Anda di halaman 1dari 30

PRAKTIKUM I

ORGAN REPRODUKSI

A. OVARIUM
Ovarium merupakan alat kelamin primer (utama) dari sistem reproduksi betina.
Jaringan dasar ovarium disebut stroma. Dalam stroma cortex banyak sekali sel-sel
folikel. Ada tiga macam folikel:
1. Folikel muda; berada di pinggir cortex
2. Folikel tumbuh; berada di kedalaman cortex, menempuh tiga tahap, yaitu: primer (I),
sekunder (II), dan tertier (III).
3. Folikel matang; folikel tertier yang telah mengalami pematangan, disebut juga
folikel de graaf.

Pengamatan yang dilakukan pada praktikum kali ini adalah terhadap:

1. Ovarium marmut
2. Ovarium tikus

I. Alat dan Bahan


- Mikroskop
- Preparat awetan ovarium

II. Cara Kerja


- Ambil preparat awetan tersebut dan amati dengan menggunakan mikroskop

III. Tugas
- Gambarkan hasil pengamatan anda dan beri keterangannya.
- Bandingkan dengan gambar

1 Penutun Perkembangan Hewan


B. UTERUS

Uterus berfungssi untuk menrima ovum dari ovulasi. Apabila terjadi pembuahan
uterus berfungsi sebagai tempat perkembangan embrio. Dinding uterus terdiri atas tiga
lapisan:
1. Lapisan endometrium; lapisan mukosa
2. Lapisan myometrium; lap[isan otot polos
3. Serosa; penerusan peritoneum

I. Alat dan Bahan


- Mikroskop
- Preparat awetan (uterus kelinci)

II. Cara Kerja


- Ambil sediaan preparat dan amati dengan menggunakan mikroskop, pertama
dengan pembesaran lemah kemudian dengan pembesaran kuat.
III. Tugas
- Gambarkan hasil pengamatan saudara dan beri keterangannya.
- Pelajari setiap bagian dan bandingkan dengan gambar

2 Penutun Perkembangan Hewan


Gambar 1. Ovarium dan macam sel folikel manusia

3 Penutun Perkembangan Hewan


C. OVIDUCT (TUBA FALOPI)

Oviduct adalah saluran yng menampung ovum pada saat ovulasi dan
meneruskannya ke uterus. Oviduct disebut juga “tuba fallopi”. Bahagian ujungnya
disebut infundibulum; yang menampung ovum dan tempat berlangsungnya pembuahan.
Bahagian pinggir yang mengarah ke ovarium berumbai-umbai, disebut dengan fimbrial.

Dindingnya terdiri dari tiga lapisan:

1. Mukosa; berlipat-lipat dan bercabang-cabang membentuk lumen.


2. Otot; melingkar atau spiral
3. Serosa; jaringan pengikat

I. Alat dan Bahan:


- Mikroskop
- Preparat awetan oviduct kelinci

II. Cara Kerja


- Sayatan preparat yang tersedia diamati dengan menggunakn mikroskop

III. Tugas
- Gambarkan hasil pengamatan anda dan beri keterangannya
- Bandingkan dengan gambar

4 Penutun Perkembangan Hewan


Gambar 2. Histologi Uterus (Beruk)

Gambar 3. Histologi Tuba Fallopi

5 Penutun Perkembangan Hewan


PRAKTIKUM II
BENTUK-BENTUK SPERMATOZOA

Menurut strukturnya, spermatozoa terbagi ke dalam dua kelompok, yaitu:


a. Spermatozoa tidak berflagellum
b. Spermatozoa berflagellum
Tipe yang tidak berflagellum terdapat pada beberapa jenis avertebrata.
Sedangkan tipe yang berflagellum adalah tipe umum yang terdapat pada hewan
vertebrata. Tipe berflagellum memiliki bagian-bagian: kepala dan ekor. Bagian kepala
sebagai penerobos masuk ke ovum dan membawa bahan genetis, sedangkan bagian ekor
sebagai alat penggerak spermatozoa. Dalam praktikum ini yang akan diamati adalah 2
macam spermatozoa, yaitu:
1. Spermatozoa sapi (vertebrata/mamalia)
2. Spermatozoa belalang (invertebrata)

I. Alat dan Bahan:


- Cairan semen (spermatozoa sapi) dari sampel beku atau segar
- Belalang jantan
- Mikroskop
- Kaca benda dan kaca penutup
- Biuret blue (reagen)
- Alat bedah
- Petri disk
- Larutan Carlson 0,9 x
- Flouro carbon -47

