Oleh :
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum fisiologi hewan air
yang berjudul “Menentukan Laju Pernapasan (Respirasi) pada Ikan Lele
(Clarias gariepinus)” ini dengan sebaik mungkin.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Eri Yusni, M. Sc., Ibu
Desrita, S.Pi., M.Si., dan Ibu Vindy Rilani Manurung, S.Pi., MP. selaku dosen
penanggung jawab laboratorium fisiologi hewan air. Dan kepada asisten
laboratorium fisiologi hewan air yang telah membimbing penulis dalam
menyelesaikan laporan praktikum ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang
membangun perkembangan laporan ini. Akhir kata penulis mengucapkan
terimakasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ......................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ............................................................................................. 1
Tujuan Praktikum ........................................................................................ 3
Manfaat Praktikum ...................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA
Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) ....................................................... 4
Pengaruh Detergen Terhadap Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) ....... 6
Pernafasan Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) ..................................... 8
METODE PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat ....................................................................................... 9
Alat dan Bahan ............................................................................................ 9
Prosedur Praktikum ..................................................................................... 9
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil ............................................................................................................. 10
Pembahasan ................................................................................................. 10
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan .................................................................................................. 12
Saran ............................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA
ii
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Fisiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari segala proses yang
berlangsung dalam tubuh makhluk hidup, baik organism bersel tunggal maupun
bersel banyak, termasuk interaksi antar sel, jaringan, organ serta semua
komunikasi interseluler, baik energetik maupun metabolik. Pada ilmu ini juga
dibahas faktor-faktor fisik dan kimia yang mempengaruhi makhluk hidup, yang
terkait dengan awal mula kehidupan, perkembangan serta kelangsungan hidup.
Fisiologi ikan mempelajari tentang fungsi, mekanisme, dan cara kerja dari organ,
jaringan dan sel-sel organisme ikan. Ada beberapa sistem anatomi fisiologi pada
tubuh ikan, yaitu sistem sirkulasi, sistem ekskresi, sistem sekresi, sistem
pencernaan (Purnamasari dan Santi, 2017).
Ikan sebagai salah satu organisme yang menjadi kajian ekologi, sehingga
harus dijaga kelestariannya. Sebagai langkah awal diperlukan kegiatan identifikasi
terhadap organisme tersebut. Identifikasi adalah menempatkan atau
memberikan identitas suatu individu melalui prosedur deduktif ke dalam suatu
takson dengan menggunakan kunci determinasi. Kunci determinasi adalah
kunci jawaban yang digunakan untuk menetapkan identitas suatu individu.
Kegiatan identifikasi bertujuan untuk mencari dan mengenal ciri-ciri taksonomi
yang sangat bervariasi dan memasukkannya ke dalam suatu takson. Selain itu
untuk mengetahui nama suatu individu atau spesies dengan cara mengamati
beberapa karakter atau ciri morfologi spesies tersebut dengan
membandingkan ciri-ciri yang ada sesuai dengan kunci determinasi
(Fitrah et al., 2016).
Ikan termasuk hewan bertulang belakang, berdarah dingin, berinsang
dan hidup di perairan. Diantara hewan bertulang belakang (vertebrata), ikan
merupakan kelompok terbesar dengan jumlah jenis terbanyak yaitu 42,6%
dari jumlah vertebrata yang sudah dikenal. Kelompok ikan ini mempunyai
keanekaragaman yang cukup tinggi baik dalam bentuk, ukuran, perilaku maupun
habitatnya. Tubuh ikan dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu : kepala, badan dan
ekor. Batas kepala mulai dari moncong sampai bagian belakang tutup
2
insang, batas mulai dari belakang tutup insang sampai dubur, sedangkan batas
ekor mulai dari dubur sampai ujung sirip ekor (Nursyahra, 2012).
Ikan merupakan salah satu sumber bahan pangan hewani yang
mempunyai kelebihan antara lain memiliki kandungan asam amino esensial
yang lengkap, kandungan asam-asam lemak tidak jenuh yang sangat
dibutuhkan, kandungan vitamin dan mineral yang cukup serta daya cernanya
yang tinggi. Kualitas produk hasil perikanan identik dengan kesegaran. Mutu
ikan harus dapat dipertahankan apabila ditangani dengan hati-hati, bersih dan
disimpan pada ruangan dingin dan cepat. Proses perubahan fisik, kimia, dan
organoleptik berlangsung dengan cepat setelah ikan mati. Banyak faktor yang
menentukan kecepatan penurunan kesegaran ikan, diantaranya suhu
penyimpanan suhu rendah. Penggunaan suhu rendah 0°C setelah ikan mati dapat
memperpanjang masa rigor mortis, menurunkan kegiatan enzimatis, bakterial,
kimiawi dan perubahan fisik ikan (Wibowo et al., 2014).
