Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH ZOOLOGI

KLAS AMPIBIA dan REPTILIA pada SUPER KLAS TETRAPODA

Dosen Mata Kuliah :


Fendy Herdian Permana, S.Pd.,M.Pd

Disusun oleh:
1. Ratih Yuliana (201710070311057)
2. Lailatul Mufaridha (201710070311058)
3. Uzlifatul Jannah M. (201710070311062)
4. Darmanto Pedang (201710070311067)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KUGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat-Nya lah
penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada nabi
besar Muhammad SAW.

Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Zoologi. Dan dengan
kerendahan hati penulis menyadari akan keterbatasan dan kekurangan yang ada dalam makalah
ini, baik dari segi bahasa maupun tulisannya, karena wawasan pengetahuan dan pengalaman
penyusun masih sangat jauh dari kesempurnaan.

Oleh karenanya kritik serta saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan
untuk kesempurnan makalah selanjutnya, selain itu penulis mengharapkan semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak yang khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

Malang, 05 Oktober 2018

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…......................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................4
1.3 Tujuan…....................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Amphibi
2.1.1 Pengertian...............................................................................................5
2.1.2 Ciri-ciri khusus Klas Ampibia…..........................................................5
2.1.3 Klasifikasi dan contoh hewan Klas Ampibia.......................................6
2.1.4 Struktur dan fungsi Klas Ampibia..........................................................
2.2 Reptile
2.2.1 Pengertian dan ciri-ciri khusus Klas Reptil.........................................
2.2.2 Klasifikasi dan contoh hewan Klas Reptil...............................................
2.2.3 truktur dan fungsi Klas Reptil..................................................................
2.3 Dilema etis problematika kehidupan hewan..........................................................

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan................................................................................................................
3.2 kritik dan saran.........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Hewan adalah bentuk paling beragam di muka bumi. Sampai saat ini telah
didefinisikan sebanyak 2 juta spesies hewan. Ukuran hewan berkisar antara 0,05 mm
hingga 30 mm, tempat hidup hewan pun beragam, mulai dari gurun, padang es, hingga
dibagian lautan yang terdalam. Karena banyaknya hewan yang ada dimuka bumi ini
maka dibuatlah klasifikasi hewan berdasarkan ciri-cirinya.
Dalam system klasifikasi, semua jenis hewan di kelompokkan ke dalam Kingdom
Animalia. Kingdom Animalia dibagi lagi menjadi dua kelompok besar berdasarkan
tulang belakangnya yaitu Vertebrata dan Invertebrata. Vertebrata dibagi lagi menjadi
beberapa kelas yaitu amphibi, mamalia, aves, pisces, dan reptile. Pada makalah ini akan
dibahas dua kelas dari Vertebrata yaitu kelas Amphibia dan kelas Reptilia.
Amphibi adalah kelompok terkecil di antara vertebrata dengan jumlah hanya 3000
spesies. Seperti ikan dan reptile, amphibi adalah hewan berdarah dingin sehingga dapat
dikatakan bahwa amphibi tidak dapat mengatur suhu badannya sendiri. Untuk itu amphibi
memerlukan matahari untuk menghangatkan badannya. Awalnya amphibi mengawali
hidup diperairan dan melakukan pernafasan menggunakan insang. Seiring dengan
pertumbuhannya paru-paru dan kakinya berkembang dan amphibi pun dapat berjalan di
atas daratan.
Kelas reptilian ini, suatu kelompok yang beraneka ragam dengan banyak garis
keturunan yang sudah punah, saat ini diwakili oleh sekitar 7000 spesies, sebagian besar
kadal, ular, penyu atau kura-kura dab buaya. Ini adalah pengelompokkan tradisional dan
didasarkan kepada kemiripan ssemua tetrapoda tersebut. Namun demikian analisis
karakteristik menunjukkan bahwa pengelompokkan semua vertebrata tersebut di dalam
suatu kelas yang tidak dengan menyertakan burung merupakan suatu hal yang tidak
sesuai filogeni. Burung tampaknya memiliki hubungan kekerabatan yang lebih dekat
dengan buaya daripada antara buaya dengan kura-kura
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian dan ciri-ciri khusus Klas Ampibia dan Reptilia pada Super Klas
Tetrapoda ?
2. Apa klasifikasi dan contoh hewan masing-masing Klas Ampibia dan Reptilia ?
3. Apa struktur dan fungsi masing-masing Klas Ampibia dan Reptilia ?
4. Apa dilema etis problematika kehidupan hewan ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dan ciri-ciri khusus Klas Ampibia dan Reptilia pada
Super Klas Tetrapoda
2. Untuk mengetahui klasifikasi dan contoh hewan masing-masing Klas Ampibia dan
Reptilia
3. Untuk mengetahui struktur dan fungsi masing-masing Klas Ampibia dan Reptilia
4. Untuk mengetahui dilemma etis problematika kehidupan hewan

4
Amphibi
A. Pengertian dan Ciri Khusus
Amphibia berasal dari kata Yunani amphi artinya dua dan bios, artinya hidup, jadi hewan-
hewan yang termasuk dalam kelompok ini adalah hewan yang siklus hidupnya mempunyai dua
fase, yaitu fase dalam air dan fase di daratan. Amphibi merpakan hewan berdarah dingin sehingga
tidak dapat mengatur suhu tubuhnya sendiri. Amphibi memerlukan matahari untuk
menghangatkan badan.
Amfibia mempunyai ciri-ciri:
Ciri-ciri :
1. Kulit selalu basah dan berkelenjar ( yang masih senang di air atau dekat air )
2. Memiliki 2 pasang kaki untuk berjalan atau berenang, berjari 4-5 atau lebih sedikit , tidak
bersirip
3. Terdapat 2 buah nares ( lubang hidung sebelah luar) yang menghubungkan dengan cavum
oris. Padanya terdapat klep untuk menolak air ( waktu dalam air ). Mata berkelopak yang
dapat digerakkan, lembar gendang pendengar terletak di sebelah luar. Mulut bergerigi dan
berlidah yang dapat dijulurkan ke muka.
4. Skeleton sebagian besar berupa tulang keras, tempurung kepalanya memiliki 2 condyl, bila
memiliki costae (tulang rusuk) tidak menempel pada sternum (tulang dada).
5. Cor terbagi atas 3 ruangan, yakni 2 ruang auricular dan 1 ruang ventriculum, mempunyai 1
atau 3 pasang archus aorticus, erythrocyt berbentuk oval dan bernukleus
6. Pernafasannya dengan insang, paru-paru, kulit atau garis mulut (rima oris)
7. Otak memiliki 10 pasang nevri cranialis
8. Suhu tubuh tergantung pada lingkungannya (poikilothermis)

