METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan jenis wawancara. Dengan menggunakan
penelitian kualitatif deskriptif. Sumber metode ini dapat menjawab
data yang didapatkan melalui permasalahn penelitian yang
memerlukan pemahaman secara utama dalam penelitian ini yaitu salah
mendalaam dan menyeluruh mengenai satu warga jatiasih yang merupakan
objek yang diteliti untuk menghasilkan warga asli kampung pedurenan yang
kesimpulan-kesimpulan penelitian sudah menetap tinggal 38 tahun dan
dalam konteks waktu dan situasi yang lahir ditanah pedurenan, serta bersuku
bersangkutan. Wawancara Betawi. Teknik pengumpulan data yang
dilaksanakan secara langsung tanpa digunakan untuk melengkapi Teknik
perantara. Wawancara dalam penelitian wawancara yaitu dokumen berupa
ini pengumpulan data dengan cara tanya tulisan atau catatan dan data sekunder
jawab yang dilandaskan pada tujuan yang diperoleh dari kajian Pustaka.
penelitian yaitu mengetahui apakahn
kearifan lokal masyarakat Betawi dalam Data primer yang telah diperoleh
melestarikan lingkungan sekitar masih dari hasil wawancara salah satu warga
dilestarikan. Penelitian dilaksanakan di akan diolah secara manual yaitu
Gg. H. Awi, pedurenan, jatiluhur, membuat transkrip yang kemudian akan
jatiasih, kota Bekasi. Pada bulan April disusun dan selanjutnya kan dianalisis
2021. Data primer diperoleh dari Subjek dengan menggunakan metode analisis
isi.
HASIL PENELITIAN
1. Budaya paketan masyarakat sampah, dan masih banyaknya
Betawi di Kampung Pedurenan, pepohonan yang rindang. Budaya
Jatiasih paketan di kampung pedurenan masih
Budaya paketan merupakan salah dapat ditemukan hingga saat ini. Nilai
satu sarana bagi masyarakat Betawi gotong-royong ini telah diterapkan
untuk berinteraksi dan menjalin turun menurun seperti melalui cara
hubungan sosial dengan yang lain, yang didik orang tua kepada anak dan
didasarkan atas kesamaan ciri atau didukung dengan tempat tinggal
kepentingan masing-masing. Nilai adat- masyarakat Betawi yang memusat atau
istiadat masyarakat Betawi cenderung berdekatan dengan saudara, sehingga
tidak mudah luntur, salah satu niali sikap empati didapatkan dari
budaya Betawi yang kuat dan melekat lingkungan keluarga. Adapun faktor
yaitu budaya gotong-royong atau dapat pendukung mengapa budaya paketan
disebut dengan paketan, seperti pada masih ditemukan sampai saat ini di
acara perkawinan, membersihakan masyarakat kampung pedurenan,
lingkungan kampung, sunatan, dan sebagai berikut :
kematian. Mereka membantu dengan a) Adanya partisipasi masyarakat.
antusias tanpa pamrih. Tingkat antusias masyarakat Betawi
Gotong-royong atau budaya di kampung pedurenan yang tinggi
paketan di kampung pedurenan dalam menjadi salah satu kunci
melestariakan lingkungan masih melestarikan budaya paketan.
tergolong cukup tinggi atau sering b) Adanya rasa kepercayaan
dilakukan, karena tingkat kepekaan masyarakat. Rasa kepercayaan satu
masyarakat yang tinggi. Dapat dilihat sama lain sehingga menciptakan
dari kenampakan lingkungan di hubungan kerja sama yang baik.
kampung pedurenan sangat sedikit
sekali lingkungan kumuh, tumpukan
Namun, ada beberapa faktor hambatan bekerja, sehingga keterlibatan
yang dapat mengganggu atau masyarakat secara fisik dalam
menghilangkan budaya paketan, yaitu : budaya paketan rendah.
b) Kurangnya sosialisasi orang tua
a) Sikap praktis, yang artinya sikap kepada anak, artinya kearifan lokal
yang serba cepat tidak mau susah, dapat bertahan melalui pewarisan
dimana masyarakat memiliki budaya secara turun-menurun.
kesibukannya masing-masing seperti
2. Upaya masyarakat Betawi di pedurenan yaitu adanya pergerakaan
Kampung Pedurenan dalam kerja bakti yang dilaksanakan satu kali
melestarikan lingkungan dalam dua minggu. Rangkaian kegiatan
yang dilakukan dalam kerja bakti yaitu
Masyarakat Betawi di kampung memotong rumput-rumput yang sudah
Pedurenan yang bermukim cenderung tinggi dan membersihkan sampah-
memusat karena mementingkan nilai sampah. Selain itu masyarakat Betawi
kekerabatan antara keluarga dan di kampung Pedurenan juga berfokus
tetangga, sehingga sikap saling peduli dalam pembangunan, seperti bergotong-
antara satu dengan yang lainnya sangat royong dalam membangun gapura dan
kuat. Terutama terhadap lingkungan memperbaiki jalan yang rusak serta
sekitarnya yang menjadi tempat tinggal, perubahan lingkungan yang dirasakan
sehingga menimbulkan interaksi antara oleh masyarakat yaitu kebun-kebun
manusia dengan lingkungannya yang yang sudah menjadi perumahan, begitu
saling berpengaruh satu sama lain. juga dengan rawa-rawa yang sudah
Upaya yang dilakukan oleh mulai mengering.
