Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK MORFOLOGI, KLASIFIKASI,


KUNCI DETERMINASI REPTIL
Makalah Ini Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Taksonomi Hewan
Yang Dibina Oleh Dosen Endik Deni Nugroho, M.Pd

Disusun Oleh:
Kelompok 6
1. Solehatul Fadilah (2011422011)

2. Dinda Trisnani (2011722029)

3. Ainur Rokhimah (2011722024)

4. Silla Riskia (2011722034)

5. Nanda Usta Savira (2011722028)

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmatnya sehingga penulis dapat menyusun
makalah tentang “IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK MORFOLOGI, KLASIFIKASI,
KUNCI DETERMINASI REPTIL” dengan sebaik-baiknya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini
adalah untuk menambah pengetahuan, menambah wawasan, memperdalam pemahaman dan
menyelesaikan tugas kelompok mata kuliah taksonomi hewan II.

Saya ucapkan terima kasih kepada dosen pengempu mata kuliah taksonomi hewan II yaitu
Endik Deni Nugroho, M.Pd yang telah memberikan tugas ini. Tidak lupa juga kami berterima
kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu, memfasilitasi, memberi masukan, dan
mendukung penulisan makalah ini sehingga selesai tepat pada waktunya.

Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca. Kami telah menyusun makalah
ini dengan maksimal, tidak menutup kemungkinan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu
sangat diharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca sekalian.

Pasuruan, 24 Maret 2024

ii
DAFTAR ISI
JUDUL .................................................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................... iv
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................................................ 2
BAB 2 ........................................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 3
A. Pengertian Adaptasi ...................................................................................................... 3
B. Mekanisme dan Prinsip Adaptasi ................................................................................ 4
C. Macam-macam Adaptasi Hewan (morfo/Struktural, Fisiologi dan Tingkah laku)8
D. Adaptasi Tumbuhan ................................................................................................... 15
BAB 3 ...................................................................................................................................... 21
PENUTUP ............................................................................................................................... 21
A. Kesimpulan .................................................................................................................. 21
B. Saran............................................................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 23

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2 1. Kupu-Kupu Biston (Silmi Nurul,2022) .............................................................................. 7


Gambar 2 2. Modifikasi Paruh Burung (Pixabay,2020) .......................................................................... 9
Gambar 2 3. Saluran pencernaan hewan karnivora dan herbivora (Idntimes.com ,2020) ..................... 10
Gambar 2 4. Modifikasi bentuk gigi (Emha Daffa, 2017) ..................................................................... 10
Gambar 2 5. Kaki maleo. (Arkive, 2023) .............................................................................................. 11
Gambar 2 6. Burung Gagak (Kompas.com, 2023) ................................................................................ 11
Gambar 2 7. Lintah (Amirul Nisa, 2023) .............................................................................................. 12
Gambar 2 8. Monyet Jepang cuci ubi (News, 18 november)................................................................. 14
Gambar 2 9. Monyet hitam Sulawesi (Mocaca nigra) (Istock, 2023) .................................................... 14
Gambar 2 10. Monyet turun ke jalan (pusuk, Lombok) (Amrikesuma, 2018) ...................................... 14

iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan salah satu diantara negara di dunia yang memiliki
keanekaragaman yang tinggi. Daratan Indonesia yang hanya meliputi sekitar 1,3% dari
daratan di dunia, berada di daerah antara dua satuan biogeografi yang unik, yaitu daratan
sunda dan daratan sahul dan ditambah dengan daerah perantara yang dikenal dengan
Wallace. Indonesia memiliki sekitar 10% jenis tumbuhan berbunga yang ada di dunia.
12% mamalia, 16% reptil dan amfibi, 17% burung serta 25% jenis ikan. Tingginya
keanekaragaman hayati tersebut sangat dipengaruhi oleh posisi Indonesia yang berada di
wilayah tropis serta terletak diantara dua wilayah biogeografi yaitu Indo Malaya dan
Australian. Lebih dari 600 jenis reptil yang tersebar luas di Asia tenggara, meliputi
padang rumput, air tawar, paya gambut, hutan primer, sekunder, hutan pegunungan,
pantai, laut, batu karang dan lainnya. Reptil hidupnya ada yang bersifat fosorial, arboreal,
terestrial dan akuatik. Umumnya reptil aktif pada malam hari (nokturnal), namun ada
juga yang aktif pada siang hari (diurnal) (Das, 2004).
Reptil merupakan salah satu fauna yang terdapat di wilayah Indonesia. Negara
Indonesia menempati peringkat ke-3 sebagai negara yang memiliki kekayaan jenis reptil
paling tinggi di dunia, yaitu sekitar 6.000 lebih jenis reptile terdapat di Indonesia.
Pemanfaatan reptil sebagai binatang peliharaan maupun untuk konsumsi atau obat-
obatan telah berkembang di berbagai negara, bahkan dalam dua dekade terakhir
Indonesia dikenal sebagai salah satu negara pengekspor reptil terbesar di dunia
(Soehartono dan Mardiastuti, 2003).
Satwa reptil terdiri dari 48 famili, sekitar 905 genus dengan 6,547 spesies
Jumlah ini terus berubah seiring dengan berkembangan ilmu pengetahuan dan
penemuan jenis-jenis baru. Indonesia memiliki tiga dari keempat ordo, yaitu Ordo
Testudinata, Squamata dan Crocodylia. Tuatara (Ordo Rhynchocephalia) merupakan
reptil primitif yang terdiri dari 1 jenis dan hanya terdapat di Selandia Baru (O'Shea dan
Halliday, 2001).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana karakteristik dan klasifikasi pada Reptil?
2. Bagaimana konservasi Reptil di Indonesia?