B. Klasifikasi
Kelas Amfibi dibagi menjadi tiga ordo yaitu, Ordo Urodela (yang berekor), Ordo
Anura (yang tak berekor), dan Ordo Apoda (yang tak berkaki) (Rinaldy dalam Ayu, 2016)
klasifikasinya yaitu :
1. Amfibi Ordo Caudata (Urodela)
Caudata merupakan ordo amfibi yang memiliki ekor. Jenis ini memiliki tubuh yang
panjang, memiliki anggota gerak. Spesies Caudata ada yang bernafas dengan insang dan ada
juga yang bernafas dengan menggunakan paru-paru. Salamander yang tidak mempunyai paru-
paru maka bernafas menggunakan kulit dan lapisan mulut. Tubuhnya terbagi antara kepala,
tubuh dan ekor. Pada bagaian kepala terdapat mata yang kecil.
Jenis salamander yang tidak pernah dewasa yaitu aksolot. Jadi salamander ini tidak pernah
berkembang melebihi tahap larva. Habitat dari salamander adalah di dekat sungai, sungai
ataupun kolam. Umumnya salamander memakan serangga.
2. Amfibi Ordo Anura
Anura merupakan amfibi yang tidak berekor pada saat dewasa. Namun pada siklus
hidupnya, ordo Anura atau yang lebih dikenal dengan katak ini memiliki ekor saat pada fase
berudu. Ordo ini sering dijumpai dengan tubuhnya seperti sedang jongkok. Tubuhnya terbagi
menjadi 3 bagian yaitu kepala, badan, dan anggota gerak (tetrapoda).Kulitnya cenderung
5
basah karena memiliki kelenjar lendir dibawah kulitnya. Ciri yang paling mencolok adalah
tekstur kulitnya, dimana kulit katak lebih halus dari kodok juga bentuk tubuh katak yang lebih
ramping dari pada kodok. Kodok dan katak menggunakan kaki belakangnya untuk melompat.
Pada pertengahan lompatan, kaki belakang kodok teregang sepenuhnya, kaki depannya
ditahan kebelakang, dan kedua matanya tertutup untuk perlindungan. Ketika mendarat,
tubuhnya melengkung dan kaki depannya bertindak sebagai rem.
Kodok termasuk ordo anura yang memiliki perbedaan dengan katak dari bentuk tubuhnya
yang lebih ramping dan kakinya yang lebih panjang. Kodok dan katak telah mempunyai
indra organ Jacobson di langit-langit mulut sebagai indra pengecap dan pembau dunia luar.
Kodok dan katak menggunakan kaki belakang untuk melompat. Katak ataupun kodok
mengalami fase metamorfosis sempurna dalam siklus hidupnya. Habitat dalam siklus
hidupnya. Habitat kodok dan katak adalah di sungai, kolam, sawah ataupun hutan tropis.
Makanan katak dan kodok adalah serangga.
3. Amfibi ordo Gymnophiona (Apoda)
Gymnophiona merupakan amfibi yang tidak memiliki anggota gerak dan beberapa jenis
alat geraknya tereduksi secara fungsional. Tubuh menyerupai cacing, bersegmen, dan ekor
mereduksi. Hewan ini mempunyai mata tertutup oleh kulit. Kelompok ini menunjukkan 2
bentuk dalam daur hidupnya. Pada fase larva hidup dalam air dan bernafas dengan insang.
Pada fase dewasa insang mengalami reduksi, dan biasanya ditemukan di dalam tanah atau di
lingkungan akuatik. Habitat gymnophiona (saesilia) yaitu tepi-tepi sungai atau parit atau di
bawah tumpukan batu. Makanan dari adalah serangga dan cacing.

a. Morfologi
Amphibi merupakan kelompok hewan yang bertulang belakang yang memiliki kulit
lembab tanpa bulu dan hidup di dua alam yaitu darat dan air. Pada hewan amphibi pada saat
menjadi larva atau berudu hidup di air dan bernapas menggunakan insang, selanjutnya setalah
tumbuh menjadi dewasa akan hidup di darat dan bernapas menggunakan paru-paru dan kulit.
Hewan amphibi tergolong hewan berdarah dingin yang memanfaatkan suhu lingkungan untuk
mengatur suhu tubuh.
Pada kepala dan badan Amphibi lebar dan bersatu dan terdapat dua pasang kaki yang tidak
memiliki ekor dan leher. Bagian dalam ditutupi oleh kulit yang basah halus dan halus. Kepala
Amphibi memiliki mulut yang lebar, 2 lubang hidung (nares eksternal)memiliki mata yang
bulat dan kelopak mata serta di dalamnya memiliki selaput mata bening (membrane nictitans)
digunakan untuk menutupi mata saat berada di dalam air, rongga mulut (cavian oris),rahang
atas (maxillae), rahang bawah (mandibula), 2 lubang dekat pipi yang tertutup oleh membrane
tymphani yang berfungsi sebagai menerima gelombang.
Pada bagian badan memiliki sepasang kaki dibagian depan terdiri atas lengan atas
(brancium), lengan bawah (antebrancium), tangan (manus), dan jari-jari (digiti) dan bagian
belakang terdiri atas paha atas (femur), betis (crus), kaku (press) dan jari-jari (digiti). Tubuh
Amphibi berbentuk bilateral simetris dengan bagian sisi kiri dan kanan equal. Bagian tengah
disebut medial, samping (lateral), anterior, posterior, pungung (dorsal), bagian muka (ventral),
bagian kepala (caput), kerongkongan (cervik), dada (thorax), perut (abdomen), pantat (pelvis),
pada ujung badan terdapat kloaka yang digunakan untuk membuang sisa-sisa makan yang tak
dicerna berupa urine dan sebagai alat reproduksi berupa sel telur ataupun sel sperma.

6
b. Siklus Hidip
Pertumbuhan dan perkembangan diawali dengan pembuahan sel telur oleh sperma dan pembuahan
terjadi pada luar tubuh (fertilisasi eksternal) pada lingkungan air. Zigot berkembang mwnjadi
embrio dalam beberapa tahap yaitu :
1. Morula terbentuk 3-7 jam setelah pembuahan.
2. Brastula terbetuk setelah 18 jam pembuahan.
3. Grastula terbentuk 34 jam setelah pembuahan.
Setelah kurang lebih 84 jam tampak adanya ekor, beberapa hari kemudian kurang lebih 6 hari,
embrio menetas menjaid larva ( berudu). Pada mulanya berudu memiliki 3 pasang insang luar,
kemudian dalam perkembangan 9 hari selanjutnya insang luar berganti menjadi insang dalam.
Sesudah kurang lebih 12 hari terbentuk tutup insang dan tungkai belakang yang akan tampak
setelah kurang lebih 2-3 bulan. Larva tersebut hidup di air dan bersifat herbivora.
Setelah kurang lebih 3 bulan atau lebih larva (berudu) mengalami meteamorfosis.
Perkembangan selanjutnya pada larva tersebut mulai tumbuh paru-paru dan insang mengalami
kemunduran, usus mulai memendek dan kemudian menjadi katak dewasa dengan organ reproduksi
berkembang ( Abdullah, dkk. 2007).

7
c. Susunan Anatomi

d. Sistem Ekskresi
Alat eksrkresi pada Amphibi khususnya katak terjadi pada sepasang ginjal (opistonefrose)
yang terletak di kanan dan kiri pada tulang belakang, warnanya merah kecoklaklatan, bentuknya
memanjang dari depan ke belakang. Ginjal amfibi akan menghasilkan urin dimana urin tersebut
akan dibuang melalui kantung kemih menuju kloaka. Kloaka amfibi sendiri berfungsi sebagai
saluran kelamin, saluran urin, serta saluran pencernaan. Hasil sisa pernapasan yang biasanya
berupa gas karbondioksida akan dibuang melalu paru-paru amfibi. Sama halnya dengan manusia,
amfibi memiliki dua ginjal dimana ginjal-ginjal ini akan menyaring limbah dari dalam darah serta
mencampurnya dengan air untuk membentuk urin.

Urine ini akan memulai perjalanannya dari ginjal yang kemudian melalui ureter menuju
kandung kemih dan terakhir dibuang melalui kloaka. Urin ini akan meninggalkan tubuh amfibi
melalui kloaka disaat kandung kemih mulai penuh. Amonia juga merupakan bentuk limbah
nitrogen yang paling beracun bagi tubuh amfibi. Perubahan PH amonia ke
tingkat basa dalam sel tubuh amfibi sangat bahaya jika dibiarkan tetap di dalam tubuh. Limbah ini
nantinya akan dikeluarkan dalam bentuk amonium yang biasanya dilepaskan amfibi di dalam air
dan tidak berbahaya bagi lingkungan air dikarenakan sifat amonia yang mudah larut di air dan
hilang bersama arus.

