Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Makalah ini berjudul

“Teknik pendadaran ikan lele dan ikan mas”


Yang membahas tentang budidaya ikan lele serta pemanenan ikan lele.Dalam
penyusunan makalah ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dan
mendidik untuk perbaikan selanjutnya. Walaupun demikian penulis tetap berharap makalah ini
dapat bermanfaat bagi semua yang membacanya. Terimakasih.

Kelompok 2

Penulis
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PEMBESARAN IKAN LELE & IKAN MAS
(Clarias gariepinus)& (Cyprinus carpio L)

This Photo by Unknown Author is licensed under


CC BY

DIREKTORAT JENDERAL BUDIDAYA PERIKANAN AGRIBISNIS PERIKANAN AIR


TAWAR
TAHUN AJARAN 2022/2023
DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN.........................................................................................................
1.1 Latar belakang...............................................................................................................
1.2 Tujuan ……………………………………………………..…………………..……..
1.3 manfaat..........................................................................................................................
1.4 Makan dan kebiasaan makan........................................................................................
1.5 Pertumbuhan................................................................................................................
1.6 Kelangsungan hidup....................................................................................................
1.7 Hama dan penyakit......................................................................................................
1.7.1 hama…………………………………………………………………………..……
1.7.2 penyakit………………………………………………………………………..….

BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN.....................................................................................


2.1 Persiapan wadah dan sbtrat (kakaban) ....................................................................
2.2 Pemilihan induk.........................................................................................................
2.3 Pemberokan ............................................................................................................
2.4 Pemijahan.................................................................................................................
2.5 Penetasan telur.........................................................................................................
2.6 Pemeliharaan larva.................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Perikanan merupakan salah satu sektor ekonomi yang mempunyai potensi dan peranan
penting bagi perekonomian Indonesia. Pembangunan perikanan merupakan bagian integral dari
pembangunan nasional. Peranan sektor perikanan dalam pembangunan nasional terutama bisa
dilihat dari fungsinya sebagai penyedia bahan baku pendorong agroindustri, peningkatan devisa
melalui penyediaan ekspor hasil perikanan, penyedia kesempatan kerja, peningkatan pendapatan
nelayan atau petani ikan dan pembangunan daerah, serta peningkatan kelestarian sumberdaya
perikanan dan lingkungan hidup (Direktorat Jenderal Perikanan 2004).
Salah satu bisnis sektor perikanan yang mempunyai potensi cukup besar adalah Ikan lele
merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sudah dibudidayakan secara komersial oleh
masyarakat Indonesia. Budidaya lele berkembang dikarenakan dapat dibudidayakan di lahan dan
sumber air yang terbatas dengan padat tebar tinggi, teknologi budidaya relatif mudah dikuasai
oleh masyarakat dan pemasarannya relatif mudah serta modal usaha yang dibutuhkan relatif
rendah.
Pendederan adalah kegiatan pemeliharaan benih yang dilakukan untuk menghasilkan
benih ukuran tertentu yang siap dibesarkan dikolam pembesaran. Pendederan lele sangkuriang
dilakukan dalam tiga tahap pendederan, yaitu pendederan pertama (PI) selama 14-21 hari,
pendederan ke dua (PII) selama 21-28 hari, dan pendederan ke tiga (PIII) selama 14-21 hari.
Tujuan dilakukan pendederan secara bertahap adalah untuk menghasilkan benih-benih
yang mempunyai keunggulan dari segi keseragaman umur dan ukuran, jumlah benih yang
dihasilkan, serta rendahnya tingkat mortalitas pada setiap fase pertumbuhan. Selain itu
pendederan ini dilakukan untuk mengantisipasi kejenuhan kolam dalam hal penyediaan
lingkungan yang baik, serta penyediaan kebutuhan nutrient yang diperlukan oleh benih untuk
tumbuh dan berkembang.

1.2.Tujuan
Adapun tujuan dari kegiatan Praktik Kerja lapanagan adalah untuk mengetahui tentang
Pemijahan ikan lele (Clarias gariepinus ) secara benar , secara langsung di lapangan. Dimana
dalam hal ini bertujuan untuk peningkatan ilmu pengetahuan dan dapat menerapkan ilmu serta
belajar memasuki dunia kerja sehingga memperoleh pengalaman dan keterampilan.

1.3.Manfaat
Adapun manfaat dari kegiatan Praktik Kerja Lapangan ini adalah untuk mengembangkan
dan meningkatkan wawasan dan pikiran yang ilmiah dalam mengantisipasi permasalahan yang
akan ditemui di lapangan. Sebagai sumber informasi yang layak bagi pihak-pihak yang
memerlukan informasi mengenai bagaimana cara pemijahan lele secara benar.