5
C. Tujuan
1. mengetahui karakteristik dan klasifikasi pada Reptil
2. Mengetahui konservasi Reptil di Indonesia

6
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Asal Mula Dan Evolusi Awal Hewan Amniotik
Amniotes adalah Kelompok monofiletik yang muncul dan diversifi ed pada akhir
Paleozoic. Kebanyakan ahli zoologi setuju bahwa amniotes yang paling dekat terkait dengan
anthracosaurus, sekelompok anamniotes (vertebrata kurang memiliki amnion) dari periode Karbon
awal. Anthracosaurus yang lebih baik disesuaikan untuk kehidupan di darat daripada kebanyakan
lainnya anamniotes, dan kadang-kadang awalnya dikira reptil awal. diet mereka mungkin
kebanyakan terdiri dari serangga, yang memancar dalam beragam bentuk oleh Karbon. Diadectes
adalah kebanyakan adik takson kemungkinan amniotes, dan cukup menarik, mungkin tetrapod
anamniotic hanya benar-benar herbivora, masa lalu atau sekarang. The amniotes pertama fi yang
kecil dan lizardlike, tapi cepat menjalani radiasi adaptif pada awal Permian Periode ke dalam bentuk
yang beragam dalam morfologi, biologi makan, dan penggunaan habitat. Awal diversifi kasi
amniotes menghasilkan tiga pola lubang (fenestra) di daerah temporal dari tengkorak. tengkorak
tidak memiliki bukaan di daerah temporal dari tengkorak belakang orbit (pembukaan di tengkorak
untuk mata); dengan demikian, daerah temporal dari tengkorak adalah sepenuhnya beratap oleh
tulang dermal. Tengkorak morfologi ini hadir di amniotes awal, dan dalam satu kelompok hidup,
kura-kura, meskipun kondisi anapsid di kura-kura kemungkinan berevolusi sekunder, dari nenek
moyang memiliki fenestra temporal. dua lainnya clades amniote. Diapsida dan Sinapsida, mewakili
terpisah derivasi evolusi dari kondisi anapsid leluhur.Karakteristik Dan Klasifikasi Pada Reptil.
Tengkorak Diapsid hadir pada burung dan semua Amniota tradisional dianggap "reptil," kecuali
kura-kura. Dalam berbagai diapsids hidup (kadal, ular, dan burung) salah satu atau kedua lengkungan
tulang dan bukaan telah hilang. mungkin untuk memfasilitasi tengkorak kinesis. The diapsids awal
member naik ke lima clades morfologis yang berbeda. The lepidosaurs termasuk sebagian besar reptil
hidup, termasuk kadal, ular, dan tuataras. The archosaurs termasuk dinosaurus, pterosaurus, dan buaya
dan burung hidup. Sepertiga, clade yang lebih kecil, sauropterygians, termasuk beberapa kelompok air
punah, yang yang paling mencolok dari yang besar, plesiosaurus berleher panjang. Ichthyosaurus, diwakili
oleh punah, bentuk dolphinlike air, membentuk clade keempat dari diapsids. Penempatan clade terakhir,
kura-kura, di diapsid yang clade kontroversial, meskipun kita memperlakukan penyu sebagai sangat
anggota modifikasi dari clade Diapsida sini. penyu morfologi adalah campuran dari karakter leluhur dan
turunan yang memiliki hampir berubah sejak mereka pertama-tama muncul dalam catatan fosil di Triassic
sekitar 200 juta tahun yang lalu. tengkorak kura-kura kurang fenestra temporal dan sering dianggap
sebagai satu-satunya yang hidup keturunan parareptilia, kelompok anapsid awal. Namun, bukti morfologi
dan genetik lain yang diterbitkan atas masa lalu 15 tahun menempatkan kura-kura dalam clade diapsid,
menyarankan bahwa dua pasang karakteristik fenestra temporal diapsids hilang di awal evolusi penyu.
Hubungan penyu untuk diapsids lainnya tidak jelas; morfologi kerangka apendikularis menunjukkan nities
7
affi dengan lepidosaurs, tapi bukti genetic menunjukkan nities affi dengan archosaurs. Kondisi Synapsida
terjadi pada clade yang termasuk mamalia dan kerabat punah mereka, therapsids dan Pelycosaurus.
Sinapsida adalah pertama amniote kelompok untuk menjalani radiasi adaptif yang luas dan
merupakan amniotes besar dominan dari Paleozoic terlambat. Apa cance signifi fungsional bukaan
duniawi di amniota? Dalam bentuk hidup bukaan ini diduduki oleh otot-otot besar yang mengangkat
(aduk) rahang bawah. Perubahan rahang otot mungkin refl ect pergeseran dari hisap makan pada vertebrata
air untuk jenis makan terestrial yang diperlukan otot lebih besar untuk menghasilkan tekanan lebih statis,
untuk melakukan kegiatan seperti menggigit bahan tanaman dengan anterior gigi, atau untuk menggiling
makanan dengan gigi posterior. Amniota menunjukkan jauh lebih banyak variasi dalam memberi makan
biologi dari anamniotes, dan herbivora umum di banyak garis keturunan amniote.

