Anda di halaman 1dari 29

Laporan Akhir

ZOOLOGI VERTEBRATA

DISUSUN

OLEH :

KELAS : 03

KELOMPOK :3

ASISTEN MEJA : 1. Zulfikar S.Pd

2. Jummaita Janra

3. Katiara

4. Bela Fitri Rismayanti

LABORATURIUM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

DARUSSALAM, BANDA ACEH

2018
LEMBARAN PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIKUM AKHIR

ZOOLOGI VERTEBARATA

Disusun oleh

Kelompok IV

Anggota:

Farah Safira (1806103010009)


Fijannati (1806103010024)
Fuja fitria amalda (1806103010048)
Khairatul Jannah (1806103010006)
Maina fakhrina (1806103010045)
Mauliani (1806103010081)
Ulya Amirah (1806103010057)
Yordansyah (1806103010075)

Darussalam, 30 April 2020

Menyetujui,
Asisten Meja

Katiara

Mengetahui,

Dosen Pembimbing Koordinator Laboratorium

Prof. Dr, M. Ali S, M.Si Rahmi Ovita, S.Pd


NIP. 195903251986031003 NIP: 19850924201101210

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah menganugerahkan iman

dan islam serta telah mengaruniakan kepada manusia akal fikiran. Dialah Tuhan semesta

alam, yang memiliki apa yang ada dilangit dan apa yang ada dibumi serta kepada Nyalah

segala kebenaran yang hakiki. Selawat dan salam kami hanturkan kepada junjungan alam

dan Habibullah Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya sertya kaum

muslimin dan muslimat yang mengikuti sunnahnya.

Berkat izin dan rahmat Allah SWT pada akhirnya laporan akhir ini dengan judul

“Zoologi Vertebrata” diselesaikan. Walaupun dalam laporan akhir ini masih banyak

kekurangan, kami harapkan agar pembaca memberikan arahan dan bimbingan yang

bermanfaat agar karya ini menjadi lebih sempurna. Kami juga mengucapkan terima kasih

setinggi-tingginya kepada asisten meja yang telah membimbing kami selama ini.

Semoga laporan ini dapat menjadi tambahan ilmu yang bermanfaat bagi

pembacanya, terutama bagi penyusun sendiri.

Banda Aceh, 20 April 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

LEMBARAN PENGESAHAN ......................................................................................... i


KATA PENGANTAR .......................................................................................................ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................................iii
Abstrak ............................................................................................................................... 1
Pendahuluan ........................................................................................................................2
Metode Penelitian ................................................................................................................3
Hasil Pembahasan ................................................................................................................3
Simpulan .............................................................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................24

iii
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah

PENGENALAN JENIS HEWAN KELAS MAMALIA, AVES, DAN REPTIL DI


BEBERAPA TEMPAT KOTA LANGSA

INTRODUCTION TO ANIMAL TYPES CLASS MAMMAL, AVES, AND REPTIL


IN SEVERAL PLACES LANGSA CITY

Fijannati(1), Farah Safira(1), Fuja Fitria Amalda(1), Khairatul Jannah(1), Maina


Fakhrina(1), Mauliani(1), Ulya Amirah(1) Yordansyah(1), M. Ali S(2), Abdullah(3),
Safrida(3)
(1) Mahasiswa, (2) Pembimbing I, (3) Pembimbing II

1
Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Syiah Kuala Darussalam, Banda Aceh

ABSTRAK
Vertebrata adalah sub filum dari chordata mencakup semua hewan yang memiliki tulang
belakang yang tersusun dari veretebrata. Vertebrata adalah sub filum terbesar dari chordata. Hewan
vertebrata ini memiliki struktur tubuh yang jauh lebih sempurna dari hewan invertebrata. Penelitian
ini berjudul “Pengenalan Jenis Hewan Kelas Mamalia, Aves, dan Reptil di Hutan Kota Langsa”.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui ciri-ciri, ordo, klasifikasi, yang perlu untuk di identifikasi.
Metode yang digunakan adalah pengamatan langsung. Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan metode pengamatan secara langsung terhadap beberapa spesimen dengan
memperhatikan morfologi. Hasil yang didapati pada penelitian ini adalah hasil yang diperoleh dari
observasi di Hutan Kota Langsa, yaitu dari kelas Mamalia terdapat kuda(Equus caballus),
monyet(Macaca fasicularis), rusa tutul(Axis axis), rusa sambar(Cervus unicolor), landak(Hystrix
brachyura) dan musang(Paradoxurus hermaphroditus). Kelas Aves terdapat 11 spesies. Kelas
Reptil terdapat Ular Piton (Malaphyton reticulatus), Buaya (Crocodilus porosus), dan kura-kura
(Aldabrachelys gigantea)
Kata kunci: vertebrata, mamalia, aves, reptil

ABSTRACT
Vertebrates are sub-phyla of chordates including all animals that have vertebrae
composed of veretebrates. Vertebrates are the largest sub-phylum of chordates. This vertebrate
animal has a much more perfect body structure than invertebrate animals. This study is entitled
"Introduction of Class Mammals, Aves, and Reptiles Classes in Langsa City Forest". The purpose
of this study is to determine the characteristics, orders, classifications, which need to be identified.
The method used is direct observation. This research was conducted using the method of direct
observation of several specimens with regard to morphology. The results found in this study are the
results obtained from observations in the Langsa City Forest, namely from the class of Mammals
there are horses (Equus caballus), monkeys (Macaca fasicularis), spotted deer (Axis axis), sambar
deer (Cervus unicolor), porcupine (porcupine unicolor), porcupine (Cervus unicolor), Hystrix
brachyura) and ferrets (Paradoxurus hermaphroditus). Aves class there are 11 species. Reptile
classes include Pythons (Malaphyton reticulatus), Crocodiles (Crocodilus porosus), and turtles
(Aldabrachelys gigantea)
Keywords: vertebrates, mammals, aves, reptile

1
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah

PENDAHULUAN

Istilah vertebrate berasal dari kata Latin yaitu vertebratus (Pliny), yang berarti gabungan dari
tulang belakang. Karakteristik dan definisi vertebrata tersebut adalah tulang punggung, dimana
notochord (komposisi batang kaku dan seragam) yang ditemukan di semua cordates telah
digantikan oleh serangkaian tersegmentasi elemen yang kaku (vertebrae), dipisahkan oleh sendi
(diskus intervertebralis, berasal emryonically dan evolusi dari notochord). Hewan vertebrata adalah
hewan dengan tulang punggung internal atau tulang belakang. Ada lebih dari 85.000 spesies hewan
vertebrata yang hidup di alam ini seperti amfibi, burung, ikan, mamalia, dan reptil (Burhanuddin,
2014, p. 33).
Mamalia merupakan salah satu hewan dari kelas vertebrata yang memiliki sifat homoetherm
atau disebut juga dengan berdarah panas. Ciri khas mamalia mempunyai kelenjar susu, melahirkan
anak serta memiliki rambut. berdasarkan ukurannya, mamalia dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
mamalia besar dan mamalia kecil. International Biological Program mendefinisikan mamalia kecil
sebagai jenis-jenis mamalia yang memiliki ukuran berat badan dewasa kurang dari 5 kg (Nasir,
2017, p.2).
Adapun ciri-ciri khusus dari kelas mamalia adalah tubuhnya biasanya diliputi bulu atau
rambut yang lepas secara periodik, kulitnya banyak mengandung kelenjar, yaitu kelenjar sebacius,
keringat, bau dan susu. Cranium atau tempurung kepala memiliki occipitale condyle, tulang
lehernya biasanya terdiri atas 7 ruas, ekor biasanya panjang dan dapat digerak-gerakkan. Memiliki
empat anggota atau kaki (kecuali anjing laut dan singa laut tidak memiliki kaki belakang), masing-
masing kaki memiliki kurang lebih 5 jari yang bermacam-macam yang disesuaikan dengan
keperluan berjalan, lari, memanjat, membuat lubang, berenang atau meloncat.(Hariadi, 2012,
p.135).
Aves ialah hewan berdarah panas sama saja seperti mamalia, aves ini berkembnag biak
dengan oviper (bertelur). sebagian besar hidup menetap, dan ada juga yang hidup berpindah-pindah
tempat. Aves (burung) ialah sekelompok hewan yang bertulang belakang (vertebrata) yang unik,
karena pada sebagian besar aves adalah binatang yang beradaptasi dengan kehidupan yang secara
sempurna (Hidayat, 2017).
Burung atau Aves merupakan satwa liar yang hidup di alam secara bebas dan mmepunyai
peranan yang penting dalam menjaga kelestarian lingkungan. Indonesia menjadi salah satu negara
prioritas utama dalam upaya pelestarian keanekaragaman hayati. Burung merupakan salah satu
keanekaragaman hayati yang dimiliki Indonesia. Saat ini terdapat 1.539 spesies burung yang
tercatat di Indonesia baik sebagai burung endemic maupun endemis (Kamal, dkk, 2016, p.15).
Reptil merupakan vertebrata yang bersisik, fertilisasi internal, telur bercangkang, dan kulit
tertutup sisik. Kulit yang ditutupi sisik akan meminimalkan kehilangan cairan tubuh, sehingga
reptil dapat bertahan di lingkungan darat yang kering. Secara umum habibat amfibi dan reptil
terbagi menjadi 5 yakni terrestrial, arboreal, akuatik, semi akuatik, dan fossorial (Yudha, 2015, p.
9).
Reptil termasuk dalam vertebrata yang pada umumnya tetrapoda. Semua reptile bernafas
dengan paru-paru. Jantung ada reptil memiliki 4 lobi, 2 antrium dan 2 ventrikel. Reptile merupakan
kelompok hewan ectothermic, yaitu hewan yang suhu tubuhnya sangat tergantung pada suhu
lingkungan di sekitarnya. Untuk mengatur suhu tubuhnya , reptile melakukan mekanisme basking
yaitu berjemur dibawah sinar matahari(Putra, 2017, p.87).

