Anda di halaman 1dari 25

Makalah Praktikum Ekotoksikologi

AKLIMATISASI UJI PENDAHULUAN PADA IKAN ARWANA


(Slepages formosus)

Oleh :
Malinda Yusfhi
190302014

LABORATORIUM EKOTOKSIKOLOGI
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Judul praktikum : Aklimatisasi pada Ikan Arwana (Scleropages formosus)


Tanggal Praktikum : 04 Oktober 2021
Nama : Malinda Yusfhi
NIM : 190302014
Kelompok/ Grup : 4/ B
Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan

Diketahui oleh, Diperiksa oleh,


Asisten Koordinator Asisten Korektor

Regita Adelina Siregar Desi Pita Wati Silaen


NIM. 180302010 NIM. 180302075
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
kasih karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah praktikum yang berjudul
“Aklimatisasi pada Ikan Arwana (Scleropages formosus)” dengan sebaik
mungkin.
Penulis juga mengucapkan terimakasih Bapak dan Ibu, Bapak Rusdi
Leidonald, SP, M.Sc., Ibu Ipanna Enggar Sustya, S.Kel, M.Si., dan Ibu Amellia
Zuliyanti Siregar, S.Si, M.Sc, Ph.D selaku dosen mata kuliah Ekotoksikologi dan
para asisten laboratorium yang telah banyak membantu dan mendukung
sepenuhnya dalam menyelesaikan makalah ini.
Demikian makalah ini penulis selesaikan, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Medan, September 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ............................................................................... i