Di Indonesia lele merupakan jenis ikan yang cukup populer. Lele yang
berada di Indonesia bermacam-macam jenisnya. Terutama jenis lele yang biasa
dikonsumsi seperti lele Afrika, Dumbo, dan Lokal. Lele Afrika
(Clarias gariepinus) merupakan jenis ikan lele yang berasal dari Afrika yang
diimpor ke Indonesia untuk dikawin silangkan dengan lele Lokal dan dinamakan
lele Dumbo. Ikan lele Dumbo memiliki tubuh yang lebih besar 6-8 kali panjang
standar dibandingkan lele Lokal dan memiliki gen pertumbuhan yang lebih cepat.
Ukuran kepala 3-3,5 kali lebih besar. Kepala agak persegi panjang dan lancip ke
garis dorsal. Moncongnya yang bulat melebar. Berwarna abu ungu kemerahan dan
bercorak marble (Pujiastuti, 2015).
Ikan lele (Clarias gariepinus) menjadi salah satu komoditi hasil perikanan
yang sangat digemari dan merupakan salah satu ikan yang banyak dikonsumsi
masyarakat. Ikan lele digemari semua lapisan masyarakat sebagai protein hewani
alternatif yang harganya murah, mudah untuk diolah, bergizi tinggi dan rasanya
enak. Komoditi ini membuat ikan lele memiliki prospek yang sangat menjanjikan,
baik dari segi permintaan maupun harga jualnya. Untuk mengatasi permasalahan
akibat serangan agen patogenik pada ikan, para petani maupun pengusaha ikan
3
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum dan penulisan laporan ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh pemberian detergen terhadap ikan lele dumbo
(Clarias gariepinus)
2. Untuk mengetahui proses respirasi pada ikan lele dumbo (Clarias gariepinus)
Manfaat Praktikum
Manfaat dari penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui dan
mempelajari tentang menentukan laju pernapasan (respirasi) pada ikan lele
(Clarias gariepinus) serta sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan
dan sebagai salah satu syarat untuk mengikuti agenda praktikum selanjutnya.
4
TINJAUAN PUSTAKA
persediaan oksigen terlarut dalam air sehingga ikan mas kesulitan bernapas dan
berdampak terhadap peningkatan frekuensi bukaan operkulum. Pengaruh zat
toksik terhadap ikan menyebabkan morfologi insang berubah dan menyebabkan
kematian dalam periode panjang. Selain itu, zat toksik dapat merusak fungsi
respirasi dari insang sehingga proses metabolisme dalam tubuh terganggu.
Deterjen yang bereaksi dengan air akan menimbulkan busa pada bagian
permukaan air sehingga secara langsung menghambat proses difusi udara bebas
ke dalam media air dalam akuarium (Sahetapy dan Borut, 2018).
Kerusakan insang seperti edema, hiperplasia dan fusi lamela sekunder
menyebabkan berkurangnya efisiensi insang dalam menyerap oksigen dalam
perairan. Jumlah molekul oksigen yang sedikit dalam perairan ditambah dengan
penyerapan oksigen yang rendah oleh insang akan membuat proses metabolisme
ikan terganggu. Dengan demikian, ikan tidak mampu mensintesis senyawa-
senyawa atau zat-zat yang dibutuhkan termasuk sintesis eritrosit normal.
Walaupun sistesis eritrosit masih berjalan, akan tetapi eritrosit yang dihasilkan
menjadi abnormal atau prematur yang berakibat pada penurunan kemampuan
eritrosit untuk memfiksasi oksigen menjadi rendah (Saputra et al, 2013).
Degenerasi insang tingkat 1 berupa edema pada lamella dan
menunjukkan telah terjadinya kontaminasi namun belum terjadi pencemaran.