8
e. Sistem Respirasi
1. Insang
Insang pada berudu terletak di belakan kepala berudu dan terdiri dari 3 pasang. Insang
pada berudu akan bergetar dan oksigen yang larut dalam air akan terserap dan selanjutnya
akan masuk ke kapiler darah yang banyak jumlahnya dalam insang melalui proses difusi.
Setelah berumur 12 hari insang dalam pada berudu amphibi akan berubah menjadi insang
luar yang tertutup oleh lapisan kulit.Fungsi insang pada berudu hampir sama dengan fungsi
insang pada sistem pernafasan pada ikan.

2. Kulit

Pernapasan pada amphibi juga berlangsung melalui kulitnya. Kulit amphibi tipis dan
lembab serta banyak memiliki kapiler darah. Hal inilah yang memungkinkan katak dapat
melangsungkan proses difusi oksigen dari lingkungan luar ke dalam tubuh. Mekanisme
pernapasan melalui kulit dimulai saat oksigen masuk ke dalam tubuh melalui kulit dan
selanjutnya akan dibawa melalui pembuluh vena pada kulit paru-paru yang yang disebut
vena pulmo kutanea. Selanjutnya oksigen dari vena pulmo kutanea akan menuju jantung
dan dialirkan keseluruh tubuh untuk proses metabolisme. Proses ekspirasi terjadi saat
karbon dioksida dipompa oleh jantung ke dalam paru-paru dan permukaan kulit dan
selanjutnya karbon dioksida akan dikeluarkan melalui arteri kulit paru-paru (arteri pulmo
kutanea) lewat proses difusi.

3. Paru-paru

Paru-paru hewan amphibi memuliki fungsi yang sama dengan fungsi paru-paru
manusia namun memiliki bagian-bangian yang berbeda dengan bagian-bagian paru-
paru manusia. Paru-paru amphibi masih dapat dibilang sederhana dan terdiri dari sepasang
kantung tipis menyerupai balon dan elastis. Paru-paru amphibi berwarna kemerahan karena
banyak mengandung pembuluh kapiler darah. Paru-paru terhubung dengan rongga mulut
hewan amphibi melalui saluran bronkus yang pendek yang meiliki celah atau lubang pada
rongga mulut yang disebut glotis. Pada glotis inilah juga terdapat larynx atau kotak suara.
Fungsi bronkus pada hewan amphibi tidak jauh berbeda dengan fungsi bronkus manusia
dan sistem paru-parunya sama dengan sistem pernapasan pada mamalia.

9
Mekanisme pernafasan katak juga tidak jauh berbeda dengan sistem pernapasan
manusia. Amphibi dapat mengambil oksigen diudara melalui lubang nostril pada
hidungnya dan selanjutnya dibawa ke paru-paru. Namun, berbeda dengan manusia, katak
tidak memiliki diafragma sehingga rongga dadanyya tidak bisa membesar dan mengecil.

Mekanisme pernapasan hewan amphibi juga diatur oleh beberapa jenis otot yaitu
otot rahang bawah (musculus submandibularis), otot sternohyodeus (musculus
sternohyoideus), otot geniohyoideus (musculus geniohyoideus), dan otot perut. Berikut
adalah mekanisme fase inspirasi dan ekspirasi pada hewan amphibi dan biasanya fase
tersebut terjadi saat rongga mulut menutup.

4. Fase Inspirasi
Otot sternohioideus berkontraksi –> rongga mulut membesar –> Oksigen masuk melalui
koane (celah hidung) –> koane menutup –> otot submandibularis dan otot geniohioideus
berkontraksi –> rongga mulut mengecil –> O2 terdorong ke paru-paru melalui celah-celah
–> pertukaran gas di paru-paru (Oksigen diikat oleh darah di kapiler dinding paru-paru,
karbondioksida dilepaskan ke lingkungan).

5. Fase Ekspirasi
Terjadi pertukaran gas di paru-paru –> otot submandibularis berelaksasi –> otot perut dan
sternohioideus berkontraksi –> paru-paru mengecil –> udara tertekan keluar dan masuk ke
rongga mulut –> koane membuka –> celah tekak menutup –> otot submandibularis dan
geniohioideus berkontraksi –> rongga mulur mengecil –> karbondioksida terdorong keluar
melalui koane.

f. Sistem Digestivus
Sistem pencernaan Amphibi sebagai berikut :
1. Rongga mulut
Rongga mulut atau cavum oris pada katak dilengkapi dengan gigi berbentuk
kerucut untuk memegang mangsa dan lidah untuk menangkap mangsa. Gigi Amphibi
berbentuk V dengan perkembangan yang tidak sempurna. Giginya terdapat pada
rahang atas dan rahang bawah. Pada rahang atas disebut gigi maxilaris sedangkan pada
rahang bawah disebut gigi vomerin. Lidah katak berbentuk menggulung, panjang dan
bertekstur kenyal dan lengket, digunakan untuk menangkap mangsa. Mangsa yang

10
berupa hewan kecil, kebanyakan serangga, akan dibasahi oleh air liur. Meskipun
demikian, Amphibi tidak begitu banyak memiliki kelenjar ludah.
2. Kerongkongan ( esofagus )
Setelah dari dari cavum oris, makanan menuju esofagus yang berupa saluran
pendek. Esofagus akan menghasilkan sekresi alkalis dan mendorong makanan masuk
lambung.
3. Lambung ( ventrikulus )
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan. Berbentuk kantung yang bila terisi
makanan menjadi lebar. Lambung katak dapat dibedakan menjadi 2, yaitu tempat
masuknya esofagus dan lubang keluar menuju usus. Bagian muka ventrikulus yang
besar disebut cardiac, sedang bagian posterior mengecil dan berakhir di
pyloris. Kontraksi dinding otot ventrikulus meremas makanan menjadi hancur dan
dicampur dengan sekresi ventrikulus yang mengandung enzim atau fermen,
yang merupakan katalisator. Tiap – tiap enzim mengubah sekelompok makanan
menjadi ikatan – ikatan yang lebih sederhana. Enzim yang dihasilkan oleh ventrikulus
dan intestinum terdiri atas pepsin, tripsin, erepsin untuk protein, lipase untuk lemak. Di
samping itu, ventrikulus juga menghasilkan asam klorida untuk mengasamkan bahan
makanan. Mengasamkan bahan makanan berguna untuk membunuh mangsa dan
membunuh kuman penyakit, mengingat mangsa katak adalah serangga atau hewan
kecil lainnya yang mungkin masih hidup. Gerakan yang menyebabkan makanan
berjalan dalam saluran disebut gerakan peristaltik.
Di dekat lambung, menempel pankreas yang berwarna kuning yang menghasilkan
enzim untuk mencerna makanan.
Selain itu juga terdapat hepar yang menghasilkan cairan empedu yang menetralisir
racun dan zat – zat toxic yang masuk ke saluran pencernaan katak. Hepar yang besar
terdiri ats beberapa lobus dan bilus ( zat empedu ) yang dihasilkan akan ditampung
sementara dalam vesica felea yang kemudian akan dituangkan dalam intestinum
melalui ductus cystecus dahulu kemudian melalui ductus cholydocus yang merupakan
saluran gabungan dengan saluran yang dari pancreas. Fungsi bilus untuk mengemulsi
zat lemak.
4. Usus ( intestinum )
Dapat dibedakan atas usus halus dan usus tebal. Usus halus meliputi: duodenum.
jejenum, dan ileum, tetapi belum jelas batas-batasnya. Di dalam usus terjadi
penyerapan makanan oleh enzim yang dihasilkan pankreas. Makanan masuk ke dalam
intestinum melalui ventrikulus melalui klep pyloris.
5. Usus besar
Pada usus besar katak hanya terjadi penyerapan air dan pembusukan sisa makanan.
Bahan makanan yang merupakan sisa dalam intestinum mayor akan menjadi feses.
Usus besar berakhir pada rektum dan akan menuju kloaka.
6. Kloaka
Kloaka merupakan muara bersama antara saluran pencernaan makanan, saluran
reproduksi, dan urine.

