Disusun Oleh :
Dini Islamiya (145080501111066)
Dhany Ardiansyah (145080501111067)
Bily Juliadi (145080501111073)
Bayu Dwi Prakoso (145080501111076)
Afani Setiawan Wicakso (145080507111004)
Feri Ardianza Saputra (145080507111006)
Desta Inas Fauziyah (145080507111008)
Ummu Uhibbah Amalia (145080507111009)
Hamidah Tsana Januarti (145080507111013)
Oktavia jayanti (145080507111014)
Indriyani Endah Swar (145080507111018)
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-
Nya yang diberikan, kami mampu menyelesaikan makalah kami yang berjudul Manajemen
Budidaya Ikan Nila (Oreochromis niloticus) yang bertujuan untuk memenuhi tugas
matakuliah Manajemen Akuakultur Tawar tahun akademik 2017. Kami mengucapkan rasa
terima kasih kami kepada kedua orang tua kami yang telah memberikan doa dan dukungan
untuk lebih giat dalam menuntut ilmu. Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada
dosen pembimbing matakuliah Manajemen Akuakultur Tawar yang senantiasa memberikan
ilmu kepada kami, serta teman–teman mahasiswa budidaya perairan angkatan 2014 yang
senantiasa membantu dalam memberikan referensi–referensi demi kelengkapan makalah
ini. Namun, makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan banyak kekurangan didalamnya.
Kami berharap kritik dan saran guna menjadi cambuk agar kami dapat lebih giat untuk
belajar dan memperbaiki diri dalam menulis makalah selanjutnya. Semoga makalah ini
dapat menambah wawasan kita. Atas perhatian saudara, kami mengucapkan terimakasih.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ ii
DAFTAR GAMBAR................................................................................................................. ii
1. PENDAHULUAN................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................1
1.3 Manfaat.................................................................................................................... 2
2. PEMBAHASAN............................................................................................................... 3
2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Nila (Oreochromis niloticus)......................................3
2.2 Habitat dan Penyebaran..........................................................................................3
2.3 Syarat Penentuan Lokasi dan Tipe Karamba...........................................................4
2.4 Tipe Karamba yang Digunakan................................................................................6
2.5 Manajemen Kualitas Air...........................................................................................8
2.6 Manajemen Pemberian Pakan.................................................................................9
2.7 Manajemen Penyakit..............................................................................................11
3.PENUTUP......................................................................................................................... 13
3.1 Kesimpulan............................................................................................................ 13
3.2 Saran..................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................. 15
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 5. Gambar karamba di sungai. Salah satu budidaya ikan yang banyak diterapkan. .8
iii
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini permintaan akan ikan air tawar naik cukup tinggi untuk kebutuhan
domestik & luar negeri. Untuk kebutuhan domestik saja sudah kewalahan, hal ini
di karenakan hasil ikan laut tidak bisa dipastikan hasilnya karena pengaruh dari
cuaca dan kondisi laut sekarang yang sudah tercemar sehingga untuk mencari
ikan laut agak susah, sedangkan permintaan akan ikan terus meningkat. Salah
satu alternatif untuk memenuhi pasar adalah budidaya ikan air tawar, diantaranya
budidaya ikan nila. Dimana ikan nila memiliki rasa daging yang khas dengan
kandungan omega dan gizi yang cukup tinggi, sehingga dijadikan sebagai
sumber protein yang mudah didapat, serta memiliki harga jual yang terjangkau
oleh masyarakat.
Budidaya ikan pada sistem KJA merupakan salah satu cara budidaya ikan
menggunakan jaring dan rakit sedemikian rupa sehingga dapat mengapung di
permukaan air. Budidaya perikanan di Indonesia merupakan salah satu
komponen yang penting di sector perikanan. Hal ini berkaitan dengan perannya
dalam menunjang persdiaaan pangan nasional, penciptaan lapangan kerja serta
mendatangkan penerimaan Negara dari ekspor. Budidaya perikanan juga
berperan dalam mengurangi beban sumberdaya laut. Di samping itu budidaya itu
budidaya di anggap sebagai sector penting untuk mendukung perkembangan
ekonomi pedesaan (Siregar et all., 2014).