2
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Hutan Kota. Jadwal penelitian pengamatan yang
dilakukan di Taman Hutan Kota, kota Langsa dilakukan pada tanggal 15 Maret 2020
dengan waktu pukul 10.30 sampai dengan pukul 15.30 WIB.

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis menulis, notes, dan kamera
digital yang digunakan untuk memotret jenis-jenis hewan yang diamati.

Prosedur Penelitian
Prosedur yang dilakukan yaitu diamati jenis-jenis hewan yang terdapat di Taman
Hutan Kota di kota Langsa dan di foto setiap spesies yang diamati menggunakan kamera
digital, kemudian ditentukan famili, nama lokal, nama ilmiah, dan lokasi dari masing-
masing hewan yang diamati serta dijabarkan pada hasil dan pembahasan.

Data, Instrumen, dan Teknik Pengumpulan data


Data pada penelitian ini berupa gambar hasil pengamatan yang diamati langsung.
Teknik pengumpulan data yaitu berupa pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti.

Teknik Analisis Data


Analisis data yang digunakan berupa deskriptif, foto dan gambar hasil pengamatan.
Foto didapatkan langsung dari pengamatan terhadap proses yang diamati dan gambar yang
merupakan pembanding dari hasil yang didapatkan melalui penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Mamalia
Mamalia adalah hewan Vertebrata yang terutama dicirikan oleh adanya kelenjar susu, yang
pada betina menghasilkan susu sebagai sumber makanan anaknya. Ciri utamanya adalah
mempunyai kelenjar susu (glandula mammae) yang berfungsi untuk menyusui anaknya yang baru
lahir. Tubuhnya umumnya ditutupi oleh rambut, kulitnya dilengkapi dengan berbagai macam
kelenjar, rahangnya umumnya dilengkapi dengan gigi. Mamalia juga memiliki tungkai (alat gerak)
yang sesuai untuk berjalan, memanjat, menggali, berennang dan terbang. Jarinya dilengkapi cakar,
kukunya atau terancak. Mamalia merupakan hewan berdarah panas atau endothermik selain itu
fertilisasi pada mamalia merupakan fertilisasi internal.
Kelas mamalia memiliki tipe gigi yang berbeda-beda yang sesuai dengan makanan yang
dimakannya. Selain rahang bawah pada hewan kelas mamalia juga memiliki bentuk yang berbeda,
yaitu procecus coronvidalis (sangat besar), procecus condylis (kuat) dan procecus angulaaris
(terbesar). Kelas Mamalia memiliki banyak ordo, diantaranya ordo monotermata, marsupialia,
langomorpha, rodentia, primata, dan lain-lain.
Kuda adalah mamalia ungulata (hewan yang berdiri pada kuku) yang berukuran paling besar
di kelasnya. Kuda dari spesies Equus caballus yang dahulu merupakan bangsa dari jenis kuda liar,
kini kuda sudah menjadi hewan yang didomestikasi dan secara ekonomi memegang peranan

3
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah

penting bagi kehidupan manusia terutama dalam pengangkutan barang dan orang selama ribuan
tahun. Kuda juga dapat ditunggangi manusia dengan menggunakan sadel dan dapat pula digunakan
untuk menarik sesuatu, seperti kendaraan beroda atau bajak, dan di beberapa daerah kuda
digunakan sebagai sumber pangan.
Kuda termasuk golongan hewan dalam filum Chordata yaitu hewan yang bertulang
belakang, kelas Mammalia yaitu hewan yang menyusui anaknya. Hewan ini telah lama menjadi
salah satu ternak penting secara ekonomis dan telah lama memegang peranan penting dalam
pengangkutan orang dan barang selama ribuan tahun. Kuda dapat ditunggangi oleh manusia dengan
menggunakan sadel dan dapat pula digunakan untuk menarik sesuatu seperti kendaraan beroda.

Gambar 1. Kuda (Equus caballus)

Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Perissodactyla
Famili : Equida
Genus : Equus
Spesies : Equus caballus
Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) adalah salah satu satwa liar yang dieksplorasi
secara berlebihan. Pengelolaan dan pemanfaatan monyet ekor panjang yang tidak bijaksana dan
berlebihan dalam waktu jangka panjang dapat menyebabkan satwa ini terancam punah. Jumlah
primata pada habitatnya di alam bebas (hutan) merupakan salah satu bentuk kekayaan dan
keanekaragaman (biodiversity) sumber daya alam hayati, yang dilindungi, baik perlindungan
jumlah individu maupun sebarannya (Anita, 2018, p,115).
Ciri morfologi penting monyet ekor panjang adalah adanya kantong pipi yang berguna
untuk menyimpan makanan sementara. Dengan adanya kantong pipi ini, maka monyet ekor
panjang dapat memasukkan makanan ke dalam mulut secara cepat dan mengunyahnya. Monyet
ekor panjang tergolong monyet kecil yang berwarna coklat dengan bagian perut berwarna lebih
muda dan disertai rambut keputih-putihan yang jelas pada bagian muka. Dalam perkembangannya
rambut yang tumbuh pada muka berbeda antara satu individu dengan individu lainnya. Perbedaan

4
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah

warna ini dapat menjadi indikator yang dapat membantu dalam mengenali individu berdasarkan
jenis kelamin berdasarkan umur.
Monyet ekor panjang yang baru lahir memiliki rambut yang berwarna hitam dengan muka
dan telinga berwarna merah muda. Dalam waktu satu minggu, warna rambut pada kulit muka akan
memudar dan berubah menjadi abu-abu kemerah-merahan. Setelah kira-kira berumur enam
minggu, warna rambut yang hitam pada saat lahir berubah menjadi coklat. Setelah dewasa, rambut
kulit berwarna coklat kekuningan, abu-abu atau coklat hitam, tetapi bagian bawah perut dan kaki
sebelah dalam selalu lebih cerah. Rambut di atas kepalanya tumbuh kejur (semacam kuncir) ke
belakang, dapat membentuk jambul. Rambut di pipi menjurai ke muka, di bawah mata selalu
terdapat kulit yang tidak berambut dan berbentuk segi tiga, kulit pada clunis juga tidak berambut.