11
g. Sistem Reproduksi
Menurut Duellman dan Trueb (1994), Sistem reproduksi pada katak terdiri atas
beberapa organ yang memiliki fungsi yang bentuk yang berbeda-beda. Berikut ini akan
membahas mengenai sistem reproduksi katak baik hewan jantan maupun betina.

1. Sistem reproduksi jantan


Sitem reproduksi pada katak jantan terdiri atas testis, saluran reproduksi/saluran
sperma dan kloaka. Testis berjumlah sepasang, berwarna putih kekuningan yang
digantungkan oleh mesorsium. Testis berfungsi menghasil sperma atau sel kelamin laki-
laki yang bergerak melalui saluran reproduksi atau saluran sperma dan kemudian keluar
melalui kloaka. Saluran reproduksi yaitu, Tubulus ginjal akan menjadi duktus aferen
dan membawa spermatozoa dari testis menuju duktus mesonefrus. Di dekat kloaka,
duktus mesonefrus pada beberapa spesies akan membesar membentuk vasikula
seminalis (penyimpan sperma sementara). Vesikula seminalis akan membesar hanya
saat musim kawin saja. Vas aferen merupakan saluran-saluran halus yang meninggalkan
testis, berjalan ke medial menuju ke bagian kranial ginjal. Kloaka yang merupakan
lubang tempat keluarnya sisa pensernaan dan sebagai tempat keluarnya sperma bagi
hewan jantan dan sel telur bagi hewan betina pada saat kawin.
2. Sistem reproduksi betina
Organ reproduksi pada betina, terdiri atas ovarium, saluran reproduksi, uterus dan
kloaka. Ovarium berjumlah sepasang, pada sebelah kranialnya dijumpai jaringan lemak
berwarna kuning (korpus adiposum) yang digantung oleh mesovarium. Ovarium
menghasilkan telur, atau sel kelamin perempuan, yang bergerak melalui saluran telur
ke uterus, kemudian melalui kloaka luar tubuh. Awalnya warna ovarium kekuningan
dengan bintik-bintik hitam kecil dan pada akhirnya mencapai warna hitam dengan
bintik-bintik kuning muda.. Lumen ovarium adalah bagian dari coelom tersebut.
ovarium diisi dengan cairan selom. Selama musim kawin dinding ovarium menjadi
bertatahkan dengan sejumlah besar folikel ovarium. Setiap folikel ovarium berisi telur
berkembang. Saluran reproduksi berupa oviduk yang merupakan saluran berkelok-
kelok. Oviduk dimulai dengan bangunan yang mirip corong (infundibulum) dengan
lubangnya yang disebut oskum abdominal. Oviduk di sebelah kaudal mengadakan
pelebaran yang disebut dutus mesonefrus, dan akhirnya bermuara di kloaka.
Pengeluaran sel telur pada betina disebut dengan pemijahan (Goin, 1978). Dekat p
angkal oviduk pada katak betina dewasa, terdapat kantung yang mengembung yang
disebut kantung telur (uterus). Oviduk katak betina terpisah dengan ureter.
Reproduksi ecara Alami
1. Cara kawin
Menurut Goin et al. (1978) dan Hödl (2000), Perkembangan strategi berbiak
tergantung dari pemilihan jodoh dan lokasi berbiak, percumbuan, keberhasilan
perjodohan, dan perkembangan telur. Waktu perkembangbiakan amfibi sangat
dipengaruhi oleh musim hujan dan suhu udara. Menurut (Goin dan Goin 1971),
perilaku kawin ordo Anura dimulai dengan katak jantan mencari perhatian katak betina
dengan menggunakan panggilan suara. Perilaku percumbuan merupakan suatu hal

12
penting dalam aktivitas reproduksi, karena dapat menstimulasi individu lain utuk
melakukan aktivitas seksual. Menurut Duellman dan Treub (1994), suara yang
dikeluarkan oleh Anura terbagi atas :
a. Advertisement call: umumnya diketahui sebagai panggilan untuk melakukan
perkawinan. Suara yang dikeluarkan oleh individu katak jantan yang memiliki dua
fungsi yaitu : untuk menarik perhatian katak betina dan menyatakan keberadaan
individu katak jantan lain baik yang sejenis ataupun berbeda jenis. Ada tiga macam
advertisement call, yaitu :
1) Courtship call: dihasilkan oleh katak jantan untuk menarik perhatian katak
betina.
2) Teritorial call: dihasilkan oleh katak jantan penetap sebagai suatu respon
terhadap advertisement call katak jantan lainnya pada intensitas yang di ambang
batas.
3) Encounter call: suara yang ditimbulkan akibat interaksi yang dekat antar
individu katak jantan untuk menarik perhatian katak betina.
b. Reciprocation call: dihasilkan oleh katak betina sebagai tanggapan terhadap suara
(Advertisement call) yang dikeluarkan katak jantan.
c. Release call: suara yang merupakan sinyal untuk melakukan atau menolak amplexus
yang dikeluarkan oleh individu katak jantan atau katak betina.
d. Distress call: suara yang sangat pelan yang dikeluarkan oleh individu katak jantan
dan katak betina sebagai respon terhadap gangguan. Pada umumnya katak melakukan
perkawinan eksternal dimana fertilisasi berlangsung secara eksternal. Perkawinan
pada katak disebut sebagai amplexus dimana katak jantan berada di atas tubuh katak
betina (Duellman dan Treub 1994). Menurut Duellman dan Treub (1994) beberapa
tipe amplexus yang umum terjadi pada anura yaitu:
1. Inguinal: kaki depan katak jantan memeluk bagian pinggang dari katak
betina. Pada posisi ini kloaka dari pasangan tidak berdekatan.
2. Axillary: kaki depan katak jantan memeluk bagian samping kaki depan
katak betina. Posisi kloaka pasangan berdekatan
3. Cephalic: kaki depan katak jantan memeluk bagian kerongkongan katak
betina,
4. Straddle: kaki katak jantan menunggangi katak betina tanpa memeluk katak
betina
5. Glued: kaki katak jantan berdiri belakang katak betina dan mendekatkan
kedua kloaka masing-masing
6. Independent: kedua katak saling membelakangi dan menempelkan kloaka
secara bersamaan.