1.4.Makanan dan Kebiasaan Makan


Hal penting yang perlu diperhatikan dalam pemberian pakan adalah frekuensi pemberian
pakan dan konversi pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan daging ikan. Pakan alami ikan
lele berupa jasad hewani yaitu krustasea kecil, larva serangga (kutu air, jentik nyamuk), cacing,
dan moluska (Susanto, 1988). Ketersedian pakan alami merupakan faktor pembatas bagi
kehidupan benih di kolam. Ukuran pakan alami harus sesuai dengan bukaan mulut dan
mempunyai nilai gizi yang tinggi. Selain itu, pakan alami mempunyai gerakan yang lambat
sehingga mudah dimakan ikan. Sedangkan pakan buatan merupakan campuran dari berbagai
bahan yang diolah menurut keperluan untuk diberikan ke ikan sebagai sumber energi. Pemberian
pakan pada benih ikan umur 7 sampai 15 hari dalam bentuk tepung dan remah. Benih umur 15
sampai 30 hari dapat diberi pakan berupa pelet yang berdiameter ± 1 mm atau disesuaikan dengan
bukaan mulut ikan. Pakan ini diberikan 3-5 kali sehari (Soetomo, 1987).

Frekuensi pemberian pakan adalah jumlah pemberian pakan per satuan waktu, misalnya
dalam satu hari pakan diberikan tiga kali. Pada ukuran larva frekuensi pemberian pakan harus
tinggi karena laju pengosongan lambungnya lebih cepat. Konversi pakan dapat diartikan sebagai
kemampuan spesies akuakultur mengubah pakan menjadi daging sedangkan efisiensi pakan
adalah bobot basah daging ikan yang diperoleh per satuan berat kering pakan yang diberikan.

Nilai konversi pakan menunjukkan sejauh mana makanan efisien dimanfaatkan oleh ikan
peliharaan. Konversi pakan tergantung pada spesies ikan (kebiasaan makan, tingkat tropik,
ukuran/ stadia,), kualitas air meliputi kadar oksigen dan amoniak serta suhu air, dan pakan baik
secara kualitas maupun kuantitas. Efisien pakan berubah sejalan dengan tingkat pemberian pakan
dan ukuran ikan. Menurut Schmitou (1992) dalam Hasanah (2003) efisiensi pakan dipengaruhi
oleh beberapa faktor diantaranya kualitas pakan, jumlah pakan, spesies ikan, ukuran ikan dan
kualitas air. Konversi pakan dan efisiensi pakan merupakan indikator untuk menentukan
efektifitas pakan (Watanabe, 1988).

Ikan lele termasuk jenis ikan pemakan segala atau omnivora, tetapi dialam bebas
makanan alami lele terdiri dari jasdad-jasad renik yang berupa zooplakton dan fitoplankton
seperti jentik-jentik nyamuk, anak ikan, dan sisa-sisa bahan organik yang masih segar. Sri
Najiyati (2004)

Ikan lele menyukai makanan alami berupa binatang renik, seperti kutu air dari kelompok
daphnia, cladocera,atau copepoda. Dengan pola makannya itu ikan lele sangkuriang digolongkan
sebagai ikan pemakan daging (Karnivora) dan ikan lele ini dapat juga memakan pakan buatan
seperti pelet, limbah peternakan ayam, dan limbah peternakan lainnya.(Khairuman dan Khairul
Amri, 2002).

1.5.Pertumbuhan
Menurut Syamsul Arifin (1991), menyatakan bahwa pertumbuhan dapat dikatakan
sebagai pertambahan ukuran panjang atau berat didalam waktu tertentu, pertambahan ukuran ini
karena adanya proses hayati yang terus mwnerus terjadi didalam tubuh organisme.

Selanjutnya Zonneveld dkk. (1991) menyatakan bahwa pertumbuhan dapat dianggap


sebagai suatu proses yang diawali dari pengambilan makan dan diakhiri dengan penyusunan
unsur-unsur.

Pertumbuhan yaitu perubahan ikan dalam berat, ukuran, maupun volume seiring dengan
berubahnya waktu. Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh faktor internal seperti umur dan sifat
genetik ikan yang meliputi keturunan, kemampuan untuk memanfaatkan makanan dan ketahanan
terhadap penyakit. Faktor eksternal yang meliputi sifat fisika dan kimia air, ruang gerak dan
ketersediaan makanan dari segi kualitas dan kuantitas juga mempengaruhi pertumbuhan (Huet,
1971).

Ketersediaan pakan dan oksigen sangat penting bagi ikan untuk pertumbuhan. Di sisi lain,
bahan buangan metabolik akan mengganggu pertumbuhan ikan. Pada kondisi kepadatan ikan
yang tinggi, ketersediaan pakan dan oksigen bagi ikan akan berkurang, sedangkan bahan buangan
metabolik ikan tinggi (Hepher, 1978).
1.6. Kelangsungan Hidup
Kelangsungan hidup adalah peluang hidup suatu individu dalam waktu tertentu.
Kelangsungan hidup benih ditentukan oleh kualitas induk, kualitas telur, kualitas air serta
perbandingan antara jumlah makanan dan kepadatannya (Effendi, 2002). Padat tebar yang terjadi
dapat menjadi salah satu penyebab rendahnya tingkat kelangsungan hidup suatu organisme,
terlihat kecenderungannya bahwa makin meningkat padat tebar ikan maka tingkat kelangsungan
hidupnya akan makin kecil (Allen, 1974).

Kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh nutrisi makanan Selain itu
peningkatan padat tebar ikan juga beRpengaruh terhadap tingkat kelangsungan hidup ikan
(Rukmana, 2003). Nilai tingkat kelangsungan hidup ikan rata-rata yang baik berkisar antara 73,5-
86,0 %. Kelangsungan hidup ikan ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya kualitas air
meliputi suhu, kadar amoniak dan nitrit, oksigen yang terlarut, dan tingkat keasaman (pH)
perairan, serta rasio antara jumlah pakan dengan kepadatan (Gustav, 1998 dalam Safitri 2007).

Faktor yang mempengaruhi kelangsungan hidup ikan lele yang perlu diperhatikan adalah
padat tebar, pemberian pakan, penyakit, dan kualitas air. Meskipun ikan lele bisa bertahan pada
kolam yang sempit dengan padat tebar yang tinggi tapi dengan batas tertentu. Begitu juga pakan
yang diberikan kualitasnya harus memenuhi kebutuhan nutrisi ikan dan kuantitasnya disesuaikan
dengan jumlah ikan yang ditebar. Penyakit yang menyerang biasanya berkaitan dengan kualitas
air (Yuniarti, 2006), sehingga kualitas air yang baik akan mengurangi resiko ikan terserang
penyakit dan ikan dapat bertahan hidup

1.7. Hama dan Penyakit


1.9.2. Hama
Hama adalah organisme pengganggu yang dapat memangsa,membunuh dan mempengaruhi
produktivitas ikan, baik secara langsung maupun secara bertahap. Hama bersifat sebagai organisma
yang memangsa (predator), perusak dan kompetitor (penyaing). Sebagai predator (organisme
pemangsa), yakni makhluk yang menyerang dan memangsa ikan yang biasanya mempunyai ukuran
tubuh yang lebih besar dari ikan itu sendiri. Hama sering menyerang ikan bila masuk dalam
lingkungan perairan yang sedang dilakukan pemeliharaan ikan. Masuknya hama dapat bersama
saluran pemasukan air maupun sengaja datang melalui pematang untuk memangsa ikan yang ada.

Hama yang menyerang ikan biasanya datang dari luar melalui aliran air, udara atau darat.
Hama yang berasal dari dalam biasanya akibat persiapan kolam yang kurang sempurna. Oleh karena
itu untuk mencegah hama ini masuk kedalam wadah budidaya dapat dilakukan penyaringan pada
saluran pemasukan dan pemagaran pematang. Hama ikan banyak sekali jenisnya antara lain larva
serangga, serangga air, ikan carnivora, ular, biawak, buaya , notonecta atau bebeasan, larva cybister
atau ucrit, berang-berang atau lisang, larva capung, trisipan. Hama menyerang ikan hanya pada saat
ikan masih kecil atau bila populasi ikan terlalu padat. Sedangkan bila ikan mulai gesit gerakannya
umumnya hama sulit memangsanya. Hama yang menyerang ikan budidaya biasanya berupa ular,
belut, ikan liar pemangsa. Sedangkan hama yang menyerang larva dan benih ikan biasanya notonecta
atau bebeasan, larva cybister atau ucrit. Ikan-ikan kecil yang masuk ke dalam wadah juga akan
mengganggu. Meskipun bukan hama, tetapi ikan kecil-kecil itu menjadi pesaing bagi ikan dalam hal
mencari makan dan memperoleh oksigen.

1.9.3. Penyakit
Penyakit ikan adalah segala sesuatu yang dapat menimbulkan gangguan pada ikan, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Gangguan terhadap ikan dapat disebabkan oleh organisme lain,
pakan, maupun kondisi lingkungan yang kurang menunjang kehidupan ikan. Dengan demikian
timbulnya serangan penyakit ikan di kolam merupakan hasil interaksi yang tidak serasi antara ikan,
kondisi lingkungan dengan organisme penyakit. Interaksi yang tidak serasi ini telah menyebabkan
stress pada ikan, sehingga mekanisme pertahanan diri yang dimikinya menjadi lemah dan akhirnya
mudah diserang oleh penyakit.

Perkembangan dan keseriusan suatu penyakit dalam akuakultur meliputi suatu interaksi yang
kompleks antara tingkat virulensi patogen, derajat imunitas inang, kondisi fisiologis dan genetic
hewan, stress dan padat tebaran. Secara umum faktor-faktor yang terkait dengan timbulnya penyakit
merupakan interaksi dari 3 faktor, yaitu inang, patogen, dan lingkungan atau stressor eksternal (yaitu
perubahan di lingkungan yang tidak menguntungkan, tingkat higienik yang buruk dan stress) (Austin
dan Austin, 1999),

Sakit pada ikan yaitu suatu keadaan abnormal yang ditandai dengan penurunan kemampuan
ikan secara gradual dalam mempertahankan fungsi-fungsi fisiologik normal. Pada keadaan tersebut
ikan dalam kondisi tidak seimbang fisiologisnya serta tidak mampu beradaptasi atau menyesuaikan
diri dengn kondisi lingkungan. Timbulnya sakit dapat akibat infeksi patogen yang dapat berupa
bakteri, virus, fungi atau parasit. Sakit dapat pula akibat defisiensi atau malnutrisi, atau sebab-sebab
lain. Ikan yang sakit akibat infeksi dikatakan sebagai ikan terkena penyakit infeksi, demikian pula jika
ikan sakit akibat defisiensi nutrien dapat dikatakan sebagai ikan terkena penyakit defisiensi nutrien.

