Anda di halaman 1dari 24

Laporan Ekobiologi Crustacea

EKOBIOLOGI CRUSTACEA DI PERAIRAN PELABUHAN BELAWAN


SUMATERA UTARA MEDAN

Oleh:

Grace Yohana (210302013)


Rachel Risanti Silalahi (210302056)
Ika Novriani (210302068)
Yudi Pranata Tarigan (210302081)
Bella Atika Lbs (210302082)
Esy Rapmaita Purba (210302086)

MATA KULIAH EKOBIOLOGI CRUSTACEA


PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2024
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat rahmat dan
karunianya penulis dapat menyelesaikan laporan yang berjudul “Ekobiologi
Crustacea di Perairan Pelabuhan Belawan Sumatera Utara Medan” dengan
sebaik mungkin.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen Ekobiologi
Crustacea Ibu Julia Syahriani Hasibuan S.Pi., M.Si, selaku Dosen Ekobiologi
Crustacea
Demikian laporan ini penulis selesaikan, penulis berharap adanya kritik
dan saran yang membangun demi memperbaiki laporan selanjutnya, semoga
laporan ini dapat bermanfaat , sesudah dan sebelumnya saya ucapkan terimakasih.

Medan, Maret 2024

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR…………………………………………….... i

DAFTAR ISI……………………………………………………….... ii

PENDAHULUAN
Latar Belakang ................................................................................. 1
Tujuan Praktikum ............................................................................ 2
Manfaat Praktikum .......................................................................... 3

TINJAUAN PUSTAKA
Crustacea ......................................................................................... 4
Molusca............................................................................................ 6
Gastropoda ....................................................................................... 7

METODE PRATIKUM
Waktu dan Tempat Pratikum ........................................................... 9
Alat dan Bahan Pratikum ................................................................. 9
Prosedur Pratikum ............................................................................ 9
Analisis Data .................................................................................... 10

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil ................................................................................................. 12
Pembahasan ..................................................................................... 12

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan ...................................................................................... 14
Saran................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIR
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pelabuhan Belawan adalah layanan angkatan laut, yang meliputi


pelayanan tambat, pemanduan, penundaan. Sedangkan untuk pelayanan pada
pengiriman barang mencakup kegiatan penyimpanan, pemuatan dan
penerimaan/pengiriman. Pelindo 1 Cabang Medan didedikasikan untuk memenuhi
setiap permintaan pengguna jasa sesuai dengan aturan dan peraturan yang ada saat
memberikan layanan bisnis. Terminal barang, terminal curah kering, terminal
curah cair, terminal penumpang, dan terminal kendaraan semuanya merupakan
bagian dari pelabuhan umum. Demikian pula pelayanan pelabuhan lainnya
termasuk persewaan tanah dan bangunan, pemanfaatan air dan energi,
pemanfaatan peralatan dan sebagainya. Belawan memiliki potensi hasil laut yang
lumayan banyak, terutama crustacea, ikan, moluska, dan gastrophoda (Andi,
2015).
Ekologi crustacea merupakan ekologi atau lingkungan habitat crutsea
yang berada pada mangrove, laut, Sungai, maupun muara. Kelompok hewan
invertebrata yang terdiri dari sekitar 45.000 spesies yang tersebar di seluruh dunia
terutama dalam ekosistem air. Crustacea ditemukan di air tawar, air laut, air
payau, dan sebagian ada yang telah beradaptasi untuk hidup di darat (Galih,
2018).
Crustacea sekelompok yang paling banyak dari jenis artropoda, yang
mana spesis ini memiliki jumlah hingga mencapai lebih dari 52.000 spesies yang
terdeskripsikan, kemudian umumnya kelompok ini sering dianggap sebagai
sebagai salah satu subfilum, yang mana pada sekumpulan hewan jenis ini masih
digolongkan kedalam salah satu daftar hewan yang sangat populer seperti
kepeting, lobster, udang dan teritip. Dimana hampir mayoritas dari pada
habitatnya merupakan hewan air, baik air tawar dan laut, walaupun sejunlah
kelompok lainnya sudah melakukan adaptasi terhadap sejumlah kehidupan yang
ada di bumi, misalnya seperti kepiting darat (Erni, 2015).
Kelas gastropoda merupakan kelas terbesar dari filum mollusca yang
memiliki 40.000 spesies atau 80% dari fillum mollusca. Di Indonesia diperkirakan
terdapat sekitar 1.500 jenis hewan ini. Kelas gasropoda lebih umum dikenal
dengan sebutan keong atau siput, dan mempunyai ukuran yang relatif besar.
Gastropoda merupakan kelas yang terpenting dari filum mollusca, karena
sebagian diantaranya merupakan sumber protein dan bernilai ekonomis tinggi.
Beberapa jenis gastropoda dapat di makan. Kebanyakan siput laut memakan
pelecypoda. Bekicot termasuk gastropoda yang merugikan pertanian (Amin,
2018).
Gastropoda hidup di daerah pasang surut sampai kedalaman 6 meter
dengan dasar berlumpur pasir yang banyak ditumbuhi alga. Gastropoda umumnya
ditemukan di antara karang yang banyak tersedia bahan makanan atau pada daerah
yang bias menjamin keberlangsungan hidupnya. Moluska yang hidup di laut
umumnya ditemukan pada zona litoral atau di laut dangkal seperti strombus,
cyprea, terebra, dan lain-lain.selain gastropoda yang ditemukan pada perairan
pada perairan dangkal misalnya di terumbu karang yang masih mrndapat suplai
sinar matahari yang cukup banyak, ada pula ditemukan jenis gastropoda pada
perairan dalam seperti holiotis asinine dengan kedalaman mencapai 300 m dimana
alga masih dapat tumbuh (Galih, 2018).

Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui keanekaragaman crustacea dan mollusca di Pelabuhan
Belawan
2. Untuk mengetahui kelimpahan, dominansi, dan keseragaman crustacea dan
mollusca di Pelabuhan Belawan

Manfaat Praktikum
Manfaat dari laporan ini yaitu sebagai bahan informasi mengenai
keanekaragaman crustacea dan mollusca di Pelabuhan Belawan, dan dapat
mengetahui kelimpahan, dominansi, dan keseragaman crustacea dan mollusca di
Pelabuhan Belawan. Dan laporan ini juga bermanfaat bagi yang para orang yang
ingin mengetahui tentang pengkajian stok. Selain itu bisa membuat berlatih
mengembangkan keterampilan berpikir ilmiah dan ke kreatifan, dan juga
bermanfaat bagi orang yang membaca laporan ini dengan bertambahnya wawasan.
TINJAUAN PUSTAKA

Crustacea
Crustacea (cangkang yang keras) mencakup udang, kepiting, lobster,
udang karang, remis dan kerabat mereka. Sebagian besar spesies hidup di laut,
tetapi banyak yang hidup di air tawar, dan beberapa seperti sow bug, menempati
daerah lembap di darat. Sebagian besar crustacea hidup bebas dan soliter,
beberapa spesies hidup berkelompok dan terdapat dalam kumpulan yang sangat
banyak, sedangkan spesies lain bersifat komensalisme atau parasite (Arsyad,
2015).
Udang memiliki banyak manfaat bagi kesehatan, diantaranya yaitu
membantu regenerasi sel-sel tubuh, mengurangi resiko anemia, menjaga
kesehatan otak, menjaga kesehatan tulang, dan mendapatkan asupan lemak yang
lebih sehat karena mengandung beberapa lemak tak jenuh, omega-3 dan omega-6.
Berdasarkan banyaknya manfaat yang didapat mengkonsumsi udang dan juga
sulit untuk menangkapnya maka menyebabkan nilai jual beberapa jenis udang
cukup tinggi dan dijadikan komuditas ekspor maupun impor bagi para pengusaha.
Jenis udang (crustacea) yang diketahui memiliki nilai jual ekonomi yang cukup
mahal di antaranya ialah jenis udang lobster, Mutiara, dan kepiting (Lisa, 2020).
Tubuh udang dibagi menjadi dua bagian, yaitu sefalotoraks dan abdomen,
yang pertama tertutup dengan tameng keras (carapace) yang menjulur ke depan di
antara dua mata. Penujuluran tameng itu disebut rastrum. Tiga belas pasang
pertama alat tambahan dan mata bertaut dengan sefalatoraks. Enam alat tambahan
lainnya bertaut dengan abdomen, dan masing-masing berakhir sebagai telson
(sirip horisontal). Abdomen dibagi menjadi segmen-segmen, di sebelah dorsal dan
di sebelah lateralnya masing-masing dilindungi oleh suatu skeleton yang
bercabang. Skeleton dibagi menjadi dua: sebuah tergit (dorsal) dan dua buah
pleura (lateral). Di sebelah ventral tiap segmen abdomen terdapat papan yang
disebut sternit. Alat tambahan pada udang selain mata, merupakan modifikasi dari
tipe biramus. Tipe biramus memang bersifat embrionis dan ada sejak dulu kala
(Kinara, 2017).
Alat tambahan itu terdiri dari protopodet (proksimal) dan dua cabang
distal yang disebut endopodet (cabang-cabang dalam) dan eksopodet (cabang
luar). Protopodet, endopodet dan eksopodet itu masing-masing dapat
bermodifikasi sehingga tereduksi menjadi berbagai macam, sesuai dengan alat
