Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM STRUKTUR HEWAN

AMPHIBIA

OLEH

NAMA : MELDA YUNITA SARI

NO BP : 1710422017

KELOMPOK : 7A

ANGGOTA KELOMPOK : 1. YOLANDHEA FIRDANASARI (1510424015)


2. DEA SYARANITA (1710421003)
3. GRESIA PUTERI (1710422033)

ASISTEN : AZKI AFIDATI PUTRI ANFA

LABORATORIUM TEACHING II

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG, 2018

i
DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR..................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................3

1.1 Latar Belakang....................................................................................................3

1.2 Tujuan Praktikum................................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................5

BAB III PELAKSANAAN PRAKTIKUM.............................................................10

3.1 Waktu dan Tempat............................................................................................10

3.2 Alat dan Bahan..................................................................................................10

3.3 Cara Kerja.........................................................................................................10

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................................11

BAB V PENUTUP....................................................................................................21

5.1 Kesimpulan.......................................................................................................21

5.2 Saran..................................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................22

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Morfologi Fejervarya sp ................................................................... 11

Gambar 2 Organ Pernapasan pada Fejervarya sp............................................... 13

Gambar 3 Organ Jantung Pada Fejervarya sp..................................................... 14

Gambar 4 Anatomi Pencernaan pada Fejervarya sp........................................... 15

Gambar 5 Anatomi Urogenital Pada Fejervarya sp............................................ 16

Gambar 6 Anatomi Otot Pada Fejervarya sp...................................................... 18

Gambar 7 Anatomi Rangka Pada Fejervarya sp................................................. 19

3
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Amphibi berasal dari bahasa Yunani yaitu Amphi yang berarti dua dan Bios yang
berarti hidup. Hewan ini memiliki kulit yang lembab, tidak ditutupi rambut dan
mampu hidup di air maupun di darat. Karena itu amphibi diartikan sebagai hewan
yang mempunyai dua bentuk kehidupan yaitu di darat dan di air. Pada umumnya
amphibi mempunyai siklus hidup awal di perairan dan siklus hidup kedua adalah di
daratan (Zug, 1993).
Amphibi adalah definisi bagi sekelompok hewan yang semasa
hidupnya di darat dan di air. Amphibi yang hidup di dunia terdiri dari tiga Ordo yang
pertama adalah Caudata atau Salamander, Cecilia atau Gymnopiona dan Anura
(Ario, 2010). Anura terdiri dari katak dan kodok yang memiliki jumlah ordo yang
cukup banyak, dengan jumlah spesies 5.208 spesies. Katak mudah dikenal dari
tubuhnya yang khas dengang memiliki empat kaki, leher yang tidak jelas, mata
cenderung besar, permukaan kulit licin dan berlendir (Stuarte dkk., 2008). Anura
(katak) memiliki wilayah penyebaran yang luas seperti pada semua habitat daratan
dan air tawar, pemukiman penduduk, pepohonan, daerah sepanjang aliran sungai atau
air yang mengalir, serta pada hutan primer dan sekunder (Stuarte dkk., 2008).
Penyebaran ordo ini yang teridentifikasi mencapai kurang lebih 4.100 jenis katak dan
kodok. Penyebaran Ordo Anura (katak) terdapat di seluruh Indonesia dari Sumatera,
Kalimantan, Jawa sampai Papua, jumlahnya mencapai sekitar 450 jenis (Iskandar,
1998).
Katak seperti hewan lainnya memiliki kisaran kebutuhan akan faktor-faktor
lingkungan yang spesifik setiap jenisnya. Keberadaan jenis-jenis katak yang umum
dijumpai pada habitat yang terganggu merupakan indikasi awal bahwa suatu habitat
mulai mengalami gangguan (Ario, 2010). Musim kawin katak sering berlangsung
rumit. Katak jantan dan betina berkumpul bersama dalam jumlah besar. Setelah
membuahi telur, biasanya katak tidak lagi mempedulikan telurnya. Hanya sedikit
jenis katak yang melindungi telur. Umumnya spesies katak kecil mengandalkan
penyamaran atau melarikan diri saat terancam pemangsa. Ada pula katak yang