13
Gambar 2 : Beberapa tipe amplexus. Ket : a) Inguinal b) Axilary c) Cephalic
d) Straddle e) Glued f) Independent (Sumber Gambar : Duellman dan Trueb 1994).
2. Perilaku bersarang
Pembuatan sarang dan peletakan telur berkaitan dengan proses pengeringan,
pemangsa, dan cahaya matahari (Hofrichter 2000). Menurut Goin et al. (1978),
penggunaan tempat untuk bertelur bagi amfibi sangat beragam. Telur dapat
diletakkan di tempat terbuka, berada di atas air, di air yang mengalir, di bawah batu
atau kayu lapuk, dan di lubang atau di daun yang di bawahnya terdapat air
menggenang. Menurut Duellman dan Treub (1994) beberapa tipe peletakan telur,
yaitu :
a. Aquatic oviposition : telur terlindungi oleh gell yang dapat ditembus oleh
sperma, diletakkan di permukaan air, dasar air, serasah di dalam air,
tumbuhan air, dan di sela-sela bebatuan.
b. Arboreal oviposition : telur diletakkan pada dedaunan, batang, maupun
pada tumbuhan mati dan selanjutnya terbawa oleh air hujan dan terlarutkan
pada suatu genangan air.
c. Foam-nest construction : telur diletakkan pada busa yang dibuat dari hasil
aktivitas setelah amplexus dengan gerakan kaki katak betina. Peletakan
sarang berada di dekat perairan, di atas perairan, maupun lokasi yang sering
di aliri air. Beberapa jenis amphibi seperti Gastrotheca walkeri, peletakan
telur adalah di tubuh katak betina. Setelah telur dikeluarkan dan dibuahi
telur dimasukkan ke dalam kantung yang berada pada tubuh katak betina.
Pada jenis Flectonotus goeldii dan Epipedobates tricolor telur diletakkan di
atas punggung katak betina dan pada jenis Rheobatrachus silus telur katak
yang telah dibuahi dimasukan ke dalam mulutnya selama enam sampai
tujuh bulan sampai telur dapat berubah menjadi katak muda (Hödl 2000).
3. Waktu kawin
Katak memiliki perilaku yang unik saat kawin. Sang jantan yang lebih mudah
dijumpai di alam, mencoba menarik perhatian betina melalui komunikasi akustik.
Jantan yang memiliki kantong suara dan berukuran lebih kecil juga menarik

14
perhatian betina melalui komunikasi visual. katak akan memanggil dengan
mengeluarkan suaranya setelah hujan ketiga atau keempat pada awal musim hujan
(Kadadevaru & Kanamadi 2000). Kadang-kadang hingga sekitar 10 ekor katak
jantan berkumpul dekat kolam, parit atau genangan air lainnya. Katak jantan
memanjat semak-semak rendah atau pohon kecil di dekat genangan, hingga
ketinggian 1 m atau lebih di atas tanah. Selanjutnya bila betina telah menentukan
pilihannya, maka jantan yang terpilih akan naik di punggung betina. Di saat musim
kawin ini, beberapa kodok jantan menunjukkan sikap agresif terhadap kehadiran
cahaya senter dengan menghampiri dan bertengger dekat cahaya, dan lalu bersuara.
Bunyi: pro-ek.. wrok!... krot..krot..krot, mirip orang mempergesekkan giginya.
Pada saat-saat seperti itu, dapat ditemukan beberapa pasang sampai puluhan pasang
yang kawin bersamaan di satu kolam. Sering pula terjadi persaingan fisik yang berat
di antara bangkong jantan untuk memperebutkan betina, terutama jika betinanya
jauh lebih sedikit. Kadang-kadang dijumpai pula beberapa yang mati karena luka-
luka akibat kompetisi itu; luka di moncong hewan jantan, atau luka di ketiak hewan
betina.

h. Sistem Syaraf
Sistem saraf pusat meliputi otak (ensefalon) dan sumsum tulang belakang (Medula
spinalis). Keduanya merupakan organ yang sangat lunak, dengan fungsi yang sangat penting
maka perlu perlindungan.

Otak dan medulla spinalis pada amphibi,selain dilindungi oleh tengkorak dan ruas-ruas
tulang belakang, juga dilindungi oleh 2 lapisan selaput meninges. Dua lapisan meninges pada
amphibi dari luar ke dalam adalah duramatar (yang berupa jaringan ikat dan melekat pada
tulang) dan pia-arakniod yang vascular. Di antara dua lapisan tersebut terdapat spatium
subdurale, diantara keduanya terdapat cairan cerebrospinalis. Bila membran ini terkena
infeksi maka akan terjadi radang yang disebut meningitis. Otak dan sumsum tulang belakang
mempunyai 3 materi esensial yaitu:

· Badan sel yang membentuk bagian materi kelabu (substansi grissea)


· Serabut saraf yang membentuk bagian materi putih (substansi alba)
· Sel-sel neuroglia, yaitu jaringan ikat yang terletak di antara sel-sel saraf di dalam
sistem saraf pusat

Walaupun otak dan sumsum tulang belakang mempunyai materi sama tetapi susunannya
berbeda. Pada otak, materi kelabu terletak di bagian luar atau kulitnya (korteks) dan bagian
putih terletak di tengah. Pada sumsum tulang belakang bagian tengah berupa materi kelabu
berbentuk kupu-kupu, sedangkan bagian korteks berupa materi putih.

15
1. Otak
Otak merupakan pusat koordinasi dalam tubuh, yang terletak didalam tulang
tengkorak dan diselubungi oleh jaringan, berupa jaringan meninges. Otak pada semua
mahluk bertulang belakang (vertebrata) berkembang dari tiga bagian utama:
1. Forebrain (pink)
2. Midbrain (gray)
3. Hindbrain (red)
Pada otak amphibi terdapat bagian-bagian
a. Lobus olfaktorius
Lobus olfaktorius pada amphibi memiliki trunckus bulbus olfaktorius. Lobus ini
tidak terlalu berkembang. Oleh karenanya berbentuk relative kecil dan merupakan
penonjolan dari bagian yang disebut hemisperium serebri. Kurang berkembangnya lobus
olfaktorius yang berperan sebagai pusat pembau pada amphibi, berhubungan dengan cara
hidupnya yang tidak terlalu banyak membutuhkan peran dari lobus olfaktorius sebagai
pusat pembau.
a. Otak besar (serebrum)
Otak besar merupakan sumber dari semua kegiatan atau gerakan sadar atau sesuai
dengan kehendak, walaupun ada juga beberapa gerakan refleks otak. Pada bagian korteks
serebrum yang berwarna kelabu terdapat bagian penerima rangsang (area sensor) yang
terletak di sebelah belakang area motor yang berfungsi mengatur gerakan sadar atau
merespon rangsangan. Selain itu terdapat area asosiasi yang menghubungkan area motor
dan sensorik.
Serebrum pada amphibi terdiri atas sepasang hemispermiun serebri. Pada serebrum
memungkinkan terjadinya aktivitas-aktivitas yang kompleks, misalnya pembiakan dan
macam-macam gerak.
b. Otak tengah (mesensefalon)
Otak tengah terletak di depan otak kecil. Di depan otak tengah terdapat talamus dan
kelenjar hipofisis. Thalamus amphibi terletak di bagian dorsal otak dan merupakan
jembatan antara serebrum dan mesenshefalon. Sedangkan kelenjar hipofisis terletak pada
bagian ventral otak yang berfungsi mengatur kerja kelenjar-kelenjar endokrin. Oleh
karenanya dikatakan sebagi Master of Glands. Pada bagian atas (dorsal) otak tengah juga
terdapat lobus optikus dan sepasang nervus optikus yang saling bersilangan. Pertemuan
atau persilangan antara dua nervus optikus disebut sebagai chiasma. Lobus ini merupakan
pusat penglihat, karena semua nervus optikus bermuara pada lobus ini. Stimulus yang
berupa cahaya dan diterima oleh mata sebagai reseptor diubah menjadi impuls dan
disalurkan ke nervus optikus yang akhirnya diterjemahkan pada lobus optikus, sehingga
timbul sensasi penglihatan. Lobus ini juga berfungsi mengatur refleks mata seperti
penyempitan pupil mata, dan juga merupakan pusat pendengaran. Lobus optikus pada
amphibi lebih berkembang daripada lobus olfaktorius. Hal ini karena amphibi, contohnya
katak merupakan hewan Nokturnal. Hewan-hewan Nokturnal lebih banyak melakukan
aktivitas pada malam hari, sehingga lobus optikus lebih dibutuhkan oleh amphibi. Selain
itu, pada bagian dorsal otak tengah juga terdapat kelenjar epifisis. Kelenjar ini disebut juga
Badan pineal yang berfungsi ketika terjadi pembentukan pigmen pada permukaan tubuh.