tambahan yang semuanya ada 19 pasang. Udang mempunyai selom, tetapi
sebagian besar ditempati oleh organ-organ tubuh. Selom pada udang adalah
hemosoel yang merupakan bagian dari sistem peredaran darah (Bima, 2016).
Makanan udang terutama adalah hewan-hewan akuatis yang kecil-kecil,
tetapi juga bahan organis busuk. Mulutnya dikelilingi oleh beberapa pasang alat
tambahan biasanya disebut alat-alat mulut. Dari mulut berlanjut ke esofagus,
lambung terdiri dari bagian kardiak dan bagian pilorik, terus ke usus dan anus.
Lambung kardiak mengandung alat-alat penggerus makanan. Kelenjar digesti
(kelenjar hepatik) mengeluarkan sekret enzimatis ke dalam lambung (Budi, 2017).
Insang berbulu (insang dalam), bertaut pada segmen basal dari maksiliped
kedua dan ketiga, dan bertaut pula dengan empat kaki untuk berjalan yang
pertama. Barisan insang kedua dan ketiga (pada beberapa jenis, antara lain
Astacus sp) bertaut dengan barisab insang luar. Insang-insang dalam itu terendam
dalam air dalam ruang insang (ruang di sebela bawah tiap karapase). Insang-
insang itu mengandung pembuluh-pembuluh darah. Aliran air dalam ruang insang
itu terjamin oleh adanya “ember” air yang merupakan cabang dari maksila kedu
(Syahza, 2017).
Sistem indera pada udang dibagi menjadi dua yaitu, perasa sentuhan dan
perasa kimia (pembau dan peraba). Perasa sentuhan dan kimia (pembau dan
peraba) pada hewan ini sangat kuat, dan organ-organnya terdapat pada alat-alat
tambahan anterior. Ada 2 buah mata majemuk yang tersusun dari banyak unit
optik disebut ommatidium. Tiap mata majemuk itu terdapat pada sebuah tangkai.
Organ keseimbangan, statokis, terdapat pada dasar antenul-antenul (Zakaria,
2020).
Kelamin terpisah (diesius). Baik testes maupun ovarium bilobat. Testes
melepaskan sperma ke dalam duktus spermatikus terus ke pori-pori yang terdapat
di dasar pasangan kaki untuk berjalan yang kelima. Oviduk melepaskan telur dari
ovarium ke lubang-lubang pada dasar pasangan kaki untuk berjalan. Stadium
embrional diselesaikan ketika telur masih bertaut dengan “swimmeret-swimmeret”
hewan betina. Bahkan larva telah menetas pun tetap tertaut padanya untuk
beberapa lama (Wanda, 2018).
Udang merupakan komoditas utama yang paling diminati sebagai
makanan. Dagingnya yang gurih dan rasanya yang lezat membuat komoditas yang
satu ini begitu familiar dan digemari hampir semua orang. Melimpahnya jenis
udangyang hidup di perairan Indonesia membuat peluang untuk membudidayakan
dan memasarkan udang begitu potensial. Terlebih lagi, masing-masing jenis
udang tersebut memiliki ciri yang unik dan khas. Jenis-jenis udang diantaranya,
udang jerbung (Penaeus merguiensis), udang flower ( Penaeus sp ). Udang ini
berwarna hijau kehitaman dengan garis melintang coklat, kulit dan kakinya agak
kemerahan. Corak warnanya seperti bunga dengan nama dagang flower shrimp,
Udang windu pacet, tiger ( Penaeus monodon ) Udang ini kulitnya tebal dan
keras, berwarna hijau kebiruan dengan garis melintang yang lebih gelap, ada juga
yang berwarna kemerah-merahan dengan garis melintang coklat kemerahan
(Wawan, 2020).