4
mengandalkan kulit yang mencolok untuk menakuti musuh (Darmawati, 2009).
Katak bertelur di air atau menyimpan telur di tempat lembab dan basah. Ketika
menetas, larvanya dikatakan berudu yang hidup di air atau tempat basah tersebut dan
bernafas dengan insang. Setelah beberapa lama berudu kemudian berubah bentuk
menjadi katak dewasa yang umumnya hidup di darat atau di tempat yang lebih kering
dan bernafas dengan paru-paru (Djuanda, 1982).
Katak sawah (Fejervarya cancrivora) memiliki ciri-ciri khusus diantaranya
memiliki kulit yang selalu basah dan berkelenjar, tidak bersisik luar. Memiliki dua
pasang kaki untuk berjalan dan berenang, berjari 4 pada kaki bagian depan dan
berjari 5 pada kaki bagian belakang. Tidak memiliki sirip dan pernapasannya dengan
menggunakan insang ketika masih berbentuk berudu dan menggunakan kulit dan
paru-paru ketika telah dewasa. Cor terbagi atas 3 ruangan, yakni dua ruangan
auricula dan satu ventriculum. Terdapat 2 buah nares, mata berkelopak yang dapat
digerakan, mulut bergigi dan berlidah (Storer, 1975).
Secara fisik katak memiliki struktur anatomi dan morfologi dimana keduanya
dihubungkan dengan fungsi fisiologisnya agar hewan tersebut dapat beradaptasi
dengan lingkungan tempat tinggalnya. Amphibi merupakan salah satu hewan yang
unik karena merupakan hewan yang hidup didua alam. Amphibi dianggap
merupakan hewan peralihan dari hewan air kedarat, namun nyatanya kedua hewan
tersebut memiliki spesifikasi nyata yang mendasari perbedaan diantara keduanya,
yaitu system rangka dan cara mereka hidup atau habitat. Pada hewan amphibi,
susunan kerangkanya lebih kompleks dibandingkan hewan yang hidup di perairan
(pisces). Praktikum ini bertujuan untuk melihat dan mengetahui struktur morfologi,
anatomi serta sistem kerja tubuh amphibi dengan melakukan pembedahan pada
spesies Fejervarya sp.

1.2 Tujuan Praktikum

Adapun tujuan praktikum ini yaitu untuk mengetahui dan memahami morfologi,
anatomi, dan system yang bekerja pada tubuh Amphibia, khususnya Anura.

5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Amphibi merupakan hewan yang hidup dengan bentuk kehidupan yang mula-mula di
air tawar kemudian dilanjutkan di darat. Fase kehidupan di dalam air berlangsung
sebelum alat reproduksi masak, keadaan ini merupakan fase larva yang disebut
berudu. Fase berudu ini menunjukkan sifat antara pisces dan reptilia. Sifat ini
menunjukkan bahwa Amphibi adalah kelompok chordata yang pertama kali hidup di
daratan. Beberapa pola menunjukkan pola baru yang disesuaikan dengan kehidupan
darat, misalnya: kaki, paru-paru, nares (hidung) yang mempunyai hubungan dengan
cavum oris dan alat penghidupan yang berfungsi dengan baik di dalam air maupun di
darat (Jasin, 1989).
Katak merupakan salah satu anggota dari Classis Amphibia. Adapun
klasifikasi lengkap yang telah dirumuskan oleh (Duellman, 1986) adalah sebagai
berikut.
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Amphibia
Ordo : Anura
Familia : Ranidae
Genus : fejervarya
Species : Fejervarya sp.
Katak hidup didua tempat, di air dan tempat yang lembab dari daratan. Telur-
telur individu yang belum matang adalah normal hidup di dekat air dan dan dewasa
tidak pernah jauh dari air, dari kemampuan mereka disebuah lingkungan daratan,
lebih tepat lagi tidak berkembang. Dewasa ditemukan ditanah dekat kolam-kolam,
aliran sungai dan bagian laindari air segar yang mana mereka dapat istirahat dan
mendapatkan ketenangan, atau ditempat-tempat lain yang lembab seperti dibawah
pohon atau dibawah batu, di kayu-kayu yang agak lembab. Katak sangat aktif saat
malam ketika kelembaban relatif tinggi ( Bartlet, 2010).

6
Katak adalah hewan berdarah dingin yang mampu menyesuaikan cara
hidupnya dengan lingkungan. Di daerah beriklim sedang, bila musim dingin tiba,
hewan ini bersembunyi dimana saja, misalnya mengubur diri dalam lumpur parit,
dikubanan atau ditanah yang basah di antara batu-batuan. Selama tidur pada waktu
musim dingin, hewan ini tidak makan, dan sedikit pertukaran udara yang
dibutuhkannya, yang berlangsung melalui kulitnya (Jasin, 1989).
Tubuh katak, terdiri dari kepala (caput), badan (truncus), dan leher (cervic)
yang belum tampak jelas. Sebagian kulit, kecuali pada tempat-tempat tertentu,
terlepas dari otot yang adadi dalamnya, sehingga bagian dalam tubuh katak berupa
rongga-rongga yang berisi cairan limfa subkutan. Katak dewasa memiliki mulut lebar
dan lidah yang lunak yang melekat pada bagian depan rahang bawah.. Selain kulit,
pernafasan juga dilakukan melalui epitel, mulut, dan larynxs. Bibir, mata, dan
kelenjar yang menjaga kelembaban mata juga ikut berkembang (Djuhanda, 1982).
Katak mempunyai ciri-ciri yaitu tubuh diselubungi kulit yang berlendir,
merupakan hewan berdarah dingin (poikiloterm), mempuyai jantung yang terdiri dari
tiga ruangan yaitu dua serambi dan satu bilik, mempunyai dua pasang kaki dan pada
setiap kakinya terdapat selaput renang yang terdapat diantara jari-jari kakinya dan
kakinya berfungsi untuk melompat dan berenang, matanya mempunyai selaput
tambahan yang disebut membran niktitans yang sangat berfungsi waktu menyelam,
pernafasan pada saat masih kecebong berupa insang, setelah dewasa alat
pernafasannya berupa paru-paru dan kulit yang hidungnya mempunyai katup yang
mencegah air masuk kedalam rongga mulut ketika menyelam, dan berkembangbiak
dengan cara melepaskan telurnya dan dibuahi oleh yang jantan diluar tubuh induknya
atau pembuahan eksternal (Darmawan, B., 2008).
Sistem pernafasan pada katak menggunakan insang pada saat masih berudu
dan menggunakan paru-paru pada saat setelah menjadi dewasa. kulit, paru-paru,
mempunyai sistem pendengaran, yaitu berupasaluran auditory dan dikenal dengan
tympanum, jantung terdiri dari tiga lobi (1 ventrikel dan 2 atrium), mempunyai
struktur gigi, yaitu gigi maxilla dan gigi palatum, merupakan hewan poikiloterm.
Paru-paru selalu ada seperti yang terdapat pada kelompok salamander, dan sebagian
besar pernafasan juga dilakukan oleh kulit. Pada katak sawah, kulit ini hampir selalu
basah karena adanya sekresi kelenjar-kelenjar mucus yang banyak terdapat

