Anda di halaman 1dari 22

PRAKTIKUM BUDIDAYA PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT

TEKNIK PEMBENIHAN IKAN BUDIDAYA LAUT

OLEH:

WIKHA KHALFIANUR
ANTONI
RISKY ORLANDO SITEPU
IRMAWARNY MANULLANG
MUTIA IKA WILIANTI
RIZA RASULDI
RINAWATI SIREGAR
RAHMAT FITRADI
RIEKI INDRA WISHARI
NURHAYATI
ROJA FADILLAH

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SAMUDRA
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karuniaNya sehingga laporan praktikum yang berjudul “Teknik Pembenihan Ikan
Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus” ini dapat diselesaikan.
Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis mohon maaf apabila terdapat
kesalahan dan kekurangan dalam penyusunannya, baik dalam penyajian data,
bahasa maupun sistematika pembahasannya. Kami juga mengharapkan masukan
atau kritikan maupun saran yang bersifat membangun demi kesempurnaannya di
masa yang akan datang.
Demikianlah yang dapat penulis sampaikan pada kesempatan ini mudah-
mudahan dengan adanya karya tulis ini sedikit banyaknya dapat membawa
manfaat kepada kita semua, dan juga dapat menjadi referensi bagi kita.

Langsa, 11 Mei 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .............................................................................................. ii
Daftar Isi ......................................................................................................... iii
Daftar Tabel.................................................................................................... iv
Daftar Gambar ............................................................................................... v
Abstrak............................................................................................................ vi

BAB I. PENDAHULUAN.............................................................................. 1
1.1 Latar belakang ............................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah .......................................................................... 2
1.3 Tujuan Praktikum .......................................................................... 2
1.4 Manfaat Praktikum ........................................................................ 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA................................................................... 3


2.1 Morfologi Ikan Kerapu Macan ...................................................... 3
2.2 Klasifikasi Ikan Kerapu Macan...................................................... 3
2.3 Habitat Ikan Kerapu Macan ........................................................... 4
2.4 Reproduksi Ikan Kerapu Macan..................................................... 4
2.5 Cara Makan dan Jenis Makanan Ikan Kerpu Macan...................... 5

BAB III. METODELOGI PRAKTIKUM ................................................... 6


3.1 Waktu dan Tempat ......................................................................... 6
3.2 Aalat dan Bahan ............................................................................. 6
3.3 Metode praktikum .......................................................................... 7

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASN ......................................................... 8


4.1 Kegiatan Pembenihan ................................................................. 8
4.1.1 Persiapan Bak.................................................................... 8
4.1. 2 Seleksi Induk...................................................................... 8
4.1.3 Pemeliharaan Induk ............................................................ 9
4.1.4 Pemijahan ......................................................................... 9
4.1.5 Penanganan Telur ............................................................ 9
4.1.6 Pemeliharaan Larva ............................................................ 10
4.2 Pengelolaan Pakan.......................................................................... 12
4.2.1 Pakan Alami....................................................................... 12
4.2.2 Pakan Buatan .................................................................... 13
4.2.3 Ikan Rucah........................................................................ 13
4.3 Pegukuran Kualitas Air .............................................................. 13
4.3.1 Suhu...................................................................................... 13
4.3. 2 Salinitas .............................................................................. 13
4.3.3 Oksigen Terlalur (DO) ....................................................... 14
4.3.4 Derajat Keasamman (Ph) ................................................ 14

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 15


5.1 Kesimpulan .................................................................................... 15
5.2 Saran............................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 16

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) .......................... 3

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Alat Yang Digunakan........................................................................ 7


Tabel 2. Bahan Yang Digunakan .................................................................... 7