DAFTAR ISI............................................................................................... ii
PENDAHULUAN
Latar Belakang................................................................................. 1
Tujuan Praktikum ............................................................................ 3
Manfaat Praktikum........................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA
Ekotoksikologi................................................................................. 4
Aklimatisasipada Ikan Arwana (Sleropages formosus)................... 6
Prosedur Aklimatisasi...................................................................... 7
Faktor yang Mempengaruhi Aklimatisasi........................................ 9
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan...................................................................................... 13
Saran................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Toksikologi merupakan suatu cabang ilmu yang mempelajari tentang
penggunaan berbagai bahan kimiawi yang dapat menyebabkan efek toksik terhadap
tubuh. Efek toksik dapat timbul baik hanya gejala ringan sampai kematian. Seiring
dengan kemajuan teknologi, produksi dari bahan–bahan kimiawi beracun pun semakin
banyak dan beredar luas. Ketersediaan bahan– bahan kimia beracun yang
semakinmeluas dapat disalahgunakan untuk melakukan suatu tindak kriminal. Oleh
karena itu, dalam pengungkapan suatu kasus keracunan yang disebabkan oleh bahan–
bahan kimiawi berbahaya, memerlukan suatu cabang ilmu lain, yaitu toksikologi
forensik. Dalam mengenai bahan–bahan kimiawi beracun serta efeknya terhadap tubuh.
Toksikolog forensik juga harus mampu melakukan pemeriksaan luar dan dalam serta
menyimpulkan analisis toksikologi (Fitriana, 2015). Ekotoksikologi perairan adalah suatu
ilmu tentang hubungan antara bahanbahan racun dengan organisme yang hidup di
lingkungan suatu perairan Ekotoksikologi adalah suatu ilmu tentang hubungan antara
bahan-bahan racun dan organisme yang ada di suatu perairan.. Limbah yang berasal dari
berbagai aktivitas akan memasuki kompenen abiotik. Limbah tersebut sangat besar
kemungkinannya juga berinteraksi dengan komponen bioktik meliputi mikroorganie,
hewan dan manusia. Berbagai jenis ekosistem perairan seperti sungai, situ, danau dan
muara merupakan tempat menampung limbah. Dengan demikian, organisme perairan
akan menimbulkan dampak yang merugikan (Batu, 2016). Air yang bersifat toksik
menyebabkan perubahan patologis pada ikan. Toksisitas pada ikan merupakan
serangkaian sistem yang melibatkan proses fisika, kimia, dan biologis. Proses toksisitas
akan menghasilkan racun yang dapat diserap oleh ikan. Toksisitas dapat diartikan
sebagai kemampuan racun dalam menimbulkan kerusakan organ apabila masuk ke
dalam tubuh. Organisme mengalami kontak dengan bahan kimia yang berupa
pemaparan tunggal atau beberapa pemaparan. Toksisitas akut terjadi dalam jangka
pendek, yang umumnya dalam hitungan jam hingga hari. Kriteria efek akut yang paling
umum digunakan pada ikan adalah kematian (Pratiwi, 2014). Toksikan atau bahan kimia
asing (xenobiotics) dapat memasuki ekosistem perairan secara kebetulan atau dengan
sengaja dibuang. Uji toksisitas digunakan untuk mengevaluasi seberapa buruk dampak
suatu bahan kimia pada organisme dalam suatu kondisi yang terkontrol. Toksikan dapat
membuat lingkungan perairan menjadi tidak layak bagi organisme. Toksisitas yang
dimiliki oleh bahan buangan tergantung pada jenis hasil buangan dan jenis organisme
yang terkena. Jenis buangan yang mempunyai toksisitas tinggi dapat menyerang semua
jenis organisme. Organisme yang memiliki toleransi yang rendah terhadap jenis toksikan
dapat memperlihatkan pengaruh buruk jika mengalami keracunan dalam dosis rendah
(Tahir, 2012). Apabila suatu perairan tercemar polusi oleh kontaminan akan
menyebabkan menurunnya produktivitas perairan serta terkontaminasinya bahan
makanan yang bersumber dari perairan tersebut. Untuk mengetahui pengaruh toksisitas
organisme perairan harus diketahui untuk menghasilkan berbagai upaya penurunan
toksisitas, menghasilkan bahan penawar, analisa dari berbagai residuresidu toksisitas,
penetapan, dosis aman, dan lain-lain (Batu, 2016). Ikan yang sudah mengalami proses
aklimatisasi selama 14 hari pada air laut buatan dilakukan pelepasan ikan di perairan
laut yang. Ikan dilepas pada jaring yang memiliki ukuran 1x1 meter dan diamati dengan
durasi selama 5 menit. Dengan. Penambahan salinitas memberikan pengaruh terhadap
pertumbuhan ikan, karena sebagian besar energi akan digunakan untuk
mempertahankan tekanan osmotik yang berfluktuasi. Jika keadaan ini melebihi batas
kemampuan tubuh ikan, maka akan menyebabkan ikan mati dan berpengaruh terhadap
tingkat kelangsungan hidup ikan (Lubis, 2014). Arwana merupakan ikan hias air tawar
yang cukup populer. Arwana dikenal sebagai hewan langka yang berstatus terancam
punah dan berharga tinggi. Arwana juga disebut arowana atau arwana, karena
merupakan ikan dengan sebutan nama latin Osteoglossumbicirrchossum dari genus
Osteoglossum yang berasal dari Brasil. Di Indonesia, ikan yang mencuat ke seluruh dunia
sebagai ikan hias, populer dengan sebutan ikan naga perak dan ikan naga perak hitam.
Hingga saat ini arwana tergolong ikan hias abadi karena kepopulerannya tidak pernah
pudar, bahkan terus meningkat. Namun demikian, tidak semua jenis arwana memiliki
kepopuleran yang sama. Arwana memiliki ukuran tubuh yang cukup besar, terkadang
dipenuhi sisik yang berkemilau terang dan dihiasi oleh kelopakkelopak yang tersusun
rapi. Parasnya terbilang ganjil, dengan mulut yang besar dan rahang bawah lebih
menjorok ke depan sehingga tampak kesan garang, itulah gambaran ikan yang populer
dengan sebutan arwana atau arowana (Padusung et al., 2012). Arwana termasuk ikan
endemik Indonesia. Para hobiis dan penangkar arwana mengenal spesies ini dengan kata
lain yang sesuai dengan daerahnya masing - masing. Tubuh arwana umumnya
memanjang dengan warna gelap pada bagian punggung. Daerah penyebaran ikan
arwana ini dimulai dari hulu hingga sungai besar yang berair tenang dan jernih dengan
derajat keasaman air (pH) lebih dari 6 merupakan habitat favorit bagi arwana. Kadang -
kadang, arwana juga ditemukan di sungai yang mengalir deras. Arwana yang hidup di
alam mempunyai variasi warna (Setiawan, 2018).