Ikan nila dapat dipelihara di berbagai lahan, seperti di kolam tetapi juga
dipelihara di Karamba Jaring Apung (KJA) yang berada di perairan umum seperti
waduk, dan danau. Seperti halnya ikan nila memiliki batasan toleransi yang
cukup tinggi terhadap berbagai kondisi lingkungan perairan. Ikan nila yang masih
berukuran kecil pada umumnya lebih tahan terhadap perubahan lingkungan,
dibandingkan dengan ikan nila yang berukuran besar.
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara manajemen budidaya serta kualitas air ikan nila pada
sistem karamba jaring apung (KJA)?
2. Apa saja syarat-syarat penentuan lokasi dan tipe karamba yang
digunakan?
3. Bagaimana cara manajemen pemberian pakan (tipe pakan) serta
menanggulangi penyakit ikan nila pada sistem karamba jaring apung
(KJA)?
1.3 Manfaat
Tujuan yang akan dicapai dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui cara manajemen budidaya serta kualitas air ikan nila
pada sistem karamba jaring apung (KJA).
2. Untuk mengetahui Apa saja syarat-syarat penentuan lokasi dan tipe
karamba yang digunakan.
3. Untuk mengetahui manajemen pemberian pakan (tipe pakan) serta
menanggulangi penyakit ikan nila pada sistem karamba jaring apung
(KJA).
2
2. PEMBAHASAN
2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Klasifikasi lengkap yang kini dianut oleh ilmuwan adalah telah dirumuskan
oleh Trewavas (1980) dalamSuyangto (2010) sebagai berikut:
Filum : Chordata
Sub-filum : Vertebrata
Kelas : Osteichthyes
Sub-kelas : Acantoptherigii
Ordo : Percomorphi
Sub-Ordo : Percoidea
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Ikan nila dikenal sebagai ikan yang bersifat euryhaline (dapat hidup pada
kisaran salinitas yang lebar). Keadaan ph air antara 5-11 dapat ditoleransi oleh
ikan nila, tetapi ph optimal untuk perkembangbiakan dan pertumbuhan ikan ini
3
adalah 7-8. Ikan nila mendiami berbagai habitat air tawar, termasuk saluran air
yang dangkal, kolam, sungai dan danau. Ikan nila dapat menjadi masalah
sebagai spesies invasif pada habitat perairan hangat, tetapi sebaliknya pada
daerah beriklim sedang karena ketidakmampuan ikan nila untuk bertahan hidup
diperairan dingin, yang umumnya bersuhu dibawah 21o C. Ikan nila mempunyai
kemampuan tumbuh secara normal pada kisaran suhu 14-38oc dengan suhu
optimum bagi pertumbuhan dan perkembangannya yaitu 25-30o C. Pada suhu
14o C atau pada suhu tinggi 38o C pertumbuhan ikan nila akan terganggu.
Ikan nila jantan memiliki toleransi lebih tinggi terhadap salinitas (air asin)
dari pada nila betina. ikan nila berukuran kecil relatif lebih cepat menyesuaikan
diri terhadap kenaikan salinitas daripada ikan nila yang berukuran besar.
4
2. Cukup layak / sesuai bersyarat : dapat dimanfaatkan untuk budidaya,
namun membutuhkan biaya, tenaga dan waktu yang cukup besar
3. Layak / sesuai : dapat dimanfaatkan untuk budidaya, dengan sedikit
membutuhkan biaya, tenaga dan waktu
4. Sangat layak / sangat sesuai : sesuai dimanfaatkan untuk budidaya ikan
laut dalam KJA.
Penilaian dengan sistem matrik kesesuaian menurut Kangkan (2006),
ialah sebagai berikut:
5
Gambar 2. Tabel Sistem Penilaian Kesuaian Perairan untuk Lokasi Budidaya
Keterangan :
1. Angka Penilaian berdasarkan petunjuk DKP (2002) yaitu
5 : Baik
3 : Sedang
6
1. : Kurang
2. Bobot berdasarkan pertimbangan pengaruh variabel dominan.
7
Karamba ini umumnya digunakan di perairan yang sempit dan tidak
terlalu dalam. Perairan yang cocok adalah sungai-sungai kecil dengan lebar
sekitar 2 m. Dasar perairan sebaiknya agak keras sehingga bias sekaligus
digunakan sebagai alas karamba. Karamba biasanya dibenamkan sedalam 20
cm di dasar perairan.