v
ABSTRAK

Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) merupakan ikan yang


habitat hidupnya di karang dan di dasar perairan berbatu, berdiam diri di dalam
lubang-lubang untuk menunggu mangsa. Dapat hidup di air laut maupun air payau
karena mempunyai toleransi tinggi terhadap salinitas yaitu 15-35 ppt. Kerapu
macan mempunyai sifat hidup soliter, dimana hidupnya tidak bergerombol, baik
saat mencari makan maupun dalam keadaan bahaya. Namun pada saat akan
memijah kerapu macan akan bergerombol, ini terjadi beberapa hari sebelum bulan
purnama penuh pada malam hari. Pada praktikum ini tujuanya adalah untuk
meningkatkan kemampuan dalam teknik pembenihan ikan budidaya laut serta
teknik teknik pembenihan yang baik. Tahap kegiatan pada pembenihan ikan
kerapu macan meliputi: persiapan bak, seleksi induk, pemeliharaan induk,
pemijahan, penanganan telur, pemeliharaan larva, pengelolaan pakan,
pengelolaan kualitas air, penanggulangan. Teknik pemijahan ikan kerapu macan
yang dilakukan di Unit Usaha Budidaya Laut Kuala Langsa, Kota Langsa yaitu
pemijahan secara alami dengan metode manipulasi lingkungan. Pakan yang
diberikan berupa pakan alami, pakan buatan dan ikan rucah. Nilai parameter
kualitas air yang di dapat di Unit Usaha Budidaya Laut Kuala Langsa, Kota
Langsa yaitu, suhu, salinitas, oksigen terlarut (DO) dan derajat keasaman (pH).

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Budidaya perikanan merupakan salah satu sumber devisa negara yang
cukup besar dan menjanjikan. Pemerintah Indonesia telah melaksanakan
pembangunan di bidang sub sektor perikanan, yaitu dengan pengembangan
budidaya ikan air tawar, air payau, dan air laut. Salah satu usaha budidaya yang
sedang berkembang adalah budidaya perikanan laut. Ikan kerapu Macan
(Epinephelus fuscoguttatus) merupakan komuditas perikanan laut yang
mempunyai peluang baik dipasar domestik maupun internasional. Ikan kerapu
memberikan keuntungan untuk dibudidayakan dengan pertumbuhan cepat dan
dapat diproduksi massal.
Ikan Kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) umumnya dikenal dengan
istilah “groupers” dan merupakan salah satu komoditas perikanan yang
mempunyai peluang baik dipasarkan domestik maupun pada internasional dan
selain itu nilai jualnya cukup tinggi. Ekspor ikan kerapu macan melaju pesat
sebesar 350% yaitu dari 19 ton pada tahun 1987 menjadi 57 ton pada tahun 1988.
Ikan Kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) mempunyai sifat-sifat yang
menguntungkan untuk dibudidayakan karena pertumbuhannya cepat dan dapat
diproduksi massal untuk melayani permintaan pasar ikan kerapu dalam keadaan
hidup. Berkembangnya pasaran ikan kerapu hidup karena adanya perubahan
selera konsumen dari ikan mati atau beku kepada ikan dalam keadaan hidup, telah
mendorong masyarakat untuk memenuhi permintaan pasar ikan kerapu melalui
usaha budidaya (Mayunar; et.al. 1991).
Budidaya ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) telah dilakukan
dibeberapa tempat di Indonesia, namun dalam proses pengembangannya masih
menemui kendala, karena keterbatasan benih. Selama ini para petani nelayan
masih mengandalkan benih alam yang sifatnya musiman. Namun sejak tahun
1993 ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) sudah dapat dibenihkan,
Balai Budidaya Laut Lampung sebagai Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal
Perikanan, dan berkembang sampai samapi kewilyah lainya terutama aceh.

1
Adapun upaya yang dilakukan untuk menghasilkan benih melalui pembenihan
alami, pembenihan buatan, manipulasi lingkungan dan penggunaan hormon.

1.2 Rumusan Permasalahan


Adapun permasalahannya adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui teknik pemijahan ikan budidaya laut terutama ikan
kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus).
2. Untuk mengetahui perkembangan dari pembenihan ikan kerapu macan
serta permasalahan yang terdapat dalam melakukan pemijahan.

1.3 Tujuan Praktikum


Tujuan dari praktikum ini adalah untuk memperdalam ilmu pengetahuan,
pengalaman dan keterampilan kerja khususnya mengenai teknik pembenihan ikan
kerpu macam (Epinephelus fuscoguttatus) yang baik dengan panduan
pengetahuan yang diperoleh dari bangku kuliah.

1.4 Manfaat Praktikum


Manfaat dari praktikum ini adalah untuk mendapatkan ilmu pengetahuan
dan gambaran secara langsung mengenai pembenihan ikan kerapu macan
(Epinephelus fuscoguttatus) di Unit Usaha Budidaya Laut Kuala Langsa, Kota
Langsa.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Morfologi Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus)


Ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) mempunyai bentuk badan
yang pipih memanjang dan agak membulat (Mucharie, A; et.al. 1991). Mulut
lebar dan di dalamnya terdapat gigi kecil yang runcing (Kordi, 2001),
menjelaskan bahwa rahang bawah dan atas dilengkapi dengan gigi yang berderet 2
baris lancip dan kuat.