Tujuan Makalah
Tujuan dari penulisan makalh ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pembenihan pada ikan mas (Cyprinus carpio)
2. Untuk mengetahui penanganan dan pengelolaan pembenihan pada ikan mas
(Cyprinus carpio)
3. Untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi pembenihan ikan mas
(Cyprinus carpio)

Manfaat Makalah
Manfaat dari makalah ini adalah untuk untuk menambah wawasan,
memberi informasi maupun referensi mengenai pembenihan ikan mas (Cyprinus
carpio). Serta menjadikan praktikan aktif dalam memahami materi praktikum
teknologi pembenihan ikan mas (Cyprinus carpio). Dan untuk memenuhi tugas
dari laboratorium teknologi pembenihan.
TINJAUAN PUSTAKA

Ekotoksikologi

Ekotoksikologi adalah suatu ilmu tentang hubungan antara bahan-bahan racun


dan organisme yang ada di suatu perairan. Limbah yang berasal dari berbagai aktivitas
akan memasuki kompenen abiotik. Limbah tersebut sangat besar kemungkinannya juga
berinteraksi dengan komponen bioktik meliputi mikroorganie, hewan dan manusia.
Berbagai jenis ekosistem perairan seperti sungai, situ, danau dan muara merupakan
tempat menampung limbah. Dengan demikian, organisme perairan akan menimbulkan
dampak yang merugikan Ekotoksikologi perairan adalah suatu ilmu tentang hubungan
antara bahan-bahan racun dengan organisme yang hidup di lingkungan suatu perairan
(Batu, 2016). Toksisitas pada ikan merupakan serangkaian sistem yang melibatkan
proses fisika, kimia, dan biologis. Proses toksisitas akan menghasilkan racun yang dapat
diserap oleh ikan . Air yang bersifat toksik menyebabkan perubahan patologis pada ikan.
Toksisitas dapat diartikan sebagai kemampuan racun dalam menimbulkan kerusakan
organ apabila masuk ke dalam tubuh. Organisme mengalami kontak dengan bahan kimia
yang berupa pemaparan tunggal atau beberapa pemaparan. Toksisitas akut terjadi
dalam jangka pendek, yang umumnya dalam hitungan jam hingga hari. Kriteria efek akut
yang paling umum digunakan pada ikan adalah kematian (Pratiwi, 2014). Uji toksisitas
digunakan untuk mengevaluasi seberapa buruk dampak suatu bahan kimia pada
organisme dalam suatu kondisi yang terkontrol. Toksikan dapat membuat lingkungan
perairan menjadi tidak layak bagi organisme. Toksisitas yang dimiliki oleh bahan
buangan tergantung pada jenis hasil buangan dan jenis organisme yang terkena. Jenis
buangan yang mempunyai toksisitas tinggi dapat menyerang semua jenis organisme.
Organisme yang memiliki toleransi yang rendah terhadap jenis toksikan dapat
memperlihatkan pengaruh buruk jika mengalami keracunan dalam dosis rendah (Tahir,
2012). Aklimatisasi pada Ikan Arwana (Scleropages formosus) Ikan air tawar yang
memiliki warna keperakan dan dapat beradaptasi dengan cepat pada perubahan
salinitas. Hal ini dapat dilakukan dikarenakan setiap organisme memliki kemampuan
mengatur morfologi pada tubuh merka sehingga dapat menyatu dengan lingkungan
hidup yang baru. Aklimatisai merupakan suatu upaya penyesuaian fisiologis dan adaptasi
dari suatu organisme terhadap suatu lingkungan baru yang akan dimasukinya. Proses
penyesuaian aklimatisasi dua kondisi lingkungan yang berbeda sehingga kondisi tersebut
tidak menimbulkan stress bagi ikan. Aklimatisasi bertujuan untuk membuat objek dapat
bertahan pada perubahan salinitas yang diuji. Metode aklimatisasi adalah suatu cara
yang digunakan kepada ikan untuk menyesuaikan diri pada lingkungan baru tersebut.
Ikan akan merasakan perbedaan pada suhu, tekanan, pH, salinitas serta jumlah oksigen
yang didapatkan (Arianto et al., 2018). Ikan yang diaklimatisasikan dari air tawar dengan
salinitas 0 ppt ke air laut dengan salinitas 30 ppt akan mengalami osmoregulasi.
Osmoregulasi merupakan pertukaran air dari dan ke dalam tubuh hewan air.
Kemampuan osmoregulasi pada ikan yang diadaptasikan ke air laut sangat tergantung
pada penambahan salinitasnya, semakin tinggi salinitas yang ditambahkan semakin
banyak energi yang dibutuhkan untuk melakukan osmoregulasi. Selain itu organ-organ
seperti ginjal, insang, dan kulit sebagai tempat berlangsunganya osmoregulasi akan
semakin aktif bekerja. Penambahan salinitas memberikan pengaruh terhadap
pertumbuhan ikan, karena sebagian besar energi akan digunakan untuk
mempertahankan tekanan osmotik yang berfluktuasi. Jika keadaan ini melebihi batas
kemampuan tubuh ikan, maka akan menyebabkan ikan mati dan berpengaruh terhadap
tingkat kelangsungan hidup ikan (Padusung et al., 2012). Penyesuaian ikan harus dimulai
dari penyesuaian untuk bertahan hidup sampai dengan penyesuaian diri untuk tumbuh
