Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Makalah ini berjudul
Kelompok 2
Penulis
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
BAB I. PENDAHULUAN.........................................................................................................
1.1 Latar belakang...............................................................................................................
1.2 Tujuan ……………………………………………………..…………………..……..
1.3 manfaat..........................................................................................................................
1.4 Makan dan kebiasaan makan........................................................................................
1.5 Pertumbuhan................................................................................................................
1.6 Kelangsungan hidup....................................................................................................
1.7 Hama dan penyakit......................................................................................................
1.7.1 hama…………………………………………………………………………..……
1.7.2 penyakit………………………………………………………………………..….
1.2.Tujuan
Adapun tujuan dari kegiatan Praktik Kerja lapanagan adalah untuk mengetahui tentang
Pemijahan ikan lele (Clarias gariepinus ) secara benar , secara langsung di lapangan. Dimana
dalam hal ini bertujuan untuk peningkatan ilmu pengetahuan dan dapat menerapkan ilmu serta
belajar memasuki dunia kerja sehingga memperoleh pengalaman dan keterampilan.
1.3.Manfaat
Adapun manfaat dari kegiatan Praktik Kerja Lapangan ini adalah untuk mengembangkan
dan meningkatkan wawasan dan pikiran yang ilmiah dalam mengantisipasi permasalahan yang
akan ditemui di lapangan. Sebagai sumber informasi yang layak bagi pihak-pihak yang
memerlukan informasi mengenai bagaimana cara pemijahan lele secara benar.
Frekuensi pemberian pakan adalah jumlah pemberian pakan per satuan waktu, misalnya
dalam satu hari pakan diberikan tiga kali. Pada ukuran larva frekuensi pemberian pakan harus
tinggi karena laju pengosongan lambungnya lebih cepat. Konversi pakan dapat diartikan sebagai
kemampuan spesies akuakultur mengubah pakan menjadi daging sedangkan efisiensi pakan
adalah bobot basah daging ikan yang diperoleh per satuan berat kering pakan yang diberikan.
Nilai konversi pakan menunjukkan sejauh mana makanan efisien dimanfaatkan oleh ikan
peliharaan. Konversi pakan tergantung pada spesies ikan (kebiasaan makan, tingkat tropik,
ukuran/ stadia,), kualitas air meliputi kadar oksigen dan amoniak serta suhu air, dan pakan baik
secara kualitas maupun kuantitas. Efisien pakan berubah sejalan dengan tingkat pemberian pakan
dan ukuran ikan. Menurut Schmitou (1992) dalam Hasanah (2003) efisiensi pakan dipengaruhi
oleh beberapa faktor diantaranya kualitas pakan, jumlah pakan, spesies ikan, ukuran ikan dan
kualitas air. Konversi pakan dan efisiensi pakan merupakan indikator untuk menentukan
efektifitas pakan (Watanabe, 1988).
Ikan lele termasuk jenis ikan pemakan segala atau omnivora, tetapi dialam bebas
makanan alami lele terdiri dari jasdad-jasad renik yang berupa zooplakton dan fitoplankton
seperti jentik-jentik nyamuk, anak ikan, dan sisa-sisa bahan organik yang masih segar. Sri
Najiyati (2004)
Ikan lele menyukai makanan alami berupa binatang renik, seperti kutu air dari kelompok
daphnia, cladocera,atau copepoda. Dengan pola makannya itu ikan lele sangkuriang digolongkan
sebagai ikan pemakan daging (Karnivora) dan ikan lele ini dapat juga memakan pakan buatan
seperti pelet, limbah peternakan ayam, dan limbah peternakan lainnya.(Khairuman dan Khairul
Amri, 2002).
1.5.Pertumbuhan
Menurut Syamsul Arifin (1991), menyatakan bahwa pertumbuhan dapat dikatakan
sebagai pertambahan ukuran panjang atau berat didalam waktu tertentu, pertambahan ukuran ini
karena adanya proses hayati yang terus mwnerus terjadi didalam tubuh organisme.