Gambar 1. Induk Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus)


Kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) mempunyai jari-jari sirip yang
keras pada sirip punggung 11 buah, sirip dubur 3 buah, sirip dada 1 buah dan sirip
perut 1 buah. Jari-jari sirip yang lemah pada sirip puggung terdapat 15-16 buah,
sirip dubur 8 buah, sirip dada 17 buah dan sirip perut 5 buah. Kerapu macan
(Epinephelus fuscoguttatus) memiliki warna seperti sawo matang dengan tubuh
bagian verikal agak putih. Pada permukaan tubuh terdapat 4-6 pita vertical
berwarna gelap serta terdapat noda berwarna merah seperti warna sawo
(Mucharie, A; et.al. 1991).

2.2 Klasifikasi Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus)


Menurut (Mucharie, A; et.al. 1991), menjelaskan bahwa kerapu macan
(Epinephelus fuscoguttatus) diklasifikasikan sebagai berikut :
Phylum : Chordata
Sub phylum : Vertebrata
Class : Osteichtyes
Sub class : Actinopterigi

3
Ordo : Percomorphi
Sub ordo : Percoidea
Family : Serranidae
Sub family : Epinephelinae
Genus : Epinephelus /Cromileptes / Variola/ Plectropomus,
Spesies : (Epinephelus fuscoguttatus)

2.3 Habitat Ikan Kerapu Macan (Ephinepelus fuscoguttatus)


Adapun habitat ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) hidup
diperairan karang pantai dengan kedalaman 0,5 – 3 m, selanjutnya menginjak
dewasa beruaya keperairan yang lebih dalam antara 7 – 40 m, biasanya
perpindahan ini berlansung pada senja dan siang hari. Telur dan larva bersifat
pelagis sedangkan kerapu muda dan dewasa bersifat domersal. Habitat favorit
larva dan kerapu macan muda adalah pantai dekat muara sungai dengan dasar
pasir berkarang yang banyak ditumbuhi padang lamun. Kebanyakan ikan kerapu
tinggal di terumbu karang dan sekitarnya, meskipun ada pula yang hidup di pantai
sekitar muara sungai. Kerapu besar biasanya ditemukan diperairan pantai yang
berlumpur di depan muara sungai (Mucharie, A; et.al. 1991).

2.4 Reproduksi Ikan Kerapu Macan (Ephinepelus fuscoguttatus)


Ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) bersifat hermaprodit
protogini yang berarti setelah mencapai ukuran tertentu, akan berganti kelamin
(change sex) dari betina dewasa menjadi jantan. Perubahan jenis kelamin ini
memerlukan dalam waktu cukup lama dan terjadi secara alami. Biasanya
perubahan kelamin terjadi ketika ikan mencapai berat 7 kg. (Sudjiharno, 2003).
Ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) betina ketika akan memijah
akan mendekati ikan jantan. Bila waktu memijah tiba, ikan jantan dan ikan betina
akan berenang bersama- sama di permukaan air. Pemijahan biasanya terjadi pada
malam hari pada saat bulan gelap. Jumlah telur yang dihasilkan dalam satu kali
pemijahan tergantung dari berat tubuh ikan betina. Misalnya ikan yang beratnya 8
Kg dapat menghasilkan telur 1.500.000 telur. Telur yang telah dibuahi bersifat
non adhesive yaitu telur yang satu tidak melekat pada telur yang lainnya. Bentuk

4
telur adalah bulat dan transparan dengan garis tengah sekitar 0,80 – 0,85 mm.
telur yang dibuahi akan menetas menjadi benih yang aktif berenang (Sudjiharno,
2003).

2.5 Cara Makan dan Jenis Makanan Ikan Kerapu Macan (Epinephelus
fuscoguttatus)
Ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) merupakan hewan karnifora
yang memangsa ikan-ikan kecil, kepiting, dan udang-udangan, sedangkan larva
ikan kerapu macan memangsa larva moluska. ikan kerapu macan (Epinephelus
fuscoguttatus) bersifat karnifora dan cenderung menangkap/memangsa yang aktif
bergerak di dalam air (Sudjiharno, 2003), ikan kerapu macan juga bersifat kanibal.
Biasanya mulai terjadi saat larva kerapu berumur 30 hari, dimana pada saat itu
larva cenderung berkumpul di suatu tempat dengan kepadatan tinggi.
Ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) mencari makan hingga
menyergap mangsa dari tempat persembunyiannya dengan cara makannya dengan
memakan satu per satu makanan yang diberikan sebelum makanan tersebut
sampai ke dasar perairan (Sudjiharno, 2003).

