, dan bereproduksi secara seksual (Ibrahim et al., 2017).
dengan cara mengeluarkan gamet ke air
melalui nefridium. Telur dilepaskan secara d. Habitat
terpisah ke dalam kolom air, telur bersifat Scaphopoda adalah organisme laut
planktonik. Sesudah stadium larva yang dalam yang masih berhasil bertahan dengan
singkat, hewan-hewan muda akan berada di lebih dari 500 spesies yang ada (Scarabino,
dasar laut. Scaphopoda memiliki tahap 1994; Steiner & Linse, 2000; Reynolds &
larva berenang bebas yang berkembang di Steiner, 2008). Semua Scaphopoda adalah
dalam air dan pada akhirnya berubah mikrokarnivora bentik euhalin yang
menjadi bentuk tubuh Scaphopoda yang mendiami semua jenis lingkungan perairan
khas. Cangkang pertama yang disekresikan dasar yang lunak (Palmer & Steiner, 1998).
oleh Scaphopoda yaitu praetubulus larva, Scaphopoda hidup dalam pasir atau lumpur,
yang akan segera luruh dan ujung anterior terpendam di bawah permukaan

3
(Romimoharto & Juwana, 2007).
Scaphopoda tipe dentalium hidup di e. Distribusi
sedimen yang sedikit lebih kasar dengan Scaphopoda merupakan hewan
campuran fraksi berpasir dan detritus bentik yang hidup sebagian membenamkan
cangkang seperti pada Gambar 2 (Kaim, diri dalam substrat lunak, menghuni
2012). Sedimen yang teroksigenasi dengan substrat batial dan abisal. Hampir 70 % dari
baik, berhubungan dengan keberadaan spesies yang diketahui ditemukan di bawah
Scaphopoda. Diduga adanya lapisan kedalaman 500 m, hidup di bawah 3000 m
sedimen tipis yang teroksigenasi menjadi juga memiliki persentase tinggi, bahkan
tempat hidup moluska berukuran kecil mencapai kedalaman sekitar 7000 m
(contohnya Scaphopoda) yang hidup di (Scarabino, 1986; Poppe & Goto, 1993;
dasar laut (Kaim, 2012). Wignall (1990), Palmer & Steiner, 1998).
menyebutkan bahwa kelimpahan Kelas Scaphopoda dengan nama
Scaphopoda menurun drastis di daerah kaya genus Dentalium elephantinum (Gambar 3)
organik, menunjukkan toleransi yang hanya ditemukan satu keping di Kabupaten
rendah terhadap penipisan oksigen. Seram, Maluku, Indonesia (Surbakti &
Beberapa Scaphopoda diketahui Ririmasse, 2016). Sedangkan Dentalium
berhubungan dengan kebocoran metana elephantinum juga ditemukan di Desa
(Goedert & Squires, 1990). Sako, Sumatera Selatan (Suriadi, 2018).

Gambar 2. Habitat Dentalium sp.

4
Gambar 3. Dentalium elephantinum (Suriadi, 2018).

Dentalium elephantinum meru- di Samudra Hindia utara pada kedalaman


pakan jenis moluska yang membujur dan 528-732 m; S. pulcherrimus telah
memiliki sembilan garis di punggung, ditemukan dari Indonesia pada kedalaman
memiliki warna yang menjilid seperti 530-694 m, dan S. sagei dari Filipina dan
warna hijau lebih gelap di ujung bagian luar Indonesia pada kedalaman 640-800 m.
dan warna putih di bibir. Dentalium Striocadulus sagei, spesies terbesar dalam
elephantinum ini hidup di air asin dan ordo Gadilida, ditemukan di Indonesia dan
tersebar di Indo Pasifik (Oliver, 2004). Filipina, panjangnya mencapai 43 mm,
Dalam penelitian Tenjing et al. (2018), di cangkang bagian atas lebar dan sedikit
perairan India juga ditemukan Dentaliidae terkompresi secara dorsoventral, dengan
jenis Pictodentalium vernedei. dua lobus lateral yang lebar (Scarabino,
Genus Siphonodentalium terdiri 1995). Informasi terperinci mengenai ciri
dari 20 spesies. Sekitar 1/3 dari genus ini cangkang S. pulcherrimus dari Indonesia
terdapat di air dangkal, sebagian besar di tidak tersedia. Penelitian Knudsen (1964)
perairan boreal dan subboreal, 1/3 lainnya dalam Ekspedisi Galathea di Palung Sunda
terdapat di abisal. Distribusi genus sangat pada kedalaman 6.900-7.000 m menemu-
sulit diketahui karena sebagian besar kan spesimen tunggal Siphonodentalium
spesies yang diketahui dan dicatat berasal yang ditampilkan pada Gambar 4. Ini
dari satu atau beberapa lokasi cangkang mengarah ke "Scaphopoda" atau
kosong (Knudsen, 1964). Genus "Siphonodentalium sp." sesuai Bruun
Striocadulus terdiri dari spesies yang hidup (1957), Wolff (1960) dan Clarke (1962).
di perairan cukup dalam di lautan tropis Adanya bagian lunak membuktikan bahwa
ditandai dengan cangkang melengkung spesies ini benar-benar hidup di kedalaman.
berukuran sedang hingga besar. Beljaev & Vikogradova (1961)
Striocadulus albicomatus terdapat di pantai menemukan enam spesimen
barat Amerika Utara dan Tengah pada Siphonodentalium sp. dari Palung Jawa
kedalaman 41-730 m; S. ludbrooki tersebar (Sunda) pada kedalaman 6820-6850 m.