Pertumbuhan yaitu perubahan ikan dalam berat, ukuran, maupun volume seiring dengan
berubahnya waktu. Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh faktor internal seperti umur dan sifat
genetik ikan yang meliputi keturunan, kemampuan untuk memanfaatkan makanan dan ketahanan
terhadap penyakit. Faktor eksternal yang meliputi sifat fisika dan kimia air, ruang gerak dan
ketersediaan makanan dari segi kualitas dan kuantitas juga mempengaruhi pertumbuhan (Huet,
1971).
Ketersediaan pakan dan oksigen sangat penting bagi ikan untuk pertumbuhan. Di sisi lain,
bahan buangan metabolik akan mengganggu pertumbuhan ikan. Pada kondisi kepadatan ikan
yang tinggi, ketersediaan pakan dan oksigen bagi ikan akan berkurang, sedangkan bahan buangan
metabolik ikan tinggi (Hepher, 1978).
1.6. Kelangsungan Hidup
Kelangsungan hidup adalah peluang hidup suatu individu dalam waktu tertentu.
Kelangsungan hidup benih ditentukan oleh kualitas induk, kualitas telur, kualitas air serta
perbandingan antara jumlah makanan dan kepadatannya (Effendi, 2002). Padat tebar yang terjadi
dapat menjadi salah satu penyebab rendahnya tingkat kelangsungan hidup suatu organisme,
terlihat kecenderungannya bahwa makin meningkat padat tebar ikan maka tingkat kelangsungan
hidupnya akan makin kecil (Allen, 1974).
Kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh nutrisi makanan Selain itu
peningkatan padat tebar ikan juga beRpengaruh terhadap tingkat kelangsungan hidup ikan
(Rukmana, 2003). Nilai tingkat kelangsungan hidup ikan rata-rata yang baik berkisar antara 73,5-
86,0 %. Kelangsungan hidup ikan ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya kualitas air
meliputi suhu, kadar amoniak dan nitrit, oksigen yang terlarut, dan tingkat keasaman (pH)
perairan, serta rasio antara jumlah pakan dengan kepadatan (Gustav, 1998 dalam Safitri 2007).
Faktor yang mempengaruhi kelangsungan hidup ikan lele yang perlu diperhatikan adalah
padat tebar, pemberian pakan, penyakit, dan kualitas air. Meskipun ikan lele bisa bertahan pada
kolam yang sempit dengan padat tebar yang tinggi tapi dengan batas tertentu. Begitu juga pakan
yang diberikan kualitasnya harus memenuhi kebutuhan nutrisi ikan dan kuantitasnya disesuaikan
dengan jumlah ikan yang ditebar. Penyakit yang menyerang biasanya berkaitan dengan kualitas
air (Yuniarti, 2006), sehingga kualitas air yang baik akan mengurangi resiko ikan terserang
penyakit dan ikan dapat bertahan hidup
Hama yang menyerang ikan biasanya datang dari luar melalui aliran air, udara atau darat.
Hama yang berasal dari dalam biasanya akibat persiapan kolam yang kurang sempurna. Oleh karena
itu untuk mencegah hama ini masuk kedalam wadah budidaya dapat dilakukan penyaringan pada
saluran pemasukan dan pemagaran pematang. Hama ikan banyak sekali jenisnya antara lain larva
serangga, serangga air, ikan carnivora, ular, biawak, buaya , notonecta atau bebeasan, larva cybister
atau ucrit, berang-berang atau lisang, larva capung, trisipan. Hama menyerang ikan hanya pada saat
ikan masih kecil atau bila populasi ikan terlalu padat. Sedangkan bila ikan mulai gesit gerakannya
umumnya hama sulit memangsanya. Hama yang menyerang ikan budidaya biasanya berupa ular,
belut, ikan liar pemangsa. Sedangkan hama yang menyerang larva dan benih ikan biasanya notonecta
atau bebeasan, larva cybister atau ucrit. Ikan-ikan kecil yang masuk ke dalam wadah juga akan
mengganggu. Meskipun bukan hama, tetapi ikan kecil-kecil itu menjadi pesaing bagi ikan dalam hal
mencari makan dan memperoleh oksigen.