Degenerasi 2 berupa hiperplasia dan degenerasi 3 berupa terjadinya fusi lamela
merupakan indikator pencemaran ringan. Air yang masuk ke celah insang
mengandung pencemar yang bersifat toksik akan langsung mengenai insang dan
mempengaruhi sel-sel penyusun insang. Masuknya pencemaran ke dalam insang
secara terus menerus akan menyebabkan ikan sulit untuk bernapas, warna insang
menjadi pucat akibat peluruhan mukus. Bila oksigen telah berdifusi dalam darah
insang, oksigen ditranspor oleh hemoglobin ke kapiler jaringan untuk digunakan
oleh sel. Hemoglobin di dalam sel darah merah memungkinkan darah mengangkut
oksigen 30-100 kali dibandingkan oksigen terlarut dalam darah
(Putra et al., 2014).
selalu lembap. Bagian terluar dari insang berhubungan dengan air, sedangkan
bagian dalam berhubungan erat dengan kapilerkapiler darah. Tiap lembaran
insang terdiri dari sepasang filamen, dan tiap filamen mengandung banyak lapisan
tipis (lamela). Pada filamen terdapat pembuluh darah yang memiliki banyak
kapiler sehingga memungkinkan Oksigen berdifusi masuk dan Karbondioksida
berdifusi keluar (Putra, 2014).
Ikan lele memiliki organ insang tambahan (arborescent) berwarna merah
segar serta memungkinkan dapat mengambil oksigen langsung dari udara,
sehingga dapat hidup dalam air yang kandungan oksigennya sedikit. Bukaan
operkulum atau proses ram jet ventilation ikan lele merupakan proses penting
dalam respirasi ikan. Hal ini karena ikan menelan air dengan mulutnya dan
menekannya melewati insang kemudian keluar melalui lubang di bawah
operkulum. Ikan lele akan menggerakkan operkulum lebih cepat ketika
mengalami stress dan akan lebih sering muncul ke permukaan air sebagai upaya
untuk mendapatkan udara. Indikator penting dalam proses respirasi pada ikan lele
adalah laju kecepatan ram jet ventilation dan anatomi insang karena kedua
indikator ini sangat berhubungan erat. Proses ram jet ventilation proses penting
pada respirasi sedangkan anatomi insang berkaitan dengan gambaran anatomi
organ insang ikan lele dalam proses respirasi (Putra et al., 2014).
Kandungan oksigen dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu maka
konsumsi oksigen oleh organisme semakin meningkat. Kandungan oksigen
terlarut pada media budidaya juga ikut menurun. Peningkatan suhu sebesar 1oC
akan meningkatkan konsumsi oksigen sekitar 10%. Proses respirasi tumbuhan dan
hewan dapat menyebabkan hilangnya oksigen di perairan, selain itu juga dapat
disebabkan oleh pemanfaatan oksigen oleh mikroba untuk mengoksidasi bahan
organik. Dekomposisi bahan organik dan oksidasi bahan anorganik dapat
mengurangi kadar oksigen terlarut hingga mencapai nol (anaerob). Jumlah
oksigen yang diperlukan bakteri dalam penguraian bahan organik di dasar
perairan tergantung dari konsentrasi dan banyaknya bahan organik yang terdapat
pada dasar perairan (Primaningtyas et al, 2015).
9
METODE PRAKTIKUM
Prosedur Praktikum
Adapun prosedur praktikum fisiologi hewan air yang berlangsung antara
lain :
1. Isi air ke dalam wadah .
2. Masukkan ikan lele ke dalam akuarium dan amati pergerakannya selama 10
menit. Catat apakah ikan aktif bergerak atau tidak.
3. Setelah 10 menit, angkat dan pindahkan ikan lele ke nampan/baskom yang
tidak berisi air lalu hitung berapa banyak pergerakan/buka tutup operculum
selama 1 menit.
4. Setelah selesai dihitung, masukkan kembali ikan lele ke dalam wadah atau
ember yang berisi air. Amati kembali pergerakannya selama 10 menit dan
videokan proses pengamatan ini.
5. Setelah 10 menit, angkat kembali ikan lele dan letakkan ke atas nampan/ke
dalam baskom.