5
Gambar 4. Siphonodentalium galatheae; a. penampakan bagian cangkang;
b. detail permukaan cangkang.

f. Makanan dan Kebiasaan Makan krustasea harpacticoid, alga kecil, dan


Makanan Scaphopoda umumnya partikel mineral (Gudmundsson et al.,
terdiri dari berbagai organisme uniseluler 2003; Ozturk, 2011).
(bersel tunggal) dan larva mikroskopis Scaphopoda yang berbeda
invertebrata kecil. Sebagian besar memakan spesies makanan berbeda, yang
Scaphopoda mengkonsumsi foraminifer mungkin disebabkan oleh beberapa faktor.
(Dinamani, 1964; Reynolds, 2002). Duff Ketersediaan makanan dapat memengaruhi
(1975) meneliti korelasi negatif antara variasi ukuran tubuh organisme dan
kelimpahan Scaphopoda dan foraminifer di menjadi penyebab perbedaan tingkat
daerah Oxford. Pola serupa diamati oleh pertumbuhan (Ibrahim et al., 2017). Spesies
Kaim (2001) dalam lempung Valanginian Scaphopoda yang lebih besar dapat
dari Polandia. Dell (1957) menemukan memakan spesies foraminifer besar dan
mulut Dentaliurn zelandicum dipenuhi kecil, Scaphopoda yang lebih besar
dengan Foraminifera, dan Morton (1959) memakan lebih banyak makanan daripada
dalam penelitiannya fokus mengenai Scaphopoda yang lebih kecil
makanan Dentalium entalir juga (Gudmundsson et al., 2003). Struktur
menemukan hal yang sama. Pada penelitian anatomi dari Scaphopoda menentukan
Gudmundsson et al. (2003) juga batas foraminifera yang mampu ditelan.
menemukan kantung bukal (daerah mulut) Ukuran anterior cangkang, yang
dari spesies Scaphopoda mengandung memanjang ke mulut menentukan batas
foraminifer, yang sesuai dengan penelitian- kisaran ukuran mangsa yang dapat ditelan
penelitian sebelumnya tentang Scaphopoda Scaphopoda. Ukuran diameter makanan
air dangkal dan dalam (Bilyard, 1974; Scaphopoda berbeda-beda, pada umumnya
Poon, 1987; Shimek, 1990; Langer et al., semakin besar ukuran mangsa maka
1995). Makanan Scaphopoda selain semakin besar spesies Scaphopoda yang
foraminifer adalah organic spherical memakannya (Gudmundsson et al., 2003).
objects (OSO) atau benda bulat organik,