7
didalamnya. Selain itu, kulit katak juga banyak mengandung kapiler-kapiler darah
dari cabang-cabang vena kutanea magna dan arteri kutanea (Iqbalali, 2009).
Jantung katak sawah terdiri 2 antrikel dan satu ventrikel. Aliran darah dari
jantung yaitu darah dari sinusvenosus masuk ke dalam aurikel kanan. Darah
meninggalkan ventrikel melalui trunkus anteriosus yang bercabang dua di sebelah
anterior jantung, lalu terbagi pada setiap sisi tubuh menjadi tiga pokok, yaitu ;arteri
karotis, arterisistemik, dan arteri pulmo-kutaneus (berurutan dari anterior ke
pasterior). Tiap arteri karotis interna dan karotis eksterna yang menuju ke dalam
kepala. Arteri pulmo-kutaneus membuat cabang – cabang ke paru – paru dan
kulit.Arteri sistemik (2 buah) bersatu menjadi aorta dorsal. Aorta dorsal itu
bercabang–cabang menjadi seliako-mesenterik (lambung, hati, intestinum),
segmental(otot – otot), renal (mesonefros), genital (gonad), dan iliakal (kaki – kaki).
Sedangkan darah dari paru – paru kembali ke aurikel kiri melalui vena pulmonary.
Semua darah memasuki aurikel kanan, terus melalui sinus venosus (berupa kantong
besar di sebelah sisi dorsal). Sinus venosus menerima dua vena cava anterior yang
membawa darah dari bagian anterior tubuh, dan 1 vena cava posterior yang
membawa darah dari mestanofers dan mengalirkannya langsung ke hati (tidak dalam
kapiler – kapiler) dan terus ke jantung. Darah masuk ke dalam jaringan hati baik dari
arteri hepatic (cabang seliako-mesenterik) atau pun dari vena porta hepatic yang
membawa darah dari lambung dan usus (Darmawan, B., 2008).
Sistem pencernaan pada katak meliputi bagian saluran pencernaan dan
kelenjar penceranaan. Saluran pencernaan katak secara berturut-turut adalah rongga
mulut, faring, kerongkongan, lambung, usus 12 jari, usus halus, usus besar, dan
kloaka. Kelenjar penceranaan katak meliputi hati, kantung empedu, dan pankreas
(Sumanto, 1994). Sistem pencernaan dimulai dari mulut yang memiliki gigi sejati.
Lidah katak dapat untuk menangkap makanan atau mangsa seperti serangga. Saluran
pencernaan mulai dari esophagus yang sagat pendek, terdiri dari konstruksi yang
kecil-kecil, tepinya bersilia dan sebagai alat cerna yaitu sel-sel secretoris, kemudian
ke usus 12 jari dan usus halus yang berkelok-kelok dan selanjutnya ke usus besar
yang lebar. Setelah ke usus besar langsung menuju ke kloaka, yaitu tempat lubang
pelepasan (Kastowo, 1984).