1.9.4.Pemijahan
Pemijahan adalah proses pengeluaran sel telur oleh induk betina dan sperma oleh induk jantan
yang kemudian diikuti dengan perkawinan. Pemijahan sebagai salah satu aspek dari reproduksi
merupakan mata rantai dari siklus hidup yang menentukan kelangsungan hidup species. Penambahan
populasi ikan tergantung dari kondisi tempat telur dan larva ikan yang kelak akan berkembang. Oleh
karena itu pemijahan menuntut keamanan bagi kelangsungan hidup larva/benih ikan, tempat yang
cocok, waktu yang tepat dan kondisi yang lebih menguntungkan.

Induk lele dumbo yang telah diseleksi kematangan gonad selanjutnya dipijahkan secara alami.
Induk tersebut dimasukan ke dalam bak pemijahan yang telah disiapkan. Induk akan memijah setelah
8 – 12 jam setelah dilepaskan kedalam bak.

Saat pemijahan akan terjadi aksi kejar-kejaran semalam, induk jantan akan mengejar induk
betina dalam proses ini, jika kolam terbuatdari bahan yang kasar maka lele akan terluka dan terkena
infeksi virus dan dapat menimbulkan kematian. Sediakan tutup rapat karena pada masa ini kana terjadi
kejar-kejaran hingga lompat-lompatan.

Masa pemijahan ini biasanya berlangsung semalaman, keesokan harinya kita akan melihat
banyak telur-telur yang menempel pada kakaban hasil dari pemijahan semalam. Bila ini terjadi
pidahkan sepasang induk yang telah melakukan pemijahan tersebut agar telur telur tidak di makan.

II HASIL DAN PEMBAHASAN


2.1.Pendederan
Pendederan adalah kegiatan pemeliharaan benih yang dilakukan untuk menghasilkan benih
ukuran tertentu yang siap dibesarkan dikolam pembesaran. Pendederan lele sangkuriang dilakukan
dalam tiga tahap pendederan, yaitu pendederan pertama (PI) selama 14-21 hari, pendederan ke dua
(PII) selama 21-28 hari, dan pendederan ke tiga (PIII) selama 14-21 hari.

Tujuan dilakukan pendederan secara bertahap adalah untuk menghasilkan benih-benih yang
mempunyai keunggulan dari segi keseragaman umur dan ukuran, jumlah benih yang dihasilkan, serta
rendahnya tingkat mortalitas pada setiap fase pertumbuhan. Selain itu pendederan ini dilakukan untuk
mengantisipasi kejenuhan kolam dalam hal penyediaan lingkungan yang baik, serta penyediaan
kebutuhan nutrient yang diperlukan oleh benih untuk tumbuh dan berkembang.

Pendederan Pertama (PI)


Pendederan pertama adalah pemeliharaan larva lepas hapa yaitu larva yang baru berumur 5
hari sejak menetas. Hal yang harus diperhatikan dalam pendederan pertama ini adalah penyediaan
makanan yang berkualitas, karena larva membutuhkan protein yang tinggi untuk pertumbuhannya.
Pakan yang mengandung protein tinggi adalah pakan alami seperti daphnia, moina sp, artemia dan
tubifek. Dari jenis pakan alami tersebut, artemia merupakan pakan yang sangat cocok untuk larva ikan
setelah persediaan kuning telur dalam tubuhnya habis. Namun artemia ini harganya cukup mahal dan
sulit diperoleh didaerah-daerah tertentu.

Untuk itu lele dumbo dapat diberikan pakan dengan cacing tubifek, karena cacing ini sudah
dapat termakan oleh larva lele, disamping itu cacing tubifek ini selain murah harganya juga bisa
didapat didaerah manapun. Pendederan pertama lele sangkuriang dilakukan dalam bak berukuran 2 x 1
x 1m.

· Pendederan Kedua (PII)


Pendederan dua merupakan kegiatan pemeliharaan benih yang berasal dari tempat
pemeliharaan PI yang dipelihara selama 14-21 hari dan berukuran 2-3 cm. Pada dasarnya tahapan
kegiatan atau prosedur pengelolaan kolam PI dengan P II adalah sama. Perbedaan kegiatan pendederan
pertama dengan pendederan kedua, hanya terletak pada :

1. Padat penebaran di kolam P II sebanyak 100-150 ekor/m2.

2. Pemberian pakan tambahan,berupa pellet tepung pada minggu pertama dan kedua dan pellet
butiran berdiameter 1 mm pada minggu ketiga.