6. Hitung dan catat pergerakan operculum selama 1 menit .
7. Setelah selesai, bedah ikan lele untuk melihat morfologi insang.
8 Dokumentasikan bentuk dan warna insang ikan sebagai hasil praktikum.
10
Hasil
Tabel 1. Hasil Pengamatan Tutup Perculum ikan
Buka tutup operculum Buka tutup operculum
Perlakuan selama 1 menit pada selama 1 menit pada Warna Insang
10 menit pertama 10 menit pertama
Ikan Kontrol 25 22 Merah (Segar)
Detergen 10 gr 6 0 Merah Tua
Detergen 20 gr 4 0 Merah Tua
Detergen 30 gr 2 0 Merah Tua
Detergen 10 gr (i) 6 0 Merah Tua
Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan pemberian detergen ke
dalam ember sebesar 30 gram membuat insang ikan lele (Clarias gariepinus)
berdarah pada menit ke 3 serta membuat ikan menjadi lemas. Hal ini sesuai
dengan Inayah (2016) yang menyatakan bahwa Ikan yang terpapar detergen akan
mengalami gangguan pada organnya, terutama insang. Insang akan membengkak,
berdarah dan mengeluarkan lendir. Dan pada akhirnya ikan mati. Konsentrasi
larutan detergen lebih tinggi dari sitoplasma sehingga partikel detergen berdifusi
dari larutan ke sel-sel pada insang ikan dan insang pun akhirnya membengkak,
kemudian mengalami plasmolisis (pecahnya sel) sehingga ikan akan
mengeluarkan lendir. Setelah itu ikan akan kehilangan organ untuk bernafas pada
akhirnya ikan lemas dan mati.
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan ikan kontrol yang
diberikan detergen sebesar 10 gram memiliki insang yang berwarna lebih gelap
atau merah tua kehitaman dibandingan dengan ikan kontrol yang tida diberikan
detergen. Hal ini sesuai dengan Fisesa (2017) yang menyatakan bahwa insang
merupakan organ respirasi yang mengalami kontak dengan bahan pencemar,
kontak tersebut terjadi pada saat inspirasi. Pada waktu air mengalir melalui
branchia, filamen branchialis merentang. sehingga air dan zat pencemar langsung
bersentuhan dengan lamela, masuk dalam pembuluh darah dan selanjutnya dapat
merusak jaringan tubuh lain yang dilalui. Kerusakan insang yang terinfeksi
11
toksisitas alami dapat dilihat dengan perubahan warna seperti memar menghitam.
merah pucat semua tingkat kerusakan tergantung banyak dosis yang digunakan.
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan penambahan beberapa
gram detergen ke dalam air membuat air tersebut tercemar dan mengurangi
oksigen terlarut di dalam air sehingga ikan lele sulit untuk melakukan respirasi
dan membuat insangnya mengalami gangguan dan kerusakan yang cukup parah.
Hal ini sesuai dengan Wulansari dan Ardiansyah (2011) yang menyatakan bahwa
keberadaan deterjen dalam suatu badan air dapat merusak insang dan organ
pernapasan ikan. Kerusakan insang dan organ pernapasan ikan ini menyebabkan
toleransi ikan terhadap badan air yang kandungan oksigen terlarut rendah menjadi
menurun. Keberadaan busa-busa di permukaan air diduga menyebabkan
menurunnya oksigen terlarut dalam air tidak bisa bertambah karena hubungan
dengan udara bebas tertutup. Dengan demikian organisme dalam badan air akan
mati bukan karena keracunan namun karena kombinasi kerusakan organ
pernapasan dan kekurangan oksigen.
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan pada ikan kontrol,
diketahui bahwa lele mampu bertahan tanpa media air. Hal ini sesuai dengan
Pratiwi et al. (2017) yang menyatakan bahwa Ikan lele memiliki alat bantu
pernafasan yaitu labirin. Organ labirin bernama divertikula yang terletak di bagian
atas insang yang memungkinkan menyerap oksigen dari udara sehingga mampu
hidup di tempat yang kekurangan air. Ikan yang memiliki alat bantu pernapasan
mampu memanfaatkan oksigen yang ada di atmosfer sebagai sumber gas
pernapasan, sehingga ikan gabus mampu mempertahankan hidupnya lebih dari 8
jam tanpa air.
Pada saat praktikum ikan lele memilki alat pernafasan tambahan
sepasang yang berbentuk seperti pohon rimbun dan berada di sekitar insang ikan.
Hal ini sesuai dengan Anggrailiyana (2017) yang menyatakan bahwa Ikan lele
(Clarias gariepinus) memiliki organ pemapasan tambahan yaitu arborescent. Alat
pernafasan lele berupa insang berukuran kecil, sehingga lele sangkuriang sering
mengambil oksigen di permukaan. Arborescent terletak di rongga insang bagian
atas. Alat pernafasan ini berwarna kemerahan dan berbentuk seperti tajuk pohon
rimbun yang penuh dengan kapiler-kapiler darah.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kesimpulan dari laporan praktikum ini adalah sebagai berikut.
1. Pengaruh pemberian detergen terhadap ikan lele dumbo (Clarias gariepinus)
yaitu membuat ikan lele dumbo kekurangan oksigen. Karena deterjen yang
terlarut dalam air membuat kandungan O2 dalam air menurun, keberadaan busa
di permukaan air menjadi salah satu penyebab kontak udara dengan air terbatas
sehingga menurunkan O2 yang terlarut dalam air.