1.9.3. Penyakit
Penyakit ikan adalah segala sesuatu yang dapat menimbulkan gangguan pada ikan, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Gangguan terhadap ikan dapat disebabkan oleh organisme lain,
pakan, maupun kondisi lingkungan yang kurang menunjang kehidupan ikan. Dengan demikian
timbulnya serangan penyakit ikan di kolam merupakan hasil interaksi yang tidak serasi antara ikan,
kondisi lingkungan dengan organisme penyakit. Interaksi yang tidak serasi ini telah menyebabkan
stress pada ikan, sehingga mekanisme pertahanan diri yang dimikinya menjadi lemah dan akhirnya
mudah diserang oleh penyakit.
Perkembangan dan keseriusan suatu penyakit dalam akuakultur meliputi suatu interaksi yang
kompleks antara tingkat virulensi patogen, derajat imunitas inang, kondisi fisiologis dan genetic
hewan, stress dan padat tebaran. Secara umum faktor-faktor yang terkait dengan timbulnya penyakit
merupakan interaksi dari 3 faktor, yaitu inang, patogen, dan lingkungan atau stressor eksternal (yaitu
perubahan di lingkungan yang tidak menguntungkan, tingkat higienik yang buruk dan stress) (Austin
dan Austin, 1999),
Sakit pada ikan yaitu suatu keadaan abnormal yang ditandai dengan penurunan kemampuan
ikan secara gradual dalam mempertahankan fungsi-fungsi fisiologik normal. Pada keadaan tersebut
ikan dalam kondisi tidak seimbang fisiologisnya serta tidak mampu beradaptasi atau menyesuaikan
diri dengn kondisi lingkungan. Timbulnya sakit dapat akibat infeksi patogen yang dapat berupa
bakteri, virus, fungi atau parasit. Sakit dapat pula akibat defisiensi atau malnutrisi, atau sebab-sebab
lain. Ikan yang sakit akibat infeksi dikatakan sebagai ikan terkena penyakit infeksi, demikian pula jika
ikan sakit akibat defisiensi nutrien dapat dikatakan sebagai ikan terkena penyakit defisiensi nutrien.
1.9.4.Pemijahan
Pemijahan adalah proses pengeluaran sel telur oleh induk betina dan sperma oleh induk jantan
yang kemudian diikuti dengan perkawinan. Pemijahan sebagai salah satu aspek dari reproduksi
merupakan mata rantai dari siklus hidup yang menentukan kelangsungan hidup species. Penambahan
populasi ikan tergantung dari kondisi tempat telur dan larva ikan yang kelak akan berkembang. Oleh
karena itu pemijahan menuntut keamanan bagi kelangsungan hidup larva/benih ikan, tempat yang
cocok, waktu yang tepat dan kondisi yang lebih menguntungkan.
Induk lele dumbo yang telah diseleksi kematangan gonad selanjutnya dipijahkan secara alami.
Induk tersebut dimasukan ke dalam bak pemijahan yang telah disiapkan. Induk akan memijah setelah
8 – 12 jam setelah dilepaskan kedalam bak.
Saat pemijahan akan terjadi aksi kejar-kejaran semalam, induk jantan akan mengejar induk
betina dalam proses ini, jika kolam terbuatdari bahan yang kasar maka lele akan terluka dan terkena
infeksi virus dan dapat menimbulkan kematian. Sediakan tutup rapat karena pada masa ini kana terjadi
kejar-kejaran hingga lompat-lompatan.
Masa pemijahan ini biasanya berlangsung semalaman, keesokan harinya kita akan melihat
banyak telur-telur yang menempel pada kakaban hasil dari pemijahan semalam. Bila ini terjadi
pidahkan sepasang induk yang telah melakukan pemijahan tersebut agar telur telur tidak di makan.
Tujuan dilakukan pendederan secara bertahap adalah untuk menghasilkan benih-benih yang
mempunyai keunggulan dari segi keseragaman umur dan ukuran, jumlah benih yang dihasilkan, serta
rendahnya tingkat mortalitas pada setiap fase pertumbuhan. Selain itu pendederan ini dilakukan untuk
mengantisipasi kejenuhan kolam dalam hal penyediaan lingkungan yang baik, serta penyediaan
kebutuhan nutrient yang diperlukan oleh benih untuk tumbuh dan berkembang.
Untuk itu lele dumbo dapat diberikan pakan dengan cacing tubifek, karena cacing ini sudah
dapat termakan oleh larva lele, disamping itu cacing tubifek ini selain murah harganya juga bisa
didapat didaerah manapun. Pendederan pertama lele sangkuriang dilakukan dalam bak berukuran 2 x 1
x 1m.