dan berkembang biak. Umumnya aklimatisasi dilakukan dengan cara merubah
lingkungan secara perlahan-lahan sehingga ikan akan mampu menyesuaikan dirinya
dengan lingkungannya yang baru. Kegiatan aklimatisasi paling sering dilakukan pasca
pengangkutan benih ikan. Melakukan aklimatisasi benih ikan di baskom plastik yang diisi
air 20 liter selama 3 hari. Sedangkan aklimatisasi sebagai penanganan pasca
pengangkutan dilakukan dalam keramba selama 1 hari. Aklimatisasi induk ikan dapat
dilakukan dengan cara induk ikan dipegang di dalam air mengalir dengan bagian kepala
atau mulut ikan mengarah ke aliran air sampai ikan mampu bergerak dan berenang
sendiri (Augusta, 2012). Prosedur Aklimatisasi Tempat aklimatisasi benih ikan dalam
penelitian ini adalah akuarium yang berukuran 40 x 60 x 40 cm. Sumber air yang
digunakan adalah air gambut yang berasal dari kolam tadah hujan tergenang. Persiapan
ikan uji, sebelum diangkut benih ikan ini dilakukan pemberokan. Ikan uji yang baru
datang ditampung dalam bak penampung yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Selama
berada di dalam bak penampung ini diberikan aerasi secara terus-menerus. Setelah
tempat aklimatisasi siap, kemudian ikan uji dimasukkan ke dalam tempat sesuai dengan
padat penebaran yang direncanakan yaitu 50 ekor benih ikan. Pemberian makanan
dengan menggunakan pellet ikan Fengli-00 sekenyang-kenyangnya (metode satiasi) dan
frekuensi pemberian makan sebanyak 3 kali sehari yaitu pagi hari pukul 07.00 WIB, sing
hari pukul 13.00 WIB, dan malam hari pukul 18.00 WIB (Augusta, 2012). Ikan yang
diaklimatisasikan dari air tawar dengan salinitas 0 ppt ke air laut dengan salinitas 30 ppt
akan mengalami osmoregulasi. Osmoregulasi merupakan pertukaran air dari dan ke
dalam tubuh hewan air. Kemampuan osmoregulasi pada ikan nila yang diadaptasikan ke
air laut sangat tergantung pada penambahan salinitasnya, semakin tinggi salinitas yang
ditambahkan semakin banyak energi yang dibutuhkan untuk melakukan osmoregulasi.
Selain itu organ-organ seperti ginjal, insang, dan kulit sebagai tempat berlangsunganya
osmoregulasi akan semakin aktif bekerja. Penambahan salinitas memberikan pengaruh
terhadap pertumbuhan ikan, karena sebagian besar energi akan digunakan untuk
mempertahankan tekanan osmotik yang berfluktuasi. Jika keadaan ini melebihi batas
kemampuan tubuh ikan, maka akan menyebabkan ikan mati dan berpengaruh terhadap
tingkat kelangsungan hidup ikan (Padusung et al., 2012). Aklimatisasi dilakukan dengan
cara merubah lingkungan secara perlahanlahan sehingga ikan akan mampu
menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya yang baru. Kegiatan aklimatisasi paling
sering dilakukan pasca pengangkutan benih ikan. Seperti yang dilakukan oleh.
melakukan aklimatisasi benih ikan di baskom plastik yang diisi air 20 liter selama 3 hari.
Aklimatisasi sebagai penanganan pasca pengangkutan dilakukan dalam keramba selama
1 hari. Aklimatisasi induk ikan dapat dilakukan dengan cara induk ikan dipegang di dalam
air mengalir dengan bagian kepala atau mulut ikan mengarah ke aliran air sampai ikan
mampu bergerak dan berenang sendiri (Augusta, 2012). Proses aklimatisasi kadar garam
pada ikan selama 14 hari dengan menaikkan 2 gram/mol per hari. Kadar garam terukur
adalah 30 ‰. Awal proses aklimatisasi ikan berjumlah 65 ekor dengan berat rata-rata
1,1 gram dan panjang total 2,5 cm. Selama 8 hari pengamatan (18 ‰), ikan mampu
beradaptasi dengan lingkungannya. Namun setelah hari ke 8 ikan ada yang mengalami
kematian 0,02% - 0,05%. Secara total sampai akhir pengamatan, kematian ikan relatif
lebih kecil, yaitu 9 ekor (0,13 %). Pengamatan fisik ikan umumnya pada saat proses
aklimatisasi ikan mengalami perubahan warna menjadi merah. Adanya sistem
metabolisme yang rusak pada ikan, dan hal seperti ini akan menyebabkan kematian
pada ikan tersebut. Adapun faktor yang menyebabkan efek dari kematian, yaitu faktor
regulasi. Faktor regulasi untuk setiap ikan harus terkontrol, yaitu dalam proses
metabolisme ikan tersebut. Jika sistem metabolisme ikan tersebut rusak maka warna
kemerahan akan timbul di badan ikan tersebut dan lama kelamaan akan menyebabkan
kematian (Lubis, 2014). Faktor yang Mempengaruhi Aklimatisasi Salinitas sebagai salah
satu parameter kualitas air berpengaruh secara langsung terhadap metabolisme tubuh
ikan, terutama proses osmoregulasi. Pemeliharaan benih ikan pada media bersalinitas 3
ppt tidak berpengaruh terhadap tingkat kelangsungan hidup ikan tetapi dapat
meningkatkan laju pertumbuhan ikan. Untuk meningkatkan pertumbuhan dan