II. Cara Kerja


A. Spermatozoa sapi
- Ambil cairan semen, teteskan di atas kaca benda.
- Teteskan reagen dan tutup dengan kaca penutup
- Amati dengan mikroskop

6 Penutun Perkembangan Hewan


B. Spermatozoa belalang
- Bedah belalang dan ambil testikulernya kemudian masukkan dalam larutan
Carlson 0,9 x sambal dibersihkan badan lemaknya.
- Pindahkan beberapa testikuler pada gelas objek, potong bagian paling ujung
agar sel atau spermatosit dapat keluar.
- Putar testikuler searah atau berlawanan jarum jam. Setelah sel diperkirakan
keluar, sisa jaringan testikulernya diangkat.
- Pada preparat tambahkan 2-3 tetes Flouro Carbon -47 kemudian tutup dengan
cover glass yang telah dioleso VAPA (1:1).
- Amati dengan mikroskop.

III. Tugas
- Gambarkan kedua macam spermatozoa tersebut dan beri keterangannya.
- Bandingkan dengan gambar yang terdapat pada lampiran gambar macam-macam
spermatozoa.

Catatan : Jika tidak tersedia larutan Carlson dapat diganti dengan larutan garam fisiologi
0,9 % atau air kelapa.

7 Penutun Perkembangan Hewan


Gambar 4. Spermatozoon Manusia

Gambar 5. Spermatozoon Abnormal Manusia

8 Penutun Perkembangan Hewan


Gambar 6. Macam Spermatozoon Manusia

9 Penutun Perkembangan Hewan


Gambar 7. Teknik Preparasi Sel Sperma Belalang

10 Penutun Perkembangan Hewan


PRAKTIKUM III
TIPE-TIPE TELUR

Semua ovum seperti halnya sel yang lain diselubungi oleh membrane yang
disebut membran plasma.
Berdasarkan banyaknya vitelus, telur dikelompokkan menjadi empat, yaitu:
1. Alechital; telur yang hampir tidak ada vitelus, sifat telur sangat mikroskopis.
2. Oligilechital; jumlah vitelus sedikit
3. Polilechital; mempunyai vitelus yang banyak dengan besarnya ± 1-3 mm.
4. Megalechital; telur yang memiliki paling banyak vitelus.

Berdasarkan penyebaran vitelus dapat dibedakan:


1. Isolechital; vitelusnya menyebar rata pada semua bagian
2. Telolechital; vitelusnya menyebar pada salah satu ujung telur
3. Sentrolechital; vitelus berada pada bagian tengah inti sedangkan sitoplasma berada
di tepi.

I. Alat dan Bahan


- Telur Mamalia, Aves, Reptilia, dan Amphibia
- Mikroskop Stereo
- Alat bedah
- Petri disk

II. Cara Kerja


A. Telur Mamalia
- Ambil ovarium mamalia, aspirasi folikel untuk mendapatkan sel telurnya.
- Masukkan ke dalam NaCl, lalu amati dengan mikroskop.
B. Telur Aves, Reptilia dan Amphibia
- Ambil telur dari masing-masing hewan tersebut.
- Pindahkan ke dalam petri disk, amati bentuknya dan perhatikan jumlah dan
letak yolknya.

11 Penutun Perkembangan Hewan


III. Tugas
- Gambarkan masing-masing tipe telur tersebut dan beri keterangannya
- Tentukan tipe-tipe telur berdasarkan jumlah dan letak yolk.

Gambar 8. Berbagai Macam Selaput Telur

12 Penutun Perkembangan Hewan


PRAKTIKUM IV
TIPE-TIPE UTERUS DAN PLASENTA

A. UTERUS
Uterus adalah tempat pertumbuhan dan perkembangan embrio. Jadi organ ini
berfungsi untuk menerima ovum yang telah terjadi fertilisasi. Berdasarkan bentuknya
ada beberapa tip uterus yaitu:
1. Tipe dupleks; uterus berbentuk seperti percabangan yang terpisah. Tipe ini
kebanyakan ditemui pada rodentia.
2. Tipe bipartitus; uterus berbentuk percabangan yang berlekatan pada tempat yang
berhubungan dengan vagina. Tipe ini ditemui pada carnivora.
3. Tipe bikornis; uterus berbentuk percabangan yang dihubungkan oleh satu saluran ke
vagina. Tipe ini ditemui pada ruminantia.
4. Tipe simpleks; uterus berbentuk satu rongga besar tanpa percabangn. Tipe ini di
temui pada mamalia, termasuk manusia.