3. Lama pemeliharaan selama 21-28 hari

4. Benih ukuran panen 5-6 cm.


· Pendederan Ketiga (PIII)
Pendederan tiga adalah kegiatan pemeliharaan benih yang berasal dari tempat pemeliharaan P
II yang dipelihara selama 21-28 hari, dari ukuran 2-3 cm sampai dengan ukuran 5-6 cm. Pada dasarnya
tahapan kegiatan atau prosedur pengelolaan kolam PI , P II dan P III adalah sama. Perbedaan kegiatan
pendederan pertama, pendederan kedua dan pendederan ketiga hanya berbeda dalam :

1. Padat penebaran, padat penebaran di kolam PIII sebanyak 75-100 ekor/m2.

2. Pemberian pakan tambahan sebanyak 5-10% bobot biomass/hari dengan frekuensi pemberian
dua kali/hari berupa pellet butiran berdiameter 1 mm.

3. Lama pemeliharaannya selama 14-21 hari

4. Benih ukuran yang dipanen 7-8 cm.

Persiapan kolam tempat budidaya ikan lele


Ada berbagai macam tipe kolam yang bisa digunakan untuk tempat budidaya ikan lele. Setiap
tipe kolam memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing bila ditinjau dari segi usaha budidaya.
Untuk memutuskan kolam apa yang cocok, harap pertimbangkan kondisi lingkungan, ketersediaan
tenaga kerja dan sumber dana ada.

Tipe-tipe kolam yang umum digunakan dalam budidaya ikan lele adalah:

· kolam tanah

· kolam semen

· kolam terpal

· jaring apung

· dan keramba

2.2. Pakan untuk budidaya ikan lele


Pakan merupakan komponen biaya terbesar dalam budidaya ikan lele. Ada banyak sekali
merek dan ragam pakan di pasaran. Pakan ikan lele yang baik adalah pakan yang menawarkan Food
Convertion Ratio (FCR) lebih kecil dari satu. FCR adalah rasio jumlah pakan berbanding pertumbuhan
daging. Semakin kecil nilai FCR, semakin baik kualitas pakan.

Untuk mencapai hasil maksimal dengan biaya yang minimal, terapkan pemberian pakan utama
dan pakan tambahan secara berimbang. Bila pakan pabrik terasa mahal, silahkan coba membuat
sendiri pakan lele alternatif.

Pemberian pakan utama Sebagai ikan karnivora, pakan ikan lele harus banyak mengandung
protein hewani. Secara umum kandungan nutrisi yang dibutuhkan ikan lele adalah protein (minimal
30%), lemak (4-16%), karbohidrat (15-20%), vitamin dan mineral.

Berbagai pelet yang dijual dipasaran rata-rata sudah dilengkapi dengan keterangan kandungan
nutrisi. Tinggal kita pandai-pandai memilih mana yang bisa dipercaya. Ingat, jangan sampai membeli
pakan kadaluarsa.
Pakan harus diberikan sesuai dengan kebutuhan. Secara umum setiap harinya ikan lele
memerlukan pakan 3-6% dari bobot tubuhnya. Misalnya, ikan lele dengan bobot 50 gram memerlukan
pakan sebanyak 2,5 gram (5% bobot tubuh) per ekor. Kemudian setiap 10 hari ambil samplingnya, lalu
timbang dan sesuaikan lagi jumlah pakan yang diberikan. Dua minggu menjelang panen, persentase
pemberian pakan dikurangi menjadi 3% dari bobot tubuh.

Jadwal pemberian pakan sebaiknya disesuaikan dengan nafsu makan ikan. Frekuensinya 4-5
kali sehari. Frekuensi pemberian pakan pada ikan yang masih kecil harus lebih sering. Waktu
pemberian pakan bisa pagi, siang, sore dan malam hari.

Ikan lele merupakan hewan nokturnal, aktif pada malam hari. Pertimbangkan pemberian
pakan lebih banyak pada sore dan malam hari. Si pemberi pakan harus jeli melihat reaksi ikan.
Berikan pakan saat ikan lele agresif menyantap pakan dan berhenti apabila ikan sudah terlihat malas
untuk menyantapnya.

Selain pakan utama, bisa dipertimbangkan juga untuk memberi pakan tambahan. Pemberian
pakan tambahan sangat menolong menghemat biaya pengeluaran pakan yang menguras kantong.
Apabila kolam kita dekat dengan pelelangan ikan, bisa dipertimbangkan pemberian ikan rucah segar.
Ikan rucah adalah hasil ikan tangkapan dari laut yang tidak layak dikonsumsi manusia karena ukuran
atau cacat dalam penangkapannya. Bisa juga dengan membuat belatung dari campuran ampas tahu.
Keong mas dan limbah ayam bisa diberikan dengan pengolahan terlebih dahulu. Pengolahannya bisa
dilakukan dengan perebusan. Kemudian pisahkan daging keong mas dengan cangkangnya, lalu
dicincang. Untuk limbah ayam bersihkan bulu-bulunya sebelum diumpankan pada lele.

Satu hal yang harus diperhatikan dalam memberikan pakan ikan lele, jangan sampai telat atau
kurang. Karena ikan lele mempunyai sifat kanibal, yakni suka memangsa sejenisnya. Apabila
kekurangan pakan, ikan-ikan yang lebih besar ukurannya akan memangsa ikan yang lebih kecil.