8
Sistem reproduksi pada katak terdiri atas testis, vassa efferentia, vesica
seminalis, corus adiposum yang merupakan bahan cadangan makan pada musim
perkelaminan. Katak jantan mempunyai sepasang testis (bentuknya oval, warnanya
keputih-putihan) terletak disebelah atas ginjal. Ginjal pada katak berjumlah sepasang,
terletak dikanan dan di kiri tulang belakang. Pada katak jantan, saluran ginjal bersatu
dengan saluran kelamin. Pada katak betina, saluran ginjal terpisah dengan saluran
kelamin. Ginjal katak berhubungan dengan ureter dan urinaria, sedangkan keluar di
kloaka. Pembuahan pada katak dilakukan di luar tubuh. Katak jantan akan melekat di
punggung betinanya dan memeluk erat ketiak si betina dari belakang. Sambil
berenang di air, kaki belakang katak jantan akan memijat perut katak betina dan
merangsang pengeluaran telur. Pada saat yang bersamaan katak jantan akan
melepaskan spermanya ke air, sehingga bias membuahi telur-telur yang dikeluarkan
si betina. (Duellman, 1986).
Pada pembuahan eksternal biasanya dibentuk ovum dalam jumlah besar,
karena kemungkinan terjadinya fertilisasi lebih kecil dari pada pembuahan secara
internal. Pada katak betina menghasilkan ovum yang banyak, kalau kita membedah
katak betina yang sedang bertelur, kita akan menjumpai bentukan berwarna hitam
yang hampir memenuhi rongga perutnya, itu merupakan ovarium yang penuh berisi
sel telur, jumlahnya mencapai ribuan. Pada katak betina juga ditemukan semacam
lekukan pada bagian leher, yang berfungsi sebagai tempat ”pegangan” bagi katak
jantan ketika mengadakan fertilisasi. Hal ini diimbangi oleh katak jantan dengan
adanya struktur khusus pada kaki depannya, yaitu berupa telapak yang lebih kasar.
Fungsinya untuk memegang erat katak betina ketika terjadi fertilisasi. ( Iqbalali,
2009).
Sistem otot pada katak dibagi menjadi empat bagian, yaitu sistem otot pada
bagian kepala, sistem otot daerah pectoral, system otot daerah abdomen atau ventral
dan system otot pada extremitas posterior (Darmawan, B., 2008).
Rangka dari kelas amphibi dalam hal ini diwakili oleh katak. Rangka katak
tersusun atas endoskeleton yang disokong oleh bagian-bagian yang lunak. Fungsi
rangka adalah untuk melindungi bagian-bagian tubuh yang vital, melekatnya otot
daging yang berguna untuk gerak dan jalan. Pada vase cebong (berudu) tulang-tulang
masih lunak. Kemudian pada vase dewasa menjadi keras Sistem rangka terbagi atas

9
dua bagian, yaitu: rangka sumbu (aksial) dan rangka anggota (apendikular).
Endoskeleton pada katak terdiri dari 6 bagian, yaitu cranium, skeleton trunci,
cingulum anterior, cingulum posterior, dan skeleton membri liberi (extremitas).
Dimana rangka aksialnya terdiri atas: tengkorak (cranium), tulang belakang
(columna vertebralis), dan tulang dada (sternum). Sedangkan yang termasuk rangka
apendikularnya adalah cingulum anterior, cingulum posterior, dan skeleton membri
liberi (extremitas) ( Bartlet, 2010).

10
BAB III PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Struktur Hewan dilaksanakan pada hari Kamis, 13 September 2018 di


Laboratorium Teaching II Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Andalas, Padang.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum adalah gunting bedah, cutter, bak bedah, pinset,
jarum pentul, tisu, plastic, dan alat tulis. Sedangkan bahan yang digunakan pada
praktikum adalah sepasang Fejervarya sp. yang telah dewasa.

3.3 Cara Kerja

Fejervarya sp. dimatikan dengan cara dibius menggunakan killing bottle yang telah
diberi kapas dan Chloroform. Biarkan beberapa saat hingga hewan pingsan.
Kemudian diletakkan di atas bak bedah dan diamati morfologinya dari hewan
tersebut. Lalu dibedah bagian abdomennya dan dikeluarkan seluruh organ yang
terdapat pada abdomen dengan hati-hati dan direntangkan di atas kertas. Pisahkan
masing-masing organ berdasarkan sistemnya. Kemudian ambil bagian otot dan
tulang untuk diamati. Amati organ-organ yang ada beserta bagian otot dan tulang.
Catat dan gambarkan beserta keterangan semua bagian-bagian tubuh yang diamati
pada buku kerja dan buku gambar.

11
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Jantan Betina
9 8

6 Extremitas
5 Truncu
4

3 2

1 Caput

(a) (b)

(c)
Gambar 1. (a) Morfologi Fejervarya sp. Jantan, (b) Morfologi Fejervarya sp
Betina, (c) Literatur Morfologi Fejervarya sp. (Sumber : Mahardono, 1980)
Keterangan : 1. Rima Oris, 2. Eye, 3. Extremitas Dexter Posterior, 4. Cloaca, 5.
Abdomen, 6. Extremitas Sinister Posterior 7. Nuptial Pad, 8. Organon Visus, 9.
Digiti

Hasil pembahasan anatomi katak sawah (Fejervarya sp.) didapatkan hasil bahwa
bagian tubuh katak sawah terdiri atas empat bagian, yaitu bagian kepala (caput),
badan (truncus), kaki depan (extrimitas anterior), kaki belakang (extrimitas