2. Pemberian pakan tambahan,berupa pellet tepung pada minggu pertama dan kedua dan pellet
butiran berdiameter 1 mm pada minggu ketiga.
2. Pemberian pakan tambahan sebanyak 5-10% bobot biomass/hari dengan frekuensi pemberian
dua kali/hari berupa pellet butiran berdiameter 1 mm.
Tipe-tipe kolam yang umum digunakan dalam budidaya ikan lele adalah:
· kolam tanah
· kolam semen
· kolam terpal
· jaring apung
· dan keramba
Untuk mencapai hasil maksimal dengan biaya yang minimal, terapkan pemberian pakan utama
dan pakan tambahan secara berimbang. Bila pakan pabrik terasa mahal, silahkan coba membuat
sendiri pakan lele alternatif.
Pemberian pakan utama Sebagai ikan karnivora, pakan ikan lele harus banyak mengandung
protein hewani. Secara umum kandungan nutrisi yang dibutuhkan ikan lele adalah protein (minimal
30%), lemak (4-16%), karbohidrat (15-20%), vitamin dan mineral.
Berbagai pelet yang dijual dipasaran rata-rata sudah dilengkapi dengan keterangan kandungan
nutrisi. Tinggal kita pandai-pandai memilih mana yang bisa dipercaya. Ingat, jangan sampai membeli
pakan kadaluarsa.
Pakan harus diberikan sesuai dengan kebutuhan. Secara umum setiap harinya ikan lele
memerlukan pakan 3-6% dari bobot tubuhnya. Misalnya, ikan lele dengan bobot 50 gram memerlukan
pakan sebanyak 2,5 gram (5% bobot tubuh) per ekor. Kemudian setiap 10 hari ambil samplingnya, lalu
timbang dan sesuaikan lagi jumlah pakan yang diberikan. Dua minggu menjelang panen, persentase
pemberian pakan dikurangi menjadi 3% dari bobot tubuh.
Jadwal pemberian pakan sebaiknya disesuaikan dengan nafsu makan ikan. Frekuensinya 4-5
kali sehari. Frekuensi pemberian pakan pada ikan yang masih kecil harus lebih sering. Waktu
pemberian pakan bisa pagi, siang, sore dan malam hari.
Ikan lele merupakan hewan nokturnal, aktif pada malam hari. Pertimbangkan pemberian
pakan lebih banyak pada sore dan malam hari. Si pemberi pakan harus jeli melihat reaksi ikan.
Berikan pakan saat ikan lele agresif menyantap pakan dan berhenti apabila ikan sudah terlihat malas
untuk menyantapnya.
Selain pakan utama, bisa dipertimbangkan juga untuk memberi pakan tambahan. Pemberian
pakan tambahan sangat menolong menghemat biaya pengeluaran pakan yang menguras kantong.
Apabila kolam kita dekat dengan pelelangan ikan, bisa dipertimbangkan pemberian ikan rucah segar.
Ikan rucah adalah hasil ikan tangkapan dari laut yang tidak layak dikonsumsi manusia karena ukuran
atau cacat dalam penangkapannya. Bisa juga dengan membuat belatung dari campuran ampas tahu.
Keong mas dan limbah ayam bisa diberikan dengan pengolahan terlebih dahulu. Pengolahannya bisa
dilakukan dengan perebusan. Kemudian pisahkan daging keong mas dengan cangkangnya, lalu
dicincang. Untuk limbah ayam bersihkan bulu-bulunya sebelum diumpankan pada lele.
Satu hal yang harus diperhatikan dalam memberikan pakan ikan lele, jangan sampai telat atau
kurang. Karena ikan lele mempunyai sifat kanibal, yakni suka memangsa sejenisnya. Apabila
kekurangan pakan, ikan-ikan yang lebih besar ukurannya akan memangsa ikan yang lebih kecil.
Awasi kualitas air dari timbunan sisa pakan yang tidak habis di dasar kolam. Timbunan
tersebut akan menimbulkan gas amonia atau hidrogen sulfida yang dicirikan dengan adanya bau
busuk.
