Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PARASITOLOGI

“Scorpionida”

Disusun oleh :

Adelia

Cindy Claudiansyah (20180662079)

Erina Julianisti P (2018066

Wahyu

PRODI D3 TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

2019/2020
KATA PENGANTAR

            Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Scorpionida”
sebagaimana mestinya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Parasitologi. Dalam penyusunan
makalah ini, banyak kendala yang penulis temukan. Namun, berkat bantuan dari berbagai pihak,
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada dosen pengajar yang telah memberi masukan dalam
mengerjakan makalah ini dan pihak terkait yang telah membantu penulis dalam penyusunan
makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk
itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan dari para pembaca.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua

Surabaya, 13 Maret 2020

Penyusun

      
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i

DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1

A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan masalah...................................................................................................
C. Tujuan.....................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................

A. Distribusi geografis................................................................................................
B. Klasifikasi dan morfologi......................................................................................
C. Siklus hidup............................................................................................................
D. Patogenitas..............................................................................................................
E. Diagnosis.................................................................................................................
F. Pengobatan..............................................................................................................
G. Pencegahan.............................................................................................................

BAB III PENUTUP.............................................................................................................

A. Kesimpulan.............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Berkembangnya, meluasnya, dan timbulnya kembali penyakit-penyakit yang
ditularkan oleh arthropoda masih menjadi masalah yang kita hadapi. Arthropoda (dalam
bahasa latin, Arthra = ruas , buku, segmen ; podos = kaki) merupakan hewan yang
memiliki ciri kaki beruas, berbuku, atau bersegmen. Segmen tersebut juga terdapat pada
tubuhnya.
Tubuh Arthropoda merupakan simeri bilateral dan tergolong tripoblastik
selomata. Arthropoda adalah filum yang paling besar dalam dunia hewan dan mencakup
serangga, laba-laba, udang, lipan dan hewan mirip lainnya. Arthropoda adalah nama lain
hewan berbuku-buku. Hampir dari 90% dari seluruh jenis hewan yang diketahui orang
adalah Arthropoda. Filum Arthropoda sebagian berperan sebagai mangsa dari sejumlah
hewan predator yang terdiri atas arthropoda lain dan spesies bukan arthropoda.
Dari berbagai mcam kelas arthropoda, salah satunya yaitu arachnida. Arachnida adalah
turunan dari Subphylum Chelicerata. Pada saat ini hanya terdiri dari 11 subkelas kurang
lebih 65000 spesies, dan dahulu adalah 16 subkelas derta 5 kelas telah menjadi fosil.
Salah satu Subkelas yang terpenting dari kelas arachnida adalah subkelas scorpionida
(kalajengking). Scorpionida merupakan serangga malam yang hidup di daerah tropis, dan
pada bagian posterior terdapat alat yang sangat berfungsi sebagai pertahanan diri bila
diserang dan mengandung toksik bersifat hemolotik serta neurotoksik. Toksik ini jarang
membunuh tetapi pada anak dibawah umur prasekolah dapat mematikan karena
terjadinya paralisis pernapasan.
Oleh karena itu, perlu dipelajari tentang scorpionida sehingga kita dapat
mengetahui segala sesuatu tentang scorpionida dan mampu mengatasi atau
menanggulangi masalah-masalah yang ditimbulkan dari scorpionida baik dari racun yang
dikeluarkannya maupun keberadaannya yang dapat mengganggu kenyamanan lingkungan
baik secara fisik, biologi, maupun kimia.
B. Rumusan masalah
1. Apa distribusi geografis Scorpionida ?
2. Apa klasifikasi dan morfologi Scorpionida ?
3. Bagaimana siklus hidup Scorpionida ?
4. Bagaimana patogenitas Scorpionida ?
5. Bagaimana diagnosis Scorpionida ?
6. Bagaimana pengobatannya ?
7. Bagaimana cara pencegahannya ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui distribusi geografis Scorpionida
2. Untuk mengetahui klasifikasi dan morfologi Scorpionida
3. Untuk mengetahui siklus hidup Scorpionida
4. Untuk mengetahui patogenitas Scorpionida
5. Untuk mengetahui diagnosis Scorpionida
6. Untuk mengetahui cara pengobatannya
7. Untuk mengetahui cara pencegahannya