Gambar 2. Monyet ekor panjang (Macaca fasciculsrid)

Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Primata
Famili : Cercopithecidae
Genus : Macaca
Spesies : Macaca fasicularis

Salah satu jenis fauna yang ada di provinsi tersebut serta berstatus dilindungi adalah Landak
Raya (Hystrix brachyura). Populasi landak diperkirakan tersebar di semua hutan Aceh yang
luasnya mencapai 3,5 juta hektar. Populasi landak diperkirakan mencapai angka ribuan, namun
keberadaannya terdesak aktivitas perambahan hutan.Landak merupakan mamalia unik berambut
keras, menyerupai duri tajam yang menutupi bagian atas tubuhnya. Satwa pengerat ini termasuk
bangsa rodensia dan dari suku Hystricidae. Duri landak merupakan alat pertahanan menghadapi
musuhnya. Bila ada gangguan atau merasa terancam, landak akan menegakkan duri-duri tajamnya,
sehingga tubuhnya akan kelihatan penuh dan besar (Salviana, 2017, p.92).
Secara morfologi tubuh landak dibedakan menjadi 5 bagian yaitu : caput, cervik, thorax,
abdomen dan glutea. Pada caput (kepala) terdapat nares (hidung), fibrisae (kumis), organonvisus

5
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah

(mata), auriculae (daun telinga), porus acusticus externus (lubang telinga) dan rimaoris (mulut)
dimana terdapat lingua dan dentes.Gigi (dentes) pada landak memiliki formula 1/1, 0/0, 1/1, 3/3,
sehingga berjumlah 20 gigi. Pada kulit thoraks, selain di tumbuhi rambut juga mulai tumbuh duri-
duri yang pendek. Pada kulit bagian abdomen, duri-duri cukup panjang-panjang dan tebal.
Sedangkan pada bagian glutea, duri-duri pendek namun tebal dan cenderung patah.
Landak memiliki 2 pasang kaki yang pada setiap kaki terdapat 5 jari (digiti). Kaki pendek
seperti halnya marmut. Bagian abdomen terdapat papilla mamae (putingsusu). Ciri khas hewan ini
yang tidak dimiliki mamalia lain terletak pada rambut keras yang melingkupi bagian atas badan.
Duri landak ini merupakan salah satu alat pertahanan diri. Pada kondisi landak diserang atau terasa
terancam, landak akan melarikan diri dengan cepat masuk dalam sarang mereka yang biasanya
terletak di bawah tanah. Seekor landak mampu memecut dengan laju tinggi untuk melarikan diri
dari pemangsa. Namun, apabila tidak sempat melarikan diri, mereka akan mengembangkan rambut
kerasnya sehingga seluruh tubuh mereka kelihatan penuh duri tajam. Para predator yang biasanya
mamalia besar akan takut dengan kondisi tersebut. Landak termasuk hewan mamalia, sehingga
memiliki sistem pencernaan yang sempurna. Begitu juga dengan sistem tubuh lainnya yang
mendukung hewan ini untuk dapat beradaptasi terhadap lingkungannya.

Gambar 3. Landak Raya (Hystrix brachyura)

Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Rodentia
Famili : Histricidae
Genus : Hystrix
Spesies : Hystrix brachyura

Musang Luwak (Paradoxurus hermaphroditus) merupakan mamalia yang


bersifat arboreal (hidup di pepohonan) meski sering juga turun di atas tanah. Musang Luwak juga
merupakan binatang nokturnal yang beraktifitas di malam hari. Musang Luwak merupakan hewan
omnivora. Makanan utamanya adalah buah-buahan lembek seperti buah kopi, mangga, pepaya, dan
rambutan. Namun Luwak juga memakan telur, serangga, burung dan mamalia kecil.

6
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah

Pencernaan Luwak (Paradoxurus hermaphroditus) sangat sederhana sehingga biji-bijian


yang dimakannya akan dikeluarkan kembali utuh bersama kotorannya. Dari sinilah kemudian
Luwak dikenal sebagai penghasil kopi pilihan berkualitas baik yang kerap disebut Kopi Luwak.
Selain itu, kebiasaan makan hewan ini membuatnya mempunyai peranan penting dalam ekologis
sebagai pemencar biji yang baik yang kemudian dapat tumbuh menjadi benih-benih pohon baru
di hutan.
Musang luak (Paradoxurus hermaphroditus) dikenal oleh masyarakat karena menghasilkan
biji kopi yang dikenal dengan kopi luak. Menurut konsumen penikmat kopi, kopi luak mempunyai
cita rasa yang enak dan kadar asam yang rendah sehingga aman untuk lambung. Indonesia
merupakan salah satu negara produsen kopi luak, oleh karena itu kopi luak mempunyai nilai
ekonomis yang tinggi dan menjadi komoditas ekspor di Indonesia. Dengan meningkatnya
permintaan kopi luak, maka budidaya musang luak sudah mulai banyak di kembangkan di
Indonesia (Maha, 2019, p.34).

Gambar 4. Musang Luwak (Paradoxurus hermaphroditus)

Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Carnivora
Famili : Viverridae
Genus : Paradoxurus
Spesies : Paradoxurus hermaphroditus

Rusa tutul (Axis axis) mempunyai tubuh yang tidak proporsional karena kaki belakang
lebih panjang dari kaki depan. Spesies ini juga mempunyai kaki yang kecil. Mempunyai pola warna
tubuh bagian ventral putih dan bagian dorsal coklat tutul. Glandula mamalia terletak di daerah
pelvis. Memiliki tipe gigi lophodont karena termasuk hewan herbivora. Rusa tutul (Axis axis)
mempunyai bulu halus berwarna coklat sawo matang dan bermotif tutul putih. Berat badan dewasa
75 – 100 kg. Berat lahir 3 – 3,5 kg. Panjang badan 150 cm dan tinggi badan 110 – 140 cm. Hidup
berkelompok (2-6 ekor/kelompok) dan aktif pada siang hari.
Rusa tutul (Axis axis) termasuk hewan herbivora. Jenis makanannya biasanya rumput,
daun, bunga dan biji-bijian tertentu. Perkembangbiakan rusa tutul (Axis axis) dengan cara beranak

7
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah

atau vivipar. Siklus hidup : dewasa kelamin 1,5 – 2 tahun. Lama bunting 7 – 7,5 bulan. Jumlah
anak per kelahiran 1 ekor. Interval kelahiran 1 tahun. Dari tahap pertumbuhan tersebut dapat
disimpulkan bahwa periode terlama dari tahap pertumbuhan ranggah dalam satu siklus berada pada
tahap ranggah keras dimana pada periode ini rusa tutul (Axis axis) jantan berada pada masa aktif
reproduksi dengan kisaran pada bulan juni-februari.
Rusa tutul (Axis axis) adalah salah satu dari empat jenis rusa di Indonesia yang sudah
dilindungi, namun jumlah populasinya terus berkurang akibat pemburuan liar dan semakin
tingginya degradasi habitat aslinya. Rusa merupakan salah satu hewan yang mempunyai banyak
keunggulan dan potensial untuk dikembangkan, mempunyai peranan penting diantaranya sebagai
hebivora rusa dapat mendukung penyebaran biji yang berpengaruh dalam distribusi tumbuhan,
selain itu juga dapat berperan dalam memelihara kelangsungan hidup tumbuhan melalui
pagutannya (mencatuk/mematuk) dengan selalu meremajakan kembali individu tumbuhan yang
dimakannya. Rusa di tangkarkan mengingat banyaknya ancaman terhadap keoptimal dan
berkelanjutan keberadaan rusa baik perusakan habitat dan perburuan liar (Elfrida, 2019, p.8).