Apabila sudah muncul bau busuk, buang sepertiga air bagian bawah. Kemudian isi lagi
dengan air baru. Frekuensi pembuangan air sangat tergantung pada kebiasaan pemberian pakan.
Apabila dalam pemberian pakan banyak menimbulkan sisa, pergantian air akan lebih sering dilakukan.
Penyakit pada budidaya ikan lele bisa datang dari protozoa, bakteri dan virus. Ketiga
mikroorganisme ini menyebabkan berbagai penyakit yang mematikan. Beberapa diantaranya adalah
bintik putih, kembung perut dan luka di kepala dan ekor.
Untuk mencegah timbulnya penyakit infeksi adalah dengan menjaga kualitas air, mengontrol
kelebihan pakan, menjaga kebersihan kolam, dan mempertahankan suhu kolam pada kisaran 28oC.
Selain penyakit infeksi, ikan lele juga bisa terserang penyakit non-infeksi seperti kuning, kekurangan
vitamin dan lain-lain.
2.5. Kesimpulan
Berdasarkan kegiatan praktik kerja lapangan yang dilakukan di BBI jati Cianjur, Jawa Barat
dapat dalam kegiatan pembenihan ikan lele dumbo dapat simpulkan sebagai berikut:
1. Tujuan dalam pendederan ini adalah untuk menghasilkan benih yang berkuantitas dan
berkualitas yang tinggi.
2. Larva lele sangat rentan terhadap penyakit, jadi harus benar- benar di perhatikan kualitas air,
pemberaian pakan dll
TEKNIK PENDEDERAN “IKAN MAS”
BAB I
PEMBAHASAN
BUDIDAYA IKAN MAS
1.1 SEJARAH SINGKAT
Ikan mas merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, berbadan memanjang pipih kesamping
dan lunak. Ikan mas sudah dipelihara sejak tahun 475 sebelum masehi di Cina. Di Indonesia ikan mas
mulai dipelihara sekitar tahun 1920. Ikan mas yang terdapat di Indonesia merupakan merupakan ikan
mas yang dibawa dari Cina, Eropa, Taiwan dan Jepang. Ikan mas Punten dan Majalaya merupakan
hasil seleksi di Indonesia. Sampai saat ini sudah terdapat 10 ikan mas yang dapat diidentifikasi
berdasarkan karakteristik morfologisnya.
2) Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3-5% untuk memudahkan
pengairan kolam secara gravitasi.
3) Ikan mas dapat tumbuh normal, jika lokasi pemeliharaan berada pada ketinggian antara 150-
1000 m dpl.
4) Kualitas air untuk pemeliharaan ikan mas harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar
bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik.
5) Ikan mas dapat berkembang pesat di kolam, sawah, kakaban, dan sungai air deras. Kolam
dengan sistem pengairannya yang mengalir sangat baik bagi pertumbuhan dan perkembangan fisik
ikan mas. Debit air untuk kolam air tenang 8-15 liter/detik/ha, sedangkan untuk pembesaran di kolam
air deras debitnya 100 liter/menit/m3.
Lokasi kolam dicari yang dekat dengan sumber air dan bebas banjir. Kolam dibangun di lahan yang
landai dengan kemiringan 2–5% sehingga memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.
b) Kolam pemijahan
Tempat pemijahan dapat berupa kolam tanah atau bak tembok. Ukuran/luas kolam pemijahan
tergantung jumlah induk yang dipijahkan dengan bentuk kolam empat persegi panjang. Sebagai
patokan bahwa untuk 1 ekor induk dengan berat 3 kg memerlukan luas kolam sekitar 18 m2 dengan 18
buah ijuk/kakaban. Dasar kolam dibuat miring kearah pembuangan, untuk menjamin agar dasar kolam
dapat dikeringkan. Pintu pemasukan bisa dengan pralon dan pengeluarannya bisa juga memakai pralon
(kalau ukuran kolam kecil) atau pintu monik. Bentuk kolam penetasan pada dasarnya sama dengan
kolam pemijahan dan seringkali juga untuk penetasan menggunakan kolam pemijahan. Pada kolam
penetasan diusahakan agar air yang masuk dapat menyebar ke daerah yang ada telurnya.
c) Kolam pendederan
Bentuk kolam pendederan yang baik adalah segi empat. Untuk kegiatan pendederan ini biasanya ada
beberapa kolam yaitu pendederan pertama dengan luas 25-500 m2 dan pendederan lanjutan 500-1000
m2 per petak.