2.3.. Pengelolaan air


Hal penting lain dalam budidaya ikan lele adalah pengelolaan air kolam. Untuk mendapatkan
hasil maksimal kualitas dan kuantitas air harus tetap terjaga.

Awasi kualitas air dari timbunan sisa pakan yang tidak habis di dasar kolam. Timbunan
tersebut akan menimbulkan gas amonia atau hidrogen sulfida yang dicirikan dengan adanya bau
busuk.

Apabila sudah muncul bau busuk, buang sepertiga air bagian bawah. Kemudian isi lagi
dengan air baru. Frekuensi pembuangan air sangat tergantung pada kebiasaan pemberian pakan.
Apabila dalam pemberian pakan banyak menimbulkan sisa, pergantian air akan lebih sering dilakukan.

2.4.Pengendalian hama dan penyakit


Hama yang paling umum dalam budidaya ikan lele antara lain hama predator seperti linsang,
ular, sero, musang air dan burung. Sedangkan hama yang menjadi pesaing antara lain ikan mujair.
Untuk mencegahnya yaitu dengan memasang saringan pada jalan masuk dan keluar air atau memasang
pagar di sekeliling kolam.

Penyakit pada budidaya ikan lele bisa datang dari protozoa, bakteri dan virus. Ketiga
mikroorganisme ini menyebabkan berbagai penyakit yang mematikan. Beberapa diantaranya adalah
bintik putih, kembung perut dan luka di kepala dan ekor.

Untuk mencegah timbulnya penyakit infeksi adalah dengan menjaga kualitas air, mengontrol
kelebihan pakan, menjaga kebersihan kolam, dan mempertahankan suhu kolam pada kisaran 28oC.
Selain penyakit infeksi, ikan lele juga bisa terserang penyakit non-infeksi seperti kuning, kekurangan
vitamin dan lain-lain.

2.5. Kesimpulan
Berdasarkan kegiatan praktik kerja lapangan yang dilakukan di BBI jati Cianjur, Jawa Barat
dapat dalam kegiatan pembenihan ikan lele dumbo dapat simpulkan sebagai berikut:

1. Tujuan dalam pendederan ini adalah untuk menghasilkan benih yang berkuantitas dan
berkualitas yang tinggi.

2. Larva lele sangat rentan terhadap penyakit, jadi harus benar- benar di perhatikan kualitas air,
pemberaian pakan dll
TEKNIK PENDEDERAN “IKAN MAS”
BAB I
PEMBAHASAN
BUDIDAYA IKAN MAS
1.1 SEJARAH SINGKAT
Ikan mas merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, berbadan memanjang pipih kesamping
dan lunak. Ikan mas sudah dipelihara sejak tahun 475 sebelum masehi di Cina. Di Indonesia ikan mas
mulai dipelihara sekitar tahun 1920. Ikan mas yang terdapat di Indonesia merupakan merupakan ikan
mas yang dibawa dari Cina, Eropa, Taiwan dan Jepang. Ikan mas Punten dan Majalaya merupakan
hasil seleksi di Indonesia. Sampai saat ini sudah terdapat 10 ikan mas yang dapat diidentifikasi
berdasarkan karakteristik morfologisnya.

1.2 SENTRA PERIKANAN


Budidaya ikan mas telah berkembang pesat di kolam biasa, di sawah, waduk, sungai air deras,
bahkan ada yang dipelihara dalam keramba di perairan umum. Adapun sentra produksi ikan mas
adalah: Ciamis, Sukabumi, Tasikmalaya, Bogor, Garut, Bandung, Cianjur, Purwakarta

1.3 PERSYARATAN LOKASI


1) Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung, tidak berporos.
Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor sehingga dapat dibuat
pematang/dinding kolam.

2) Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3-5% untuk memudahkan
pengairan kolam secara gravitasi.

3) Ikan mas dapat tumbuh normal, jika lokasi pemeliharaan berada pada ketinggian antara 150-
1000 m dpl.

4) Kualitas air untuk pemeliharaan ikan mas harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar
bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik.

5) Ikan mas dapat berkembang pesat di kolam, sawah, kakaban, dan sungai air deras. Kolam
dengan sistem pengairannya yang mengalir sangat baik bagi pertumbuhan dan perkembangan fisik
ikan mas. Debit air untuk kolam air tenang 8-15 liter/detik/ha, sedangkan untuk pembesaran di kolam
air deras debitnya 100 liter/menit/m3.

7) Suhu air yang baik berkisar antara 20-25 derajat C.


