DI SUSUN OLEH :
KUPANG / 2021
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpah
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan laporan yang berjudul
“Budidaya Ikan Nila dengan Distem Bioflok ". Kami berharap laporan ini menjadi
suatu pertimbangan kedepannya dalam hal menerapkan manjemen kesehatan ikan
yang baik dan benar.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah memberikan kami semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas
praktikum ini. Harapan kami, informasi dan materi yang terdapat dalam laporan ini
dapat bermanfaat bagi pembaca. Karena itu kami memohon kritik dan saran yang
membangun bagi perbaikan makalah kami selanjutnya.
Demikian laporan ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan,
atau pun adanya ketidak sesuaian materi yang kami angkat pada laporan ini, kami
mohon maaf, kami menerima kritik dan saran seluas-luasnya dari pembaca agar
bisa membuat karya laporan yang lebih baik pada kesempatan berikutnya.
Penulis
2
DARTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
DARTAR ISI........................................................................................................................................3
BAB 1...................................................................................................................................................5
PENDAHULUAN.................................................................................................................................5
1.1 LATAR BELAKANG............................................................................................................5
1.2 TUJUAN...............................................................................................................................6
BAB II...................................................................................................................................................7
TINAJUAN PUSTAKA........................................................................................................................7
2.1 KLASIFIKASI DAN MORFOLOGI.....................................................................................7
2.2 PADAT TEBAR....................................................................................................................8
2.3 PERTUMBUHAN................................................................................................................8
2.4 KELANGSUNGAN HIDUP.................................................................................................9
2.5 KUALITAS AIR..................................................................................................................10
2.6 PENGERTIAN BIOFLOG.................................................................................................10
2.7 PROSES TERBENTUKNYA BIOFLOG.........................................................................10
2.8 PERSIAPAN WADAH BIOFLOK.....................................................................................11
2.9 PERSIAPAN WADAH KULTUR BIOFLOK....................................................................12
BAB III................................................................................................................................................13
METODE PRAKTIKUM....................................................................................................................13
4.1 WAKTU DAN TEMPAT WAWANCARA........................................................................13
4.2 SUMBER DATA LAPORAN.............................................................................................13
4.3 TEKNIK PENGUMPULAN DATA....................................................................................13
4.4 INSTRUMEN PENGAMATAN.........................................................................................15
4.5 VALIDITAS DATA.............................................................................................................15
4.6 TEKNIK ANALISIS DATA................................................................................................16
BAB IV................................................................................................................................................18
HASIL DAN PEMBAHASAN...........................................................................................................18
4.1 KONDISI DAN JENIS KOLAM YANG DI GUNAKAN..................................................18
4.2 JENIS IKAN YANG DI BUDIDAYAKAN.........................................................................18
4.3 PEMBERIAN PAKAN.......................................................................................................19
4.4 KUALITAS AIR..................................................................................................................20
4.5 MANAJEMEN KESEHATAN IKAN YANG DI LAKUKAN............................................21
3
4.6 PEMASARAN BIOTA BUDIDAYA..................................................................................21
BAB V.................................................................................................................................................22
PENUTUP..........................................................................................................................................22
5.1 KESIMPULAN...................................................................................................................22
5.2 SARAN...............................................................................................................................23
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................................................25
4
BAB 1
PENDAHULUAN
5
infrastruktur, kualitas benih, nutrisi dan pakan, kualitas air, kesehatan dan
lingkungan akuakultur (Pillay, 1992; Midlen and Redding, 1998). Di lain pihak,
intensifikasi membutuhkan biaya investasi dan operasional yang sangat
besar, dan juga memiliki dampak negatif yang tak terhindarkan (Avnimelech
dalam Frandy 2016).
Pada sistem akuakultur dengan teknologi bioflok, air media kultur
hanya sekali dimasukkan dalam wadah, dan digunakkan sampai panen.