kelangsungan hidup ikan patin perlu dilakukan pendekatan lingkungan, yaitu
meningkatkan pertumbuhan dengan memanfaatkan paparan medan listrik pada media
pemeliharaan, medan listrik dapat menimbulkan efek pada jaringan hidup. Mekanisme
interaksi medan listrik dengan benda hidup berupa induksi arus listrik pada jaringan
biologi. Induksi pada benda hidup disebabkan adanya muatan-muatan listrik bebas yang
terdapat pada ion kaya cairan seperti darah, getah bening, saraf dan otot yang dapat
terpengaruh gaya yang dihasilkan oleh aliran arus listrik. Ikan dapat merespon arus
listrik karena memiliki organ elektroreseptor (Sahputra et al., 2015). Salinaitas juga
termasuk dalam faktor eksternal. Salinitas sebagai salah satu parameter kualitas air
berpengaruh secara langsung terhadap metabolisme tubuh ikan, terutama proses
osmoregulasi. Pemeliharaan benih ikan pada media bersalinitas 3 ppt tidak berpengaruh
terhadap tingkat kelangsungan hidup ikan tetapi dapat meningkatkan laju pertumbuhan
ikan patin. Untuk meningkatkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan patin perlu
dilakukan pendekatan lingkungan, yaitu meningkatkan pertumbuhan dengan
memanfaatkan paparan medan listrik pada media pemeliharaan, medan listrik dapat
menimbulkan efek pada jaringan hidup. Mekanisme interaksi medan listrik dengan
benda hidup berupa induksi arus listrik pada jaringan biologi. Induksi pada benda hidup
disebabkan adanya muatan-muatan listrik bebas yang terdapat pada ion kaya cairan
seperti darah, getah bening, saraf dan otot yang dapat terpengaruh gaya yang dihasilkan
oleh aliran arus listrik. Ikan dapat merespon arus listrik karena memiliki organ
elektroreseptor (Sahputra et al., 2015). Suhu air yang tinggi dapat mengakibatkan
sebagian besar energi yang tersimpan dalam tubuh ikan digunakan untuk penyesuaian
diri terhadap lingkungan yang kurang mendukung, sehingga dapat merusak sistem
metabolisme atau pertukaran zat. Oleh sebab itu, ketika suhu dibawah optimum
maupun diatas optimum pertumbuhan ikan termasuk lambat, disebabkan oleh konsumsi
pakan yang relatif rendah.Perubahan suhu akan mempengaruhi pengambilan makanan,
proses metabolisme, proses enzimatis, sintesa protein dan difusi molekul-molekul kecil.
Peningkatan suhu air pada batas tertentu dapat merangsang proses metabolisme ikan
dan meningkatkan laju konsumsi pakan sehingga mempercepat pertumbuhan
Kelulushidupan ikan sangat bergantung pada daya adaptasi ikan terhadap makanan,
lingkungan, status kesahatan ikan padat tebar, dan kualitas air yang cukup mendukung
pertumbuhan. Berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan bahwa perlakuan suhu
berbeda memberikan pengaruh yang nyata terhadap kelulushidupan benih ikan selais.
Kelulushidupan tertinggi pada penelitian ini terdapat pada perlakuan dengan suhu 29oC
yaitu 92,50% dan terendah pada perlakuan dengan suhu 33oC yaitu 72,50% (Gunawan,
2019).
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Kesimpulan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Aklimatisasi ikan arwana (Scleropages formosus) bertujuan untuk membuat objek
dapat bertahan pada perubahan salinitas yang diuji. Ikan air tawar yang memiliki
warna keperakan dan dapat beradaptasi dengan cepat pada perubahan salinitas. Hal
ini dapat dilakukan dikarenakan setiap organisme memliki kemampuan mengatur
morfologi pada tubuh merka sehingga dapat menyatu dengan lingkungan hidup yang
baru.
2. Prosedur aklimatisasi ikan arwana (Scleropages formosus) pada akuarium yang
berukuran 40 x 60 x 40 cm. Sumber air yang digunakan adalah air yang berasal dari
kolam tadah hujan tergenang. Persiapan ikan uji, sebelum diangkut benih ikan ini
dilakukan pemberokan. Ikan uji yang baru datang ditampung dalam bak penampung
yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Selama berada di dalam bak penampung ini
diberikan aerasi secara terusmenerus. Setelah tempat aklimatisasi siap, kemudian
ikan uji dimasukkan ke dalam tempat sesuai dengan padat penebaran yang
direncanakan yaitu 50 ekor benih ikan. Frekuensi pemberian makan sebanyak 3 kali
sehari yaitu pagi hari pada pagi, siang, dan malam.
3. Faktor yang mempengaruhi aklimatisasi ikan yaitu salinitas dan pH. Salinitas sebagai
salah satu parameter kualitas air berpengaruh secara langsung terhadap
metabolisme tubuh ikan, terutama proses osmoregulasi. Suhu air yang tinggi dapat
mengakibatkan sebagian besar energi yang tersimpan dalam tubuh ikan digunakan
untuk penyesuaian diri terhadap lingkungan yang kurang mendukung, sehingga dapat
merusak sistem metabolisme atau pertukaran zat.