1.4 PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
1.4.1 Penyiapan Sarana dan Peralatan
1) Kolam

Lokasi kolam dicari yang dekat dengan sumber air dan bebas banjir. Kolam dibangun di lahan yang
landai dengan kemiringan 2–5% sehingga memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.

b) Kolam pemijahan

Tempat pemijahan dapat berupa kolam tanah atau bak tembok. Ukuran/luas kolam pemijahan
tergantung jumlah induk yang dipijahkan dengan bentuk kolam empat persegi panjang. Sebagai
patokan bahwa untuk 1 ekor induk dengan berat 3 kg memerlukan luas kolam sekitar 18 m2 dengan 18
buah ijuk/kakaban. Dasar kolam dibuat miring kearah pembuangan, untuk menjamin agar dasar kolam
dapat dikeringkan. Pintu pemasukan bisa dengan pralon dan pengeluarannya bisa juga memakai pralon
(kalau ukuran kolam kecil) atau pintu monik. Bentuk kolam penetasan pada dasarnya sama dengan
kolam pemijahan dan seringkali juga untuk penetasan menggunakan kolam pemijahan. Pada kolam
penetasan diusahakan agar air yang masuk dapat menyebar ke daerah yang ada telurnya.

c) Kolam pendederan

Bentuk kolam pendederan yang baik adalah segi empat. Untuk kegiatan pendederan ini biasanya ada
beberapa kolam yaitu pendederan pertama dengan luas 25-500 m2 dan pendederan lanjutan 500-1000
m2 per petak.

Pemasukan air bisa dengan pralon dan pengeluaran/ pembuangan dengan pintu berbentuk monik.
Dasar kolam dibuatkan kemalir (saluran dasar) dan di dekat pintu pengeluaran dibuat kubangan.
Fungsi kemalir adalah tempat berkumpulnya benih saat panen dan kubangan untuk memudahkan
penangkapan benih. dasar kolam dibuat miring ke arah pembuangan. Petak tambahan air yang
mempunyai kekeruhan tinggi (air sungai) maka perlu dibuat bak pengendapan dan bak penyaringan.

1.4.2 pendederan
d) Pemeliharaan Bibit/Pendederan

Pendederan atau pemeliharaan anak ikan mas dilakukan setelah telur-telur hasil pemijahan menetas.
Kegiatan ini dilakukan pada kolam pendederan (luas 200-500 meter persegi) yang sudah siap
menerima anak ikan dimana kolam tersebut dikeringkan terlebih dahulu serta dibersihkan dari ikan-
ikan liar. Kolam diberi kapur dan dipupuk sesuai ketentuan. Begitu pula dengan pemberian pakan
untuk bibit diseuaikan dengan ketentuan.

Pendederan ikan mas dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu:

1) Tahap I: umur benih yang disebar sekitar 5-7 hari(ukuran1-1,5 cm); jumlah benih yang
disebar=100-200 ekor/meter persegi; lama pemeliharaan 1 bulan; ukuran benih menjadi 2-3 cm.

2) Tahap II: umur benih setelah tahap I selesai; jumlah benih yang disebar=50-75 ekor/meter
persegi; lama pemeliharaan 1 bulan; ukuran benih menjadi 3-5 cm.
3) Tahap III: umur benih setelah tahap II selesai; jumlah benih yang disebar=25-50 ekor/meter
persegi; lama pemeliharaan 1 bulan; ukuran benih menjadi 5-8 cm; perlu penambahan makanan
berupa dedak halus 3-5% dari jumlah bobot benih.

4) Tahap IV: umur benih setelah tahap III selesai; jumlah benih yang disebar=3-5 ekor/meter
persegi; lama pemeliharaan 1 bulan; ukuran benih menjadi 8-12 cm; perlu penambahan makanan
berupa dedak halus 3-5% dari jumlah bobot benih.

e) Perlakuan dan Perawatan Bibit

Apabila benih belum mencapai ukuran 100 gram, maka benih diberi pakan pelet 2 mm sebanyak 3 kali
bobot total benih yang diberikan 4 kali sehari selama 3 minggu.

1.5 PASCA PANEN


Penanganan pascapanen ikan mas dapat dilakukan dengan cara penanganan ikan hidup maupun ikan
segar.

1) Penanganan ikan hidup


Adakalanya ikan konsumsi ini akan lebih mahal harganya bila dijual dalam keadaan hidup. Hal yang
perlu diperhatikan agar ikan tersebut sampai ke konsumen dalam keadaan hidup, segar dan sehat
antara lain:

a) Dalam pengangkutan gunakan air yang bersuhu rendah sekitar 20 derajat

b) Waktu pengangkutan hendaknya pada pagi hari atau sore hari.

c) Jumlah kepadatan ikan dalam alat pengangkutan tidak terlalu padat.

2) Penanganan ikan segar


Ikan segar mas merupakan produk yang cepat turun kualitasnya. Hal yang perlu diperhatikan untuk
mempertahankan kesegaran antara lain:

a) Penangkapan harus dilakukan hati-hati agar ikan-ikan tidak luka.

b) Sebelum dikemas, ikan harus dicuci agar bersih dan lendir.

c) Wadah pengangkut harus bersih dan tertutup. Untuk pengangkutan jarak dekat (2 jam
perjalanan), dapat digunakan keranjang yang dilapisi dengan daun pisang/plastik. Untuk pengangkutan
jarak jauh digunakan kotak dan seng atau fiberglass. Kapasitas kotak maksimum 50 kg dengan tinggi
kotak maksimum 50 cm.

d) Ikan diletakkan di dalam wadah yang diberi es dengan suhu 6-7 derajat C.