Mollusca
Mollusca adalah kelompok hewan yang bersifat tripoblastik selomata dan
invertebrata yang bertubuh lunak dan multiseluler. Mollusca merupakan filum
yang terbesar kedua dari kerajaan hewan (animalia) setelah filum arthropoda.
Kebanyakan mollusca dijumpai di laut dangkal, beberapa sampai kedalaman
7.000 m, beberapa di air payau, air tawar dan darat. Mollusca termasuk dalam
hewan yang lunak baik dengan cangkang ataupun tanpa cangkang, seperti dari
berbagai jenis kerang-kerangan, siput, kiton, cumi-cumi dan sejenisnya. Mollusca
memiliki ciri khas tubuh yang membedakannya dengan hewan lain yaitu adanya
mantel. Mantel merupakan sarung pembungkus bagian-bagian tubuhnya yang
lunak (Lisa, 2020).
Mollusca memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi sehingga memberi
pengaruh terhadap keberadaannya di suatu daerah. Adanya kemampuan adaptasi,
mollusca disebut juga hewan kosmopolit karena hewan ini mampu hidup pada
berbagai tipe habitat mulai dari puncak gunung, sungai, danau, daratan, lumpur,
permukaan hingga kedalaman tertentu. Mollusca sangat banyak terdapat di
ekosistem mangrove, hidup di permukaan substrat maupun di dalam substrat dan
menempel pada pohon-pohon mangrove. Mollusca yang hidup di ekosistem
mangrove kebanyakan adalah dari spesies gastropoda dan bivalvia. Fungsi
ekologis mangrove bagi biota-biota tersebut adalah sebagai daerah asuhan
(nursery ground), daerah tempat mencari makan (feeding ground) dan daerah
pemijahan (spawning ground) (Andi, 2015).
Ekosistem mangrove di Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar
merupakan salah satu habitat mollusca. Kecamatan Baitussalam memiliki luas
wilayah 37,76 km2 dengan jumlah keseluruhan 13 Gampong. Bappenas
menyatakan bahwa pada tahun 2006 pernah dilakukan rehabilitasi ekosistem
mangrove di Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar. Kegiatan tersebut
dilakukan untuk memperbaiki ekosistem mangrove yang rusak oleh gelombang
tsunami tahun 2004 silam. 4 Kegiatan tersebut dilaksanakan bersama lembaga
pemerintahan dan lembaga swasta berupa penanaman, pengayaan dan
pemeliharaan tumbuhan anakan bakau seluas 100 Ha kelompok avertebrata yang
menyusun suatu komunitas perairan, yang pada penelitian ini terfokus kepada
perairan di ekosistem mangrove (Yuliana, 2021).
Keanekaragaman mollusca berarti keadaan yang berbeda atau mempunyai
berbagai perbedaan dalam bentuk atau sifat. Keanekaragaman jenis dapat diambil
untuk menandai jumlah jenis dalam suatu daerah tertentu atau sebagai jumlah
jenis diantara jumlah total individu dari seluruh jenis yang ada. Jumlah jenis
dalam suatu komunitas adalah penting dalam segi ekologi karena keragaman jenis
tampaknya bertambah bila komunitas menjadi makin stabil (Mila, 2016).
Mollusca adalah salah satu kelompok avertebrata terbesar kedua setelah
filum arthropoda yang merupakan hewan lunak bercangkok dimana sekitar
80.000 spesies yang termasuk dalam kelompok ini tersebar luas di berbagai
habitat, yaitu daratan, perairan tawar maupun perairan laut. Mollusca terbagi dari
beberapa kelas diantaranya amphineura, gastropoda, scapophoda, cephalopoda
dan pelecypoda (bivalvia), dimana setiap kelas memiliki karakteristik yang
berbeda-beda. Keanekaragaman mollusca yang dimaksudkan dalam penelitian ini
adalah jumlah dan keberagaman spesies hewan lunak dimana termasuk
(Rusdianto, 2019).
Hewan dari filum mollusca memiliki tubuh lunak, tidak bersegmen, khas
dengan kepala anterior, kaki muskular ventral, dan massa visceral dorsal. Tubuh
mollusca dikelilingi oleh lapisan tipis berdaging atau mantel dan sebagian besar
memiliki sebuah cangkang luar berzat kapur. Bentuk umum tubuh berbeda-beda
pada beberapa kelas. Mollusca tersebar luas secara geografis dan geologis; hewan
ini terdiri dari lebih 40.000 spesies yang hidup saat ini dan spesies dalam bentuk
fosil dengan jumlah yang sama; banyak spesies diwakili oleh populasi yang sangat
banyak (Salwa, 2018).
Kebanyakan Mollusca dapat hidup sebagai hewan benthik. Kaki berotot
dan bagian telapak kaki mengandung banyak kelenjar lendir dan cilia. Gerakan
kaki dilakukan oleh otot kaki atau perpaduan cilia dengan lendir. 2 Bagian
tubuhnya dibedakan menjadi bagian anterior adalah kepala, bagian ventral adalah
kaki muscular dan bagian dorsal adalah massa visceral. Saluran pencernaan
makanan mollusca lengkap. Respirasi dengan insang, paru-paru, dengan mantel
atau melalui epidermis. Organ eskresi berupa nepridia dan sistem saraf dengan
tiga gangglia. 3 susunan bentuk tubuh mollusca (Mila, 2016).