12
posterior). Hal ini sesuai dengan pernyataan Mahardono (1980) yang menyatakan
bahwa bagian-bagian tubuh katak sawah dapat dibagi menjadi caput, truncus,
extrimitas anterior, dan extrimitas posterior. Kulit katak sawah selalu basah karena
adanya skresi kelenjar-kelenjar mucus yang banyak sekali terdapat padanya, selain
itu kulit katak sawah ini banyak sekali mengandung kapiler darah dari cabang-
cabang vena cutanea , dengan begitu mempunyai peranan penting dalam pernapasan
katak. Bentuk katak sawah bermacam-macam dan bervariasi, panjang tubuhnya
mulai dari 3,5 cm hingga ada yang mencapai 9,0 cm. Fejervarya sp. betina berukuran
lebih besar dari yang jantan (Satyawan. 2009).
Pada bagian extremitas terdiri dari anggota gerak depan (anterior) dan
anggota gerak belakang (posterior).Anggota gerak depan berjumlah sepasang,
masing masing mempunyai bagian, yakni lengan atas (brachium) disokong oleh os
humerus, lengan bawah (antebrachium) disokong oleh os radio-ulna, dan telapak
(manus) disokong oleh os carpus dan os metacarpus. Pada bagian extremitas anterior
memiliki 4 buah jari-jari (digiti) tidak ditemukan selaput renang (membrana digiti).
Anggota gerak belakang juga berjumlah sepasang, masing masing mempunyai
bagian, yakni paha (femur) disokong oleh os femur, kaki bawah-betis (crus)
disokong oleh os tibia-fibula, dan telapak kaki (pes) disokong oleh os tarsus dan os
metatarsus. Pada bagian extremitas posterior memiliki 5 buah jari-jari (digiti) dan
memiliki selaput renang (membrana digiti) (Djuanda, 1982).
Katak ini memiliki lipatan-lipatan atau bintil-bintil memanjang parallel
dengan sumbu tubuh, hanya terdapat satu bintil metatarsal bagian dalam,selaput
selalu melampaui bintil subartikuler terakhir jari kaki ketiga dan kelima. Tekstur
kulit kasar tertutup oleh bintil-bintil atau lipatan-lipatan yang memanjangdan
menipis. Warna seperti lumpur yang kotor dengan bercak-bercak tidak simetris
berwarna gelap, beberapa specimen dewasa berwarna hijau juga mempunyai bentuk
bercak yang sama, sering disertai garis dorsolateral yang lebar. Ukuran tubuh
mencapai 120 mm ( Iskandar, 2003 ).

13
1

(a) (b)

Gambar 2. (a) Organ Pernapasan pada Fejervarya sp. (b) Lieratur Paru-paru
Hewan Amphibi (Sumber : Mistar, 2013)
Keterangan : 1. Pulmo (paru-paru)

Alat pernapasan pada katak, berupa paru-paru, kulit dan insang. Pada stadium
larva (berudu) katak bernapas dengan insang luar. Pada fase berudu terdapat insang
eksternal dan insang internal. Katak saat masih berudu bernapas dengan insang
sedangkan katak dewasa bernapas dengan paru-paru. Menurut (Judha, Mohammad,
dkk. 2012) paru-paru katak berjumlah sepasang. Struktur paru-paru katak berupa
kantong tipis yang elastic, dilengkapi dengan lipatan-lipatan pada permukaan dinding
didalamnya yang berguna untuk memperluas permukaan. Lubang dari faring ke
laring berupa celah longitudinal yang disebut glottis. Lubang-lubang dari lorong
nasal itu disebut nares internal (hidung dalam). Pertukaran gas juga terjadi melalui
kulit dan permukaan cavum oris. Pada permukaan dinding dalam terdapat kapiler-
kapiler darah yang berfungsi mengangkut O2 dari paru-paru ke jaringan-jaringan lain
dan melepas CO2 ke paru-paru.

14
1

(a) (b)

Gambar 3. (a) Organ Jantung Pada Fejervarya sp. (b) Gambar Literatur Jantung
Hewan Amphibi (Sumber : Sumber Guyton & Hall, 2011)
Keterangan : 1. Cor Pada Fejervarya sp.

Sistem kardiovaskular terdiri dari jantung dan pembuluh darah. System kerja
jantung bagian kiri dan kanan bekerja secara bersamaan memompa darah dengan
suatu pola yang bersambung secara terus menerus yang mebuat darah terus mengalir
menujunjantung, paru-pau dan sekuruh tubuh. Menurut (Guyton & Hall, 2011),
bahwa system kerja jantung bagian kanan yaitu : 1. Darah masuk ke jantung melalui
pembuluh vena inferior dan superior yang membawa darah kaya CO 2 dari tubuh
masuk ke bagian kanan atrium, 2. Atrium berkontraksi, darah mengalir dari atrium
kanan menuju ventrikel kanan melalui katup tricuspid, 3. Ketika ventrikel penuh,
katup tricuspid akan menutup untuk mencegah darah mengalir kembali ke atrium
sewaktu ventrikel berkontraksi, 4. Ventrikel berkontraksi, darah mengalir ke luar
melalui katup pulmonari menuju paru di mana darah akan mendapatkan oksigen.
Sedangkan sistem kerja jantung bagian kiri yaitu : 1. Pembuluh vena pulmonari
membawa darah yang mengandung oksigen dari paru menuju atrium kiri, 2. Atrium
berkontraksi, darah mengalir menuju ventrikel kiri melalui katup bikuspid.