Gunakan es berupa potongan kecil-kecil (es curai) dengan perbandingan jumlah es dan ikan=1:1.
Dasar kotak dilapisi es setebal 4-5 cm. Kemudian ikan disusun di atas lapisan es ini setebal 5-10 cm,
lalu disusul lapisan es lagi dan seterusnya. Antara ikan dengan dinding kotak diberi es, demikian juga
antara ikan dengan penutup kotak.

3) Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pananganan benih adalah sebagai berikut:

a) Benih ikan harus dipilih yang sehat yaitu bebas dari penyakit, parasit dan tidak cacat. Setelah itu,
benih ikan baru dimasukkan ke dalam kantong plastik (sistem tertutup) atau keramba (sistem terbuka).

b) Air yang dipakai media pengangkutan harus bersih, sehat, bebas hama dan penyakit serta bahan
organik lainya. Sebagai contoh dapat digunakan air sumur yang telah diaerasi semalam.
c) Sebelum diangkut benih ikan harus diberok dahulu selama beberapa hari. Gunakan tempat
pemberokan berupa bak yang berisi air bersih dan dengan aerasi yang baik. Bak pemberokan dapat
dibuat dengan ukuran 1 m x 1 m atau 2 m x 0,5 m. Dengan ukuran tersebut, bak pemberokan dapat
menampung benih ikan mas sejumlah 5000–6000 ekor dengan ukuran 3-5 cm. Jumlah benih dalam
pemberokan harus disesuaikan dengan ukuran benihnya.

d) Berdasarkan lama/jarak pengiriman, sistem pengangkutan benih terbagi menjadi dua bagian,
yaitu:

· Sistem terbuka

Dilakukan untuk mengangkut benih dalam jarak dekat atau tidak memerlukan waktu yang lama.
Alat pengangkut berupa keramba.

Setiap keramba dapat diisi air bersih 15 liter dan dapat untuk mengangkut sekitar 5000 ekor benih
ukuran 3-5 cm.

· Sistem tertutup

Dilakukan untuk pengangkutan benih jarak jauh yang memerlukan waktu lebih dari 4-5 jam,
menggunakan kantong plastik. Volume media pengangkutan terdiri dari air bersih 5 liter yang diberi
buffer Na2(hpo)4.H2O sebanyak 9 gram. Cara pengemasan benih ikan yang diangkut dengan kantong
plastik: (1) masukkan air bersih ke dalam kantong plastik kemudian benih; (3) hilangkan udara dengan
menekan kantong plastik ke permukaan air; (3) alirkan oksigen dari tabung dialirkan ke kantong
plastik sebanyak 2/3 volume keseluruhan rongga (air:oksigen=1:2); (4) kantong plastik lalu diikat. (5)
kantong plastik dimasukkan ke dalam dos dengan posisi membujur atau ditidurkan.

Dos yang berukuran panjang 0,50 m, lebar 0,35 m, dan tinggi 0,50 m dapat diisi 2 buah kantong
plastik.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan setelah benih sampai di tempat tujuan adalah sebagai berikut:

1) Siapkan larutan tetrasiklin 25 ppm dalam waskom (1 kapsul tertasiklin dalam 10 liter air bersih).

2) Buka kantong plastik, tambahkan air bersih yang berasal dari kolam setempat sedikit demi
sedikit agar perubahan suhu air dalam kantong plastik terjadi perlahan-lahan.

3) Pindahkan benih ikan ke waskom yang berisi larutan tetrasiklin selama 1- 2 menit.

4) Masukan benih ikan ke dalam bak pemberokan. Dalam bak pemberokan benih ikan diberi pakan
secukupnya. Selain itu, dilakukan pengobatan dengan tetrasiklin 25 ppm selama 3 hari berturut-turut.
Selain tetrsikli dapat juga digunakan obat lain seperti KMNO4 sebanyak 20 ppm atau formalin
sebanyak 4% selama 3-5 menit.

5) Setelah 1 minggu dikarantina, tebar benih ikan di kolam budidaya

BAB II
PENUTUP

2.1 KESIMPULAN
Ikan mas merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, berbadan memanjang pipih kesamping
dan lunak.

Budidaya ikan mas telah berkembang pesat di kolam biasa, di sawah, waduk, sungai
air deras, bahkan ada yang dipelihara dalam keramba di perairan umum.

Keberadaan Ikan Mas menjadikan Indonesia memiliki sumber daya lestari terpendam yang khas dan
diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi peningkatan kesejahteraan dan taraf hidup
masyarakat.

Ikan Mas meruapakan salah satu komoditi perikanan yang pasaran ekspornya cukup
menonjol, sehingga selama sekitar 10 tahun terakhir telah berkembang cukup pesat. Karena besarnya
permintaan pasaran internasional, menyebabkan munculnya inisiatif masyarakat untuk
mengembangkan usaha ikan Mas dengan cara budidaya

Secara teknis budidaya ikan Mas dapat dilaksanakan di berbagai daerah di Indonesia, karena
didukung oleh sumber daya alam dan iklim yang sesuai dengan tuntutan hidup ikan Mas. Tetapi untuk
memperoleh produktivitas yang tinggi, diperlukan intensifikasi pemeliharaan dan technological
engineering terutama dalam penyediaan bibit yang dipijahkan secara teknologis

Anda mungkin juga menyukai