I. Alat dan Bahan:


- Pinset
- Jarum pentul
- Papan preparat
- UIterus sapi, kambing, kelinci dan tikus

II. Cara Kerja:


- Letakkan bahan preparat di atas papan preparat, kemudian lekatkan dengan
jarum pentul.
III. Tugas
- Amati setiap bentuk dan bahagian-bahagiannya.
- Tentukan tipe uterus dari masing-masing preparat
- Gambarkan pengamatan saudara dan beri keterangannya.
- Bandingkan dengan gambar yang dilampirkan

13 Penutun Perkembangan Hewan


B. PLASENTA
Plasenta adalah jaringan tempat melekat embrio ke uterus; atau perlekatan antara
fetal dengan jaringan induk. Plasenta ini tumbuh dari jaringan proses nidasi. Plasenta
yang telah terbentuk sempurna terdiri atas:
- Chorionicplate dari pihak embrio; dilapisi sebelah luar oleh amnion
- Basal platedari pihak induk (decidua)
- Villi dari pihak embrio; terendam dalam ruang intervillus pihak induk
- Tali pusat, berisi arteri dan vena umbilicus, dilapisi sebelah luar oleh amnion
Macam atau tipe plasenta dapat dibagi menurut du acara:
1. Menurut kedalaman penetrasi villi
2. Menurut bentuk kelompok sebartan villi
Menurut kedalaman penetrasi villi dibagi atas:
1. Ephiteliochorial; villi dicekukan endometrium. Terdapat pada marsupilia
2. Endhotheliachorial; villi menerobos ke dalam endometrium. Terdapat pada
carnivora.
3. Hemochorial; villi masuk lebih dalam dari kedua tipe di atas. Terdapat pada
insectivore, rodentia, dan primate termasuk manusia.
Berdasarkan sebaran villi dibagi atas:
1. Diffuse; villi tersebar merata diseluruh permukaan chorion. Terdapat pada babi.
2. Cotyledon; villi berkelompok-kelompok berupa bercak-bercak. Terdapat pada sapi.
3. Zonary; villi pada daerah chorion membentuk sabuk sekeliling tengah embrio.
Terdapat pada carnivora.
4. Discoidal; villi terbatas pada suatu daerah chorion, yang membentuk jaringan seperti
cakram. Terdapat pada rodentia, primata dan manusia.

I. Alat dan Bahan


- Pinset
- Jarum pentul
- Papan preparat
- Plasenta lembu, kambing, tikus/mencit dan kelinci

14 Penutun Perkembangan Hewan


II. Cara Kerja
- Letakkan preparat di atas papan preparat dengan jarum pentul
- Amati setiap bentuk dan bagian-bagian dari tiap-tiap plasenta tersebut
- Gambarkan setiap pengamatan saudara

III. Tugas
- Tentukan tipe plasentanya
- Berikan keterangannya
- Bandingkan pengamatan saudara dengan gambar yang dilampirkan

15 Penutun Perkembangan Hewan


Gambar 9. Tipe-tipe Uterus

16 Penutun Perkembangan Hewan


Gambar 10. Macam Plasenta Menurut Kedalaman Penetrasi

Gambar 11. Macam Plasenta Menurut Sebaran Vili Chorion

17 Penutun Perkembangan Hewan


PRAKTIKUM V
PERKEMBANGAN AWAL

Perkembangan awal dimulai etelah terjadi fertilisasi dan terbentuk zigot. Zigot
ini akan berkembang menjadi suatu individu baru melalui tahap-tahap perkembangan.
Tahap-tahap perkembangan ini mengikuti pola tertentu yang dapat dibagi dalam
beberapa tingkatan atau stadium, yaitu: pembelahan, blastula, gastrula, organogenesis
dan tumbuh. Pada praktikum I ini, hanya dilakukan pengamatan terhadap stadium
pembelahan.
Pembelahan zigot dimulai setelah terjadi fertilisasi. Pada tahpan ini zigot mulai
membuat suatu organisme multiseluler, dengan pembelahan mitosis membagi volume
telur menjadi banyak sel-sel kecil. Sel-sel pada tahapan pembelahan ini disebut
blastomer.
Selama tahapan pembelahan tidak terjadi pertambahan volume embrio dan tidak
diiukti dengan pertumbuhan sel. Pembelahan zigot juga terjadi tanpa istirahat, dan ratio
inti-sitoplasma bertambah kecil.
Pada tahap awal, beberapa kali pembelahan sel berlangsung secara sinkron, setelah
terbentuk morula pembelahan menjadi tidak sinkron.