Saran
Saran dari penulisan makalah ini adalah diharapkan kepada para calon
pembudidaya ikan mas (Cyprinus carpio) agar memerhatikan aspek-aspek apa
saja yang dioerlukan dalam pembenihan ikan mas (Cyprinus carpio) agar hasil
panen yang didapat juga optimal.
DAFTAR PUSTAKA

Akbarurrasyid, M., Siti, N., dan Furqon, S. R. 2020. Manajemen Pembenihan Ikan
Mas Marwana (Cyprinus carpio) di Satuan Pelayanan Konservasi Perairan
Daerah Wanayasa, Purwakarta, Jawa Barat. Journal of Aquaculture and
Fish Health. 9(1).
Effendi, M. I. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Kanisius, Yogyakarta.
Firmantin, I. T., Agung, S., dan Ristiawan, A. N. 2015. Pengaruh Kombinasi
Omega-3 Dan Klorofil dalam Pakan Terhadap Fekunditas, Derajat
Penetasan dan Kelulushidupan Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio, L).
Journal Of Aquaculture Management and Technology. 4(1): 19-25).
Hanafie, A. 2019. Biologi Reproduksi dan Teknik Pembenihan Ikan. Program
Studi Budidaya Perairan, Jurusan Budidaya Perairan FPK ULM.
Herlina, N., Ginting M.H.S. (2002). Lemak dan Minyak. Fakultas Teknik Jurusan
Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara.
Ilhamdi., Hasnudi., dan Gustami, H. 2020. Analisis Faktor Faktor Yang
Mempengaruhi Produksi Pembenihan Ikan Mas Terhadap Pendapatan
Petani (Studi Kasus di Kabupaten Aceh Tenggara). Jurnal Ilmiah Magister
Agribisnis. 2(2): 129-138.
Karlina, N. 2020. Pengaruh Penambahan Probiotik Pada Pakan Buatan Terhadap
Pertumbuhan dan Kelulusan Hidup Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio L).
Skripsi. Fakultas Perikanan Universitas Dharmawangsa Medan.
Kelabora, D. M. 2010. Pengaruh Suhu Terhadap Kelangsungan Hidup dan
Pertumbuhan Larva Ikan Mas (Cyprinus carpio). Berkala Perikanan
Terubuk.38(1): 71-81. ISSN 0126-6265.
Maira, Y., Dwi, W., dan Bayirun. 2017. Pengembangan Model Pelatihan
Pembenihan Ikan Mas untuk Petani di Kabupaten Landak Kalimantan
Barat. Journal of Vocational and Career Education. 2(2): 67-78. e-ISSN
2503-2305.
Pujiastuti, N. 2015. Identifikasi dan Prevalensi Ektoparasit pada Ikan Konsumsi di
Balai Benih Ikan Siwarak. Skripsi. Jurusan Biologi Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.
Ramadani, R. 2017. Optimasi Natrium Clorida (NaCl) Terhadap Pengendalian
Infeksi Argulus Sp pada Ikan Mas (Cyprinus Carpio). Skripsi. Program
Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah,
Makassar.
Ramadhan, R. dan Sari, L. A., 2019. Teknik Pembenihan Ikan Mas (Cyprinus
carpio) Secara Alami di Unit Pelaksana Teknis Pengembangan Budidaya
Air Tawar (UPT PBAT) Umbulan, Pasuruan. Journal of Aquaculture and
Fish Health.7(3): 124-132.
Sunarma, A, (2007). Panduan Singkat Teknik Pembenihan Ikan Patin
(Pangasius hypopthalmus). Balai Besar Perikanan Budi Daya Air Tawar
Sukabumi.
Wulandari, L. E. C. 2012. Pengaruh Pemberian Pakanberyodium Terhadap
Pertumbuhandan Kandungan Yodium Benih Ikan Mas (Cyprinuscarpio).
Skripsi. Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga, Surabaya.
Arianto, R. M., Fitri, A. D. P., dan Jayanto, B. B. 2018. Pengaruh Aklimatisasi Kadar Garam
terhadap Nilai Kematian dan Respon Pergerakan Ikan Wader (Rasbora argyrotaenia)
untuk Umpan Hidup Ikan Cakalang. Journal of Fisheries Resources Utilization
Management and Technology. 7(2). 43-51.