B. Perkembangan Awal Kelompok Reptil


Reptilia merupakan hewan vertebrata berdarah dingin (poikiloterm) yang dapat menyesuaikan
suhu tubuh dengan lingkungan sekitarnya. Reptilia tidak dapat mengatur suhu internal layaknya hewan
mamalia yang berdarah panas (homoioterm) sehingga mereka bergantung pada lingkungan sekitar untuk
dapat. mengatur suhu tubuh mereka. Reptilia berjemur di bawah sinar matahari agar dapat menghangatkan
diri dan meningkatkan metabolisme tubuh, sedangkan untuk mendinginkan suhu tubuh, reptilia biasanya
berpindah ke tempat yang teduh atau berpindah ke kawasan perairan (Taylor dan O'Shea, 2004).
Tubuh reptilia tertutup oleh sisik yang tesusun oleh keratin dan berbentuk rata maupun berduri.
Fungsi sisik dari tubuh reptilia adalah untuk mengatur sirkulasi air yang memungkinkan agar reptilia
terhindar dari ancaman dehidrasi saat jauh dari wilayah perairan. Reptilia tidak memiliki telinga eksternal
dan rambut maupun bulu. Pada umumnya reptilia merupakan hewan karnivora. Jenis kura-kura dan
beberapa jenis kadal seperti iguana merupakan herbivora, sedangkan chameleon merupakan jenis reptil
pemakan serangga atau insektivora (O'Shea dan Halliday, 2001).
Reptilia meliputi hewan kadal, tokek, cecak, buaya, ular, penyu, atau kura- kura. Reptilia hidup di darat,
perairan tawar, rawa-rawa, dan laut. Namun, reptilia cenderung beradaptasi dengan kehidupan darat.
Reptilia memiliki ciri-ciri umum, yaitu ukuran tubuh bervariasi, tubuh terdiri dari kepala, leher, badan,
dan ekor.. Tengkorak memiliki satu tonjolan di bagian belakang. Reptilia memiliki dua pasang kaki berjari
lima, kecuali pada ular. Kulit tubuhnya kering dan tertutup oleh sisik atau lempeng epidermal. Sisik
mengandung protein keratin yang menyebabkan kulit menjadi kedap air dan membantu mencegah
dehidrasi di udara yang kering. Reptilia mengalami pergantian kulit (molting) secara periodik. kecuali
pada buaya dan kura-kura. Reptilia memiliki kelenjar karapaks (perisai dorsal) dan plastron (perisai
ventral) (Irnaningtyas, 2014).

Reptil muncul sekitar 320 juta tahun yang lalu selama periode Karbon. Reptil, dalam pengertian
tradisional, didefinisikan sebagai hewan yang memiliki sisik atau sisik, bertelur di darat, bercangkang
keras, dan memiliki metabolisme ektotermik. Didefinisikan demikian, kelompok ini bersifat parafiletik,

8
tidak termasuk hewan endotermik seperti burung yang merupakan keturunan reptilia awal yang
didefinisikan secara tradisional. Definisi yang sesuai dengan tata nama filogenetik, yang menolak
kelompok parafiletik, mencakup burung tanpa menyertakan mamalia dan nenek moyang sinapsidnya. Jadi
didefinisikan, Reptilia identik dengan Sauropsida. Reptil pertama kali muncul dari tetrapoda sebelumnya
di rawa-rawa Karbon akhir (Pennsylvania Awal - Bashkirian).
Meningkatnya tekanan evolusi dan luasnya relung daratan yang belum tersentuh mendorong
perubahan evolusioner pada amfibi yang secara bertahap menjadi semakin berbasis di darat. Seleksi
lingkungan mendorong perkembangan sifat-sifat tertentu, seperti struktur rangka yang lebih kuat, otot,
dan lapisan pelindung (sisik) yang lebih banyak menjadi lebih disukai; fondasi dasar reptil didirikan.
Evolusi paru-paru dan kaki adalah langkah transisi utama menuju reptil, namun perkembangan telur
eksternal bercangkang keras menggantikan telur amfibi yang terikat di air adalah ciri khas kelas Reptilia
dan memungkinkan amfibi ini meninggalkan air sepenuhnya. Perbedaan utama lainnya dari amfibi adalah
peningkatan ukuran otak, lebih khusus lagi, pembesaran otak besar dan otak kecil. Meskipun ukuran otak
mereka lebih kecil jika dibandingkan dengan burung dan mamalia, peningkatan ini peningkatan ini
terbukti penting dalam strategi berburu reptil. Peningkatan ukuran kedua wilayah otak ini memungkinkan
peningkatan keterampilan motorik dan peningkatan perkembangan sensorik.
Asal usul reptilia terletak sekitar 320-310 juta tahun yang lalu, di rawa-rawa pada periode
akhirKarbon, ketika reptilia pertama berevolusi darijosemi labirinontodontingkat lebih lanjut.Hewan
tertua yang diketahui mungkin merupakanamniota, lebih merupakan reptil daripadaamfibi,
adalahCasineria (meskipun ia juga dianggap sebagai amfibitemnospondyl)
Serangkaian jejak kaki dari lapisan fosil Nova Scotia, berumur 315 juta tahun, menunjukkan jari kaki
reptil yang khas dan bekas sisik.Jejak tersebut dikaitkan dengan Hylonomus, reptil tertua yang
diketahui.Hewan ini berukuran kecil, mirip kadal, dengan panjang sekitar 20 hingga 30 cm (8-12 inci),
dengan banyak gigi tajam yang menandakan pola makan pemakan serangga. Contoh lain termasuk
Westlothiana(kadang- kadang dianggap sebagaiamniota batangdaripadaamniotasejati) danPaleothyris,
keduanya memiliki bentuk tubuh yang serupa dan kebiasaan yang mungkin serupa. Salah satu reptil awal
yang paling terkenal adalah Mesosaurus, genus dariPermian Awalyang kembali ke udara dan memakan
ikan.
Reptil paling awal sebagian besar dibayangi oleh amfibi labyrinthodont yang lebih besar, misalnya
Cochleosaurus, dan tetap menjadi bagian fauna yang kecil dan tidak mencolok sampai setelah zaman es
kecil di akhir zaman Karbon.
Secara tradisional diasumsikan bahwa reptilia pertama adalahanapsida, memiliki tengkorak padat dengan
lubang hanya untuk hidung, mata, sumsum tulang belakang, dll.penemuan meledak sepertisynapsiddiatap
tengkorak tengkorakanggota beberapa Parareptilia, termasuklanthanosuchoids, millerettid, bolosa urids,
beberapanycteroleterids, beberapaprocolophonoidsdan setidaknya beberapamesosaurus dibuat itu lebih
ambigu dan saat ini tidak pasti apakah nenek moyang reptilia memiliki tengkorak mirip anapsid atau mirip
sinapsid. Segera setelah reptil pertama muncul, mereka terbagi menjadi dua cabang.Satu cabang,