Gastropoda
Gastropoda adalah hewan invertebrata yang melakukan aktifitas lokomosi
dengan menggunakan perutnya sebagai kaki. kelas gastropoda umunya lebih
dikenal dengan sebutan siput atau keong. Tubuh gastropoda sangat bervariasi.
Gastropoda memiliki cangkang tunggal berulir, kepala yang berkembang baik,
dilengkapi dengan tentakel dan mata. Kaki lebar dan berotot untuk merayap dan
mendukung massa visceral. Habitat gastropoda bervariasi, dari yang sangat dekat
dengan permukaan air hingga jauh dari permukaan air, kecendrungan dan aktifitas
lainnya (Budi, 2017).
Gastropoda sangat dipengaruhi oleh kondisi pasang surut air laut dan
keberadaan makananya. Penyebaran hewan didasarkan pada dua faktor. Pertama
faktor makanan, hewan cendrung akan tinggal di suatu daerah dimana mereka
dapat dengan mudah mendapatkan makanan. Faktor kedua adalah faktor barrier.
Barrier sangat mempengaruhi persebaran suatu populasi karena barrier atau
rintangan ini akan menghambat kelangsungan hidup individu atau bahkan
populasilainnya tersebut (Rusdianto, 2019).
Gastropoda memiliki peranan penting dalam mekanisme daur hidup ulang
dan perputaran hara dan kandungan hayati perairan. Gastropoda mempunyai
peranan yang penting baik dari segi pendidikan, ekonomi maupun ekologi. Dari
segi ilmu pengetahuan keanekaragaman biota laut merupakan laboratorium alami
yang menarik untuk dipelajari dan dikaji secara mendalam, sedangkan bila di
pandang dari segi ekonomi gastropoda mempunyai nilai jual, seperti cypraea,
dimana cangkangnya digunakan untuk hiasan yang harganya mahal. Selain itu,
beberapa gastropoda juga dapat berperan sebagai sumber bahan makanan karena
nutrient, seperti cymbiola yang dagingnya diambil untuk komsumsi, haliotis
selain sebagai lauk abalone telah di ekstrak dan dibuat sebagai bahan
makanan (Amin, 2018).
Kelas gastropoda merupakan kelas terbesar dari filum mollusca yang
memiliki 40.000 spesies atau 80% dari fillum mollusca. Di Indonesia diperkirakan
terdapat sekitar 1.500 jenis hewan ini. Kelas gasropoda lebih umum dikenal
dengan sebutan keong atau siput, dan mempunyai ukuran yang relatif besar.
Gastropoda merupakan kelas yang terpenting dari filum mollusca, karena
sebagian diantaranya merupakan sumber protein dan bernilai ekonomis tinggi.
Beberapa jenis gastropoda dapat di makan. Kebanyakan siput laut memakan
pelecypoda (Budi, 2017).
Gastropoda sangat dipengaruhi oleh kondisi pasang surut air laut dan
keberadaan makanan. persebaran hewan didasarkan atas dua faktor. Pertama
faktor makanan, hewan cenderung akan tinggal di suatu daerah dimana mereka
dapat dengan mudah mendapatkan makanan. Gastropoda mangrove memangsa
hewan mikrofagus seperti detritus, sponge, alga, dan mikroorganisme tak
bercangkang lainnya. Pada keadaan surut, mangsa-mangsa tersebut terdedah di
permukaan substrat sehingga memudahkan gastropoda untuk memangsanya,
faktor kedua yang menstimulus hewan untuk berlokomosi adalah faktor barrier.
Saat keadaan surut, predator gastropoda yang berupa kepiting sedang tidak aktif.
Kepiting aktif pada sore dan malam hari, yaitu saat keadaan substrat berair karena
kepiting adalah hewan yang berlokomosi dengan cara berenang dan
berjalan (Salwa, 2018).
METODOLOGI PENELITIAN

Waktu dan Tempat


Penelitian iini dilakukan pada Jumat tanggal 08 maret 2024 pada pukul
10.00- 16.00 di pelabuhan perikanan Belawan, Kec. Medan Belawan, Kota
Medan, Sumatera Utara.
Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan pada penelitian ada kereta roda dua sebagai
alat transportasi untuk ke tempat tujuan, handphone sebagi alat dikumentasi
pengamatan yang dilakukan.
Bahan yang digunkan adalah krustasea dan moluska yang ditemukan atau
didapatkan di pelabuhan perikanan belawan.