Augusta, T. S. 2012. Aklimatisasi Benih Ikan Nila (Oreochromis spp) dengan


Pencampuran Air Gambut. Jurnal Ilmu Hewani Tropika. 1(2). 78-82. Batu, D, F. 2016.
Ekotoksikologi Perairan. IPB Press.

Fitriana, A. N. 2015. Forensic Toxicology. Jurnal Majority, 4(4).

Gunawan, H., dan Mulyadi, U. T. 2019. Pengaruh Suhu Berbeda Terhadap Laju
Pertumbuhan dan Kelulus Hidupan Benih Ikan Selais. Jurnal Perikanan dan Kelautan.
24(2). 101-105.

Lubis, M. Z. 2014. Bioakustik Stridulatory Gerak Ikan Guppy Saat Proses Aklimatisasi
Kadar Garam. [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Tahir, A. 2012. Ekotoksikologi
Dalam Perspektif Kesehatan Ekosistem Laut. Karya Putra Darwati. Bandung. hal 32-81.

Padusung, P., Asri, Y., dan Abidin, Z. 2012. Pengaruh Metode Aklimatisasi Salinitas
Terhadap Kelangsungan Hidup Benih Ikan Nila. Jurnal Perikanan. 1(1). 40-48.

Pratiwi, H. C. 2014. Pengaruh Toksisitas Akut Air Lindi Terhadap Ikan Mas (Cyprinus
carpio). [Skripsi]. Doctoral Dissertation. Universitas Airlangga.

Sahputra, J., Adhar, S., dan Erlangga, E. 2015. Pengaruh Lama Waktu Paparan Medan
Listrik Terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Patin. Acta Aquatica. Aquatic Sciences Journal.
2(1). 48-54.

Setiawan, L. 2018. Ikan Arwana sebagai Sumber Inspirasi Penciptaan Karya Kriya Logam.
Doctoral dissertation. Institut Seni Indonesia Yogyakarta.
LITERATUR

Anda mungkin juga menyukai