6
PENUTUP molluscs of the world. Bull. Nat.
Mus. Can, 181, 1-114.
Scaphopoda merupakan salah satu
Dell, R.K. (1957). A Revision of the recent
kelas dalam filum Moluska yang belum
Scapophod Mollusca of New
banyak dikenal. Scaphopoda hidup di
Zealand. Trans. Roy. Soc. N.Z, 83,
perairan laut dalam dan tidak dapat
561-576.
dikoleksi dengan mudah sehingga
Dinamani, P. (1964). Feeding in Dentalium
informasi mengenai biologi dan ekologi
conspicuum. Proceedings of the
kelas ini masih sangat terbatas. Scaphopoda
Malacological Society of London,
merupakan hewan bentik yang memiliki
36, 1-5.
tubuh berukuran kecil dan cangkangnya
Duff, K.L. (1975). Palaeoecology of a
meruncing. Kelas ini bersifat gonokoristik
bituminous shale – the Lower
dan sebagian besar mengkonsumsi
Oxford Clay of central England.
foraminifer. Pemahaman dan penyampaian
Palaeontology, 18, 443–482.
informasi mengenai karakteristik dan
Encyclopedia. (2019). Scaphopoda (Tusk
beberapa aspek biologi Scaphopoda ini
Shells). Retrieved from
perlu dilakukan dengan harapan ilmu
https://www.encyclopedia.com/env
pengetahuan dapat terus dikembangkan dan
ironment/encyclopedias-almanacs-
dapat menggali potensi yang ada pada
transcripts-and-maps/scaphopoda-
Scaphopoda agar kelestarian dan
tusk-shells
keberadaan Scaphopoda dapat tetap lestari
Goedert, J. L. & Squires, R. L. (1990).
dan berkelanjutan.
Eocene deep-sea communities in
localized limestones formed by
DAFTAR PUSTAKA
subduction-related methane seeps,
Barnes, R. (1987). Invertebrate Zoology. southwestern Washington.
Orlando, Florida: Dryden Press. Geology, 18, 1182-1185.
Beljaev, G. M., & Vinogradova, N. G. Gudmundsson, G., Engelstad, K., Steiner,
(1961). An Investigation of the Java G., Svavarsson, J. (2003). Diets of
Trench Deep-Sea Bottom Fauna. four deep-water scaphopod species
Okeanologiya, 1, 125-132. (Mollusca) in the North Atlantic and
Bilyard, G.R. (1974). The feeding habits the Nordic Seas. Marine Biology,
and ecology of Dentalium entale 142, 1103-1112.
stimpsoni Henderson. Veliger, 17, Grzimek, B., Schlager, N., & Olendorf, D.
126-138. (2003). Grzimek's Animal Life
Brusca R., & Brusca, G. (2003). Encyclopaedia. Thomson Gale.
Invertebrates. Sunderland, Massa- Ibrahim, P. S., Setyobudiandi, I., &
chusetts: Sinauer Associates, Inc. Sulistiono. (2016). Biologi
Bruun, A. F. (1957). Deep sea and abyssal reproduksi ikan selar kuning
depths. In: treatise on marine (Selaroides leptolepis Cuvier,
ecology and paleoecology, Geal. 1833)di perairan Selat Sunda.
Soc. Amer. Mem., 67(1), 641-672. Prosiding Seminar Nasional Ikan ke
Clarke, A.H. (1962). Annotated list and 9 (Vol. 2, 613-621).
bibliography of the abyssal marine Ibrahim, P. S., Setyobudiandi, I., &
Sulistiono. (2017). Hubungan