Gambar 5. Rusa Tutul (Axis axis)

Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Artiodactyla
Famili : Cervidae
Genus : Axis
Spesies : Axis axis

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi
di dunia. Oleh karena itu, kekayaan yang berupa keanekaragaman hayati ini perlu dijaga dan
dilestarikan. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya penurunan jumlah populasi yang dapat
mengakibatkan kepunahan. Salah satu spesies yang populasinya mengalami penurunan adalah rusa
sambar (Cervus unicolor). Rusa sambar (Cervus unicolor) merupakan rusa yang terbesar ukurannya
di daerah tropika. Penyebaran rusa sambar di Indonesia hanya terbatas di daerah Sumatera dan

8
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah

Kalimantan. Rusa sambar merupakan salah satu rusa yang paling banyak dipilih pemburu sebagai
satwa target buru (Sita, 2013, p.171).
Hewan ini merupakan jenis rusa terbesar Bobot lahir anak rusa betina sekitar 3 kg,
sedangkan yang jantan 4 kg. Berat minimal untuk kesiapan perkawinan baik, jantan atau betina 85 -
95 kg. Panjang badan berkisar antara 1,5 - 2,0 m dan tinggi badan 1,4 - 1,6 m.
Rusa sambar atau sambar india adalah jenis rusa besar yang umum berhabitat di Asia.
Spesies yang umum memiliki ciri khas tubuh yang besar dengan warna bulu kecoklatan. Sambar
umumnya berhabitat di hutan dan bergantung pada tanaman semak atau rerumputan. Mereka
umumnya hidup dalam kelompok dengan anggota 5 - 6 anggota. Rusa sambar (Cervus unicolor
syn. Cervus aristotelis) mendiami sebagian besar Asia Selatan dengan batas sampai wilayah
Himalaya.
Rusa Sambar (Cervus unicolor) merupakan rusa terbesar untuk daerah tropic dengan
sebaran di Indonesia terbatas di pulau Sumatera, Kalimantan dan pulau kecil di sekitar Sumatera.
Rusa sambar juga merupakan jenis rusa yang besar dan mempunyai kaki yang panjang, warna kulit
dan rambut coklat tua, bagian perut berwarna lebih gelap sampai kehitam - hitaman, rambut kaku,
kasar dan pendek. Berat badan bervariasi antara 185 – 260 kg dengan tinggi badan 140–160 cm.
Jantan dewasa memiliki rambut surai yang panjang dan lebat dibagian leher dan atas kepala. Rusa
Sambar mencapai dewasa pada umur 8 bulan dan dapat hidup hingga umur 11 tahun. Periode
gestasi 7 bulan dan interval gestasi mencapai 1,5 tahun.
Warna bulu rusa sambar umumnya coklat dengan variasinya yang agak kehitaman (gelap)
pada yang jantan atau yang telah tua. Ekor agak pendek dan tertutup bulu yang cukup panjang.
Keadaan bulu termasuk kasar dan tidak terlalu rapat. Pada daerah leher bagian lateral, bulu
membentuk suatu surai/malai (mane). Perubahan warna bulu dari coklat cerah menjadi lebih gelap,
khususnya pada jantan dominan, sering terlihat bersamaan dengan masuknya pejantan ke musim
kawin.

Gambar 6. Rusa Sambar (Cervus unicolor)

Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia

9
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah

Ordo : Artiodactyla
Famili : Cervidae
Genus : Cervus
Spesies : Cervus unicolor

2. Aves
Aves adalah salah satu kelas yang terdapat dalam hewan vertebrata (bertulang belakang)
yang mencakup hewan-hewan unggas yang ditandai oleh adanya bulu dan adaptasi terbang lainnya.
Kelas aves ini diduga berawal dari reptile terbang. Kelas aves berevolusi selama radiasi reptilia
yang sangat hebat pada masa mesozoikum. Sekitar 150 juta tahun yang lalu, tetrapoda berbulu telah
berevolusi menjadi burung (Herwati, 2016). terdapat 21 Ordo pada Aves, ada beberapa jenis Aves
yang dapat dipelajari seperti Ayam, Bebek, merpati yang mewakili 3 ordo (Rahmawati, 2015).
Burung (aves) merupakan komponen ekosistem yang memiliki peranan penting dalam
mendukung berlangsungnya suatu siklus kehidupan organisme. Keadaan ini dapat dilihat dari rantai
makanan dan jaring-jaring kehidupan yang membentuk sistem kehidupannya dengan komponen
ekosistem lainnya seperti tumbuhan dan serangga (Jurati, 2014). Keanekaragaman burung pada
suatu daerah dapat dijadikan indikator untuk kestabilan daerah itu sendiri. Penyebaran jenis-jenis
burung sangat dipengaruhi oleh habitat tempat hidup burung, meliputi adaptasi burung terhadap
lingkungan, kompetisi, strata vegetasi, ketersediaan pakan dan seleksi alam seperti ditemukan
didaerah hutan, laut, perkotaan, dan perdesaan (Kurniawan, 2019).
Burung ialah hewan yang mudah ditemui di berbagai habitat. Burung memiliki daya jelajah
yang luas, bahkan banyak yang bisa terbang jauh melintasi lautan. Burung kurang endemik
dibandingkan mamalia. Daerah pembiakan burung juga penting dalam distribusi geografis karena
posisi burung yang tidak statis dan ada jenis burung yang bermigrasi pada musim tertentu (Arif,
2016). Habitat burung meliputi hutan tropis, rawa-rawa, padang rumput, pesisir pantai, tengah
lautan, gua-gua batu, perumahan, bahkan di wilayah perkotaan (Kuswanda, 2010). Berikut adalah
hasil dari observasi burung (Aves) yang telah dilakukan selama praktikum dikota langsa.
Elang brontok adalah sejenis burung pemangsa anggota suku Accipitridae. Dinamai
demikian kemungkinan karena warnanya yang berbercak-bercak (pada bentuk yang berwarna
terang). Namanya dalam bahasa Inggris adalah Changeable Hawk-eagle karena warnanya yang
sangat bervariasi dan berubah-ubah, sedangkan nama ilmiahnya yalah Spizaetus cirrhatus. Elang
brontok berbiak di wilayah yang luas, mulai dari kawasan Asia selatan di India dan Sri Lanka, tepi
tenggara Himalaya, terus ke timur dan selatan melintasi Asia Tenggara hingga ke Indonesia dan
Filipina. Menurut Sawitri dan Takandjandji (2010), perbedaan pola perilaku harian satwa liar di
lokasi rehabilitasi dengan di alam disebabkan oleh dua hal, yaitu lamanya waktu rehabilitasi, dan
kondisi kandang.
Perilaku bergerak elang brontok meliputi aktivitas berjalan, bersuara, membawa makanan,
mendatangi, membersihkan badan/ menelisik, meregangkan bulu/badan, dan terbang. Kecilnya
proporsi waktu elang beraktivitas terbang bisa disebabkan karena
faktor luasan kandang yang terbatas sehingga membatasi juga elang ini untuk banyak
beraktivitas terbang. Selain faktor luas kandang, kecilnya proporsi terbang juga dapat disebabkan
oleh suhu lingkungan yang rendah jadi elang cenderung diam. Karena tingkat metabolisme, suhu
udara, dan tekanan udara yang rendah mempengaruhi pergerakan elang (Safanah, 2018).

10
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah

Gambar 1. Elang brontok (Spizaetus cirrhatus)

Klasifikasi Spizaetus cirrhatus


Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Accipitriformes
Famili : Accipitridae
Genus : Spizaetus
Spesies : Spizaetus cirrhatus

Elang Bondol (Haliastur Indus) merupakan burung endemik Sumatera, Jawa, Kalimantan,
dan Bali (MacKinnon dkk., 2010). Umumnya burung pemangsa menggunakan dua cara untuk
menangkap mangsanya dimana pemakan ikan menangkap mangsa menggunakan paruh sedangkan
burung pemangsa lainnya menggunakan cakar untuk mencengkeram mangsa dan paruh digunakan
untuk mencabik mangsa (Kurniawan, 2017). burung ini memiliki kebiasaan berputar-putar
sendirian atau berkelompok di atas perairan atau diatas hutan mangrove mengamati mangsanya dan
biasa mengunjungi pesisir, sungai, atau rawa-rawa. burung pemangsa merupakan penyeimbang
ekosistem, sehingga bila jenis burung ini terganggu maka ekosistem juga akan teranggu
(Suriansyah, 2016).
Elang Bondol (Haliastur indus) mempunyai karakteristik tubuh berwarna putih dan coklat
pirang. Pada individu dewasa pada bagian (kepala, leher dan dada) berwarna putih, pada bagian
(sayap, mantel, ekor dan perut) berwarna coklat terang, dan terlihat kontras dengan bulu primer
yang berwarna hitam. Seluruh tubuh individu remaja kecoklatan dengan coretan pada dada. Warna
berubah menjadi putih keabu-abuan pada tahun kedua, dan mencapai bulu dewasa putih bersih
pada tahun ketiga.