15
1
2
3

(a) (b)

Gambar 4. (a) Anatomi Pencernaan pada Fejervarya sp. (b) Gambar Literatur
Pencernaan Hewan Amphibi (Sumber : Djuanda, 1982)
Keterangan : 1. Hepatopancreas, 2. Ventriculus, 3. Intestinum crassum, 4.
Intestinum tenue 5. Colaca 6. Lympa
Berdasarkan pengamatan anatomi pencernaan katak terdiri dari saluran pencernaan
dan kelenjar pencernaan yaitu : hepar, vesical fellea, pancreas, gastrum, pharynk,
oesophagus, pylorus, ductus choleodocus, duodenum, intestine, rectum,
hepatopancreas dan cloaca. Menurut (Radiopoetro, 1997) saluran pencernaan
makanan pada katak berakhir melalui rectum dan bermuara pada cloaca. Alat
pencernaan katak yang tampak dari luar adalah cavum oris, yang dibatasi oleh
maxilla dan mandibular serta oysoid kemudian dilanjutkan dengan pharynk,
oesophagus, ventriculus, dan intestine yang terletak dalam rongga tubuh.
Organ yang berada di dalam cavum oris ialah dentis dan lingua. Cavum oris
sebelah anterior berpangkal lingua dengan ujung yang bebas di sebelah posterior.

16
Ujungnya bertekuk sehingga tampak bercabang dan oleh karena itu disebut bifida.
Lingua dapat dijulurkan keluar dengan cepat yang berfungsi untuk menangkap dan
memasukkan mangsanya ke dalam mulut (Zug, 1993).

1
6

2 5

3
4

(a) (b)

(c)

17
Gambar 5. (a) Anatomi Urogenital Pada Fejervarya sp. Jantan (b) Anatomi
Urogenital Pada Fejervarya sp. Betina (c) Gambar Literatur Urogenital Hewan
Amphibi (Sumber : Susanto, 1994)
Keterangan : 1. Ren mesonefros, 2. Testis, 3. Cloaca, 4. Cloaca, 5. Ren, 6.
Ovarium.

Sistem reproduksi pada katak jantan terdiri atas testis, vas efferens, vesica
seminalis, corpus adiposum yang merupakan bahan cadangan makanan yang
digunakan pada musim perkelaminan. Menurut (Zug, 1993) katak jantan mempunyai
sepasang testis (bentuknya oval, warnanya keputih-putihan) terletak di sebelah atas
ginjal. Testis terdapat saluran yang disebut vas efferns yang beruara di cloaca.
Bagian ureter yang dekat cloaca mengalami pembesaran yang disebut veisca
seminalis yang berfungsi untuk penampungan sementara spermatozoa. Sistem
reproduksi pada katak betina berawal dari ovarium yang mengalir melalui oviduct.
Oviduct merupakan suatu saluran yang menjulur dari bagian anterior rongga tubuh
menuju bagian posterior tepatnya pada cloaca. Oviduct mempunyai sel kelenjar yang
menyekresikan lapisan lunak disekitar telur, dan pada bagian posteriornya melebar
untuk penampungan telur sementara tetapi selain itu oviduct tidak mengalami
pencirian khusus. Katak melakukan proses reproduksi di dalam air, sedangkan
fertilisasi terjadi diluar tubuh katak betina (eksternal). Katak betina yang sedang
hamil, namun tidak ada katak jantan yang mengawininya maka telur akan disimpan
di dalam tubuh (Zug, 1993).
Hasil pengamatan saat praktikum bahwa organ reproduksi katak betina terdiri
atas sepasang ovarium yang terdapat dibagian belakang rongga tubuh diikat oleh
penggantungannya yang disebut mesovarium. Menurut (Susanto, 1994) katak betina
pada musim kawin pada ovarium yang terpadat, ovum yang masak akan menuju
saluran yang disebut oviduct. Bagian posteor oviduct membesar membentuk uterus.
Selanjutnya telur dikeluarkan melalui cloaca keluar dari tubuh. Katak sendiri terjadi
fertilisasi eksternal (pembuahan dari luar tubuh) dan pada musim kawin terjadi
isyarat kawin oleh katak jantan dan katak betina. Perkawinan dilakukan dengan cara
katak jantan menempel di atas punggung katak betina, lalu keduanya
menyemprotkan sel-sel gamet keluar tubuh.