5
BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Teknik Pembenihan Ikan Kerapu Macan (Epinephelus
fuscoguttatus). ini dilaksanakan di Unit Usaha Budidaya Laut Kuala Langsa, Kota
Langsa. Pada hari jumat Tanggal 11 mei 2018 sampai dengan selesai.

3.2 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang di gunakan pada praktek kerja lapang di Unit
Usaha Budidaya Laut Kuala Langsa, Kota Langsa. Pada adalah sebagai Berikut :
Tabel 1. Alat dan Bahan Beserta Fungsinya
No Nama Alat dan Bahan
Fungsi
Alat
1 Ember Untuk penempungan banih dan pakan alami
2 Gayung Untuk penebaran larva ikan kerapu kedalam
bak
3 pH Meter Untuk Mengukur pH
4 DO Meter Untuk Mengukur oksigen terlarut (DO)
5 Refraktometer Untuk mengukur salinitas
6 Thermometer Untuk mengukur suhu
8 Seser Untuk pemanean telur dan larva
9 Selang Untuk penggantian air dan pemberian pakan
rotifera
10 Tabung oksigen Untuk oksigen pada saat packing
11 Plastik Packing Untuk pengemasan benih
12 Tudung saji Untuk menampung benih yang telah di
gerading
13 Bak Kolektor Untuk menampung telur
14 Freezer Untuk penyimpanan ikan rucah
15 Genset Sebagai pembangkit listrik cadangan
16 Mikroskop Untuk pengamatan perkembangan telur

6
Bahan
1 Induk kerapu macan Sebagai sampel praktikum
2 Kaporit Untuk menstrilkan bak induk dan bak larva
3 Minyak ikan Untuk menyeimbangkan permukaan air
4 Pellet Sebagai pakan buatan pada larva dan benih
5 Fitoplankton Sebagai pakan zooplankton
6 Zooplankton Sebagai pakan larva
7 Ikan rucah Sebagai pakan induk dan benih
8 Air l Sebagai media pemijahan

2.3 Metode Praktikum


1. Jenis ikan yang dibudidayakan di Unit Usaha Budidaya Ikan Laut di Kuala
langsa, Kota Langsa adalah kerapu.
2. Bioteknologi ikan kerapu, meliputi : morfologi, habitat, kebiasaan makan,
cara berkembang biak.
3. Teknik pemijahan, meliputi : bahan dan alat yang digunakan dalam
aktivitas pemijahan, metode, pemeliharaan induk, sex reversal, seleksi
induk, pemijahan, penetasan telur.
4. Perkembangan dan meleiharaan larva
5. Penelolaan kualitas air.

7
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kegiatan Pembenihan


4.1.1 Persiapan Bak
Untuk mendukung keberhasilan dalam pembenihan maka harus
dilakukan persiapan bak sebaik mungkin. Sebelum digunakan, bak pemeliharan
induk dan bak pemeliharaan larva dikeringkan terlebih dahulu, kemudian
disiramai dengan kaporit pada dinding serta dasar bak kemudian dibiarkan selama
30 menit, setelah 30 menit dilakukan penyikatan dan pembilasan. Setelah selesai
pembersihan, dilakukan pengisian air sampai penuh dan dibiarkan selama satu
hari. Setelah satu hari, air yang ada di dalam bak dikeringkan dan bak di isi
kembali sampai penuh dan bak tersebut siap untuk di pergunakan.