Gambar 2. Elang Bondol (Haliastur Indus)

11
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah

Klasifikasi Haliastur Indus


Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Falconiformes
Famili : Accipitridae
Genus : Haliastur
Spesies : H. indus

Elang Ular Bido (Spilornis cheela) jenis ini tidak dalam kategori terancam
punah namun memiliki peluang untuk terancam punah jika kegiatan perdagangannya tidak
diawasi dengan ketat, dalam appendix II daftar CITES 2017. Secara umum elang ular menyukai
terhadap habitat yang cenderung terbuka. Pemilihan habitat yang terbuka karena reptil paling
banyak dijumpai di tutupan lahan budidaya. Karena reptil banyak dijumpai pada pagi hari, saat
melakukan aktivitas berjemur (busking). Ketika berjemur, reptil berada pada daerah terbuka yang
terpapar sinar matahari secara langsung. Pada kondisi demikian memungkinkan elang mudah
mendeteksi keberadaan mangsanya (Rohman, 2019).
Pada burung elang mangsa yang diperoleh selalu dibawa ke atas tenggeran untuk kemudian
dicabik dan dimakan, berbeda dengan burung elang ular bido (S. cheela) yang lebih menyukai
melakukan aktivitas makan di lantai, karena sangat sensitif terhadap gangguan. Apabila dirasa ada
gangguan, burung elang ular bido (S. cheela) langsung mengeluarkan suara dan memekarkan
bulunya sehingga bentuk badannya terlihat lebih besar. Penglihatan dan pendengarannya sangat
berperan penting dan lebih sensitif dibandingkan dengan indera penciuman (Sawitri, 2010).

Gambar 3. Elang Ular Bido (Spilornis cheela)

Klasifikasi Spilornis cheela


Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Accipitriformes
Famili : Accipitridae

12
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah

Genus : Spilornis
Spesies : Spilornis cheela

Elang Hitam (Ictinaetus malayensis) dapat berukuran 70 cm, sayap dan ekornya panjang,
sehingga burung ini tampak sangat besar saat terbang (Kurniawan , 2017). Aktivitas burung ini
didominasi oleh aktivitas berpindah dengan cara terbang berputarputar diatas tajuk pohon gelam.
Menurut MacKinnon dkk. (2010), elang hitam biasanya ditemukan berputar-putar rendah di atas
tajuk pohon, kemudian meluncur dengan indah. Burung ini dapat dilihat sampai jarak terdekat ±14
meter. Elang hitam merupakan salah satu jenis burung pemangsa yang memiliki toleransi yang
relatif tinggi terhadap penyusutan hutan dan mampu hidup pada sisasisa hutan yang di
sekelilingnya telah dieksploitasi menjadi kawasan yang terbuka (Rohman, 2019).
Elang hitam adalah sejenis burung pemangsa dari suku Accipitridae, dan satu – satunya
anggota marga Ictinaetus. Dinamai demikian karena warna bulunya yang seluruhnya berwarna
hitam. Elang hitam menyebar luas mulai dari India, Sri Lanka hingga Asia Teggara, Sunda besar,
Sulawesi dan Maluku. Burung ini hidup di dataran rendah, hutan pebukitan hingga wilayah yang
bergunung pada ketinggian sekitar 1.400 m hinggan 3.000 m. Burung elang hitam memiliki ukuran
besar dengan panjang sekitar 70 cm. Sayap dan ekornya pajang sehingga burung ini terlihat besar
bila terbang. Seluruh tubuh berwarna hitam kecuali kaki dan pangkal paruh yang berwarna kuning.
Sayap terbentang lurus, dengan pangkal sayap lebih sempit daripada di tengahnya.

Gambar 4. Elang Hitam (Ictinaetus malayensis)

Klasifikasi Ictinaetus malayensis


Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Accipitriformes
Famili : Accipitridae
Genus : Ictinaetus
Spesies : Ictinaetus malayensis

13
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah

Burung merak merupakan burung yang memiliki karakteristik khusus. Meskipun memiliki
sayap sebagaimana burung pada umumnya, burung merak jarang terbang ke udara. Burung merak
termasuk ke dalam famili Phasianiade, kerabat ayam hutan, atau burung kuau. Burung merak jantan
memiliki ekor panjang yang terdiri atas 120 – 150 helai bulu. Bulu ekor ini tumbuh dari pangkal
ekor sehingga dapat berbentuk seperti sebuah kipas yang sangat besar dan indah. Burung merak
merupakan salah satu jenis burung hias yang tertua di dunia (Aliyah, 2014). Pavo cristatus jenis
merak biru dari India (Pudyatmoko, 2019).
Merak biru mempunyai bulu berwarna biru gelap mengilap. Burung merak biru berukuran
besar, panjangnya dapat mencapai 230 cm, dengan penutup ekor yang sangat panjang berwarna
hijau metalik. Di atas kepalanya terdapat jambul tegak biru membentuk kipas. Burung betina
berukuran lebih kecil dari burung jantan. Populasi Merak biru tersebar di hutan terbuka dengan
padang rumput di India, Pakistan, Sri Lanka, Nepal dan Bhutan. Sebelumnya spesies ini ditemukan
juga di Bangladesh, tetapi sekarang kemungkinan besar telah punah di sana.

Gambar 5. Merak Biru (Pavo cristatus)

Klasifikasi Pavo cristatus


Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Galliformes
Famili : Phasianidae
Genus : Pavo
Spesies : Pavo cristatus

Burung parkit adalah salah satu spesies burung paruh melengkung yang paling akrab di
dunia dan di kenal banyak orang. Namun burung parkit sangatlah kecil dan ramping. Walaupun
burung parkit ada beraneka ragam warna tetapi warna parkit didominasi oleh warna hijau dan
kuning. Burung parkit adalah satu – satunya spesies burung beo yang menyerupai paruh bengkok
karena burung parkit sangat beda di antara burung beo lainnya (Setiabudi, 2015:1). Burung Parkit
cincin-naik ( Psittacula krameri ), juga dikenal sebagai parkit berleher cincin, adalah berukuran
sedang termasuk kedalam genus Psittacula , dari keluarga Psittacidae . Manfaat yang bisa diambil
dari Burung Parkit ini adalah keindahan warna bulu dan Suara, sehingga tujuan pemeliharaannya
adalah untuk hoby atau kesenangan.

14
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah

Gambar 6. Parkit cincin naik (Psittacula krameri)

Klasifikasi Psittacula krameri


Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Psittaciformes
Famili : Psittacidae
Genus : Psittacula
Spesies : Psittacula krameri

Burung merpati (Columba domestica) merupakan salah satu dari hewan dari kelas aves.
Burung ini termasuk hewan berdarah panas dan berkembang biak dengan ovipar atau
bertelur. Columba domestica mampu mengenal habitatnya. Ketika burung dilepas maka ia akan
kembali ke sarangnya. Tubuh burung merpati (Columba domestica) terbagi atas caput, cervix,
truncus dan cauda. Caputnya relativ kecil, terdapat paruh yang dibentuk oleh maksila dan
mandibula. Anggota badan burung seluruhnya tertutup bulu kecuali pada paruh dan kakinya.
Kakinya dapat digunakan untuk berjalan, bertengger maupun berenang (dengan selaput
interdigital), tidak bergigi dan mempunyai paruh yang berbeda-beda sesuai jenis makanannya.
Burung merpati merupakan salah satu jenis burung yang sudah lama dipelihara dan
dibudidaya oleh para penggemar burung. Burung merpati adalah anggota kelompok hewan
bertulang belakang (vertebrata) yang memiliki bulu dan sayap yang mayoritas aktivitasnya adalah
terbang di udara. Burung merpati mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan jenis
burung lainnya yaitu burung merpati mampu mengingat lokasi dengan baik serta burung merpati
mampu terbang hingga sekitar 65 – 80 km/jam dan dalam satu hari mampu terbang sejauh sekitar
965 km (Kadri, 2016).