9
Synapsida (termasuk mamalia modern), memiliki satu terbuka di atap tengkorak di belakang setiap mata.
Cabang lainnya, Sauropsida, sendiri terbagi menjadi dua kelompok utama. Salah satunya, Parareptilia
tersebut, berisi taksa dengan tengkorak mirip anapsid, serta taksa dengan satu terbuka di belakang setiap
mata (lihat di atas). Anggota kelompok lainnya, Diapsida, memiliki lubang di tengkorak mereka di
belakang setiap mata, bersama dengan lubang kedua yang terletak lebih tinggi di tengkorak. Fungsi lubang
pada sinapsida dan diapsida adalah untuk mencerahkan tengkorak dan memberikan ruang bagi otot rahang
untuk bergerak, sehingga memungkinkan gigitan yang lebih kuat.

C. KARAKTERISTIK DAN MORFOLOGI REPTIL


1. Struktur Eksternal

Morfologi Reptilia meliputi kepala yang terpisah, leher, tubuh, dan ekor, angggota tubuh
berukuran pendek dengan sejumlah jari yang pada bagian ujungnya dilengkapi cakar dan
begitupun ada juga sebagaian subordo yang lain. yang tidak memiliki jari. Mulutnya yang panjang
dilengkapi dengan gigi. Buaya mialnya di dekat ujung moncong terdapat dua lubang hidung. Mata
berukuran besar dan terletak lateral, dengan kelopak atas dan bawah, serta membrane nictatin
transparan yang dapat bergerak di bawah kelopak mata, telinga berukuran kecil terletak
dibelakang mata. Anus terletak longitudinal dibelakang pangkal kaki belakang.

2. SISTEM PERNAPASAN

Secara umum reptilia bernapas menggunakan paru-paru. Tetapi pada beberapa reptilia,
pengambilan oksigen dibantu oleh lapisan kulit disekitar kloaka. Pada reptilia umumnya udara
luar masuk melalui lubang hidung, trakea, bronkus, dan akhirnya ke paru-paru. Sistem pernafasan
pada reptilia lebih maju dari Amphibi.
Paru-paru Reptil berada dalam rongga dada dan dilindungi oleh tulang rusuk. Paru paru Reptil
hanya terdiri dari beberapa lipatan dinding yang berfungsi memperbesar permukaan pertukaran
gas. Paru paru kadal, kura-kura, dan buaya lebih kompleks, dengan beberapa belahan-belahan
yang membuat paru-parunya bertekstur seperti spon. Paru-paru pada beberapa jenis kadal,
misalnya bunglon Afrika, mempunyai pundi-pundi hawa atau kantung udara cadangan sehingga
memungkinkan hewan tersebut melayang di udara.

Reptilia bernapas menggunakan paru-paru. Gas 02 dalam udara masuk melalui lubang hidung
rongga mulut > anak tekak trakea yang panjang => bronkiolus dalam paru-paru. Dari paru-paru,
02 diangkut darah menuju seluruh jaringan tubuh. Dari jaringan tubuh, gas CO2 diangkut darah
menuju jantung untuk dikeluarkan melalui paru-paru bronkiolus > trakea yang panjang anak tekak

10
rongga mulut lubang hidung. Pada Reptilia yang hidup di air, lubang hidung dapat ditutup ketika
menyelam. . SISTEM PENCERNAAN
System pencernaan pada reptile terdiri atas saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan.
Reptile pada umumnya terdiri atas saluran pencernaan dan kelnejar pencernaan. Pada umumnya
reptile adalah karnivora (pemakan daging). Saluran pencernaannya terdiri dari mulut,
kerongkongan, lambung, usus dan kloaka. Dan kelenjar pencernaannya terdiri atas kelenjar ludah,
pancreas dan hati. a. Rongga Mulut. Disokong oleh rahang atas dan rahang bawah. Pada masing-
masing rahang terdapat gigi-gigi yang berbentuk kerucut. Gigi menempel pada gusi dan sedikit
melengkung kea rah rongga mulut. Dan khusus pada ular berbisa akan tumbuh gigi yang dapat
menghasilkan racun yang terdapat pada rongga mulut. Pada buaya giginya bisa mnegalami 50 kali
pergantian. Pada umumnya retil tidak mengunyah makanannya jadi giginya berfungsi sebagai
penangkap mangsa.
Pada rongga mulut terdapat
a. lidah yang melekat pada tulang lidah dengan ujung bercabang dua. Pada reptilian pemakan
insekta memiliki lidah yang dapat dijulurkan, sedangkan pada buaya dan kura-kura lidahnya
relative kecil dan tidak dapat dijulurkan. Lidah ular berbentuk pembuluh yang terbungkus oleh
selaput dan terletak di bagian rahang bawah. Memiliki kelenjar mukoid yang sekretnya berfungsi
agar rongga mulut tetap basah dan dapat dengan mudah menelan mangsanya. Pada ular Kelenjar
labia bermodifikasi menjadi kelenjar poison yang bermuara di kantung yang terletak di daerah
gigi taring dan dikeluarkan melalui gigi tersebut.
b. Kerongkongan (esophagus) merupakan saluran di belakang rongga mulut yang menyalurkan
makanan dari rongga mulut ke lambung. Di dalam esophagus tidak terjadi proses pencernaan.
c. Lambung (ventrikulus) merupakan tempat penampungan makanan dan pencernaan makanan berupa
saluran pencernaan yang membesar dibelakang esophagus. Disini makanan baru mengalami
proses. pencernaan. Pada bagian fundus pylorus makanan dicerna secara mekanik dan kimia.d.
Intestinum terdiri dari usus halus dan usus tebal yang bermuara pada anus. Dalam usus halus
terjadi proses penyerapan dan sisanya menuju ke rectum, kemudian diteruskan ke kloaka untuk
dibuang. Ukuran usus disesuaikan dengan bentuk tubuhnya.
e. Kelenjar pencernaan, terdiri atas hati dan pancreas. Empedu yang dihasilkan oleh hati ditampung
di dalam kantong yang disebut vesica fellea. Hati tediri dari dua lobus yaitu sinister dan dexter
yang berwarna coklat kemerahan. Kantong empedu terletak pada tepi sebelah kanan hati. Pancreas
pada reptile terletak diantara lambung dan duodenum. Pancreas berbentuk pipih dan berwarna
kekuning-kuningan.