16
Pada bagian ventral, selain terdapat kelenjar hipofisis juga terdapat kelenjar
hypothalamus dan infundibulum. Pada kelenjar hypothalamus terdapat sel-sel
neurosekretori (sel saraf yang menghasilkan secret). Secret dari sel ini berupa neurohormon
yang berfungsi untuk mempercepat penyampaian impuls dari sinapsis yang satu ke sinapsis
yang lain. Sedangkan infundibulum, merupakan tangkai dari hipofisis yang berfungsi
menghubungkan hipofisis dengan hypothalamus.
c. Otak Kecil (Serebelum)
Serebelum mempunyai fungsi utama dalam koordinasi gerakan otot yang terjadi
secara sadar, keseimbangan, dan posisi tubuh. Bila ada rangsangan yang merugikan atau
berbahaya maka gerakan sadar yang normal tidak mungkin dilaksanakan. Serebelum pada
amphibi mereduksi, karena aktifitas otot relative berkurang.
d. Sumsum lanjutan (medulla oblongata)
Sumsum lanjutan berfungsi menghantar impuls yang datang dari medula spinalis
menuju ke otak. Sumsum lanjutan juga mempengaruhi refleks fisiologi seperti detak
jantung (pusat pengatur percepatan dan penghambat denyut jantung) , tekanan darah (pusat
pengaturan penyempitan dan pelebaran pembuluh darah), volume dan kecepatan respirasi,
gerak alat pencernaan, dan sekresi kelenjar pencernaan.Selain itu, sumsum lanjutan juga
mengatur gerak refleks yang lain
1. Sumsum tulang belakang (medulla spinalis)
Medulla spinalis merupakan lanjutan dari medulla oblongata yang masuk ke dalam
kanalis vertebralis. Pada amphibi, medulla spinalis mengalami pembesaran di bagian
servikalis. Medulla spinalis berfungsi menghantarkan impuls sensori dari saraf perifer ke
otak dan menyampaikan impuls motoris dari otak ke saraf perifer. Selain itu juga merupakan
pusat dari refleks.
Pada penampang melintang sumsum tulang belakang tampak bagian luar berwarna
putih, sedangkan bagian dalam berbentuk kupu-kupu dan berwarna kelabu. Penampang
melintang sumsum tulang belakang ada bagian seperti sayap yang terbagi atas sayap atas
disebut tanduk dorsal dan sayap bawah disebut tanduk ventral. Impuls sensori dari reseptor
dihantar masuk ke sumsum tulang belakang melalui tanduk dorsal dan impuls motor keluar
dari sumsum tulang belakang melalui tanduk ventral menuju efektor. Pada tanduk dorsal
terdapat badan sel saraf penghubung (asosiasi konektor) yang akan menerima impuls dari
sel saraf sensori dan akan menghantarkannya ke saraf motor. Pada bagian putih terdapat
serabut saraf asosiasi. Kumpulan serabut saraf membentuk saraf (urat saraf). Urat saraf yang
membawa impuls ke otak merupakan saluran asenden dan yang membawa impuls yang
berupa perintah dari otak merupakan saluran desenden.
a.) Sistem Saraf Tepi
Sistem saraf tepi terdiri dari sistem saraf sadar dan sistem saraf tak sadar (sistem
saraf otonom). Sistem saraf sadar mengontrol aktivitas yang kerjanya diatur oleh otak,
sedangkan saraf otonom mengontrol aktivitas yang tidak dapat diatur otak antara lain
denyut jantung, gerak saluran pencernaan, dan sekresi keringat.

17
1. Sistem Saraf Sadar (Sistem Sensori Somatik)
Sistem saraf sadar disusun oleh saraf otak (saraf kranial), yaitu saraf-saraf yang keluar dari
otak, dan saraf sumsum tulang belakang (saraf spinal), yaitu saraf-saraf yang keluar dari
sumsum tulang belakang.

Pada amphibi saraf Otak (Saraf Cranial) berjumlah 10 pasang

· Tiga pasang saraf sensori, yaitu saraf nomor 1, 2, dan 8


· Lima pasang saraf motor, yaitu saraf nomor 3, 4, 6, 11, dan 12
· Empat pasang saraf gabungan sensori dan motor, yaitu saraf nomor 5, 7, 9, dan 10

Saraf otak dikhususkan untuk daerah kepala dan leher, kecuali nervus vagus yang
melewati leher ke bawah sampai daerah toraks dan rongga perut. Nervus vagus membentuk
bagian saraf otonom. Oleh karena daerah jangkauannya sangat luas maka nervus vagus disebut
saraf pengembara dan sekaligus merupakan saraf otak yang paling penting.

Saraf sumsum tulang belakang berjumlah 31 pasang saraf gabungan. Berdasarkan asalnya,
saraf sumsum tulang belakang dibedakan atas :

 8 pasang saraf leher,


 12 pasang saraf punggung,
 5 pasang saraf pinggang,
 5 pasang saraf pinggul, dan satu pasang saraf ekor.

Salamander memanjang ke Post Columna Vertebralis, pada katak atau Toad Memendek.

Satu Nervi spinalis (urat saraf sum-sum tulang belakang) terdiri dari sepasang saraf yang
terdapat pada tiap segmen tubuh. Nervi spinalis ini berpusat pada Medulla Spinalis dengan
perantaraan 2 akar, yaitu :

· Radix Ventralis, yang berpusat pada cornu ventralis bersifat efferent


· Radix Dorsalis, Berpusat pada Cornu dorsalis bersifat afferent.

Kedua akar ini bersatu menjadi nervi spinalis, yang segera akan bersatu menjadi 3 rumus,
yaitu:

· Rumus dorsalis, yang mempengaruhi alat-alat dorsal tubuh.


· Rumus ventralis, yang mempengaruhi alat-alat ventral tubuh.
· Ramus Communicans, yang meluas ke ventro-median untuk kemudia berakhir di dalam
ganglia symphateticum.

Nervi spinalis ini menuju ke alat-alat somatic, ialah kulit, otot-otot rangka yang
bersifat serat lintang. Dengan demikian nervi spinalis ini sifatnya somatomotoris, yang
membawa rangsang dari pusat untuk otot serat lintang. Sifat ini dimiliki oleh serabut-serabut

18
saraf spinalis yang sifatnya efferent yang berpusat pada cornu ventralis. Kemudian juga
bersifat somatosensoris (sensible) yang membawa rangsang terutama dari kulit ke pusat. Sifat
ini dimiliki oleh serabut saraf spinalis afferent yang menuju ke cornu dorsalis. Nervi spinalis
ini pada nomor-nomor tertentu didalam tubuh satu sama lain saling beranyaman bersama
membuat bangunan, yaitu pleksus.

Nervi spinalis, umumnya berjalan segmental dan jumlahnya sesuai dengan jumlah
vertebrae. Pada bagian caudal, nervi spinalis berjalan lurus seakan-seakan sejajar dengan
medulla spinalis, dan bangunan tersebut disebut : Cauda equina. Caudata mempunyai nervus
spinalis mereduksi sesuai dengan segmen badan. Pada katak dan Bufo terdapat pleksus
cervicobrachial dan lumbosacral, cauda equina. Beberapa urat saraf bersatu membentuk
jaringan urat saraf yang disebut pleksus. Ada 3 buah pleksus yaitu sebagai berikut.