15
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah

Gambar 7. Columba domestica

Klasifikasi Columba domestica


Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Columbiformes
Famili : Columbidae
Genus : Columba
Spesies : Columba domestica

Burung balam memiliki tubuh berukuran sedang. Warnanya coklat kemerah jambuan. Ekor
burung ini tampak panjang. Bulu ekor terluar dengan tepi putih tebal. Bulu sayap lebih gelap
dibanding tubuh. Ada bercak-bercak hitam putih khas pada leher.Iris jingga, paruh hitam, kaki
merah. Hidup dekat dengan manusia. Burung ini mencari makan di permukaan tanah. Sering
berada berpasangan di tempat terbuka.
Jenis burung ini digemari oleh kalangan masyarakat karenamemiliki daya tarik pada
keunikan bulu dan suara.Habitat burung tekukur berupa hutan,perkebunan, permukiman, dan
persawahan, selain itu burung ini biasa hidup di sekitarpermukiman serta mencari makan di atas
permukaan tanah. Perilaku harian burung tekukur meliputi: bertengger, pindah, terbang, bersuara,
makan,istirahat, mengerami telur, menelisik bulu, dan membuat sarang (Putra, 2014).

16
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah

Gambar 8. Burung Balam (Streptopelia chinensis)

Klasifikasi Streptopelia chinensis


Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Columbiformes
Famili : Columbidae
Genus : Streptopelia
Spesies : Streptopelia chinensis

Puyuh mahkota memiliki badan yang bulat dengan panjang mencapai 25cm. Puyuh ini
bentuknya paling indah jika dibandingkan dengan puyuh lain, sehingga dapat dipelihara sebagai
burung hias. Burung Puyuh tersebar seluruh dunia, termasuk Indonesia (Nur, 215). Hidupnya di
hutan-hutan dan hanya terdapat di daerah seperti Kalimantan, Sumatera, Malaysia, dan Thailand.
Unggas ini dapat hidup pada ketinggian 1.200 m di atas permukaan laut. Puyuh jantan dan betina
warna bulunya sama cantiknya, yaitu cokelatkeabu-abuan dengan ornamen abu-abu dan putih yang
menghiasi bagian depantubuhnya, menyerupai sisik ikan. Oleh karena itu puyuh ini dinamakan
scaled quail. Karena bentuknya yang lucu dengan komposisi bulu yang unik, unggas ini cocok
untuk burung hias.

Gambar 9. Puyuh Mahkota (Rollulus rouloul)

17
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah

Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Galliformes
Famili : Phasianidae
Genus : Rollulus
Spesies : Rollulus rouloul

Populasi bangau tongtong yang terus mengalami gangguan akibat degradasi dan konversi
hutan menyebabkan burung ini termasuk kedalam status vulnerable IUCN redlist 2016 dan
dilindungi Peraturan Pemerintah No.7/1999. burung air memiliki ketergantungan terhadap lahan
basah dalam hidupnya. Burung air menjadikan lahan basah serta tegakan tumbuhan yang ada di
atasnya baik sebagai tempat mencari makan maupun beristirahat. perilaku yang paling sering
dijumpai adalah perilaku terbang dengan cara soaring, terbang flapping lalu bertengger di atas
tajuk tertinggi pohon, terbang ketempat pakan dan pergi meninggalkan tempat makan. Perilaku
dominan selanjutnya adalah perilaku makan. Bangau tongtong sering teramati melakukan aktivitas
makan (belalang dan kodok) di padang rumput dengan cara mematuk mangsanya kemudian
berjalan lagi untuk mencari mangsa. Karakteristik habitat mencari pakan bangau tongtong berupa
area terbuka yang berlumpur ataupun padang rumput yang terdapat pakannya. Adapun karakteristik
habitat persarangan bangau tongtong memilih pohon mencuat/emergent yang bertajuk aubrevile
dekat dengan habitat mencari pakan (Sutiawan, 2016).

Gambar 10. Bangau Tong Tong (Leptoptilos javanicus)

Klasifikasi Leptoptilos javanicus


Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves

18
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah

Ordo : Ciconiiformes
Famili : Ciconiidae
Genus : Leptoptilos
Spesies : Leptoptilos javanicu

Burung belibis adalah salah satu burung yang memiliki habitat lebih dekat di air,
kemampuannya yang dapat berenang di air disebabkan karena burung belibis termasuk burung
yang memiliki kaki berselaput dan jarang untuk melakukan terbang. Aktivitas mobilitas di daerah
teresterial, hanya digunakan untuk mencari makan dan menghindari lawan, bertelur dan aktivitas
lainnya.Pergerakan berjalan sangat lambat, namun sangat cepat saat berada di air (Siwi, 2012).
Spesies burung dari keluarga Anatidae, dari genus Dendrocygna. Belibis polos merupakan burung
pemakan tumbuh-tumbuhan, vertebrata yang berhabitat di danau, rawa, hutan mangrove, sawah. Di
Indonesia burung belibis terdiri dari dua jenis yaitu burung belibis kembang (Dendrocygna
arcuata) dan burung belibis batu (Dendrocygna javanica). Perbedaan mencolok dari kedua jenis ini
adalah belibis batu memiliki warna bulu coklat kemerahan, tidak ada warna hitam dan putih pada
bulu tepi, juga berukuran lebih kecil dibandingkan belibis kembang. Sedangkan belibis kembang
memiliki ciri-ciri dengan bulu berwarna kecoklat-coklatan dan berukuran sedikit lebih besar.

Gambar 11. Burung belibis (Dendrocygna)

Klasifikasi Dendrocygna
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Anseriformes
Famili : Anatidae
Genus : Dendrocygna
Spesies : Dendrocygna

19
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah

3. Reptil
Indonesia memiliki jenis Reptil yang berbeda pada setiap wilayah dengan total 511 jenis dan
150 yang endemik (Bappenas, 2003). Penelitian reptil pertama kali dilakukan oleh Roiij (1915),
yang mendeskripsikan 267 jenis kadal. Selanjutnya Penelitian lain di wilayah Indonesia yang telah
dilakukan peneliti di antaranya, Iskandar (1996) menemukan 407 jenis kadal dari sembilan Familli
di Sumatera, Jawa, Borneo, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, dan New Guinea (Rosadi, 2017,
p.88).
Reptil adalah hewan yang berjalan dengan cara melata atau merayap. Kata reptil sendiri diambil
dari kata reptans yang berarti melata atau merayap. Pengertian secara umum reptil yaitu kelompok
hewan vertebrata berdarah dingin serta memiliki sisik yang menutupi tubuhnya. Sedang reptilia
adalah hewan dengan empat tungkai (tetrapoda) dan menelurkan telur yang embrionya diselubungi
oleh membran yang bernama amniotik. Reptil memiliki beberapa jenis ordo yang dapat dijabarkan
menjadi empat ordo reptil.
Reptil merupakan suatu organisme yang bertulang belakang atau merupakan organisme
vertebrata yang dapat bergerak dengan cara melata dan adapun yang memiliki empat kaki di
tubuhnya. Anatomi tubuh dari reptil ini adalah bersisik sehingga menutupi selutuh bagian
tubuhnya. Selain itu hewan ini memiliki darah dingin atau yang disebut poikiloterm. Dengan
menurut ahli, reptil adalah merupakan organisme yang dapat bertahan hidup pada jangkauan daerah
yang kering pertama kalinya ketika di temukan oleh para ahlinya.
Sanca kembang atau sanca batik atau disebut juga sanca timur laut adalah sejenis ular
dari suku Phythonidae yang berukuran besar dan memiliki ukuran tubuh terpanjang di
antara ular lain. ukuran terbesarnya dapat melebihi 8,5 meter. Ular sanca batik memiliki
corak sisik yang sangat unik dan indah yang merupakan perpaduan antara warna coklat,
emas, hitam dan putih. Ular sanca batik memiliki habitat hutan yang lebat rumputnya dan
termasuk hutan tropis, banyak ditemukan di dekat sungai dan area yang dekat dengan
sungaisungai kecil maupun danau. Ular sanca tersebar di wilayah Asia Tenggara dan
pulau-pulau di sekitar laut pasifik antara lain ditemukan di Filipina, Borneo, Jawa,
Sumatra, Timor Timur dan Seram. Selain itu, ular sanca juga dapat ditemukan di beberapa
pulau-pulau kecil dalam teritorinya seperti yang sering terlihat oleh penduduk di sungai
atau dermaga di urban area.
Ular sanca batik termasuk satwa ektotermik, yaitu satwa dengan produksi panas
tubuh sebagai hasil aktivitas metabolisme yang sangat terbatas dan mekanisme kontrol
pengembalian produksi panas sangat rendah sehingga untuk mencukupi kebutuhan
panasnya, satwa ini harus mengambil panas dari lingkungan. Setelah mendapatkan panas
tubuh, metabolisme segera akan berlangsung terutama dalam proses mencerna makanan
(Subasli, 2012, p.5). Suhu yang dibutuhkan ular sanca batik untuk dapat beraktivitas antara
26,7-30,0 °C, dengan suhu optimal pada 30 °C. Selain itu, ular lebih banyak diam untuk
meminimalisasi energi yang terpakai dari hasil proses pencernaan makanannya. Satwa
buruan ular sanca sangat bervariasi dari mamalia dan burung / unggas. Berbeda dengan
ular-ular yang mampu membunuh mangsanya dengan bisa, ular sanca membelit untuk
melumpuhkan mangsanya Setelah mendapatkan sasaran mangsanya, ular sanca mengejar
kemudian dengan ekornya membelit mangsanya dan dengan mulutnya yang lebar
menggigit dan mencengkram mangsanya.