3. SISTEM EKSKRESI
Sistem ekskresi pada reptil berupa ginjal, paru-paru,kulit dan kloaka. Kloaka merupakan satu-
satunya lubang untuk mengeluarkan zat-zat hasil metabolisme Reptil yang hidup di darat sisa hasil

11
metabolismenya berupa asam urat yang dikeluarkan dalam bentuk bahan setengah padat berwarna
putih.

4. SISTEM PEREDARAN DARAH


Sistem sirkulasi reptil lebih maju dibandingkan dengan katak. Perhatikan Gambar 5.20.
Jantung terdiri dari empat ruangan yaitu ventrikel kanan, ventrikel kiri, atrium kanan, dan atrium
kiri serta sebuah sinus venosus. Antara ventrikel kanan dan kiri terdapat sekat yang belum
sempurna sehingga terjadi percampuran darah yang kaya 02 dalam ventrikel kiri dengan darah
yang kaya CO2 dalam ventrikel kanan.
Khusus pada jantung buaya, pada sekat antar ventrikel terdapat lubang kecil yang disebut
foramen panizzae yang berfungsi sebagai berikut.
1) Memungkinkan distribusi oksigen yang cukup ke alat pencernaan. 2) Memelihara keseimbangan
tekanan cairan di dalam jantung pada waktu menyelam.
Sistem sirkulasi darah pada reptil termasuk sistem sirkulasi darah ganda. Darah dari vena yang
kaya CO2 masuk ke jantung melalui sinus venosus ke bagian atrium kanan lalu ke ventrikel kanan.
Kemudian, darah dipompa menuju paru-paru. Darah dari paru-paru yang kaya 02 masuk ke atrium
kiri,dilanjutkan ke ventrikel kiri. Darah dari ventrikel kiri dipompa keluar melalui aorta menuju
ke seluruh tubuh.

5. SISTEM REPRODUKSI

Jantan

➤ Memiliki alat kelamin khusus hemipenis

➤ Sepasang testis

➤ Memiliki epididimis

➤ Memiliki vas deferens

→ Betina

➤ Memiliki sepasang ovarium

➤ Memiliki saluran telur (oviduk)

➤Berakhir pada saluran kloaka

6. SISTEM INDERA

Reptil memiliki alat indera dengan kepekaan yang berbeda-beda, bergantung pada spesiesnya.
Beberapa reptil juga memiliki indera khas yang tidak dimiliki oleh reptil lainnya. Namun, secara
umum indera yang dimiliki oleh reptil adalah indera penglihatan, pendengaran dan kemoreseptor
12
khusus.

a. indera penglihatan
secara umum, reptil memiliki struktur mata yang sama dengan vertebrata lainnya. Ada yang
memiliki kelopak mata, ada pula yang tidak. Akomodasi pada semua reptil kecuali ular diatur oleh
lensa yang dikelilingi dengan cincin otot sehingga lensa dapat memipih dan membesar. Sementara
pada ular, untuk akomodasi lensa mata dapat diarahkan maju mundur. Mata pada ular tidak
memiliki kelopak mata, tapi dilindungi oleh selaput transparan. Penglihatan ular tidak sejelas
penglihatan manusia. Sensor yang ditangkap adalah bayangan dan sensitif terhadap cahaya dan
panas.
Sebagian besar ular juga memiliki mata median yang berada di atas kepalanya. Mata median
merupakan hasil envaginasi dari dienchephalon. Mata median ini tidak membentuk gambaran
retina. Fungsinya adalah untuk mengamati durasi dari fotoperiodisme lingkungan dan memasukkan
pengaruhnya terhadap ritme biologis. Mata median ini diduga juga berguna untuk menakar kadar
radiasi sinar matahari yang memapar tubuh ular.
Pada bunglon, mata lateralnya dapat berputar 3600. Selain itu, kedua mata lateralnya
dapat bergerak ke arah yang berbeda. Sehingga, hewan ini dapat melihat ke dua arah sekaligus.

b. Indera Pendengaran
Reptil tidak memiliki daun telinga. Pada kadal, gendang telinganya nampak jelas terlihat dari
luar, berada tepat di belakang rahang. Buaya memiliki gendang telinga yang berada di dalam lubang
telinga, tepatnya berada di ujung saluran telinga. Gendang telinga ini berfungsi untuk menggetarkan
tulang tulang pendengaran. Akan tetapi, hampir semua jenis ular tidak memiliki gendang telinga.
Sehingga, sinyal- sinyal getaran diterima dari lingkungan melalui rahang bawah.