· Pleksus cervicalis merupakan gabungan urat saraf leher yang mempengaruhi bagian
leher, bahu, dan diafragma.
· Pleksus brachialis mempengaruhi bagian tangan.
· Pleksus Jumbo sakralis yang mempengaruhi bagian pinggul dan kaki.
· Saraf Tidak Sadar (Sistem Sensori Autonom)

Sistem saraf Autonom disusun oleh serabut saraf yang berasal dari otak maupun dari
sumsum tulang belakang dan menuju organ yang bersangkutan. Dalam sistem ini terdapat
beberapa jalur dan masing-masing jalur membentuk sinapsis yang kompleks dan juga
membentuk ganglion. Urat saraf yang terdapat pada pangkal ganglion disebut urat saraf pra
ganglion dan yang berada pada ujung ganglion disebut urat saraf post ganglion.

Sistem saraf otonom dapat dibagi atas sistem saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik.
Perbedaan struktur antara saraf simpatik dan parasimpatik terletak pada posisi ganglion. Saraf
simpatik mempunyai ganglion yang terletak di sepanjang tulang belakang menempel pada
sumsum tulang belakang sehingga mempunyai urat pra ganglion pendek, sedangkan saraf
parasimpatik mempunyai urat pra ganglion yang panjang karena ganglion menempel pada
organ yang dibantu.

Fungsi sistem saraf simpatik dan parasimpatik selalu berlawanan (antagonis). Sistem saraf
parasimpatik terdiri dari keseluruhan “nervus vagus” bersama cabang-cabangnya ditambah
dengan beberapa saraf otak lain dan saraf sumsum sambung.

19
Fungsi Saraf Otonom
Simpatik
Parasimpatik
· memperbesar pupil
· mengecilkan pupil
· menghambat aliran ludah
· menstimulasi aliran ludah
· mempercepat denyut jantung
· memperlambat denyut jantung
· mengecilkan bronkus
· membesarkan bronkus
· menghambat sekresi kelenjar
· menstimulasi sekresi kelenjar
pencernaan
pencernaan
· mengerutkan kantung kemih · menghambat kontraksi kandung
kemih

Mekanisme Penghantaran Impuls

Impuls dapat dihantarkan melalui beberapa cara, di antaranya melalui sel saraf dan sinapsis.
Berikut ini akan dibahas secara rinci kedua cara tersebut.

1. Penghantaran Impuls Melalui Sel Saraf


Penghantaran impuls baik yang berupa rangsangan ataupun tanggapan melalui
serabut saraf (akson) dapat terjadi karena adanya perbedaan potensial listrik antara bagian
luar dan bagian dalam sel. Pada waktu sel saraf beristirahat, kutub positif terdapat di
bagian luar dan kutub negatif terdapat di bagian dalam sel saraf. Diperkirakan bahwa
rangsangan (stimulus) pada indra menyebabkan terjadinya pembalikan perbedaan
potensial listrik sesaat. Perubahan potensial ini (depolarisasi) terjadi berurutan sepanjang
serabut saraf. Kecepatan perjalanan gelombang perbedaan potensial bervariasi antara 1
sampai dengart 120 m per detik, tergantung pada diameter akson dan ada atau tidaknya
selubung mielin. Bila impuls telah lewat maka untuk sementara serabut saraf tidak dapat
dilalui oleh impuls, karena terjadi perubahan potensial kembali seperti semula (potensial
istirahat). Untuk dapat berfungsi kembali diperlukan waktu 1/500 sampai 1/1000 detik.
Energi yang digunakan berasal dari hasil pemapasan sel yang dilakukan oleh
mitokondria dalam sel saraf.
Stimulasi yang kurang kuat atau di bawah ambang (threshold) tidak akan
menghasilkan impuls yang dapat merubah potensial listrik. Tetapi bila kekuatannya di
atas ambang maka impuls akan dihantarkan sampai ke ujung akson. Stimulasi yang kuat
dapat menimbulkan jumlah impuls yang lebih besar pada periode waktu tertentu daripada
impuls yang lemah.
2. Penghantaran Impuls Melalui Sinapsis
Titik temu antara terminal akson salah satu neuron dengan neuron lain dinamakan
sinapsis. Setiap terminal akson membengkak membentuk tonjolan sinapsis. Di dalam
sitoplasma tonjolan sinapsis terdapat struktur kumpulan membran kecil berisi
neurotransmitter; yang disebut vesikula sinapsis. Neuron yang berakhir pada tonjolan
sinapsis disebut neuron pra-sinapsis. Membran ujung dendrit dari sel berikutnya yang
membentuk sinapsis disebut post-sinapsis. Bila impuls sampai pada ujung neuron, maka

20
vesikula bergerak dan melebur dengan membran pra-sinapsis. Kemudian vesikula akan
melepaskan neurotransmitter berupa asetilkolin. Neurontransmitter adalah suatu zat
kimia yang dapat menyeberangkan impuls dari neuron pra-sinapsis ke post-sinapsis.
Neurontransmitter ada bermacam-macam misalnya asetilkolin yang terdapat di seluruh
tubuh, noradrenalin terdapat di sistem saraf simpatik, dan dopamin serta serotonin yang
terdapat di otak. Asetilkolin kemudian berdifusi melewati celah sinapsis dan menempel
pada reseptor yang terdapat pada membran post-sinapsis. Penempelan asetilkolin pada
reseptor menimbulkan impuls pada sel saraf berikutnya. Bila asetilkolin sudah
melaksanakan tugasnya maka akan diuraikan oleh enzim asetilkolinesterase yang
dihasilkan oleh membran post-sinapsis.
Bagaimanakah penghantaran impuls dari saraf motor ke otot? Antara saraf motor
dan otot terdapat sinapsis berbentuk cawan dengan membran pra-sinapsis dan membran
post-sinapsis yang terbentuk dari sarkolema yang mengelilingi sel otot. Prinsip kerjanya
sama dengan sinapsis saraf-saraf lainnya.
2.Gerak Refleks
Gerak merupakan pola koordinasi yang sangat sederhana untuk menjelaskan
penghantaran impuls oleh saraf. Gerak pada umumnya terjadi secara sadar, namun, ada
pula gerak yang terjadi tanpa disadari yaitu gerak refleks. Impuls pada gerakan sadar
melalui jalan panjang, yaitu dari reseptor, ke saraf sensori, dibawa ke otak untuk
selanjutnya diolah oleh otak, kemudian hasil olahan oleh otak, berupa tanggapan, dibawa
oleh saraf motor sebagai perintah yang harus dilaksanakan oleh efektor. Gerak refleks
berjalan sangat cepat dan tanggapan terjadi secara otomatis terhadap rangsangan, tanpa
memerlukan kontrol dari otak. Jadi dapat dikatakan gerakan terjadi tanpa dipengaruhi
kehendak atau tanpa disadari terlebih dahulu. Contoh gerak refleks misalnya berkedip,
bersin, atau batuk.
Pada gerak refleks, impuls melalui jalan pendek atau jalan pintas, yaitu dimulai dari
reseptor penerima rangsang, kemudian diteruskan oleh saraf sensori ke pusat saraf,
diterima oleh set saraf penghubung (asosiasi) tanpa diolah di dalam otak langsung dikirim
tanggapan ke saraf motor untuk disampaikan ke efektor, yaitu otot atau kelenjar. Jalan
pintas ini disebut lengkung refleks. Gerak refleks dapat dibedakan atas refleks otak bila
saraf penghubung (asosiasi) berada di dalam otak, misalnya, gerak mengedip atau
mempersempit pupil bila ada sinar dan refleks sumsum tulang belakang bila set saraf
penghubung berada di dalam sumsum tulang belakang misalnya refleks pada lutut.