20
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah

Gambar 1. Ular Sanca (Malaphyton reticulatus)

Klasifikasi Malayophyton reticulatus:


Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Sub Filum : Vertebrata
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata
Famili : Phythonidae
Genus : Malaphyton
Spesies : Malaphyton reticulatus

Buaya muara atau buaya bakatak (Crocodylus porosus) adalah jenis buaya terbesar didunia.
Dinamai demikian karena buaya ini hidup di sungai-sungai dan di dekat laut (muara). Buaya ini
juga dikenal dengan nama buaya air asin, buaya laut, dan nama-nama lokal lainnya. Buaya muara
memiliki wilayah perantauan dari perairan Teluk Benggala (Sri Lanka, Bangladesh, India) hingga
perairan Polinesia (Kepulauan Fiji dan Vanuatu). Sedangkan habitat favorit untuk mereka adalah
perairan Indonesia dan Australia. Panjang tubuh buaya ini (termasuk ekor) biasanya antara 2,5
sampai 3,3 meter, namun hewan dewasa bisa mencapai 12 meter. Bobotnya bisa mencapai 200 kg.
Moncong spesies ini cukup lebar dan tidak mempunyai sisik lebar pada tengkuknya.
Buaya muara (Crocodylus porosus) aktif pada siang dan malam hari. Buaya ini memangsa
apapun yang memasuki wilayahnya. Mangsanya adalah ikan, amfibi, reptilia, burung, dan mamalia
(termasuk mamalia besar). Buaya muara mampu melompat keluar dari air untuk menyerang
mangsanya. Namun, saat ini populasi buaya berkurang. Berkurangnya populasi buaya muara
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya, kerusakan habitat yang disebabkan pembalakan liar
sehingga habitat alami buaya mengalami degradasi, perburuan secara liar dan lemahnya
pengetahuan dari masyarakat setempat mengenai pelestarian lingkungan khususnya pada
buaya muara. Upaya menangani hal ini maka diperlukan usaha pelestarian untuk buaya muara yang
bertujuan untuk menjaga buaya muara dari kepunahan melalui kegiatan penangkaran (Ripai, 2016,
p.157).

21
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah

Gambar 2. Buaya (Crocodylus porosus)

Klasifikasi Crocodylus porosus:


Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Sub Filum : Vertebrata
Kelas : Reptilia
Ordo : Chelonia
Famili : Chelodes
Genus : Crocodilus
Spesies : Crocodylus porosus

Kura-kura Aldabra mempunyai karapas berwarna coklat kehitam-hitaman dengan


dome yang tinggi. Memiliki kaki yang besar dan kekar untuk menopang tubuhnya yang
sangat berat. Kura-kura ini mempunyai leher yang sangat panjang digunakan untuk meraih
cabang dan ranting pohon sampai ketinggian 1 meter lebih dari tanah. Kura-kura ini
mempunyai ukuran yang mirip dengan kura-kura galapagos. Kura-kura ini dapat mencapai
ukuran karapas hingga 1.5 meter dengan berat hingga 300 kg. Kura-kura hidup diberbagai
tipe habitat seperti lautan, sungai, rawa, hutan, bahkan padang rumput (Setiadi, 2012,
p.496).
Kura-kura ini termasuk herbivora yang makanannya antara lain rumput, daun, dan
batang kayu tanaman, namun sesekali memakan invertebrata kecil dan bangkai, bahkan
memakan tubuh kura-kura yang mati lainnya. Dalam penangkaran, kura-kura Aldabra
raksasa dikenal untuk menikmati buah-buahan seperti apel dan pisang serta sayuran pelet
terkompresi. Untuk memenuhi kebutuhan cairan dalam tubuh sebagian besar didapatkan
dari kandungan air yang ada dalam makanannya. Ada dua spesimen yang berbeda dari
kura-kura aldabra yaitu: kura-kura yang hidup didataran rendah memiliki kubah tempurung
yang tinggi, sedangkan kura-kura yang hidup di dataran tinggi mempunyai kubah
tempurung yang lebih rendah.

22
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah

Kura-kura aldabra berkembang biak pada bulan Februari sampai Mei yang dapat
menghasilkan sekitar 9 sampai 25 telur. Telur tersebut ditimbun pada kedalaman yang
dangkal pada tanah yang kering. Biasanya kurang dari setengah dari telur mereka yang
menetas. Setelah inkubasi selama sekitar 8 bulan telur tersebut kemudian menetas antara
bulan Oktober sampai Desember.

Gambar 3. Kura-Kura Raksasa (Aldabrachelys gigantea)

Klasifikasi Aldabrachelys gigantea:


Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Sub Filum : Vertebrata
Kelas : Reptilia
Ordo : Testudines
Famili : Testudinidae
Genus : Aldabrachelys
Spesies : Aldabrachelys gigantea

SIMPULAN
Mamalia adalah hewan vetebrata yang terutama dicirikan oleh adanya kelenjar
susu. Tubuhnya umumnya ditutupi oleh rambut, rahangnya umumnya dilengkapi
dengan gigi. Mamalia merupakan hewan berdarah panas. Perkembangbiakan dengan
vivipara dan ovipar. Hampir semua tubuh tertutup dengan kulit yang berambut banyak atau
sedikit dan berdarah panas (homoiotherm). Sebutan mamalia berdasarkan adanya kelenjar mamae
pada hewan betina untuk menyusui anaknya yang masih muda. Dari praktikum yang telah
dilaksanakan di taman hutan lindung kota Langsa, diperoleh 11 spesies aves yang mana
setiap spesies memiliki ciri dan kharakteristik yang berbeda serta yang paling
mendominasi adalah jenis aves family Accipitridae yaitu dari jenis elang. Reptil
merupakan vertebrata yang bersisik, fertilisasi internal, telur bercangkang, dan kulit
tertutup sisik. Kulit yang ditutupi sisik akan meminimalkan kehilangan cairan tubuh,
sehingga reptil dapat bertahan di lingkungan darat yang kering. Terdapat 3 spesies reptil
yang ada di taman hutan lindung kota Langsa.