2. Proses respirasi pada ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) yaitu dengan
membukanya mulut, sehingga terdapat sedikit tekanan negatif dalam rongga
mulut maupun rongga insang. Begitu mulut ditutup, tekanan dalam rongga
mulut meningkat (menjadi positif), air didorong masuk rongga insang dan
selanjutnya mendorong operkulum sehingga air keluar rongga insang.
Saran
Saran untuk praktikum fisiologi hewan air ini adalah kiranya dalam
pelaksanaan praktikum sebaiknya dilakukan dengan hati-hati dan lebih serius agar
pelaksanaan praktikum berjalan dengan lancar dan hasil yang diperoleh sesuai
dengan yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Fitrah, S. S., Dewiyanti, I., dan Rizwan, T. 2016. Identifikasi Jenis Ikan di
Perairan Laguna Gampoeng Pulot Kecamatan Leupung Aceh Besar.
Doctoraldissertation, Syiah Kuala University.
Iswanto B. 2013. Menelusuri Identitas Ikan Lele Dumbo. Jurnal Media
Akuakultur. 8 (2).
Purnamasari, R. dan D. R. Santi. 2017. Fisiologi Hewan. Penerbit Program Studi
Arsitektur UIN Sunan Ampel. Surabaya.
Pratiwi K. I. 2016. Pengaruh Penambahan Konsentrasi Tepung Daun Talas
(Colocasia esculenta) dalam Pakan terhadap Berat Ikan Lele Dumbo
(Clarias glariepinus). [Skripsi]. Universitas Pasundan, Bandung.
Pujiastuti N. 2015. Identifikasi dan Prevalensi Ektoparasit pada Ikan Konsumsi di
Balai Benih Ikan Siwarak. [Skripsi]. Universitas Negeri Semarang,
Semarang.
Putra, D. A., dan Pribadi, T. A. 2014. Ramjet Ventilation, Perubahan Struktur
Morfologi dan Gambaran Mikroanatomi Insang Ikan Lele Akibat
Paparan Limbah Cair Pewarna Batik. Life Science. 3(1).
Resty A., Sarjito, dan Prayitno S. B. Identifikasi dan Uji Postulat Koch Agensia
Penyebab Penyakit Bakteri pada Ikan Lele (Clarias gariepinus) yang
Berasal dari Demak. Journal of Aquaculture Management and
Technology. 2 (2) : 10-19.
Sahetapy, J. M., dan Borut, R. R. 2018. Pengaruh Perbedaan Konsentrasi Deterjen
Bubuk Terhadap Frekuensi Bukaan Operkulum dan Kelangsungan Hidup
Ikan Mas (Cyprinus carpio). Jurnal Manajemen Sumberdaya Perairan.
14(1) :35-40.
Saputra, H. M., Marusin, N., dan Santoso, P. 2013. Struktur Histologis Insang dan
Kadar Hemoglobin Ikan Asang (Osteochilus hasseltii CV) di Danau
Singkarak dan Maninjau, Sumatera Barat. Jurnal Biologi UNAND. 2(2).
Wardhani A. K., Sudarno, dan Kusdarwati R. 2017. Gambaran Histopatologi
Kulit dan Insang Benih Ikan Lele (Clarias sp.) yang Terinfeksi
Saprolegnia sp. dan yang telah Diobati dengan Ekstrak Daun Sirih
(Piper Betle L.). Journal of Aquaculture and Fish Health. 7 (1).
Wardhani A. K. 2014. Gambaran Histopatologi Kulit dan Insang Benih Ikan Lele
(Clarias sp.) yang Terinfeksi Saprolegnia sp. dan yang telah Diobati
dengan Ekstrak Daun Sirih (Piper Betle L.). [Skripsi]. Universitas
Airlanga, Surabaya.
Wibowo, Y., Darmanto, dan Anggo, A. D. 2014. Pengaruh Cara Kematian dan
Tahapan Penurunan Kesegaran Ikan Terhadap Kualitas Pasta Ikan Nila
(Oreochromis niloticus). Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil
Perikanan. 3(3).
Wulandari C., Harahap F. A., dan Gultom T. 2017. Pengaruh Pemberian Hormon
“Ovaprim” dengan “Wova-FH” terhadap Daya Tetas Telur Induk Ikan
Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus) di Balai Benih Ikan Kabupaten
Samosir. Jurnal Biologi. Universitas Negeri Medan, Medan.