Prosedur Penelitian
Adapun metode penelitian ini adalah sebagi berikut
1. Observasi lapangan.
2. Penentuan stasiun 1, stasiun 2, dan stasiun 3 untuk pengambilan biota jenis
moluska dan crustacea.
3. Pengambilan sampel biota pada setiap stasiun, lalu di masukkan ke wadah
yang diberi tandai setiap stasiunnya.
4. Dilakukan pengindentifikasi jenis, klasifikasi dari setiap biota yang didapat.
Selanjutnya dihitung kelimpahan, keanekaragaman, dominansi, dan
keseragaman spesies tiap stasiun.

Analisis Data
 Indeks kelimpahan (Ariani et al., 2019).

Keterangan :
A= kelimpahan individu ke-i (ind/M2)
Xi= Jumlah individu ke-i
Ni= Luas plot jenis ke i(m2)
 Indeks Keanekaragaman (Ariani et al., 2019).

Keterangan :
H’= Indeks keanekaragaaman jenis
ni = jumlah individu jenis i
N = Total individu dalam komunitas

 Indeks Dominansi (Ariani et al., 2019).

Keterangan
C = Indeks dominansi
ni = Cacah individu spesies ke – 1
N = Total individu dalam komunitas.

 Indeks keseragaman

Keterangan
e = indeks keseragaman
H’ = indeks keseragaman
S= Jumlah Spesies
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan di Pelabuhan
Perikanan Smudera (PPS) Belawan didapatkan 9 jenis mollusca yaitu Gurita
(Octopus vulgaris), Udang Windu (Panaeus monodon), Keong Macan (Babylonia
areolate), Kijing (Pilsbryoconcha exilis), Kerang Lokan (Geloina erosa), Kerang
Hijau (Perna Viridis), Kerang Dara (Anadara granosa), Kepiting Rajungan
Bintang (Portunus sanguinolentus), dan Kerang Bulu (Anadara antiquata).

Gambar 1. Gurita (Octopus vulgaris)

Gambar 2. Udang Windu (Panaeus monodon)


Gambar 3. Keong Macan (Babylonia areolate)

Gambar 4. Kijing (Pilsbryoconcha exilis)

Gambar 5. Kerang Lokan (Geloina erosa)


Gambar 6. Kerang Hijau (Perna Viridis)

Gambar 7. Kerang Dara (Anadara granosa)

Gamvar 8. Kepiting Rajungan Bintang (Portunus sanguinolentus)


Gambar 9. Kerang Bulu (Anadara antiquata)

Tabel 1. Tabel Hasil Identifikasi Spesies


Stasiun
No Spesies Jlh Individu
I II III
1 Octopus vulgaris 5 3 2 10
2 Panaeus monodon 5 6 2 13
3 Babylonia areolate 2 1 3 6
4 Pilsbryoconcha exilis 5 3 6 14
5 Geloina erosa 2 4 3 9
6 Perna Viridis 5 2 3 10
7 Anadara granosa 7 4 2 13
8 Portunus sanguinolentus 2 2 2 6
9 Anadara antiquata 6 3 7 16
Jumlah 39 28 30 97

Diagram Hasil Identifikasi Spesies


8
7
6
5
Jumlah

4 Stasiun 1
3 Stasiun 2
2
Stasiun 3
1
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Spesies

Gambar 10. Diagram Hasil Identifikasi Spesies


Hasil Perhitingan
a) Keanekaragaman

∑( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )

( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )

=2,062 (Termasuk dalam kategori sedang).

b) Keseragaman

= 0,021

(Termasuk dalam kategori keseragaman rendah).

c) Dominansi

=∑

= 0,135 (Termasuk dalam kategori dominansi rendah (0<C<0,3)).