Penambahan air hanya untuk mengganti penguapan dan pengontrolan
kepadatan bioflok. Dibanding sistem resirkulasi yang sangat kompleks, sistem
kultur dengan teknologi bioflok hanya menggunakan satu wadah, yakni
wadah kultur. Penguraian bahan organik oleh bakteri dan mikroorganisme
pengurai, sampai pada pemanfaatan hasilhasil penguraian oleh mikroalga
dan mikroorganisme yang tumbuh, terjadi dalam wadah secara seimbang
dengan kepadatan organisme kultur yang sangat tinggi. Pengontrolan kualitas
air terjadi dalam wadah kultur itu sendiri, oleh sistem bioflok yang sudah
berjalan dalam wadah kultur. Sistem ini sangat murah, sederhana, ramah
lingkungan dan memiliki produktifitas yang sangat tinggi.
Teknologi bioflok merupakan teknologi yang tepat untuk kultur ikan nila
secara intensif dengan mempertimbangkan sifat ikan nila yang mampu hidup
pada kepadatan tinggi dan memiliki toleransi yang luas pada kondisi kualitas
air.
Kelompok pembudidaya ikan di desa mata air merupakan suatu wadah
organisasi masyarakat pembudidaya ikan yang terbentuk dan tumbuh atas
dasar adanya kepentingan bersama dengan rasa saling percaya, keserasian
dan keakraban untuk bekerjasama dalam rangka memanfaatkan sumberdaya
alam, mengembangkan usaha, dana, untuk meningkatkan kesejahteraan
anggotanya.
1.2 TUJUAN
Adapun tujuan dari kegiatan wawancara yang dilakukan di Desa Mata
Air Tarus, Kecamatan Kupang Tengah yaitu untuk mengetahui manajemen
kesehatan ikan yang sudah di lakukan atau di terapkan pada kolam budidaya
ikan nila dengan sistem bioflok.
6
BAB II
TINAJUAN PUSTAKA
Ikan nila pertama kali masuk indonesia lewat Jawa Barat pada tahun
1969. Ikan ini diintroduksi dari Taiwan (Anonim, 2008). Pada tahun 1975
didatangkan hibrid (hasil silang Tilapia nilotica dan Tilapia mossambica)
Taiwan. Nila merah yang muncul pada tahun 1981, diintroduksi dari Filipina.
Pada tahun 1988-1989 didatangkan parent stock nila citralada dari Thailand
namun tidak berkembang.
7
Jika dibedakan berdasarkan jenis kelaminnya, ikan nila jantan memiliki
ukuran sisik yang lebih besar dibandingkan dengan ikan nila betina. Alat
kelamin nila jantan terletak depan anus bentuknya berupa tonjolan agak
runcing berfungsi sebagai saluran urine dan saluran sperma. Jika perut ikan
nila diurut, akan mengeluarkan cairan bening. Sementara itu, alat kelamin nila
betina juga terletak di depan anus, tetapi memiliki lubang genital yang
terpisah dengan lubang saluran urine. Bentuk dan rahang belakang ikan nila
jantan melebar dan berwarna biru muda. Sementara bentuk hidung dan
rahang belakang nila betina agak langcip dan berwarna kuning terang. Sirip
punggung dan sirip ekor ikan nila jantan berupa garis putus-putus, sedangkan
pada nila betina tidak terputus dan melingkar.
2.3 PERTUMBUHAN
Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran panjang dan berat ikan dari
waktu tertentu. Menurut Nasution (2006) bahwa banyak faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan, diantaranya adalah jumlah dan ukuran pakan
yang tersedia, suhu, dan oksigen terlarut. Kecepatan laju pertumbuhan
sangat dipengaruhi oleh jenis dan kualitas pakan yang diberikan, baik dari
jumlah yang mencukupi dan kondisi lingkungan yang mendukung dapat
dipastikan laju pertumbuhan ikan menjadi cepat. Makanan merupakan salah
satu faktor yang paling penting berpengaruh terhadap pertumbuhan setiap
8
organisme di alam, dengan kata lain laju tumbuh setiap organisme akan
terhambat pertumbuhannya bila kebutuhan makan tidak terpenuhi (Mudjiman,
1995).
Selanjutnya Amali (2007) menyatakan bahwa pertumbuhan ikan
dipengaruhi oleh faktor internal yang meliputi keturunan, umur, ketahan
terhadap penyakit dan kemampuan untuk memanfaatkan makanan,
sedangkan faktor eksternal yang meliputi suhu air, ruang gerak, kualitas air,
jumlah dan mutu makanan yang tepat waktu dan jumlah yang cukup harus
tetap diperhatikan. Cacing Tubifex sp merupakan salah satu jenis pakan
alami yang bisa digunakan untuk pakan pada benih ikan nila.