c. kemoreseptor khusus
1. Organ Vomeronasal
Organ ini fungsinya ekuivalen dengan indera pembau pada manusia. Karena hidung ular hanya
memiliki epitel respirasi, maka fungsi penciumannya digantikan oleh organ ini. Organ
vomeronasal atau organ Jacobson berhubungan dengan bulbus olfaktorius dan berfungsi sebagai
pendeteksi kimia adanya mangsa maupun pemangsa. Lidah berfungsi sebagai poembawa sinyal
kimia berupa gas dari lingkungan ke dalam organ ini.
2. Organ perasa
Lidah pada reptil memiliki sedikit kuncup kecap. Sehingga, ia bisa merasakan
mangsanya.
3. Pit Organ
Pit organ merupakan detektor panas pada ular. pit organ ini berupa lubang- lubang di

13
depan wajah ular yang di dalamnya terdapat membran thermoreseptor. Pada gambar berikut,
organ pit ditunjukkan dengan panah warna merah. Sementara, panah berwarna hitam
menunjukkan lubang hidungnya.
Reptil tergolong dalam hewan yang bertulang belakang dengan ciri-ciri adalah sebagai berikut:

1. Tubuh dibungkus oleh kulit kering yang bersisik atau menanduk, biasanya dengan sisik atau
bercarapace, beberapa ada yang memiliki kelenjar permukaan kulit.
2. Mempunyai dua pasang anggota, yang masing-masing 5 jari dengan kuku- kuku yang cocok untuk lari,
mencengkram dan naik pohon. Bagi yang masih hidup di air kakinya memiliki bentuk duyung, dan pada
ular bahkan tidah memilikinya.
3. Jantung tidak sempurna, terdiri dari 4 ruang, du auricular dan sebuah venterikulus. Terdapat sepasang
archus aortikus, bererythrocyt dengan bentuk oval biconvex dan dengan nukleus.
4. Bernapas melalui paru-paru, pada penyu juga bernapas dengan cloaca.
5. Berdarah dingin, dengan kata lain tidak memiliki suhu badan tetap, melainkan suhu tubuh tergantung
pada lingkungan.
6. Fertilisasi terjadi di dalam tubuh, biasanya memiliki alat kopulasi, telur besar dengan banyak yolk,
berselaput kulit lunak atau bercangkok tipis. Kebanyakan reptilia bertelur (ovipar), walaupun setengahnya
adalah (ovovivipar), menyimpan telur di dalam perut ibu sehingga menetas.
7. Memiliki ukuran tubuh bervariasi. Memiliki ukuran tubuh yang terdiri dari kepala, leher, badan, dan
ekor. Tengkorak memiliki satu tonjolan yang berada dibagian belakang. Reptilia memiliki dua pasang kaki
yang berjari lima, kecuali ular.
8. Reptilia merupakan hewan poikiloterm (berdarah dingin). Reptilia mengontrol suhu tubuhnya bukan
dengan metabolisme tubuh, melainkan dengan adaptasi tingkah. laku.
9. Alat pencernaan dimulai dari mulut, faring, esophagus, lambung, usus halus, usus besar, dan kloaka.
Pada mulutnya terdapat gigi dan lidah.
10. Alat ekskresi berupa sepasang ginjal yang berbentuk pipih.
11. Alat indra berupa mata, telinga, dan hidung.
12. Sistem saraf berupa otak dengan 12 pasang saraf kranial.

D. Klasifikasi Reptilia
Reptil terbagi menjadi 4 ordo, yaitu Crocodilia, Sphenodontia, Squamata dan
Testudinata.:
a) Crocodilia
Crocodilia adalah ordo hewan Reptilia yang terdiri dari beberapa spesies buaya. Contoh
hewan Crocodilia seperti Crocodylus novaeguineae (buaya air tawar), Crocodylus porosus (buaya
air asin), dan Gavialis gangeticus (buaya pemakan ikan). Hewan-hewan ini memiliki ciri-ciri fisik
berupa tubuh yang besar dan panjang, kulit yang bersisik, dan kaki yang kuat dengan cakar yang
14
tajam. Hewan-hewan ini juga memiliki mulut yang besar dan gigi yang kuat untuk memotong
makanan mereka. Hewan-hewan ini hidup di air dan darat, dan menjadi predator di lingkungan
tempat mereka hidup.
Kelompok reptil berkaki empat dengan tubuh, ekor, dan moncong yang panjang.
Crocodilia diketahui memiliki otak yang paling berkembang dan paling cerdas di antara reptil
lainnya. Crocodilia memiliki rahang yang kuat, ekor yang berotot, gigi yang terus ada sepanjang
kehidupan, empat bilik jantung, sisik besar yang menutupi tubuh, dan lubang hidung di bagian
atas kepala. Contoh reptil yang merupakan crocodilia adalah buaya, buaya air asin, aligator,
gharial, dan caiman.

15
i. Buaya air asin
Buaya muara atau buaya bekatak (Crocodylus porosus) adalah jenis buaya terbesar
di dunia. Dinamai demikian karena buaya ini hidup di sungai-sungai dan di dekat laut
(muara). Buaya ini juga dikenal dengan nama buaya air asin, buaya laut, dan nama-nama
lokal lainnya.

a.

Buaya air asin. Aditya ekananda (2021)


ii. Kaiman
Kaiman adalah kelompok hewan yang termasuk ke dalam subfamili Caimaninae
yang masih satu keluarga dengan buaya dan aligator, tetapi lebih dekat dengan
aligator. Kaiman berkacamata mendapatkan namanya dari punggung yang terdapat
di antara matanya. Ini terlihat seperti jembatan pasangan kacamata.