Pembahasan
Berdasarkan Hasil Penelitian yang dilakukan di Pelabuhan Perairan
Smudera (PPS) Belawan ditemukan 9 jenis Mollusca yaitu Gurita (Octopus
vulgaris), Udang Windu (Panaeus monodon), Keong Macan (Babylonia
areolate), Kijing (Pilsbryoconcha exilis), Kerang Lokan (Geloina erosa), Kerang
Hijau (Perna Viridis), Kerang Dara (Anadara granosa), Kepiting Rajungan
Bintang (Portunus sanguinolentus), dan Kerang Bulu (Anadara antiquata), hal ini
sesuai Andi (2015) yang menyatakan bahwa PPS Belawan memiliki potensi hasil
laut yang lumayan banyak, terutama crustacea, ikan, moluska, dan gastrophoda.
Hal ini karena laut merupakan habitat yang sangat luas dan beragam, yang
menyediakan berbagai kondisi lingkungan yang sesuai untuk berbagai jenis
organisme, termasuk moluska. Moluska adalah kelompok hewan yang mencakup
berbagai spesies seperti siput, kerang, gurita, dan cumi-cumi.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Pelabuhan Perairan
Smudera (PPS) Belawan didapatkan bahwa pada keanekaragaman moliska
tertinggi terdapat pasa stasiun 1 dan tingginya kepadatan moluska terserbut
disebabkan tingginya kandungan organik substratnya sehingga sangat mendukung
bagi pertumbuhan makrozoobentos karena organik substrat yang menjadi bahan
makanannya cukup tersedia. Menurut Zahidin (2008), substrat lumpur berpasir
merupakan faktor yang mempengaruhi komposisi dan distribusi Gastropoda. Hal
ini juga sesuaindengan pernyataan Riniatsih & Kusharto (2009) yang menyatakan
bahwa substrat seperti ini merupakan lingkungan yang sangat baik untuk
kelangsungan hidup organisme Gastropoda.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Pelabuhan Perairan
Smudera (PPS) Belawan didapatkan bahwa indeks keanekaragaman termasuk
dalam kategori keanekaragaman sedang dengan nilai 2,062. Indeks keseragaman
masuk kedalam kategori keseragaman rendah dengan nilai 0,021 dan dominansi
masuk kedalam kategori dominansi rendah dengan nilai 0,135.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Pelabuhan Perairan


Smudera (PPS) Belawan didapatkan bahwa indeks keanekaragaman, indeks
keseragaman dan indeks dominansi sebagai gambaran struktur komunitas moluska
di suatu perairan. Berdasarkan Tabel 1, nilai indeks keanekaragaman tertinggi
ditemukan pada stasiun 1 dengan jumlah 39 spesies sedangkan nilai indeks
keanekaragaman terendah ditemukan pada stasiun 2 dengan jumlah 28, Hal ini
sesuai dengan pernyataan Zikra et al (2022) yang menunjukkan bahwa
penyebaran individu tiap jenis pada enam stasiun cenderung merata dan tidak ada
individu yang mendominasi.
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan di Pelabuhan Perikanan
Samudera (PPS) Belawan didapatkan 9 jenis mollusca yaitu Gurita (Octopus
vulgaris), Udang Windu (Panaeus monodon), Keong Macan (Babylonia
areolate), Kijing (Pilsbryoconcha exilis), Kerang Lokan (Geloina erosa),
Kerang Hijau (Perna Viridis), Kerang Dara (Anadara granosa), Kepiting
Rajungan Bintang (Portunus sanguinolentus), dan Kerang Bulu (Anadara
antiquata).
2. Diketahui bahwa keanekaragaman spesies yang terdapat pada PPS Belawan
termasuk kedalam kategori sedang dengan nilai 2,062. Keseragaman yang
terdapat pada PPS Belawan termasuk kedalam kategori rendah dengan nilai
0,021, dan Dominansi yang terdapat pada PPS Belawan termasuk kategori
rendah dengan nilai 0,135.