9
2.5 KUALITAS AIR
Air merupakan media yang paling vital bagi kehidupan ikan, kualitas air
yang memenuhi syarat merupakan salah satu kunci keberhasilan budidaya
ikan (Rusdi, 1987). Kualitas air untuk ikan Nila memiliki kandungan
karbondioksida sebaiknya kurang dari 5 mg/liter air (Sunarya, 2006). Kualitas
air yang baik adalah pH (derajat keasamannya ) 6,5-9,0, suhu air 25-320C,
oksigen terlarut (DO) berkisar 3,0-8,0 ppm, pada salinitas 0-22 ppm,
karbondioksida (CO2) tidak lebih dari 12 ppm (Cholik,dkk.1991)
10
dengan kemampuann lisis bahan organic memanfaatkan detritus sebagai
makanan. Sel bakteri mensekresi lendir metabolit , biopolymer (polisakarida ,
peptida, dan lipid) atau senyawa kombinasi dan terakumulasi di sekitar
dinding sel serta detritus. Kesalingtertarikan antar dinding sel bakteri
menyebabkan munculnya flog bakteri.
Teknik Bioflok pada intinya mereduksi bahan-bahan organik dan
senyawa beracun yang terakumulasi dalam air pemeliharaan ikan. Dengan
sistem self-purifikasi didapat hasil akhir meningkatkan effisiensi pemanfaatan
pakan dan peningkatan kualitas air. Hasilnya adalah :
- Pakan ikan nila akan lebih effisien;
- Pertumbuhan ikan nila akan rampag artinya selama kegiatan budidaya tidak
ada kegiatan penyortiran
- Kecepatan pertumbuhan ikan yang lebih optimal dengan masa waktu panen
yang lebih singkat;
- Padat tebar per meter3 yang lebih tinggi kisaran 500 benih-1000 benih/m 3;
- Ikan sehat dan gesit serta mengurangi penyakit pada ikan.
11
- Penambahan bahan baku stater yang mengandung karbon seperti molase,
tepung tapioka, tepung terigu, bekatul atau gula;
- Kondisi lingkungan air kolam dibuat selalu mengaduk dengan bantuan
semburan air atau aerator.
12
2.9 PERSIAPAN WADAH KULTUR BIOFLOK
Pada setiap wadah kultur yang sudah berisi air tawar sebanyak 60 liter,
ditambahkan beberapa substansi yang akan membentuk bioflok dalam media
kutur. Sebelum bahan-bahan tersebut ditambahkan, sistim aerasi pada kedua
wadah kultur sudah harus dalam keadaan aktif. Pertama-tama diinokulasikan
bakteri probiotik ke dalam medium kultur. Bakteri probiotik yang dipakai
adalah EM4 (Effective microorganisms-4) yang mengandung bakteri
Lactobacillus casei dan Saccharomyces cerevisiae, sebanyak 0,3 mL. Bakteri
dilarutkan dulu dalam 200 mL air, kemudian disebarkan secara merata ke
medium kultur. Selanjutnya mollase sebanyak 15 mL dilarutkan dalam 200
mL air tawar, kemudian diaduk sampai merata. Hasil adukan tersebut
kemudian secara bertahap disebarkan ke media kultur. Bahan berikut yang
ditambahkan ke media kultur adalah 0,50 gram ragi tempe yang dilarutkan
dalam 200 mL air tawar kemudian disebarkan ke media kultur. Bahan terakhir
yang ditambahkan adalah 12 gram dolomite yang dilarutkan dalam 200 mL air
tawar, dan dimasukkan ke dalam medium kultur.
Setelah medium kultur bioflok terbentuk, ikan uji dimasukkan ke dalam
wadah kultur. Pemberian pakan dilakukan pada pagi dan sore hari. Minggu
pertama pemberian makanan sebanyak 3% dari bobot tubuh ikan, setelah 1
minggu pembarian makanan diturunkan menjadi 1% dari bobot tubuh ikan.
Warna air pada suatu sistim bioflok dapat berubah tergantung tahapan
perkembangan awal bioflok, komposisi utama flok dan tingkat kepadatan flok.