BAB II
PEMBAHASAN

A. Distribusi geografis
Kalajengking ditemukan di semua daratan utama kecuali Antartika dan Selandia
Baru. Kalajengking tidak terjadi secara alami di Inggris Raya, Irlandia, Jepang, Korea
Selatan, dan beberapa pulau di Oceania , tetapi sekarang telah secara tidak sengaja
diperkenalkan di beberapa tempat ini oleh perdagangan manusia dan
perdagangan. Keragaman kalajengking terbesar di Belahan Bumi Utara dapat ditemukan
di wilayah antara garis lintang 23 dan 38 ° LU . Di atas garis lintang ini, keanekaragaman
menurun dengan kejadian kalajengking alami paling utara adalah kalajengking
utara Paruroctonus boreus di Medicine Hat , Alberta, Kanada 50 ° LU . 251 Lima koloni
kalajengking ( Euscorpius flavicaudis ) telah memantapkan diri di Sheerness on the Isle
of Sheppey di Inggris. Populasi kecil ini telah menjadi penghuni sejak tahun 1860-an,
karena kemungkinan datang dengan buah impor dari Afrika. Spesies kalajengking ini
kecil dan sama sekali tidak berbahaya bagi manusia. Pada lebih dari 51 ° LU, ini
menandai batas paling utara di mana kalajengking hidup di alam liar. 
Saat ini, kalajengking dapat ditemukan di hampir setiap habitat darat termasuk:
gunung dataran tinggi, gua, dan zona intertidal, dengan pengecualian ekosistem
boreal seperti: tundra , taiga ketinggian tinggi, dan puncak salju yang dibalut secara
permanen dari beberapa gunung .  
251–252  Sehubungan dengan mikrohabitat ,
kalajengking mungkin tinggal di darat, hidup di pohon, mencintai batu, atau
mencintai pasir . Beberapa spesies, seperti  Vaejovis janssi , bersifat serbaguna dan
ditemukan di setiap jenis habitat di Baja California , sementara yang lain menempati
ceruk khusus seperti Euscorpius carpathicus , yang endemik di zona litoral sungai di
Rumania. 

B. Klasifikasi dan morfologi


1. Klasifikasi
Kingdom         : Animalia
Filum               : Arthropoda
Sub filum        : Chelicerata
Kelas               : Arachnida
Sub kelas         : Scorpionida
Genus : Buthus
Spesies : Buthus tamulus/ Scorpio sp

2. Morfologi
Sebagaimana Arachnida, kalajengking mempunyai mulut yang disebut khelisera,
sepasang pedipalpi, dan empat pasang tungkai. Pedipalpi seperti capit terutama
digunakan untuk menangkap mangsa dan alat pertahanan, tetapi juga dilengkapi
dengan berbagai tipe rambut sensor. Tubuhnya dibagi menjadi dua bagian yaitu
sefalotoraks dan abdomen. Sefalotoraks ditutup oleh karapas atau pelindung kepala
yang biasanya mempunyai sepasang mata median dan 2-5 pasang mata lateral di
depan ujung depan. Sefalotoraks tidak bersegmen
Beberapa kalajengking yang hidup di guwa dan di liter sekitar permukiman tidak
mempunyai mata. Abdomen terdiri atas 12 ruas yang jelas, dengan bagian lima ruas
terakhir membentuk ruas metasoma yang oleh kebanyakan orang menyebutnya ekor.
Ujung abdomen disebut telson, yang bentuknya bulat mengandung kelenjar racun
(venom). Alat penyengat berbentuk lancip tempat mengalirkan venom. Pada bagian
ventral, kalajengking mempunyai sepasang organ sensoris yang bentuknya seperti
sisir unik disebut pektin. Pektin ini biasanya lebih besar dan mempunyai gigi lebih
banyak pada yang jantan dan digunakan sebagai sensor terhadap permukaan tekstur
dan vibrasi. Pektin juga bekerja sebagai kemoreseptor (sensor kimia) untuk
mendeteksi feromon (komunikasi kimia).
Kalajengking mempunyai sepasang umbai-umbai yang kuat dan cakar bentuk
penjepit (pedipalpus) yang terletak tepat didepan 4 pasang kaki. Kaki disesuaikan
untuk berjalan, cephalothorax tidak bersegmen dan tertutup oleh selembar lempeng
kitin tebal yang disebut dengan carapace. Terdapat 2-12 buah mata ocelli, abdomen
bersegmen 12 buah, yang 7 segmen disebut mesosoma besar dan 5 segmen terminal
(metasoma) sangat menyempit. Pada ujung ekor terdapat telson yang berpangkal pada
sepasang sisir pada sisi ventral segmen II abdomen. Alat nafas berupa 4 pasang paru-
paru buku terletak sebelah ventral diantara segmen III dan XV abdomen. Tidak
mempunyai antenna.
C. Siklus hidup
D. Patogenitas
E. Diagnosis
F. Pengobatan
Pengobatan menggunakan obat Tourniquet hendaknya dipergunakan segera, dan
racunnya dikeluarkan dengan menghisap luka yang dibuat oleh sengat kalajengking yang
besar. Sakitnya dapat dihilangkan dengan pemakaian kompres es setempat, semprotan
etilklorida, ammonia, obat yang menghilangkan sakit, suntikan novokain atau epinefrin
disekitar luka ataupun dengan memanfaatkan tumbuhan disekitar misalnya getah batang
pisang dengan cara digosokkan di bekas sengatan. Pengobatan sistemik bertujuan untuk
mengatasi shock dan sembab paru-paru. Obat kortison berguna sekali pada penderita
yang berat. Dan antivenin, apabila tersedia harus diberikan pula.