Saran
Saran dari penulisan laporan ini agar para pembaca dapat lebih
memahami dan lebih memperhatikan isi laporan ini agar dapat menambah
wawasan para pembaca mengenai keanekaragaman, keseragaman, dan dominansi
spesies mollusca yang terdapat di PPS Belawan.
DAFTAR PUSTAKA

Andi, E.A., M. Litaay, M.A. Salam dan M.R. Umar. 2015. Fasilitas Pelabuhan
Belawan Medan dan Tempat Pelelangan Ikan Sera Tempat Pendaratan.
Jurnal Alam. 4(7) : 12-16.
Arsyad, E. S. 2015. Laporan Statistik dan Perikanan dan Kelautan Provinsii Jawa
Timur. Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Timur dengan
Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya Malang. Jurnal Ilmu Kelautan.
2(3) : 156-162.
Amin. 2018. Biologi Perikanan. Jurnal Penelitian. 6(2) : 14-16.
Bima, Ikhsan. 2016. Perikanan Dalam Angka 2011 Dinas Kelautan dan Perikanan
di Indonesia. Jurnal Perikanan Laut Tangkap. 7(1) : 142-154
Budi. 2017.Pengelolaan Data Hasil Perikanan dan Crustacea dengan
Menggunakan Alat Tangkap yang Berbeda-beda di Perairan Teluk Laut
Jawa. Jurnal Perikanan Indonesia. 6(1) : 324- 331.
Erni, I. 2015. Tempat Pelelangan Mollusca dan Gastrophoda di Pelabuhan Laut
Jawa. Jurnal Ilmu Perikanan dan Kelautan. 2(3) : 5-197.
Galih, H. dan Amri, K. 2018. Analisis Hasil Tangkapan Crustacea dan Mollusca
pada Perairan Selat Bali. Jurnal Perikanan. 37(2) : 371-382.
Kinara AC. 2017. Studi Karakteristik Kerang Dara dan Anemon Laut di DAS
Mahakam Tengah Provinsi Kalimantan Timur. Jurnal Penelitian. 2(3) :
41-57.
Lisa, R. Hartati, A. Djamali, dan Sugesti Ningsih. 2020. Kemitraan di Sektor
Perikanan Tangkap Strategi untuk Kelangsungan Usaha dan Pekerjaan.
Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia. Jurnal Ilmu Kelautan.
12(1) : 6-11.
Mila, Damar, Adiwilaga. 2016. Analisis Hasil Tangkapan Perupaya Penangkapan
dari Pola Musim Penangkapan Cumi-cumi, Gurita, Udang Vannamei,
dan Udang Windu di Perairan Teluk Prgi Jawa Timur. Jurnal Pengolahan
Hasil Perikanan Indonesia. 1(2) : 93–98.
Rusdianto, I. 2019. Pemanfaatan Data Biologi Ikan Lemuru (Sardinnela lemuru)
dalam Rangka Pengelolaan Perikanan Bertanggung Jawab di Perairan
Teluk Bone. Jurnal Ilmiah. 2(3) : 45-67.
Salwa, D.R., J.W. Hidayat dan R. Hariyati. 2018. Produksi dan Nilai Produksi
Perikanan dan Kelautan Tahun 2014-2017 (Dinas Perikabab dan
Kelautan Kabupaten Indramayu. Jurnal Ilmu Kelautan. 7(4) : 32-37.
Syahza, Almasdi. 2017. Analisis Usaha Pengelohan pada Spesies Crustacea dan
Mollusca di Kelurahan Pondok Batu Kecamatan Sarudik Kota Sibolga
Proviinsi Sumatera Utara. Jurnal Perikanan. 2(3) : 158:160.
Wanda, Muh. Shabir. 2018. Pengaruh Kualitas Produk dan Kualitas Pelayanan
Terhadap Kepuasan Pelanggan. Jurnal Pesisir dan Laut Tropis. 2(1) : 39-
48.
Wawan, DY, Pratiwi NTM, Adiwilaga EM. 2020. Peranan Packeging dalam
Meningkatkan Hasil Produksi Terhadap Konsumen. Jurnal Pengolahann
Cumi di Jawa Barat. 19(3) : 156-162.
Yuliana, Adiwilaga EM, Harris E, Pratiwi NTM. 2021. Penelitian Kuantitatif
Kualitatif di Kelautan Bandung. Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan.
3(2) : 169–179.
Zakaria, Anggana, EM, Zania E. 2020. Dinamika Populassi dan Habitat
Crustacea, Mollusca,dan Gastrophoda Pengelolaannya Program
Pascasarjana. Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan. 4(3) : 150–190.
LAMPIRAN

Pembagian Tugas
1. PPT : Grace, Rachel, Ika, Yudi, Bella, Esy
2. Video : Bella
3. Laporan
Pendahuluan, Tinjauan Pustaka : Bella
Metode Penelitian : Esy
Hasil, Pembahasan : Rachel, Ika
Kesimpulan, Saran : Grace
Nyatuin Laporan : Yudi

Dokumentasi Kelompok

Anda mungkin juga menyukai