4.1.2 Seleksi Induk


Induk ikan kerapu macan yang ada di Unit Usaha Budidaya Laut Kuala
Langsa, Kota Langsa. Pada berasal dari alam yaitu hasil tangkapan nelayan dan
pembesaran di wadah terkontrol. Induk jantan yang di gunakan berukuran
panjang 74 -77 cm dan berat 8 – 10 kg/ekor, induk betina berukuran panjang 60 –
68 cm dan berat 5 – 7 kg/ekor. Kematangan kelamin induk jantan diketahui
dengan cara kanulasi dengan memasukan selang plastik kedalam lubang kelamin
ikan kemudian di hisap sperma yang keluar warna puti susu dan jumlahnya
banyak diamati untuk menuntukan kualitasnya. Kematangan kelamin induk betina
ikan kerapu macan dapat diketahui dengan cara mengurut perut ikan (striping)
kearah genital papilla, telur yang di peroleh diamati untuk mengetahui tingkat
kematangannya.
Ciri-ciri induk ikan kerapu macan yang sehat yaitu berwarna coklat
kehitaman, tubuh tidak cacat, gerakan agresif (lincah). Ciri-ciri induk jantan yang
matang gonad yaitu berwarna lebih terang atau lebih cerah, ukuran badan panjang,
agresif, lubang genital bewarna kemerahan. Sedangkan cirri-ciri induk betina yang
matang gonad yaitu perut gendut, gerakan tidak begitu agresif, lubang genital
berwarna kemerahan dan apabila distriping akan mengeluarkan telur.

8
4.1.3 Pemeliharaan Induk
Induk ikan kerapu macanyang ada di Unit Usaha Budidaya Laut Kuala
Langsa, Kota Langsa. Pada dipelihara di dalam bak beton yang berbentuk
lingkaran dengan kapasitas air 200 ton dan jumlah induk yang ada berjumlah 30
ekor dengan perbandingan antara jantan dan betina yaitu 1 : 5. induk jantan yang
di pelihara 5 ekor dan induk betina yang dipelihara 25 ekor . pakan yang diberikan
berupa ikan rucah segar dengan frekuensi pemberian satu kali sehari yaitu pada
pukul 08.00 WIB pagi hari. Metode pemberian pakan secara at libibitung atau
pemberian pakan ikan sampai kenyang. Pemberian pakan induk ikan kerapu
macan sebesar 1-3% dari total berat badan ikan/hari. Disamping itu diberikan pula
fitamin E dengan dosis 10 – 15 mg/kg berat badan induk yang telah dicampur
kedalam pakan dengan ferekuensi pemberian dua kali seminggu yaitu hari senin
dan kamis. Bak pemeliharaan induk di siphon dua kali seminggu.

4.1.4 Pemijahan
Kegiatan pemijahan ikan kerapu macan di Unit Usaha Budidaya Laut
Kuala Langsa, Kota Langsa. dilakukan secara pemijahan alami. Teknik pemijahan
dilakukan dengan metode manipulasi lingkungan yang dilakukan menjelang bulan
gelap yaitu dengan cara menaikan dan menurukan tinggi air selama 6 – 8 jam
setiap hari, permukan air yang diturunkan sampai 70 cm dari dasar bak induk.
Pada sore hari pukul 16.00 WIB air bak di isi kembali sampai ke posisi semula
yaitu 200 ton.Perlakuan ini dlakukan terus menerus sampai induk memjah secara
alami. Induk ikan kerapu macan memijah setiap bulan yaitu pada bulan gelap
berlansung selama 4 – 5 hari berturut-turut dan terjadi pada malam hari antara jam
00.00 – 04.00.

4.1.5 Penanganan Telur


1. Pemanenan Telur dan Penghitungan Telur
Pemanenan telur dilakukan pada pagi hari pukul 07.30 WIB dengan
menggunakan scope net yang mata jaringnya 400 mikron.Telur hasil pemanenan
di tampung ke dalam bak fiber yang telah disediakan dengan volume 1 ton.

9
2. Seleksi dan Penebaran Telur
Telur yang telah di tampung dalam bak fiber akan di seleksi dan diambil
dengan cara mengangkat aerasi dan mendiamkan telur tampa aerasi selama 4
menit, telur yang baik akan mengapung atau akan melayang-layang kepermukaan
air dan berwarna trasparan sedangkan telur yang jelek akan mengendap didasar
bak fiber. Kemuadian telur yang berkualitas akan dipihdahkan kedalam aquarium
untuk di tetaskan.
3. Penetasan Telur
Penetasan telur yang dilakukan di Unit Usaha Budidaya Laut Kuala
Langsa, Kota Langsa yaitu telur ditetaskan di dalam aquarium berkapasitas 100
liter. Telur akan menetas dalam waktu 18-22 jam setelah pemijahan, pada suhu
28-29 0C dan salinitas 33-35 ppt. Setelah semua telur menetas maka aerasi
dimatikan untuk memisahkan larva yang baik dan larva yang buruk. Larva yang
baik akan berenang di permukaan sedangkan larva yang buruk akan tetap di dasar
wadah. Larva yang berkualitas akan di panen dan dipindahkan ke bak
pemeliharaan larva.