G. Pencegahan
1.    Buanglah semua tempat persembunyian kalajengking seperti sampah, tumpukan
kayu, papan, batu, bata dan berbagai benda di sekitar gedung.
2.    Pelihara rumput di sekitar perumahan dengan rutin memotongnya. Pangkas pohon
dan cabang-cabang pohon yang menggantung di sekitar rumah. Cabang pohon dapat
menjadi jalan ke atap bagi kalajengking.
3.    Taruhlah kontainer sampah di dalam kerangka yang membuat tempat sampah tidak
langsung berhubungan dengan tanah.
4.    Jangan sekali-kali membawa masuk kayu bakar ke dalam rumah, kecuali
ditempatkan langsung di api.
5.    Tutuplah celah dan retakan yang ada di atap, dinding, pipa dan bagian bangunan
lainnya.
6.    Pasanglah kawat kasa pada jendela, pintu, dan tetap dijaga dari kerusakan dan lain-
lain.
7.    Gunakan lampu “black light” pada malam hari untuk memeriksa keberadaan
kalajengking. Tangkaplah dengan menggunakan tang yang besar dan panjang, kemudian
lepas kembali di alam atau anda hancurkan.
8.    Berbagai jenis insektisida dapat digunanakan, meski kurang begitu efektif. Aplikasi
insektisida residual dapat dilakukan pada bagian dasar rumah yang dicurigai banyak
terdapat kalajengking.
9.    Apabila disengat kalajengking, segeralah lakukan pengompresan dingin dengan ice
pack, dan segera pergi ke dokter.
Selain pengendalian secara fisik tersebut, terdapat pula pengendalian secara biologi yaitu
menggunakan hewan pemangsa atau predator kalajengking. Meski memiliki sengatan
yang mematikan, kalajengking tidak lepas juga dari sasaran predatornya. Predator
kalajengking antara lain kelabang, kadal, ular, burung, dan kera. Kadang-kadang
kalajengking juga saling memangsa. Biasanya kalajengking perempuan yang memangsa
kalajengking laki-laki.
Sedangkan pengendalian secara kimia yang dapat dilakukan adalah dengan usaha
mengurangi populasi kalajengking, yaitu melakukan penyemprotan dengan bahan kimia
Dieldrin 0,5% atau DDT 10%, Chlordane 20% dan piretrum 0,2% di dalam minyak yang
encer dan telah dianjurkan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

https://evynurhidayah.wordpress.com/2012/06/01/pengendalian-scorpionida-secara-biologi-dan-kimia/

https://translate.google.com/translate?u=https://en.wikipedia.org/wiki/
Scorpion&hl=id&sl=en&tl=id&client=srp

Anda mungkin juga menyukai