Pemasukan air bisa dengan pralon dan pengeluaran/ pembuangan dengan pintu berbentuk monik.
Dasar kolam dibuatkan kemalir (saluran dasar) dan di dekat pintu pengeluaran dibuat kubangan.
Fungsi kemalir adalah tempat berkumpulnya benih saat panen dan kubangan untuk memudahkan
penangkapan benih. dasar kolam dibuat miring ke arah pembuangan. Petak tambahan air yang
mempunyai kekeruhan tinggi (air sungai) maka perlu dibuat bak pengendapan dan bak penyaringan.
1.4.2 pendederan
d) Pemeliharaan Bibit/Pendederan
Pendederan atau pemeliharaan anak ikan mas dilakukan setelah telur-telur hasil pemijahan menetas.
Kegiatan ini dilakukan pada kolam pendederan (luas 200-500 meter persegi) yang sudah siap
menerima anak ikan dimana kolam tersebut dikeringkan terlebih dahulu serta dibersihkan dari ikan-
ikan liar. Kolam diberi kapur dan dipupuk sesuai ketentuan. Begitu pula dengan pemberian pakan
untuk bibit diseuaikan dengan ketentuan.
1) Tahap I: umur benih yang disebar sekitar 5-7 hari(ukuran1-1,5 cm); jumlah benih yang
disebar=100-200 ekor/meter persegi; lama pemeliharaan 1 bulan; ukuran benih menjadi 2-3 cm.
2) Tahap II: umur benih setelah tahap I selesai; jumlah benih yang disebar=50-75 ekor/meter
persegi; lama pemeliharaan 1 bulan; ukuran benih menjadi 3-5 cm.
3) Tahap III: umur benih setelah tahap II selesai; jumlah benih yang disebar=25-50 ekor/meter
persegi; lama pemeliharaan 1 bulan; ukuran benih menjadi 5-8 cm; perlu penambahan makanan
berupa dedak halus 3-5% dari jumlah bobot benih.
4) Tahap IV: umur benih setelah tahap III selesai; jumlah benih yang disebar=3-5 ekor/meter
persegi; lama pemeliharaan 1 bulan; ukuran benih menjadi 8-12 cm; perlu penambahan makanan
berupa dedak halus 3-5% dari jumlah bobot benih.
Apabila benih belum mencapai ukuran 100 gram, maka benih diberi pakan pelet 2 mm sebanyak 3 kali
bobot total benih yang diberikan 4 kali sehari selama 3 minggu.
c) Wadah pengangkut harus bersih dan tertutup. Untuk pengangkutan jarak dekat (2 jam
perjalanan), dapat digunakan keranjang yang dilapisi dengan daun pisang/plastik. Untuk pengangkutan
jarak jauh digunakan kotak dan seng atau fiberglass. Kapasitas kotak maksimum 50 kg dengan tinggi
kotak maksimum 50 cm.
d) Ikan diletakkan di dalam wadah yang diberi es dengan suhu 6-7 derajat C.
Gunakan es berupa potongan kecil-kecil (es curai) dengan perbandingan jumlah es dan ikan=1:1.
Dasar kotak dilapisi es setebal 4-5 cm. Kemudian ikan disusun di atas lapisan es ini setebal 5-10 cm,
lalu disusul lapisan es lagi dan seterusnya. Antara ikan dengan dinding kotak diberi es, demikian juga
antara ikan dengan penutup kotak.
3) Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pananganan benih adalah sebagai berikut:
a) Benih ikan harus dipilih yang sehat yaitu bebas dari penyakit, parasit dan tidak cacat. Setelah itu,
benih ikan baru dimasukkan ke dalam kantong plastik (sistem tertutup) atau keramba (sistem terbuka).
b) Air yang dipakai media pengangkutan harus bersih, sehat, bebas hama dan penyakit serta bahan
organik lainya. Sebagai contoh dapat digunakan air sumur yang telah diaerasi semalam.
c) Sebelum diangkut benih ikan harus diberok dahulu selama beberapa hari. Gunakan tempat
pemberokan berupa bak yang berisi air bersih dan dengan aerasi yang baik. Bak pemberokan dapat
dibuat dengan ukuran 1 m x 1 m atau 2 m x 0,5 m. Dengan ukuran tersebut, bak pemberokan dapat
menampung benih ikan mas sejumlah 5000–6000 ekor dengan ukuran 3-5 cm. Jumlah benih dalam
pemberokan harus disesuaikan dengan ukuran benihnya.
d) Berdasarkan lama/jarak pengiriman, sistem pengangkutan benih terbagi menjadi dua bagian,
yaitu:
· Sistem terbuka
Dilakukan untuk mengangkut benih dalam jarak dekat atau tidak memerlukan waktu yang lama.
Alat pengangkut berupa keramba.
Setiap keramba dapat diisi air bersih 15 liter dan dapat untuk mengangkut sekitar 5000 ekor benih
ukuran 3-5 cm.
· Sistem tertutup
Dilakukan untuk pengangkutan benih jarak jauh yang memerlukan waktu lebih dari 4-5 jam,
menggunakan kantong plastik. Volume media pengangkutan terdiri dari air bersih 5 liter yang diberi
buffer Na2(hpo)4.H2O sebanyak 9 gram. Cara pengemasan benih ikan yang diangkut dengan kantong
plastik: (1) masukkan air bersih ke dalam kantong plastik kemudian benih; (3) hilangkan udara dengan
menekan kantong plastik ke permukaan air; (3) alirkan oksigen dari tabung dialirkan ke kantong
plastik sebanyak 2/3 volume keseluruhan rongga (air:oksigen=1:2); (4) kantong plastik lalu diikat. (5)
kantong plastik dimasukkan ke dalam dos dengan posisi membujur atau ditidurkan.
Dos yang berukuran panjang 0,50 m, lebar 0,35 m, dan tinggi 0,50 m dapat diisi 2 buah kantong
plastik.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan setelah benih sampai di tempat tujuan adalah sebagai berikut:
1) Siapkan larutan tetrasiklin 25 ppm dalam waskom (1 kapsul tertasiklin dalam 10 liter air bersih).
2) Buka kantong plastik, tambahkan air bersih yang berasal dari kolam setempat sedikit demi
sedikit agar perubahan suhu air dalam kantong plastik terjadi perlahan-lahan.
3) Pindahkan benih ikan ke waskom yang berisi larutan tetrasiklin selama 1- 2 menit.
4) Masukan benih ikan ke dalam bak pemberokan. Dalam bak pemberokan benih ikan diberi pakan
secukupnya. Selain itu, dilakukan pengobatan dengan tetrasiklin 25 ppm selama 3 hari berturut-turut.
Selain tetrsikli dapat juga digunakan obat lain seperti KMNO4 sebanyak 20 ppm atau formalin
sebanyak 4% selama 3-5 menit.
BAB II
PENUTUP
2.1 KESIMPULAN
Ikan mas merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, berbadan memanjang pipih kesamping
dan lunak.
Budidaya ikan mas telah berkembang pesat di kolam biasa, di sawah, waduk, sungai
air deras, bahkan ada yang dipelihara dalam keramba di perairan umum.
Keberadaan Ikan Mas menjadikan Indonesia memiliki sumber daya lestari terpendam yang khas dan
diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi peningkatan kesejahteraan dan taraf hidup
masyarakat.
Ikan Mas meruapakan salah satu komoditi perikanan yang pasaran ekspornya cukup
menonjol, sehingga selama sekitar 10 tahun terakhir telah berkembang cukup pesat. Karena besarnya
permintaan pasaran internasional, menyebabkan munculnya inisiatif masyarakat untuk
mengembangkan usaha ikan Mas dengan cara budidaya
Secara teknis budidaya ikan Mas dapat dilaksanakan di berbagai daerah di Indonesia, karena
didukung oleh sumber daya alam dan iklim yang sesuai dengan tuntutan hidup ikan Mas. Tetapi untuk
memperoleh produktivitas yang tinggi, diperlukan intensifikasi pemeliharaan dan technological
engineering terutama dalam penyediaan bibit yang dipijahkan secara teknologis