masyarakat Betawi di kampung
PEMBAHASAN
Hasil dari penelitian kota Bekasi yang merupakan kota
menunjukkan bahwa budaya paketan di penyangga ibu kota Jakarta, sehingga
dalam masyarakat Betawi kampung pembangunan fisik kota Bekasi dan
pedurenan sering dilakukan dan masih perkembangan dunia internet yang
dapat kita jumpai. Hal ini juga karena semakin maju yang membuat
kuatnya rasa peduli dan empati masyarakat menyibukan diri dengan
masyarakat Betawi terhadap kerabat bermain media sosial dan sibuk dengan
sekitarnya, namun tidak dapat dunianya sendiri sehingga sikap
dipungkiri bahwa pada zaman modern masyarakat yang individualis dan
semakin pesatnya perkembanggan enggan untuk turun tangan dalam
teknologi dan informasi sehingga kegiatan paketan. Adapun pengaruh
munculnya ancaman-ancaman dari luar globalisasi yaitu masuknya budaya-
yang dapat melunturkan atau budaya asing yang menyebabkan
menghilangkan budaya paketan yang lunturnya budaya paketan,terutama
berkembang di masyarakat Betawi pada generasi muda yang bahkan tidak
pinggiran kota Bekasi yang jumlah mengenal budayanya sendiri.
semakin sedikit. Pengauh dari
modernisasi terhadap budaya paketan, Masyarakat Betawi di kampung
yaitu dapat dilihat dari pembangunan Pedurenan memiliki pola pemukiman
memusat yang disebabkan oleh nilai
kekerabatannya yang tinggi, sehingga yaitu rawa badak dimana Ketika musim
tempat tinggal masyarakat bertawi kemarau rawa tersebut airnya akan surut
cenderung berdekatan atau satu lingkup dan mengering. Dengan tanah yang
dengan keluarga atau kerabatnya serta kering ini tidak dapat dimanfaatkan
halaman rumah yang luas. Dari nilai untuk menanam tanaman atau
kekerabatan yang tinggi ini menjadi perkebunan oleh masyarakat sekitar
faktor pendorong budaya paketan tetap dikarenakan kondisi tanah yang tidak
dilestarikan di lingkungan masyarakat. mendukung. Jika diinterpretasikan,
Budaya paketan juga tidak hanya lingkungan kampung Pedurenan
terdapat kegiatan gotong-royong dalam termasuk lingkungan yang bersih dari
acara pernikahan dan sunatan, namun tumpukan sampah dan asri karena
adapula kegiatan kerja bakti masih banyak ditemukan tumbuhan-
lingkungan. tumbuhan hijau seperti bambu.
Walaupun demikian masih dapat
Upaya masyarakat Betawi di ditemukan empang kecil yang kotor dan
kampung Pedurenan dalam berlumut yang biasanya terdapat
melestarikan lingkungan melalui dibeberapa belakang tempat tinggal
kearifan lokalnya yaitu budaya paketan, warga yang digunakan sebagai
seperti bergotong-royong pembuangan saluran air, sehingga
membersihkan lingkungan sekitar, menjadi sarang nyamuk yang dapat
namun topologi kota Bekasi merupakan menimbulkan penyakit dan
dataran rendah dan raawa-rawa, terdapat mengeluarkan bau yang kurang sedap.
salah satu rawa di kampung Pedurenan
Penulis bernama Regita Cahyani. Ia adalah seorang mahasiswi semester dua dari
Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. ia lahir di Jakarta Timur pada tanggal 6
Mei tahun 2002. Saat ini ia berumur 18 tahun. Ia merupakan anak pertama dari tiga
bersaudara. Sekarang ia bertempat tinggal di Perumahan Griya Permata Jatisari Blok B
No.15, Jatiasih, Kota Bekasi, Jawa Barat. Ia merupakan anak perempuan dari pasangan
Bapak Edi Mulyono yang berprofesi sebagai Polri dan Ibu Ratih Julianty yang
berprofesi sebagai PNS.
Riwayat Pendidikan penulis, pada tahun 2008 ia duduk dibangku Sekolah Dasar
dan lulus pada tahun 2014 dari SDN Mekarsari 06, Depok. Pada tahun 2015 ia
memasuki Sekolah Menengah Pertama di Pondok Pesantren Darurrahmah, Bogor, dan
lulus pada tahun 2017. Di tahun 2018 ia melanjutkan kejenjang Sekolah Menengah Atas
di SMAIT Darul Hikmah, Kota Bekasi, dan lulus pada tahun 2020. Saat ini ia
meneruskan Sekolahnya ke Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Ia memiliki hobi menonton drama korea, menonton youtube tentang cerita kasus-
kasus kematian atau teori-teori konspirasi , dan mendengarkan musik, penyayi
favoritnya yaitu Nadin Amizah, Tulus, Naif, dan Pamungkas. Ia memiliki visi hidup
“Menjadi manusia yang bisa bermanfaat bagi orang lain dan lingkungan sekitar, percaya
diri, dan selalu mencoba tanpa takut gagal” dan motto hidup “Dahulukan Allah maka
dunia akan mengikuti mu”. Ia bercita-cita sebagai seorang publik spiker dan guru.