4.1.6 Pemeliharaan Larva


1. Penebaran Larva
Penebaran larva dilakukan beberapa jam setelah telur yang diteteskan
dalam wadah penetasan sudah terlihat menetas semua. Penebaran larva kedalam
bak pemeliharaan larva harus segera dilakukan karena kondisi di dalam wadah
penetasan akan dapat menurunkan kualitas larva itu sendiri jika dibiarkan terlalu
lama, disamping itu kualitas air media penentasan juga sudah menurun bersamaan
dengan menetasnya telur. Adapun penebaran larva yang dilakukan di Unit Usaha
Budidaya Laut Kuala Langsa, Kota Langsa dilakukan pada malam hari pada
pukul 20:00 WIB. Padat tebar yang dilkukan yaitu 10 ekor/liter.
2. Perkembangan Larva
Larva yang berumur 1 hari (D1) sampai D2 berwarna putih teransparan,
bersifat pelanktonis, bergerak mengikuti arus sistem belum berfungsi, serta masih
mempunyai yolk egg (kuning telur) sebagai cadangan makanan sehingga larva
belum membutukan pakan tambahan dari luar tubuh.Pada saat larva D3 cadangan

10
makan atau kuning telur sudah terserat habis, dan sistem penglitan sudah mulai
berfungsi sehingga larva membutukan pakan dari luar tubuhnya.Karaktristik fisik
lainya yaitu adanya bintik hitam (pigmen) pada bagian dorsal.
Bintik hitam tersebut dapat dijadikan indikasi pertumbuhan, bilah bintik
semakin membesar dapat dipastikan larva dapat memangsa pakan yang tersedia
secara optimal sehingga mampu melewati fase kritis awal dan sebaiknya jika
bintik hitam semakain kecil dan warna tubuh tampak memucat dari warna asli
larva tidak dapat memangsa pakan yang tersedia, biasanya larva hanya mampu
bertahan sampai dengan D4-D6 pada larva D6 bakal sirip punggung (spina
dorsalis) dan sirip perut (spina ventralis) mulai tampak berupa tonjolan dan larva
D9 spina suda terlihat jelas. Pertambahan spina berlangsung sampai larva
berumur D20-D25 dan selanjutnya akan meroduksi (berubah) menjadi duri keras
pertama pada sirip dorsal dan sirip perut. Meroduksinya spina sampai umur D30-
D35 diikuti dengan bertambah panjangnya tubuh larva menjadi ikan mudah
berwarna putih transparan sampai umur D35-D40 dan selanjutnya ikan mudah
mengalami perubahan warna (pikmentasi) yang sama seperti ikan dewasa.
3. Pemberian Pakan Pada Larva
1. Chlorella(Nannochloropsis sp)
Fitoplankton Nannochloropsis spdiberikan pada saat larva berumur 1 hari
(D1) dengan kepadatan 500-100 x 103sel/ml. pemberiaan Nannochloropsis
spsampai larva berumur 30 hari (D30) dengan pemberian satu kali yaitu pada pagi
hari. Fitoplankton ini digunakan sebagai pakan Rotifera. Selain itu
Nannochloropsis sp dapat juga berfungsi sebagai bahan pengkayaan dan untuk
mempertahankan kekeruhan air dalam pemeliharaan larva.
2. Rotifera(Branchionus sp)
Rotifera diberikan pada saat larva berumur 2 hari yaitu pada saat kuning
telur habis dengan kepadatan sebanyak 3-5 ind/ml yang diberikan pada waktu
sore hari. Pemberian Rotifera terus dipertahankan sampai 30 hari (D30) dan
diiberikan 3 kali sehari yaitu pagi, siang dan sore.
3. Artemia
Naupli Artemiamulai diberikan pada saat larva berumur 15 hari (D15).
Naupli Artemia diberikan hanya 2 kali sehari sampai larva berumur 20 hari (D20)