8
Gambar 5. Gambar karamba di sungai. Salah satu budidaya ikan yang banyak
diterapkan
9
disebabkan oleh pembalikan massa air (turnover). Peristiwa pembalikan massa
air biasanya terjadi saat pergantian musim kemarau ke musim hujan yang
menyebabkan berubahnya distribusi vertikal suhu yang selanjutnya menimbulkan
perubahan kandungan oksigen terlarut secara vertikal. Peningkatan oksigen
terlarut akan meningkatkan nafsu makan ikan. Ikan akan menurunkan
pengambilan makanan (food intake) pada kondisi okseigen terlarut rendah dan
hal tersebut berdampak pada penurunan pertumbuhan (Boyd, 1990 dalam
Zahidah et al., 2015).
Parameter kualitas air terpenting selain oksigen yang berpengaruh
terhadap pertumbuhan ikan adalah konsentrasi ammonia. Konsentrasi ammonia
akan meningkat seiiring dengan meningkatnya biomassa ikan yang
dipelihara.ammonia dalam air pada pemeliharaan KJA terutama berasal dari sisa
pakan/pakan yang tidak termanfaatkan dan sisa metabolisme berupa urine dan
feses. Sisa metabolisme berbanding lurus dengan biomassa ikan, oleh karena itu
semakin tinggi biomassa ikan, maka akan semakin banyak ammonia yang masuk
kedalam perairan. Konsentrasi ammonia yang semakin meningkat akan
mempengaruhi pertumbuhan ikan peliharaan sehubungan dengan meningkatnya
efek toksik yang ditimbulkan oleh meningkatnya konsentrasi amonia. Toksisitas
ammonia meningkat sejalan dengan peningkatan suhu dan pH. Konsentrasi
ammonia yang tinggi akan berdampak terhadap penurunan pertumbuhan yaitu
(1) menurunkan pengambilan oksigen yang disebabkan rusaknya insang, (2)
dibutuhkan energi lebih banyak untuk proses detoksifikasi, (3) adanya gangguan
osmoregulasi, (4) kerusakan fisiologis jaringan. Untuk mengendalikan
konsentrasi ammonia agar tetap berada dalam level yang optimal dapat
dilakukan dengan menurunkan jumlah pakan yang diberikan, aerasi,
pengapuran, pemupukan dengan menggunakan fosfor dan introduksi bakteri
tertentu (Sumiarsih, 2014 dalam Zahidah et al., 2015).
10
dedak halus tepung bungkil kacang, ampas kelapa, dan sebagainya pun
dapat tumbuh dengan baik. Untuk memacu pertumbuhan nila, pakan yang
diberikan harus mengandung protein 25-30%. Sedangkan pada benih ikan
nila diberi pakan berupa zooplankton seperti Rototaria, Copepoda dan
Cladocera (Kordi, 2013).
Nila tergolong ikan pemakan segala atau omnivora sehingga bisa
mengonsumsi makanan berupa hewan atau tumbuhan. Karena itulah, ikan
ini sangat mudah dibudidayakan. Ketika masih benih, makanan yang
disukai ikan adalah zooplankton (plankton hewani), seperti Rotifera sp.,
Moina sp., atau Daphnia sp. Selain itu,juga memangsa alga atau lumut
yang menempel pada benda-benda dihabitat hidupnya. Ikan nila juga
memakan tanaman air yang tumbuh di kolam budi daya. Jika telah
mencapai ukuran dewasa, ikan nila bisa diberi berbagai makanan
tambahan, misalnya pelet (Amri dan Khairuman, 2003).
Menurut Erlania et al. (2010), pemberian pakan ikan nila pada
keramba jaring apung di Danau Maninjau menggunakan sistem pompa,
yaitu ikan diberi pakan terus menerus sampai ikan berhenti makan.
Pemberian pakan yang baik seharusnya berdasarkan Best Management
Practices yaitu pemberian pakan berdasarkan persentase berat tubuh
ikan, di mana persentase kebutuhan pakan menurundengan semakin
bertambahnya bobot ikan. Untuk ikan nila jumlah yang diberikan selama
pemeliharaan cukup 3%/hari dari bobot total ikan yang dipelihara, karena
ikan nila merupakan ikan omnivora yang memakan tumbuhan air,
fitoplankton, zooplankton, organisme benthik serta detritus. Jumlah jenis
plankton pada perairan mendukung kegiatan budidaya ikan di KJA, karena
plankton merupakan salah satu sumber bagi ikan nila. Frekuensi
pemberian pakan umumnya 3 kali sehari (pagi, siang dan sore). Selain itu,
yang perlu diperhatikan yaitu sifat dari sistem pencernaan ikan yang
dipelihara. Ikan nila merupakan jenis ikan yang sistem pencernaannya
dilengkapi dengan lambung, sehingga pemberian pakan dapat dilakukan
dengan interval waktu yang lebih lebar. Mengingat ikan nila merupakan
ikan yang memiliki lambunng, serta ukuran KJA yang relatif lebih kecil
yakni 5m x 5m x 3m, kemungkinan perlu dipertimbangkan untuk
11
menurunkan frekuensi pemberian pakan menjadi 2 kali /hari, serta
memperhitungkan bobot total ikan yang dipelihara untuk penentuan
jumlah pakan yang diberikan, sehingga pakan yang diberikan tidak terlalu
banya yang terbuang dan menjadi bahan cemaran bagi lingkungan
budidaya itu sendiri.