18
Organ utama sekresi pada katak yaitu ginjal dan organ yang lainnya terdiri
atas kandung kemih, ureter. Ginjal pada katak berjumlah sepasang, terletak dikanan
dan di kiri tulang belakang. Pada katak jantan, saluran ginjal bersatu dengan saluran
kelamin. Pada katak betina, saluran ginjal terpisah dengan saluran kelamin. Ginjal
katak berhubungan dengan ureter dan urinaria, sedangkan keluar di kloaka. Ginjal
amphibi sama dengan ginjal ikan air tawar yaitu berfungsi untuk mengeluarkan air
yang berlebih. Karena kulit katak permeabel terhadap air, maka pada saat ia berada
di air, banyak air masuk ke tubuh katak secara osmosis. Katak yang berada di darat
harus melakukan konservasi air dan tidak membuangnya. Katak menyesuaikan
dirinya terhadap kandungan air sesuai dengan lingkungannya dengan cara mengatur
laju filtrasi yang dilakukan oleh glomerulus, sistem portal renal berfungsi untuk
membuang bahan – bahan yang diserap kembali oleh tubuh selama masa aliran darah
melalui glomerulus dibatasi. Kantong urin merupakan derivat ektodermal dari
cloaka. Ureter pada katak bermuara pada cloaka dan urin dari sini akan diserap
kembali ke dalam kantong urin (Villee et al.; 1988).

19
1

4
5
6
7

8
3
9
(a) (b)

Gambar 6. (a) Anatomi Otot Pada Fejervarya sp. (b) Gambar Literatur Otot
Katak (Sumber : www.wordpres.com)
Keterangan : 1.Terporalis, 2. Depresor mandibular, 3. Latissimus dorsi, 4.
Longistimus dorsi, 5. Oblingus internus, 6. Oblingus extermus, 7.
Semimembranosus, 8. Kloaka, 9. Gastrocnemius.

Pada pengamatan yang dilakukan saat praktikum bahwa sistem otot pada
katak di bagian kepala terdapat musculus submaxillaris dan muscullus subhyoideus.
Menurut (Halliday, 1994) Di daerah pectoral terdapat tiga jenis otot yaitu bagian
muscullus deltoideus terdiri dari pars episternalis dan pars scapularis. Di bagian
muscullus pectoralis terdiri dari pars epicoracoidea, pars sternalis, dan pars
abdominalis. Di bagian muscullus coracoradialis terdapat tulang coracoids yang
letaknya sebelah dorso-anterior, pars epicoracoidea dan dorso-poeterior dari pars
episternalis. Otot yang terdapat di daerah abdomen terdiri dari muscullus rectus
abdominis dan muscullus obliqus extremus. Otot pada extremitas posterior di bagian
femur di bangun oleh muscullus trisep femoris, muscullus Sartorius, muscullus
adductor magnus, muscullus gracilis mayor, dan muscullus gracillis minor.
Sedangkan pada bagian crus di bangun oleh muscullus gastronimeus, muscullus
tibialis anticus longus, muscullus tibialis anticus brevis, dan muscullus tibialis
posticus.

20
1
4
11 2 3
10

8
(a) (b)

Gambar 7. (a) Anatomi Rangka Pada Fejervarya sp. (b) Gambar Literatur Rangka
Katak (Sumber : Halliday, 1994)
Keterangan : 1. Premaxilla, 2. Radius, 3. Ulna, 4. Carpal, 5. Meta carpal, 6.
Vertebret, 7. Humerus, 8. Metatarsal, 9. Tibia, 10. Fibula, 11. Suprascapula.
Pada pengamatan ini yang kita amati adalah rangka pada katak (amphibi).
Katak memiliki system rangka yang terdiri atas : Premaxilla, Radius, Ulna, Carpal,
Meta carpal, Vertebret, Humerus, Metatarsal, Tibia, Fibula, Suprascapula. Menurut
(Machmudin Dadang, 2001) rangka katak tersusun atas endoskeleton yang disokong
oleh bagian-bagian yang lunak. Fungsi rangka adalah untuk melindungi bagian-
bagian tubuh yang vital, melekatnya otot daging yang berguna untuk gerak dan
berjalan. Pada fase cebong (berudu) tulang-tulang masih lunak. Kemudian pada fase
dewasa menjadi keras. Tapi pada sambungan-sambungan tulang masih tetap lunak
dengan permukaan yang licin. Tempurung kepala, vertebrae dan sternum merupakan
skeleton axiale sedang kaki merupakan skeleton appendiculare. Tulang-tulang
rahang, Os hyoid dan tulang rawan dari larynx (skeleton visceral). Bagian atap
cranium sebagian beasr tersusun oleh Os fronto parietalis, Os nasalis yang menutupi
capsula nasalis, Os prooctic sebagai pelindung bagian dalam dari telinga, sedang di
sebelah posteriornya kita jumpai os exoocipital yang masing-masing mempunyai
suatu tonjolan bulat. Tempurung kepala yang besar pipih terdiri atas cranium yang

21
sempit dan beberapa pasang capsula sensoris dan hidung capsula, pendengar dan
capsula yang besar untuk mata.