Oleh karena itu warna air diobservasi selama kultur.
Menurut Satish dalam Frandy 2016, Klasifikasi perkembangan flok
menjadi 5 tahapan: Tahap-1: Floc mulai muncul tetapi belum dapat diukur;
Tahap-2 : Floc tidak padat, < 1.0 mL/liter; Tahap-3: Floc mulai padat, 1.0 – 5.0
mL/liter; Tahap-4 : Floc kepadatan tinggi, 5.1 – 10.0 ml/liter; Tahap-5: Floc
kepadatan tinggi, > 10.1 mL/liter. Kepadatan flok diukur menggunakan alat
khusus yang disebut imhoff-cone.
13
BAB III
METODE PRAKTIKUM
14
diajukan. Observasi adalah metode pengumpulan data dimana penulis
mencatat informasi sebagaimana yang mereka saksikan selama
pengamatan (W. Gulo, 2002: 116).
Dalam observasi ini peneliti menggunakan jenis observasi non
partisipan, yaitu peneliti hanya mengamati secara langsung keadaan
objek, tetapi peneliti tidak aktif dan ikut serta secara langsung (Husain
Usman, 1995: 56).
Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan cara mengamati
suatu fenomena yang ada dan terjadi. Observasi yang dilakukan
diharapkan dapat memperoleh data yang sesuai atau relevan dengan
topik penelitian. Hal yang akan diamati yaitu prosesi Kirab Budaya
Suran Mbah Demang di Dusun Modinan, Desa Banyuraden. Observasi
yang dilakukan, penelitian berada di lokasi tersebut dan membawa
lembar observasi yang sudah dibuat.
2. Wawancara (interview)
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
(interview) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Lexy J.
Meleong, 2010: 186). Ciri utama wawancara adalah kontak langsung
dengan tatap muka antara pencari informasi dan sumber informasi.
Dalam wawancara sudah disiapkan berbagai macam pertanyaan
pertanyaan tetapi muncul berbagai pertanyaan lain saat meneliti.
Melalui wawancara inilah penulis menggali data, informasi, dan
kerangka keterangan dari subyek penelitian. Teknik wawancara yang
dilakukan adalah wawancara bebas terpimpin, artinya pertanyaan yang
dilontarkan tidak terpaku pada pedoman wawancara dan dapat
diperdalam maupun dikembangkan sesuai dengan situasi dan kondisi
lapangan. Wawancara dilakukan kepada Bapak Teodorus selaku
kepala laboratorium
3. Dokumentasi
Penggunaan dokumen sudah lama digunakan dalam penelitian
sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai
sumber data dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk
15
meramalkan (Lexy J. Moleong, 2010: 217).
Adanya dokumentasi untuk mendukung data. Hal-hal yang akan
didokumentasikan dalam pengamatan ini adalah jenis pakan, jenis
ikan, kontruksi kolam, alat ukur kualitas air.
16
3. Diskusi dengan teman. Teknik ini dilakukan dengan cara
mendiskusikan dengan teman-teman dalam bentuk diskusi analitik
sehingga kekurangan dari penelitian dapat segera disingkap dan
diketahui agar pengertian mendalam dapat segera ditelaah.
17
data yang relevan sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan
penelitian akan disiapkan untuk proses penyajian data.
18
Peneliti harus jeli dalam memperhatikan proses di
lapangan agar hasilnya maksimal dan dapat
dipertanggungjawabkan.
19
BAB IV
21
gram/ekor. Rata-rata bobot ikan → (10+20)/2 = 15 gram/ekor.
Perhitungan pakannya → 15 x 1500 x 3% = 675 gram = 6,75 kg per hari
Cek bobot ikan setiap dua minggu untuk menyesuaikan jumlah pakan.
Jenis pakan yang digunakan pada kegiatan budidaya tersebut adalah
pakan biologis berupa bakteri yang di hasilkan dari sistem boflok dan pakan
buatan (pelet). Selain itu, pakan alternatif berupa sayur-sayuran juga di
berikan. Untuk waktu dan frekuensi pemberian pakan di lakukan dua kali
sehari yaitu pagi jam 08 : 00 dan sore hari jam 17 : 00. Wita.