12
3.PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Budidaya ikan pada sistem KJA merupakan salah satu cara budidaya ikan
menggunakan jaring dan rakit sedemikian rupa sehingga dapat
mengapung di permukaan air.
Bentuk badan nila pipih ke samping memanjang. Sedangkan warna tubuh
nila umumnya putih kehitaman dan merah, sehingga dikenal sebagai nila
hitam dan nila merah.
Ikan nila dapat dipelihara di berbagai lahan, seperti di kolam tetapi juga
dipelihara di Karamba Jaring Apung (KJA) yang berada di perairan umum
seperti waduk, dan danau.
Ikan nila jantan memiliki toleransi lebih tinggi terhadap salinitas (air asin)
dari pada nila betina. ikan nila berukuran kecil relatif lebih cepat
menyesuaikan diri terhadap kenaikan salinitas daripada ikan nila yang
berukuran besar.
faktor yang mempengaruhi budidaya menjadi dua yaitu faktor lingkungan
meliputi kedalaman, kecerahan, kecepatan arus dan faktor kualitas
perairan (suhu, salinitas, pH, oksigen terlarut, fosfat, nitrat, nitrit, amoniak
dan silikat).
karamba untuk pemeliharaan ikan nila sama dengan karamba yang
dimanfaatkan untuk pembudidayaan jenis ikan lainnya.
Bahan yang digunakan umumnya terbuat dari bambu atau kayu dengan
ukuran 3 x 2 x1 m atau menyesuaikan dengan kondisi dan situasi.
Karamba biasa ditempatkan di sungai, kali, danau, dan waduk.
Salah satu penyebab utama menurunnya produktivitas ikan dalam
budidaya Karamba Jaring Apung (KJA) adalah konsentrasi oksigen
terlarut(Disolved Oxygen, DO) yang menurun.
Nila tergolong ikan pemakan segala atau omnivora sehingga bisa
mengonsumsi makanan berupa hewan atau tumbuhan. Karena itulah,
ikan ini sangat mudah dibudidayakan.
Keadaan ikan yang stress dan daya tahan tubuh ikan yang lemah mudah
terserang penyakit. Penyakit dapat menular dari ikan yang saling
bersentuhan.
13
3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini, kiranya kita sebagai mahasiswa dapat lebih
memahami tentang mutasi. Dengan adanya makalah ini kiranya para dosen yang
terkait dengan materi budidaya ikan nila (Oreochromis niloticus), mampu
memberi pemahaman yang lebih kepada mahasiswa. Dengan adanya makalah
ini, diharapkan dapat memberi wawasan bagi semua mengenai budidaya ikan
nila (Oreochromis niloticus).
14
DAFTAR PUSTAKA
Amri, K dan A. Khairuman. 2003. Budi Daya Ikan Nila Secara Intensif.
AgroMedia Pustaka. Jakarta. 146 hlm.
Amri, K dan Khairuman. 2008. Budidaya Ikan Nila Secara Intensif. AgroMedia
Pustaka: Jakarta Selatan.
Kordi, M.G.H. 2013. Farm Bigbook- Budi Daya Ikan Konsumsi di Air Tawar.
Lily Publisher. Yogyakarta. 732 hlm.
Rejeki, S., S. Hastuti dan T. Elfitasari. 2013. Uji coba budidaya nila larasati di
karamba jaring apung dengan padat tebar berbeda. Jurnal Saintek
Perikanan. 9 (1) : 29-39 29.
15
Siregar,Gustina., H.Sunarno dan Samsidar. 2014. Strategi pengembangan ikan
nila (Oreochromis nilaoticus). Agrium.18(3) : 235-244.
16