11
dengan kepadatan sebanyak 1-3 ind/ml dan pada umur D21-D30 dengan
kepadatan sebanyak 3-5 ind/ml diberikan 2-3 kali sehari, selanjutnya pada umur
D31-D40 dengan kepadatan sebanyak 5-7 ind/ml diberikan 3 kalisehari yaitu pagi,
siang dan sore.
4. Pakan buatan
Pakan buatan diberikan pada saat larva berumur 12 hari (D12).Pakan buatan
yang digunakan adalah pellet merek love larva nomor 1, 2 dan 3. Pellet nomor 1
diberikan pada umur D12-D20 sebanyak 1 gram/bak atau 80.000 ekor larva,
diberikan 2 kali sehari. Pada umur larva D21 pellet yang diberikan yaitu pellet
nomor 1 dan nomor 2 sebanyak 2 gram/bak (1 geram pellet nomor 1 dan 1 geram
pellet nomor 2). Pada umor larva D31-D40 peliet yang diberikan yaitu pellet
nomor 2 dan nomor 3 sebanyak 3 gram/bak (1 gram pellet nomor 2 dan 2 gram
pellet nomor 3) dengan frekuesi pemberian 3 kali sehari yaitu pagi, siang dan
sore.

4.2 Pengelolaan Pakan


Pakan merupakan salah satu faktor pembatas bagi organisme yang
dibudidayakan. Pakan yang digunakan di Unit Usaha Budidaya Laut Kuala
Langsa, Kota Langsa ada 3 macam yaitu :

4.2.1 Pakan alami


Pakan alami yang digunakan yaitu fitoplankton dan zooplankton.
Fitoplanton yang diberikan yaituNannochloropsis spyang sering dikenal dengan
nama Chrorella laut merupakan alga bersel tunggal, berntuk bulat dan beukuran
2-4 mikron. Nannochloropis sp di kultur secara masal dalam bak semen yang
berkapasitas 10 ton. Nannochloropsis sp digunakan sebagai pakan Rotifera
(Branchionus sp). Zooplankton yang diberikan yaituRotifera (Branchionus sp)dan
naupli Artemia. Rotifera (Branchionus sp) dikultur secara masal di bak semen
yang berkapasitas 10 ton dan digukan sebagan pakan larva ikan kerapu macan.
Sedangkan naupli Artemia dikultur di bak konical berkapasitas 18 liter dan juga
digunakan sebagai pakan larva ikan kerapu macan pada umur 15 hari (D15).

12
4.2.2 Pakan buatan
Pakan buatan yang digunakan yaitu berupa pellet nomor 1,2,3,4,5,6,7 dan
8. Pellet nomor 1,2 dan 3 digukan sebagai pakan larva ikn kerapu macan,
sedangkan pellet nommor 4,5,6,7 dan 8 digunakn sebagai pakan benih ikan
kerapu macan.

4.2.3 Ikan Rucah


Ikan rucah adalah ikan yang memiliki nilai ekonomis yang rendah. Ikan
rucah di Unit Usaha Budidaya Laut Kuala Langsa, Kota Langsa digunakan
sebagai pakan induk ikan kerapu macan dan digunakan sebagai pakan benih.
Untuk pakan induk deberikan 1 kali seari yaitu pada pagi hari pukul 08:00 WIB.
Sedangkan untuk pakan benih diberikan 3 kali sehari yaitu pada pagi, siang dan
sore hari dan sebulum diberikan di potong-potong terlebih dahulu.

4.3 Pengukuran Kualitas Air


4.3.1 Suhu
Pengukuran suhu yang dilakukan di Unit Usaha Budidaya Laut Kuala
Langsa, Kota Langsa dengan menggunakan alat thermometer dalam tigakali
pengukuran yaitu pagi hari, siang hari dan sore hari sedangkan suhu yang terdapat
adalah sebbagai berikut : pada pagi hari 27 0C, pada siang hari 31 0C dan pada
sore hari 29 0C. sesuai dengan pernyatan Murtidjo (2002) kisaran uptimum suhu
yang baik bagi kehidupan ikan kerapu macan adalah 25-32 0C. Jadi dapat
disimpulkan suhu air di Unit Usaha Budidaya Laut Kuala Langsa, Kota Langsa
normal dan sangat bagus untuk budidaya ikan kerapu macan.

4.3.2 Salinitas
Pengukuran salinitas yang dilakukan di Unit Usaha Budidaya Laut Kuala
Langsa, Kota Langsa yaitu dengan menggunakan alat revraktometer.Pengukuran
salinitas di lakukan di semua bak induk dan bak larva ikan kerapu macan pada
waktu pagi dan sore hari, hasil yang didapatkan yaitu berkisar 33-35 ppt dengan
nilai rata-rata 34 ppt. Pada umumnya ikan laut memijah pada perairan dengan
salinitas tinggi antara 30-35 ppt, ikan kerapu umunya menyukai salinitas 30-35
ppt (Ghufran, 2001).