Caiman, Lulu lukyani, 2021


iii. Gharial
Gharial (Gavialis gangeticus), dikenal juga sebagai buaya pemakan ikan, adalah
anggota ordo crocodilia dari famili Gavialidae, yang habitat aslinya di bagian utara
anak benua India. Populasi gavial secara global di alam liar diperkirakan kurang dari
235 individu, yang terancam oleh hilangnya habitat tepi sungai, deplesi sumber daya

2
16
ikan, dan terkait dengan penangkapan ikan. Karena populasinya telah menurun secara
drastis dalam 70 tahun terakhir, gavial masuk dalam kategori Kritis pada Daftar Merah
IUCN.
Gavial adalah salah satu crocodilia terpanjang dari semua crocodilia yang hidup
saat ini, dengan memiliki ukuran mencapai 625 m.

b) Testudinata
Testudinata adalah ordo hewan Reptilia yang terdiri dari beberapa spesies. Contoh hewan
Testudinata yaitu kura-kura dan penyu. Hewan-hewan ini memiliki ciri-ciri fisik berupa tubuh
yang dilindungi oleh kerangka yang kuat, kulit yang bersisik, dan kaki yang pendek dan kuat.
Beberapa spesies Testudinata, seperti penyu hijau, hidup di air dan datang ke darat untuk bertelur,
sedangkan spesies kura-kura hidup di darat dan air tawar.
Testudinata memiliki empat kaki, sisik berupa cangkang keras yang melengkung dan
menutupi tubuh, juga permukaan perut yang datar. Testudinata memiliki jantung dengan tiga
bilik, namun lebih modern daripada yang dimiliki sphenodontia. Contoh reptil kelompok
Testudinata adalah kura-kura dan penyu.

2
17
c) Squamata
Squamata adalah ordo hewan Reptilia yang terdiri dari beberapa spesies. Contoh hewan
Squamata seperti kadal, ular, dan biawak. Hewan-hewan ini memiliki ciri-ciri fisik berupa tubuh
yang memanjang dan ramping, kulit yang bersisik, kaki yang pendek, dan lidah yang panjang dan
lentur. Hewan-hewan ini hidup di berbagai lingkungan, mulai dari hutan hujan tropis hingga
gurun pasir. Beberapa spesies Squamata, seperti kobra, memproduksi racun yang bisa digunakan
untuk membunuh mangsanya.
Kelompok reptilia yang berganti kulit dalam periode tertentu. Squamata memiliki
sambungan rahang dan tulang yang berbeda dari reptil lainnya. Rahang Squamata sangatlah
fleksibel dan kuat. Memungkinkan mereka menelan mangsa dalam ukuran yang lebih besar dari
tubuhnya. Contoh reptil yang merupakan squamata adalah kadal, kadal cacing, bunglon, iguana,
dan ular.

Kadal cacing
sumber;

MATAKEPRI.COM (1999)Kadal cacing sumber; MATAKEPRI.COM (1999)

Kadal cacing sumber; MATAKEPRI.COM (1999)

i. Kadal
Tuatara (genus Sphenodon) adalah reptilia yang mirip dengan kadal.
Namun, mereka bukan termasuk kadal. Tuatara adalah satu-satunya anggota
yang masih hidup dari ordo Rhynchocephalia, yakni bangsa reptil yang
berkembang 200 juta tahun yang lalu.Tuatara adalah hewan pemalu. Aktif pada
malam hari. Mereka menghabiskan waktu sendirian. Makanan utama mereka
adalah burung, kadal, katak, dan serangga. Tuatara mempunyai penglihatan
warna yang baik bahkan pada tingkat cahaya rendah. Tuatara memiliki panjang
tubuh sekitar 45-80 cm.

2
18
Tuatara, sumber: ikons.id. (2020

ii. Bunglon
Bunglon (Calotes) adalah sebutan khusus untuk beraneka jenis
kadal/bengkarung yang memiliki kemampuan mengubah warna kulitnya.Secara
umum, istilah "bunglon" digunakan untuk menyebut kadal-kadal dari suku
Iguania termasuk Iguanidae, agamidae dan chamaeleonidae.Istilah dalam bahasa
Inggris adalah Chameleon atau Chamaeleon.Akan tetapi, istilah dalam bahasa
Inggris tersebut lebih sering digunakan untuk menyebut jenis-jenis dari suku
Chamaeleonidae. Untuk istilah bunglon dalam bahasa Indonesia lebih cocok
diterjemahkan dengan istilah calotes, karena kadal jenis chameleonidae tidak
ditemukan di kawasan IndonesiaBunglon menyebar sangat luas mulai dari
sebagian Asia bagian selatan, hingga kepulauan Nusantara. Di Indonesia sendiri,
istilah bunglon digunakan untuk menyebut beberapa spesies dari marga
Bronchocela Sp., misalnya bunglon surai

Sumber ; mental floss(2015)

iii. Iguana
Iguana adalah jenis kadal yang dalam keluarga Iguanidae. Mereka
memiliki ciri khas berupa penampilan yang tampak garang, walaupun sebagian
besar dari iguana adalah herbivora dan tidak berbahaya. Di dunia ini ada sekitar
45 spesies iguana yang tersebar di berbagai negara. Dari 45 jenis iguana
tersebut, beberapa di antaranya tentu memiliki keunikan yang tidak dimiliki
iguana lain

2
19
Iguana. Sumber ; Oceana(2019

d) Sphenodontia
Sphenodontia adalah ordo hewan Reptilia yang hanya memiliki satu spesies hidup yang
dikenal sebagai tuatara (Sphenodon punctatus), yang hidup di Selandia Baru. Tuatara memiliki
ciri-ciri fisik berupa tubuh yang kecil dan memanjang, sisik-sisik yang halus, dan kaki yang
pendek. Hewan ini juga memiliki dua jambul kecil di atas matanya. Tuatara adalah hewan
herbivora yang hidup di lingkungan pegunungan dan terutama memakan serangga.
Kelompok reptil yang giginya merupakan perpanjangan tulang rahagnya (bukan gigi
individu). Sphenodontia disebut sebagai reptilia yang tidak terspesialisasi, karena menyerupai
amfibi. Sphenodontia memiliki jantung dengan tiga bilik yang lebih primitif daripada reptil
kelompok lain. Sphenodontia memiliki kulit yang sangat kasar dan sisik berduri di sepanjang
tulang punggung juga ekornya. Contoh reptil yang termasuk Sphenodontia adalah tuatara