23
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah

DAFTAR PUSTAKA

Aliyah, Istijabatul, dkk. 2014. Model Pengembangan Kawasan Penangkaran Burung Merak Untuk
Mendukung Revitalisasi Kesenian Reyog Dan Menunjang Pembangunan Pariwisata Di
Kabupaten Ponorogo. Journal of Rural and Development. 5:2, 129-146.
Anita, A., Murdi, I., Safwani, L., & Hendriansyah, H. 2018. Kepadatan Populasi Monyet Ekor
Panjang (Macaca Fascicularis Raffles) Di Kawasan Mercusuar Willian Torent Iii
Meulingge Kecamatan Pulo Aceh Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Prosiding Biotik, 3:1,
115-118.
Arif, Aulia Rahman, ddk. 2016. Diversitas Aves Diurnal di Agroforestry, Hutan Sekunder, dan
Pemukiman Masyarakat sekitar Rowo Bayu, Kecamatan Songgon, Banyuwangi. Jurnal
Biotropika. 4:2, 49-56.
Burhanuddin, Andi Iqbal. 2018. Vertebrata Laut. Yogyakarta: Deepublish.
Elfrida, E., Jayanthi, S., & Rahayu, N. 2019. Aktivitas Harian Rusa Tutul (Axis axis) pada Lahan
Konservasi di Hutan Kota Kecamatan Langsa Baro Kota Langsa. BIOTIK: Jurnal Ilmiah
Biologi Teknologi dan Kependidikan, 7:1, 8-17.
Faryanti, Alya, dkk. 2015. Kesesuaian Habitat Elang Ular Bido (Spilornis Cheela Latham, 1790) Di
Koridor Halimun Salak. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. 12:2, 151-163.
Hariadi, Boby dkk. 2012. Inventarisasi Mamalia di Hutan Harapan Sumatera Selatan. Jurnal
Biologi Universitas Andalas (J. Bio. Ua), 1:2, 132-138.
Herwati. 2016. Pengembangan Modul Keanekaragaman Aves Sebagai Sumber Belajar Biologi.
Jurnal Lentera Pendidikan. 1:1, 28-36.
Hidayat, Ryan, dkk. 2017. Studi Keanekaragaman Jenis Burung Diurnal Di Hutan Sebadal Taman
Nasional Gunung Palung Kabupaten Kayong Utara. Jurnal Hutan Lestari. 5:3, 696-703.
Jurati, dkk. 2014. Jenis-Jenis Burung (Aves) Di Persawahan Desa Pasir Baru Kabupaten Rokan
Hulu Riau. Jurnal Biologi. 2:1, 1-4.
Kadri, Mohamad Haekhal Mahessa, dkk. 2016. Karakteristik Dan Perilaku Merpati Tinggi Lokal
Jantan Dan Betina. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu. 4:2, 156-160.
Kurniawan, Enal, dkk. 2017. Studi Wisata Pengamatan Burung (Birdwatching) Di Lahan Basah
Desa Kibang Pacing Kecamatan Menggala Timur Kabupaten Tulang Bawang Provinsi
Lampung. Jurnal Sylva Lestari, 5:1, 35-46.
Kurniawan, Iwan Setia, dkk. 2019. Keanekaragaman Aves di Kawasan Cagar Alam Pananjung
Pangandaran. Jurnal Ilmiah Multi Sciences. 11:1, 37-44.
Kuswanda W. 2010. Pengaruh Komposisi Tumbuhan Terhadap Populasi Burung Di Taman
Nasional Batang Gadis, Sumatera Utara. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. 7:2,
193- 213.
Mac Kinnon, J., K. Philipps, dan B. Van Balen. 2010. Seri Panduan Lapangan BurungBurung di
Sumatera, Jawa, Bali, dan Kalimantan. Buku. LIPI. Bogor. 509p.
Maha, I. T., Novelina, S., & Adnyane, I. K. M. (2019). Morfologi Kelenjar Anal Musang Luak
Jantan (Paradoxurus hermaphroditus). Acta VETERINARIA Indonesiana, 7:2, 33-41.
Nasir, M. 2017. Keanekaragaman jenis mamalia kecil (Famili Muridae) pada tiga habitat yang
berbeda di Lhokseumawe Provinsi Aceh. Journal of BioLeuser, 1:1, 1-6.
Nur, Hanafi, dkk. 2015. Pengaruh Penambahan Larutan Ekstrak
Kunyit (Curcuma Domestica) dalam Air Minum Terhadap Produksi
Telur Burung Puyuh (Coturnix Coturnix Japonica). Jurnal Peternakan Nusantara, 1:2, 81-
88.
Pudyatmoko, Satyawan. 2019. Habitat dan Interaksi Spatio-Temporal Merak Hijau dengan Sapi
dan Herbivora Besar di Taman Nasional Baluran. Jurnal Ilmu Kehutanan, 13:1, 28-37.
Putra, A. 2017. Eksplorasi Jenis Reptil di Suaka Margasatwa Tanjung Santigi Kabupaten Parigi
Moutong. Jurnal Warta Rimba, 5:1, 87-92.

24
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah

Putra, Ganda, Wisnu, dkk. 2014. Perilaku Harian Burung Tekukur (Streptopelia Chinensis). Jurnal
Sylvalestari, 2:3, 93-100.
Rahmawati. 2015. Kelayakan Aves yang Terdapat di Kawasan Wisata Taman Rusa, Kecamatan
Sibreh, Kabupaten Aceh Besar Sebagai Media Pembelajaran Pada Mata Kuliah Zoologi
Vertebrata. Jurnal Jesbio. 4:1, 5-8.
Ripai, A., dkk. 2016. Penangkaran Buaya Muara (Crocodylus porosus) Di PT. Makmur Abadi
Permai Samarinda Kalimantan Timur. Jurnal AGRIFOR. 15:2, 155-170.
Rohman, Fathur, dkk. 2019. Penggunaan Habitat Oleh Elang Brontok, Elang Ular Bido Dan Elang
Laut Perut Putih di Taman Wisata Alam Danau Buyan-Danau Tamblingan dan Sekitarnya.
Jurnal Metamorfosa, 6:1, 25-32.
Rosadi, A., & dkk. 2017. Identifikasi Jenis-jenis Reptilia (Sub Ordo Sauria) di Taman Wisata
Alam (TWA) Bukit Kaba Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu dan Kontribusinya
Dalam Pembelajran Biologi SMA. Jurnal Pembelajaran Biologi, 4:1, 88-93.
Safanah, Nabila, Ghitha, dkk. 2018. Aktivitas Harian Elang Brontok (Nisaetus Cirrhatus)
di Pusat Konservasi Elang Kamojang. Jurnal Metamorfosa 5:1, 57-63.
Salviana, M., Abdullah, A., & Saputri, M. 2017. Habitat Conditions Malayan Porcupine (Hystrix
brachyura) In Captivity Deer Park Village Lamtanjong District Of Aceh And Village
Panton Luas South Aceh Regency. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Biologi, 2:1, 90-
97.
Sawitri, R., dan Takandjandji, M. 2010. Pengelolaan dan Perilaku Burung Elang di
Pusat Penyelamatan Satwa Cikananga, Sukabumi. Jurnal Penelitian Hutan dan
Konservasi Alam. 8(3): 257-270.
Sawitri, Reny, dkk. (2010). Pengelolaan Dan Perilaku Burung Elang Di Pusat Penyelamatan Satwa
Cikananga, Sukabumi. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. 7:3, 257-270.
Setiabudi, Hauwdy, dkk. 2015. Perancangan Buku Tentang Keunikan Burung Parkit. Jurnal DKV
Adiwarna Universitas Kristen Petra. 2:7, 1-7.
Setiadi, A. E. 2012. Identifikasi Jenis Kura-Kura Di Kalimantan Barat. Jurnal Pendidikan Biologi.
3:4, 493-497.
Sita, V., & Aunurohim, A. 2013. Tingkah laku makan rusa sambar (Cervus unicolor) dalam
konservasi ex-situ di Kebun Binatang Surabaya. Jurnal Sains dan Seni ITS, 2:2, 171-E176.
Siwi, Nugraha, dkk. (2012). Identifikasi Morfologi dan Morfometri Organpencernaanserta Sifat
Kualitatif Warna Bulu Belibis Kembang (Dendrocygna Arcuata) dan Belibis Batu
(Dendrocygna Javanica). Jurnal Peternakan Integratif. 2:2, 193-208.
Subasli, D. R. 2012. Jenis-Jenis Reptilia Yang diperdagangkan Di Banten. Jurnal Fauna Indonesia.
11:2, 4-9.
Suriansyah, Muhammad, dkk. 2016. Jenis-Jenis Burung Air di Hutan Mangrove Kecamatan Paloh
Kabupaten Sambas. Jurnal Protobiont, 5:3, 77-81.
Sutiawan, Riki, dkk. 2016. Analisis Populasi Dan Habitat Bangau Tongtong (Leptoptilos Javanicus
Horsfields 1921) di Taman Nasional Alas Purwo, Jawa Timur. Jurnal Media Konservasi,
21:3, 207-215.
Yudha. 2015. Keanekaragaman Spesies Amfibi Dan Reptil Di Kawasan Suaka Margasatwa
Sermodaerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal MIPA. 38:1, 8-13.

25

Anda mungkin juga menyukai