13
4.3.3 Oksigen Terlarut (DO)
Pengukuran oksigen terlalur yang dilakukan di Unit Usaha Budidaya Laut
Kuala Langsa, Kota Langsa yaitu dengan menggunakan alat DO meter.
Pengukuran di lakukan pada waktu pagi hari, siang hari dan sore hari dengan hasil
pengukuran sebagai berikut pagi hari 5,2, siang hari 6,1 dan sore hari, 5,8.
Menurut Kordi(2001) Untuk pertumbuhan dan reproduksi ikan laut, kandungan
oksigen terlarut dalam air minimal 3 ppm.

4.5.4 Derajat Keasaman (pH)


Pengukuran pH yang dilakukan di Unit Usaha Budidaya Laut Kuala
Langsa, Kota Langsa yaitu dengan menggunakan alat pH meter. Pengukuran
dilakukan pada waktu pagi hari, siang hari dan sore hari dengan hasi pengukuran
yaitu berkisar antara 7,5-9 dengan nilai rata-rata 8,5. Menurut Kordoi (2001)
usaha budidaya ikan laut akan berhasil dengan baik dengan pH 6,5-9.

14
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.1 Kesimpulan
1. Tahap kegiatan pada pembenihan ikan kerapu macan meliputi: persiapan
bak, seleksi induk, pemeliharaan induk, pemijahan, penanganan telur,
pemeliharaan larva, pengelolaan pakan, pengelolaan kualitas air.
2. Teknik pemijahan ikan kerapu macan yang dilakukan di Unit Usaha
Budidaya Laut Kuala Langsa, Kota Langsa yaitu pemijahan secara alami
dengan metode manipulasi lingkungan.
3. Ikan kerapu macan di Unit Usaha Budidaya Laut Kuala Langsa, Kota
Langsa memijah pada bulan gelap.
4. Pakan yang diberikan pada induk ikan kerapu macan berupa ikan rucah
segar
5. Pakan yang diberikan pada larva ikan kerapu macan yaitu berupa Rotifera
(Branchionus sp), Artemia dan pakan buatan (pellet).
6. Nilai parameter kualitas air yang di dapat di Unit Usaha Budidaya Laut
Kuala Langsa, Kota Langsa yaitu, suhu 27-31 0C, salinitas 33-35 ppt,
oksigen terlarut (DO) 5,2-61 ppm dan derajat keasaman (pH) 7,5-9.

5.2 Saran
1. Dalam pengangan larva ikan kerapu macan harus lebih berthati-hati
karena masa larva adalah masa yang sangat keritis dan muda mengalami
kematian.
2. Menambah tenaga ahli dalam bidang pembenihan ikan kerapu macan agar
perawatan ikan dapat berjalan dengan baik.
3. Untuk menambah pengetahuan dan keterampilan pembenihan ikan kerapu
macan perlu diadakan pelatihan khusus mengenai teknologi pembenihan
yang berkembang pada saat ini.

15
DAFTAR PUSTAKA

Akbar M. 1995. Pembenihan Ikan Kerapu di Balai Budidaya Laut Lampung.


Ditjen Perikanan.
Ghaufran, M. 2001. Usaha Pembesaran Ikan Kerapu di Tambak. Kanisius.
Yokyakarta.
Hasan, I. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya.
Ghalia Indonesia. Jakarta.
Mayunar, P.T. Imanto, S. Diani, dan T. Yokohama. 1991 Pemijahan Ikan Kerapu
Macan, (Ephinepelus fuscoguttatus). Bul. Pen. Perikanan (terbitan
Khusus).
Murtidjo, B. A. 2002. Budidaya Ikan Kerapu Dalam Tambak. Kanisius.
Yokyakarta.
Mucharie, A. Sapriatna. T. Ahmad, dan kohno. 1991. Pepeliharaan Larva Kerapu
Macan, (Ephinepelus fuscoguttatu)s.pen. Perikanan. (terbitan Khusus).
Riduwan, 2002. Skalah Pengukuran Variable-Variabel Penelitian. Alfabeta.
Bandung.
Sigit Budileksono, 1993. Pemijahan Alami Ikan Kerapu Macan (Epinephelus
fuscoguttatus) di Bak Terkontrol. Buletin Budidaya.
Sudjiharno, 2003. Perkembangan Usaha Budidaya Kerapu di Keramba Jaring
Apung di Wilaya lampung.

16

Anda mungkin juga menyukai