Sistem Peredaran Darah


Sistem peredaran katak disebut peredaran darah ganda karena dalam satu kali
peredarannya, darah melewati jantung dua kali. Pada masa larva (berudu)sistem peredaran
darahnya menyerupai ikan. Setelah metamorfosis menjadi katak, sistem peredaran darah
mengalami perubahan yang sesuai untuk kehidupan di lingkungan darat. Alat peredaran
darah katak terdiri atas jantung. Jantung katak terletak di dalam rongga dada, terdiri atas 3
ruang yaitu 2 serambi (atrium kiri dan kanan) dan 1 bilik (ventrikel). Dengan demikian,
bilik jantung katak tidak memiliki sekat. Terdapat dua aorta yaitu aorta kiri dan kanan.
Peredaran darah katak tertutup karena beredar dalam pembuluh darah. Darah yang
mengandung CO2 dari seluruh tubuh masuk ke jantung melalui Vena cava (pembuluh balik

21
tubuh). Darah ini mula-mula berkumpul di sinus venosus, dan kemudian karena adanya
kontraksi maka darah akan masuk serambi kanan. Pada saat itu darah yang mengandung
O2, yang bersal dari paru-paru masuk ke serambi kiri.Bila kedua serambi berkontraksi
maka darah akan terdorong ke dalam bilik. Dalm bilik terjadi sedikit pencampuran darah
yang kaya O2 dan yang miskin O2. Untuk selanjutnya, darah yang kaya O2 dalam bilik
dipompa melalui trunkus arteriosus menuju arteri hingga akhirnya sampai di arteri yang
sangat kecil (kapiler) di seluruh jaringan tubuh. Dari seluruh jaringan tubuh, darah akan
kembali ke jantung melewati pembuluh balik yang kecil (venula) dan kemudian ke vena
dan akhirnya ke jantung, sementara itu darah yang miskin dipompa keluar melewati arteri
konus tubular, pada katak dikenal adanya sistem porta, yaitu sistem yang dibentuk oleh
pembuluh balik vena saja. Atrium kanan menerima darah yang miskin oksigen dari seluruh
tubuh, sedangkan atrium kiri menerima darah dari paru – paru. Darah dari kedua atrium
bersama – sama masuk ventrikel. Jantung pada katak terdiri dari:
 Sebuah bilik yang berdinding tebal dan terletak di posterior
 Dua buah serambi, yaitu serambi kanan (atrium dekster) dan serambi kiri (atrium
sinister).
 Sinus venosus yang berbentuk segitiga dan terletak disebelah dorsal dari jantung.
 Trunkus arteriosus berupa pembuluh bulat yang keluar dari bagian dasar anterior bilik.
Jantung katak hanya mempunyai satu bilik, darah yang banyak mengandung
oksigen dan karbon dioksida masih bercampur dalam bilik jantung. Walaupun tampaknya
terjadi percampuran antara darah yang miskin oksigen dengan darah yang kaya oksigen
namun percampuran diminimalisasi oleh adanya sekat – sekat yang terdapat pada
ventrikel. Dari ventrikel, darah masuk ke pembuluh darah yang bercabang tiga. Arteri
anterior mengalirkan darah ke kepala dan ke otak. Cabang tengah (lung aorta)
mengalirkan darah ke jaringan internal dan organ dalam badan, sedangkan arteri posterior
dilewati oleh darah yang menuju kulit dan paru – paru. Darah vena dari seluruh tubuh
mengalir masuk ke sinus venosus dan kemudian mengalir menuju ke atrium kanan. Dari
atrium kanan, darah mengalir ke ventrikel yag kemudian di pompa keluar melalui arteri
pulmonalis → paru – paru → vena pulmonalis → atrium kanan. Lintasan peredaran darah
ini disebut peredaran darah paru – paru. Selain peredaran darah paru – paru, pada katak
→ sinus venosus → atrium kanan. Untuk mencegah berbaliknya, aliran darah, di antara
serambi dan bilik terdapat katup (valve), sedangkan antara serambi kanan dan kiri
terdapat sekat (septum). Di dalam trunkus arteriosus terdapat katup spiralis. Darah yang
mengandung CO2, dari seluruh tubuh masuk ke jantung melalui vena kava (pembuluh
balik tubuh). Darah ini mula – mula berkumpul di sinus venosus, dan kemudian karena
adanya kontraksi maka darah akan masuk serambi kanan. pada saat itu, darah yang
mengandung O2, yang berasal dari paru-paru masuk ke serambi kiri. Bila kedua serambi
berkontraksi maka darah akan terdorong ke dalam bilik. Dalam bilik terjadi sedikit
percampuran darah yang kaya O2 dan miskin O2. Untuk selanjutnya, darah yang kaya O2
dalam bilik dipompa melalui trunkus arteriosus menuju arteri hingga akhirnya sampai di
arteri yang sangat kecil (kapiler) diseluruh jaringan tubuh. Dari seluruh jaringan tubuh,
darah akan kembali kejantung melewati pembuluh balik yang kecil (venula) dan
kemudian ke vena dan akhirnya ke jantung, sementara itu, darah yang miskin dipompa

22
keluar melewati arteri konus tubular. Pada katak dikenal adanya sistem porta , yaitu suatu
sistem yang dibentuk oleh pembuluh balik (vena ) saja ( R. Swasono, 1970 ).
 Struktur dan fungsi
1. Penutup tubuh
2. Skeleton
3. Systema musculus ( sistem otot )
4. Systema digestoria ( sistem pencernaan)
5. Systema circulatoria ( sistem peredaran darah )
6. System respiratoria ( sistem pernafasan )
7. Siklus hidup

23
 Dilema etis
Pada Super Kelas Tetraphoda Terdapat Klas Ampibia terjadi banyaknya
penangkapan hewan yang dilakukan oleh manusia menyebabkan beberapa spesies menjadi
kurang populasinya atau mendekati kepunahan dan terjadinya ketidak seimbangan
ekosistem. Banyaknya manusia yang tidak sadar akan kebersihan lingkungan juga
menyebabkan kebersihan di wilayah perairan berkurang, banyak manusia yang masih
membuang sampah sembarangan sehingga menyebabkan ekosistem di dalam air dan di
darat yang menjadi kotor dan tidak nyaman lagi bagi kehidupan hewan

24
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Mikrajuddin., Saktiyono, lutfi. 2007. IPA TERPADU SMP dan MTs Jilid 2A. Jakaerta :
Esis.
Ayu, Nanda Afra. 2016. Morfologi dan Klasifikasi Kelas Amphibia. Jurnal Taksonomi Vertebrata
Brotowidjoyo, Mukayat D. 1990. Zoologi Dasar. Jakarta : Erlangga.
Duellman WE, Trueb L. 1994. Biology of Amphibians. London: Johns Hopkins Univ. Pr.
Goin CJ, Goin OB, Zug GR. 1978. Introduction to Herpetology.W.H Freeman and Company. San
Fansisco. 378 hal.
Goin CJ, Goin OB. 1971. Introduction to Herpetology. Second Edition. San Francisco: Freeman.
Hödl W. 2000. Amphibian Foam Nests. Di dalam: Hofrichter R, editor. The Encyclopedia of
Amphibians. Canada: Keyporter Books Limited. 152-182p.
http://lenimaryati.blogspot.com/2011/06/sistem-saraf-amphibia.html
Kadadevaru GG , Kanamadi RD. 2000. Courtship and Nesting Behavior of the Malabar Gliding
Frog, Rhacophorus malabaricus (Jerdon, 1870). Current Science 79 (3): 377-380.
Suwarno, (2007). Panduan Pembelajaran Biologi. Jakarta. Penerbit Karya Mandiri Nusantara, 72-
75
Soewasono, R.1970. Zoology Anatomy Comparative. Houghton Miffin Company : USA.
http://ainunpratama21.blogspot.com/2015/12/sistem-saraf-pada-reptil.html
https://www.sridianti.com/alat-ekskresi-pada-reptil.html

25

Anda mungkin juga menyukai