7
panjang bobot dan faktor kondisi at http://www.zmuc.dk/inverweb/g
ikan selar kuning selaroides alathea/Pdf_filer/Volume_07/galat
leptolepis di perairan Selat Sunda. hea-vol.07-pp_125-136.pdf.
Jurnal Ilmu dan Teknologi page(s): 127-129.
Kelautan Tropis, 9(2), 577-584. Langer, M. R., Lipps, J. H., Moreno, G.
Kaim, A. (2012). Faunal dynamics of (1995). Predation on Foraminifera
bivalves and scaphopods in the by the dentaliid deep-sea scaphopod
Bathonian (Middle Jurassic) ore- Fissidentalium megathyris. Deep-
bearing clays at Gnaszyn, Krakow- Sea Res, I 42, 849-857.
Silesia Homocline, Poland. Acta Oliver, A. P. H. (2004). Philip’s Guide to
Geologica Polonica, 62(3), 381- Seashells of The World. Buffalo
395. (NY), Firefly Books. Octopus
Kaim, A. (2001). Faunal dynamics of publishing, London.
juvenile gastropods and associated Ozturk, B. (2011). Scaphopod species
organisms across the Valanginian (Mollusca) of the Turkish Levantine
transgressionregression cycle in and Aegean seas. Turkish Journal of
central Poland. Cretaceous Zoology. 35(2), 199-211.
Research, 22, 333-351. Palmer, C. P., & Steiner, G. (1998). Class
Kozloff, E. N. (1996). Marine Scaphopoda. Introduction. In: P. L.
Invertebrates of the Pacific Beesley et al. (Eds), Mollusca: The
Northwest. 2nd. Seattle: University Southern Synthesis. Fauna of
of Washington Press. Australia, 5, 431-438. CSIRO
Morton, J. E. (1959). The Habits and Publishing, Melbourne.
Feeding Organs of Dentaliurn Poon, P. A. (1987). The diet and feeding
entalis. J. Mar. biol. Ass. U.K, 38, behavior of Cadulus tolmiei Dall,
225-238. 1897 (Scaphopoda, Siphono-
Romimohtarto, K., & Juwana, S. (2007). dentalioida). Nautilus, 101, 88-92.
Biologi Laut: Ilmu Pengetahuan Poppe, G. T., & Goto, Y. (1993). European
tentang Biota Laut. Edisi Revisi. Seashells. Vol. 2: Scaphopoda,
Cet. III; Jakarta: Djambatan. Bivalvia, Cephalopoda. Christa
Kurzawska, A., Bar-Yosef Mayer, D. E., Hemmen, Wiesbaden, 222 pp.
Mienis, H. K. (2013). Scaphopod Reynolds, P. D. (2002). The Scaphopoda.
Shells in the Natufian Culture, In: Advances in Marine Biology, 42,
Bar-Yosef O, Valla FR (Eds.), 137-236.
Natufian Foragers in the Levant: Scarabino, V. (1986). Nuevos taxa abisales
Terminal Pleistocene Social de la clase Scaphopoda (Mollusca).
Changes in Western Asia, Com. Zool. Mus. Hist. Nat.
Archaeological Series 19. Montevideo, 11(155), 1-19.
International Monographs in Scarabino, V. (1994). Aproximacıón al
Prehistory, Ann Arbor, pp. 611-621. número de especies de Scaphopoda
Knudsen, J. (1964). Scaphopoda and actuales. Com. Soc. Malac.
Gastropoda from depths exceeding Uruguay 7, 357-361.
6000 meters. Galathea Report Scarabino, V. (1995). Scaphopoda of the
7:125-136., available online tropical Pacific and Indian Oceans,

8
with description of 3 new genera Steiner, G., & Kabat, A. R. (2004).
and 42 species. 654 p. In: Bouchet, Catalogue of species-group names
P. (Ed.), Résultats des Campagnes of Recent and fossil Scaphopoda
MUSORSTOM. Mém. Mus. nat. (Mollusca). Zoosystema, 26(4),
Hist. natur., 167(14), 189-379. 549‑ 726.
Shimek, R. L. (1990). Diet and habitat Steiner, G. (1992). Phylogeny and
utilization in a northeastern Pacific Classification of Scaphopoda.
Ocean scaphopod assemblage. Am Journal of Molluscan Studies,
Malacol Bull, 7, 147-169. 58,385-400. Retrieved from
Simone, L. R. L. (2009). Comparative http://mollus.oxfordjournals.org/
morphology among representatives Surbakti, K., & Ririmasse, M. N. R. (2016).
of main taxa of Scaphopoda and Karakteristik dan Habitasi Moluska
basal protobranch Bivalvia di Situs Hatusua Seram Bagian
(Mollusca). Papéis Avulsos de Barat Maluku Indonesia. Kapata
Zoologia, 49(32). Arkeologi 12(1), 91-102.
Souza, L. S., Araújo, I. C. V., & Caetano, Suriadi, A. (2018). Temuan Sejarah di Desa
C. H. S. (2013). A commented list Sako Kecamatan Rambutan sebagai
of Scaphopoda (Mollusca) found Media Pembelajaran Sejarah Lokal.
along the Brazilian coast, with two Prosiding Seminar Nasional 21
new synonymies in the genus Universitas PGRI Palembang.
Gadila Gray, 1847. Biota Neotrop, ISBN 978-602-52451-0-7.
13(2). Wignall, P. B. (1990). Benthic
Steiner, G., & Dreyer, H. (2002). Molecular palaeoecology of the late Jurassic
phylogeny of Scaphopoda Kimmeridge Clay of England.
(Mollusca) inferred from 18S rDNA Special Papers in Palaeontology,
sequences: support for a 43, 1-74.
Scaphopoda–Cephalopoda Wolff, T. (1960). The hadal community, an
clade. Zoologica Scripta, 32, 343- introduction. Deep-Sea Res., 6, 95-
356. 124.

Anda mungkin juga menyukai