22
4.5 MANAJEMEN KESEHATAN IKAN YANG DI LAKUKAN
Untuk manajemen kesehatan ikan teknik yang digunakan adalah
menggunkan probiotik.penggunaan bakteri dalam probiotik sistem bioflok
telah berhasil meningkatkan kualitas air dengan menurunkan limbah nitrogen
anorganik, meningkatkan produksi melalui peningkatan laju pertumbuhan dan
hidup, serta menurunkan biaya berupa pakan dengan menyediakan sumber
pakan berprotein flok dan mengurangi penggunaan udara dalam budidaya
ikan.selain itu ikan yang mereka budidayakan juga sering terserang penyakit
seperti bintik putih pada tubuh ikan nila. cara pengendalian dan pencengahan
yang di lakukan yaitu ikan yang terkena penyakit tersebut langsung di buang
dan media kolamnya di beri garam untuk mencengah ikan-ikan lain dari
wabah penyakit tersebut.
23
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Hasil dari kegiatan wawancara pada Kolam Budidaya Ikan Nila dengan
Sistem Bioflog di Desa Mata Air Tarus, Kecamatan Kupang Tengah dapat
disimpulkan bahwa :
1. Kegiatan Budidaya Ikan Nila dengan Sistem Bioflog yang dilakukan oleh
Masyarakat Desa Mata Air Tarus, Kecamatan Kupang Tengah sudah
mulai memahami penerapan teknologi budidaya perikanan walaupun
dengan keterbatasan modal dan keahlian yang mereka miliki dapat di
katakan berhasil sampai bisa di panen ikan-ikan yang mereka pelihara.
2. Manajemen Kesehatan Ikan sudah sebagian besar di terapkan hal ini di
lihat dari sistem bioflog yang mereka gunakan. sistem bioflog itu sendiri
memberikan keuntungan sendiri yaitu produksi bioflog dapat
menurunkan angka kematian, meningkatkan pertumbuhan larva dan
meningkatkan laju pertumbuhan pada spesies budi daya. Selain itu
Keuntungan utama lain dari teknologi bioflok terletak pada tingkat
penggunaan air dan lahan yang lebih baik. Karena sistem bergantung
pada pertukaran air yang terbatas (atau mendekati nol), dampak
lingkungan keseluruhan dari produksi menjadi rendah. Input air yang
berkurang mengurangi polusi dan memungkinkan biosekuriti yang lebih
besar selama produksi.
3. Pada lokasi tersebut ikan yang dibudidayakan juga sering terserang
penyakit seperti bintik putih pada tubuh ikan nila. cara pengendalian dan
pencengahan yang di lakukan yaitu ikan yang terkena penyakit tersebut
langsung di buang dan media kolamnya di beri garam untuk mencengah
ikan ikan lain dari wabah penyakit tersebut.
24
5.2 SARAN
Untuk kegiatan budidaya ikan dalam hal ini penerapan manajemen
kesehatan ikan yang baik maka di perlukaan keahlian dan pengetahuan dalam
mengelola kegiatan budidaya ikan, dan sangat di harapkan untuk waktu
wawancara sebaiknya di lakukan lebih dari satu hari sehingga kita dapat
melihat kegiatan yg di lakukan dalam 1 hari (alur kegiatan)
25
DAFTAR PUSTAKA
Ekasari. (2009) teknologi bioflok: teori dan aplikasi dalam perikanan budidaya sistem
intensif. Jurnal akuakultur indonesia, 8(2):117-126
Evi Alfira. 2015. Skripsi Pengaruh Lama Perendaman Pada Hormon Tiroksin
Terhadap Pertumbuhan Dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan
Nila(Oreochromis Niloticus).
Purnama Sukardi1, Petrus Hary Tjahja Soedibya1 dan Taufik Budhi Pramono. 2018
Jurnal Produksi Budidaya Ikan Nila (Oreochromis Niloticus)
Sistem Bioflok Dengan Sumber Karbohidrat Berbeda. Halaman
198-203
Ombong, F., Salindeho, I. (2016). Aplikasi teknologi bioflok (BFT) pada kultur ikan
nila, (Orechromis niloticus). Jurnal Budidaya Perairan, 4, 16-25.
26
DAFTAR LAMPIRAN
27