iv. Bunglon
2
20
Bunglon (Calotes) adalah sebutan khusus untuk beraneka jenis
kadal/bengkarung yang memiliki kemampuan mengubah warna kulitnya.Secara
umum, istilah "bunglon" digunakan untuk menyebut kadal-kadal dari suku
Iguania termasuk Iguanidae, agamidae dan chamaeleonidae.Istilah dalam bahasa
Inggris adalah Chameleon atau Chamaeleon.Akan tetapi, istilah dalam bahasa
Inggris tersebut lebih sering digunakan untuk menyebut jenis-jenis dari suku
Chamaeleonidae. Untuk istilah bunglon dalam bahasa Indonesia lebih cocok
diterjemahkan dengan istilah calotes, karena kadal jenis chameleonidae tidak
ditemukan di kawasan IndonesiaBunglon menyebar sangat luas mulai dari
sebagian Asia bagian selatan, hingga kepulauan Nusantara. Di Indonesia sendiri,
istilah bunglon digunakan untuk menyebut beberapa spesies dari marga
Bronchocela Sp., misalnya bunglon surai

Sumber ; mental floss(2015)

e) Sphenodontia
Sphenodontia adalah ordo hewan Reptilia yang hanya memiliki satu spesies hidup yang
dikenal sebagai tuatara (Sphenodon punctatus), yang hidup di Selandia Baru. Tuatara memiliki
ciri-ciri fisik berupa tubuh yang kecil dan memanjang, sisik-sisik yang halus, dan kaki yang
pendek. Hewan ini juga memiliki dua jambul kecil di atas matanya. Tuatara adalah hewan
herbivora yang hidup di lingkungan pegunungan dan terutama memakan serangga.
Kelompok reptil yang giginya merupakan perpanjangan tulang rahagnya (bukan gigi
individu). Sphenodontia disebut sebagai reptilia yang tidak terspesialisasi, karena menyerupai
amfibi. Sphenodontia memiliki jantung dengan tiga bilik yang lebih primitif daripada reptil
kelompok lain. Sphenodontia memiliki kulit yang sangat kasar dan sisik berduri di sepanjang
tulang punggung juga ekornya. Contoh reptil yang termasuk Sphenodontia adalah tuatara.

Tuatara, sumber: ikons.id. (2020)

2
21
BAB 3

PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Reptilia termasuk dalam vertebrata yang pada umumnya tetrapoda, akan tetapi
pada beberapa kejanggalannya mengalami reduksi atau hilang sama sekali seperti
pada serpentes dan sebagian lacertilia. Reptilia yang tidak mengalami reduksi
umumnya memiliki 5 jari atau Pentadaktilus dan setiap penanda bercakar.
Rangkanya pada Reptilia mengalami osifikasi sempurna dan bernafas dengan
paru-paru.
2. Kelas Reptilia dibagai menjadi 4 ordo, yaitu Rhyncocephalia (contohnya:
Tuatara), Chelonia (contohnya: Penyu, Kura-kura, dan Bulus), Squamata
(Contohnya: Serpentes, Lacertilia, dan Amphisbaena) dan Crocodilia (contohnya:
Buaya, Aligator, Senyulong, dan Caiman) dll.
Beberapa Reptlia bermanfaat dalam kehidupan manusia, antara lain berikut:
• Sebagai predator alami, contohnya ular memekan tikus, bengkarung memakan
serangga.
• Sebagai bahan pangan, contohnya daging ular, daging kura-kura, dan telur penyu.
• Minyak ular atau racun ular dimanfaatkan manusia sebagai bahan obat- obat-obatan.
• Beberapa reptilia juga merugikan, misalnya ular memangsa hewan ternak dan ular
berbisa dapat membunuh manusia.
B. Saran
Demikian makalah yang dapat kami susun dan kami sangat sadari makalah ini jauh dari
kesempurnaan maka kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dan pengembangan
sangat kami mungkin. Dan semoga ini dapat menambah pengetahuan kita dan bermanfaat.
Amin.

2
22
DAFTAR PUSTAKA

Allian L. dkk, Integrated Principles Of Zoology Elevent Edition. New York: ThE McGraw-Hill,
2001.

Burhanuddin, Andi Iqbal, Vertebrata Laut. Yogyakarta Dee Publish, 2018.

Campbell A Neil. dkk, Biologi Jilid 2 Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga, 2005.

D. Aryulina. dkk, Biologi SMA Kelas X. Jakarta: Esis Erlangga, 2004.

D.J. Hocking. Amphibian Controbutionsto Ecosystem Services Herpetology Conservation And


Biology. Jakarta: Pustaka Jaya, 2014.

D. T. Iskandar, Kura-kura Buaya Indonesia & Papua Nugini. Bandung: PAL Media, 2000.

Kimball W John, Biologi Jilid 3 Edisi Kelima. Jakarta Erlangga, 1983.

R.B. Primack. Dkk. Biologi Konservasi. Jakarta Yayasan Obor Indonesia, 1998.

Sri Astuti. Lilis, Klasifikasi Hewan. Jakarta Kawan Pustaka, 2007.

Sonhaji. Aang, Lima Filum Vertebrata, Bandung Aulia Publishing,

2012.

Sukiya. JICA, Biologi Vertebrata. Yogyakarta: UNY, 2001.

Sutedja R Tety. Buku Pintar Alam Semeseta. Jakarta: Gramedia, 2018.

"Vertebrate - The Tetrapods". Encyclopedia Britannica (dalam bahasa Inggris). Diakses


Tanggal 2021-10-30

21

Anda mungkin juga menyukai