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang didapat dari praktikum amphibi ini adalah sebagai berikut.

22
1. Morfologi tubuh Fejervarya sp. dapat dipisahkan menjadi caput,
truncus,extrimitas anterior, dan extrimitas posterior. Bagian caput terdiri dari
rima oris, organon visus, nares anterior, dan membrane tympani. Bagian
truncus terdiri dari dermal dan cloaca. Serta bagian extremitas terdiri dari
branchium, antebranchium, digiti, femur, crus dan pes.

2. Anatomi Fejervarya sp. secara umum terdiri dari : cor (jantung), hepar
(hati), ventriculus, intestinum tenue, intestinum crassum, vesica urinaria,
spleen, ren, vesica fellea, pulmo, testis dan ovarium.

3. Sistem yang bekerja pada tubuh Fejervarya sp. terdiri dari system penapasan
menggunakan paru-paru (pulmo), sistem sirkulasi menggunakan organ
jantung (cor), sistem pencernaan terdiri atas organ pencernaan (tractus
digestivus) dan kelenjar pencernaan (glandula digestivus), sistem reproduksi
menggunakan testis pada jantan dan ovarium pada betina.

5.2 Saran

Saran untuk praktikum selanjutnya adalah sebaiknya pada saat praktikum


menggunakan gunting yang lebih tajam sehingga mempermudah pembedahan. Selain
itu juga perlunya kehati-hatian dalam mematikan hewan yang akan digunakan untuk
praktikum agar praktikan tidak digigit oleh hewan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Ario, A. 2010. Panduan Lapangan Satwa Taman Nasional Gunung Gede


Pangrango. Jakarta: Consevation International Indonesia.

23
Bartlett, P.P., Billy, G.D.V.M. dan Bartlett, R.D. 2010. Reptiles, Amphibians and
Invertebrates. China: Barron’s Education Series

Darmawan, B. 2008. Keanekaragaman Amfibi di Berbagai Tipe Habitat: Studi


Kasus di Eks-HPH PT Rimba Karya Indah Kabupaten Bungo, Provinsi
Jambi. Skripsi. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
Fakultas kehutanan. Institut pertanian Bogor :Bogor.

Djuanda, T. 1984. Analisa Struktur Vertebratae Jilid I. Bandung : Americo

Duellman, W. E. and L. Trueb. 1986. Biology of Amphibians. McGraw – Hill Book


Company. New York

Guyton & Hall. 2011. Medical Physiology 12th e.d. Philadelphia : Saunders Elsevier,
Inc.

Halliday TR, Adler K. 2000. The Encyclopedia of Reptiles and Amphibians. Facts on
File, New York.

Iskandar, D.T. 1998. Amfibi Jawa dan Bali LIPI Seri Panduan Lapangan. Bogor:
Puslitbang LIPI.

Iqbalali. 2009. Sistem Reproduksi Amphibi. http://iqbalali.com. 29 oktober 2014

Kastowo. 1984. Anatomi Komparativa. Jakarta: Erlangga.

Jasin, Maskoeri. 1984. Sistematika Hewan Invertebrata dan Vertebrata. Sinar


Wijaya: Surabaya.

Jasin, M. 1989. Sistematika Hewan. Surabaya: Sinar Wijaya

Judha, Mohamad, dkk.. 2012. Anatomy & Physiology e.d. rev.Yogyakarta : Goysen
Publishing.

Mahardono, A. 1980. Anatomi Katak. PT Intermasa. Jakarta.

Machmudin Dadang. 2001. Penuntun Praktikum Struktur Hewan. Jurusan Biologi


FMIPA UPI.

24
Mistar. 2003. Panduan Lapangan Amfibi Kawasan Ekosistem Leuser. Bogor: The
Gibbon Foundation & PILI-NGO Movement

Radiopoetro. (1997). Zoology. Jakarta: Erlangga.

Satyawan. 2009. Keanekaragaman Jenis Amfibi (Ordo Anura) di Kawasan Taman


Wisata Alam Suranadi-Lombok Barat. Prosiding. Seminar Nasional Biologi
XX dan Kongres Perhimpunan Biologi Indonesia XIV di UIN Maulana
Malik Ibrahim. Malang.

Storer dan Usinger. 1975. General Zoologi. Mc Graw-Hill, New Dehli.

Stuarte, S., Michael, H., Janice, C., Neil, C., Richard, B., Pavithra, R. dan Bruce, Y.
2008. Threatened Amphibians of The World. USA: Conservation
International.

Susanto, H. 1994. Budidaya Kodok Unggul. Jakarta: Penebar Swadaya.

Villee, C. A., W. F. Walker and R. D. Barries. 1988. General Zoology. W. B.


Sauders Company, Philadelphia.

Zug, G. R. 1993. Herpetology: an Introduction Biology of Ampibians and Reptiles.


London : Academic Press.

25

Anda mungkin juga menyukai