I. Alat dan bahan


- Preparat awetan stadium 1 sel dan 16 sel
- Pisau/cuter
- Malam/lilin
- Papan preparat

II. Cara kerja


A. Pengamatan dengan mikroskop
- Sediaan preparat diamati dengan menggunakan mikroskop.
- Pengamatan pertama dilakukan dengan pembesaran lemah, kemudian dilanjutkan
dengan pembesaran kuat untuk lebih jelas pengamatan.

18 Penutun Perkembangan Hewan


Tugas;
- Amati dan gambarkan serta beri keterangan untuk masing-masing stadium
pembelahan.
- Apakah bentuk sel sama besar.

B. Pengamatan dengan alat peraga


- Buat bentukan bulat 3 macam warna lilin dengan ukuran yang sama.
- Ditentukan arah pembelahan dari tahap I sampai selanjutnya sesuai dengan
spesies hewan.
- Susun sesuai dengan tingkat pembelahan.

III. Tugas
- Diskusikan hasil percobaan dengan kelompok masing-masing

19 Penutun Perkembangan Hewan


Gambar 12. Pembelahan pada Bulu Babi

20 Penutun Perkembangan Hewan


Gambar 13. Pembelahan Holoblastik pada Echinodermata

Gambar 14. Pembelahan pada Amphioxus

21 Penutun Perkembangan Hewan


Gambar 15. Pembelahan pada Telur Kata

Gambar 16. Pembelahan pada Kata

22 Penutun Perkembangan Hewan


PRAKTIKUM VI
PERKEMBANGAN LANJUT (PERKEMBANGAN EMBRIO)

Perkembangan embrio dimulai setelah terbentuk zigot pada saat fertilisasi


selesai. Setelah ovum dibuahi ia menyelesaikan miosis II, kemudian tahap tranformasi,
lalu embriogenesis. Zigot yang mulai berembriogenesis disebut conceptus, karena
berasal dari konsepsi ovum dan spermatozoa.
Perkembangan embrio ini merupakan perkembangan lanjut dari perkembangan
awal (fase-fase pembelahan). Setelah embrio menyelesaikan tahap gastrulasi, maka
mulai terjadi perubahan bentuk pada tubuhnya. Perubahan ini juga berlangsung dan
tampak selama pembentukan macam-macam organ atau selama organogenesis. Karena
ada perubahan tersebut sehingga dapat dibedakan tingkat perkembangan yang dapat
dipakai untuk menentukan dan mengetahui sejauh mana suatu embrio telah berkembang.
Ciri-ciri khas yang sering dipakai dalam menentukan atau mengamati tingkat
perkembangan normal embrio adalah:
- Umur embrio
- Ukuran embrio
- Ciri-ciri morfologi embrio
Dalam praktikum ini akan dapat diamati perkembangan lanjut secara berturut-
turut dari embrio ayam pada beberapa stadium, yaitu:
- Stadium 24 jam (umur 1 hari)
- Stadium 27 jam (1 hari lebih sedikit)
- Stadium 33 jam (± 1 ½ hari)
- Stadium 48 jam (2 hari)
- Stadium 72 jam (3 hari)
- Stadium 96 jam (4 hari)

Sedangkan untuk stadium 16-21 jam hanya diperlihatkan melalui gambar.


Penjelasan:

23 Penutun Perkembangan Hewan


a. Stadium 24 jam (4-6 somit):
Lipatan neural sudah saling mendekat terutama di daerah bakal mesensefalon.
Pada daerah atau area opaka tampak pulau-pulau darah. Perkembangan stadium ini
sama dengan stadium 27 jam atau stadium b.
b. Stadium 33 jam (10-12 somit)
Otak terbagi dalam tiga wilayah; prosensefalon, mesensefalon, dan robensefalon.
Di ujung anterior mungkin masih tampak lubang kecil, neuroporus anterior. Di ujung
posterior bumbung neural tampak bagian yang masih terbuka, sinus roboid. Pada
prosensefalon tampak bakal mata (vesikula optik). Jantung berupa tabung yang
membelok ke kanan. Beberapa pembuluh darah sudah terbentuk.
c. Stadium 48 jam
Otak terbagi 3 bagian. Mata kian jelas, begitu pula pembuluh darah.
d. Stadium 72 jam
Pembungkukan dan perputaran sudah lebih lanjut dan sudah tampak
pembungkukan di daerah ekor (flexi caudalis). Bakal sayap, bakal kaki, dan bakal
ekor sudah terbentuk. Seluruh tubuh embrio sudah mengalami lipatan tubuh lateral
dan sudah terbungkus oleh selaput amnion, kecuali pada satu tempat di daerah kaki
tampak masih terbuka. Bakal hidung tampak di daerah telensefalon sebagai lekukan
olfaktori. Lengkung dan celah visceral terlihat lebih jelas.
e. Stadium 96 jam
Pembungkukan dan perputaran tubuh embrio sudah lengkap. Seluruh sisi kiri
embrio tertumpu pada yolk. Mata berpigmen jelas. Bakal sayap, bakal kaki dan bakal
ekor lebih jelas. Kantong allantois tampak berupa gelembung di luar embrio.
Catatan:
Untuk mengetahui umur embrio ayam, digunakan rumus sebagai berikut:
Umur = 19 + ∑ somit
(dalam jam)
19 = umur 19 jam mulai munculnya somit
∑ somit = banyak somit yang ada

24 Penutun Perkembangan Hewan


A. PERKEMBANGAN EMBRIO AYAM
I. Alat dan Bahan
- Mikroskop
- Preparat awetan embrio ayam
II. Cara Kerja
- Setiap stadium dari preparat diamati dengan menggunakan mikroskop

III. Tugas
- Gambarkan hasil pengamatan untuk tiap-tiap stadium tingkat perkembangan dan
beri keterangan.
- Pelajari setiap tingkatan perkembangan dan perhatikan perubahan-perubahan
yang terjadi.
- Bandingkan hasil pengamatan dengan gambar yang dilampirkan.

B. MEMBUAT PREPARAT EMBRIO


1.Preparat Awetan (Whole Mount) Embrio Ayam
a. Cek fertilisasi ayam dengan teropong.
b.Lalu eramkan dengan waktu:
- 18 jam (melihat strea primitiva)
- 24 jam (sudah ada 5 pasang somit)
- 33 jam (jantung mulai berdenyut)
- 48 jam (kepala membengkok)
- 72 jam (tampak alantois)
- 96 jam (lengkap semua)
c. Operasi telur
- Diteropong: melihat lokasi sumbu.
- Buat garam fisiologis 0,9% (9 gr/l) pada temperature 39-410 C.
- Gunting lingkaran embrio di bawah permukaan air.
- Lepaskan embrio dari kuning telur (melayang dalam larutan fisiologis), kemudian
disendok dengan gelas arloji.

25 Penutun Perkembangan Hewan


- Amati di bawah mikroskop stereo.
- Foto secara “Close Up”.
- Diprin dengan kertas saring.
- Difiksasi dengan Bouin (formalin, asam pikrat kuning, asam asetat, aquadest dengan
perbandingan 1:1:1:1 ± 24 jam ((Bouin diteteskan dengan pipet sampai
tenggelam)).
- Pewarnaan dengan Hematoxilin melalui tahap-tahap:
• Dicuci dengan alcohol 50%, 40%, 30%, dan dengan air.
• Lalu dihidrasi dengan alcohol 70%, 80%, 90% dan 96% absolut.
• Terakhir dimounting (ditutup dengan kaca penutup).

2.Untuk Embrio Mencit


a. Dikawinkan, hari ke 1-2 = Stadium transportasi
3-5 = Stadium implantasi
≥ 6 = Menempel; sudah ada selaput embrio tetapi tidak
terlalu jelas.
≥ 14 = Embrio dan selaputnya sudah jelas.
b. Dioperasi (dibius) setelah usia kehamilan 2 minggu.
- Embrio dilepas dari uterus dengan bagian medial, sehingga tampak:
- Plasenta (diskoidal), (merah)
- Serosa/selaput chorion, dilepas.
- Amnion-cairan dikeluarkan – (bening).
- Tali pusat- (putih)

26 Penutun Perkembangan Hewan


Gambar 17. Embrio Ayam 33 Jam Inkubasi

Gambar 18. Embrio Ayam 33 Jam Inkubasi

27 Penutun Perkembangan Hewan


Gambar 19. Embrio Ayam 48 Jam Inkubasi

28 Penutun Perkembangan Hewan


Gambar 20. Embrio Ayam 48 Jam Inkubasi

29 Penutun Perkembangan Hewan


DAFTAR PUSTAKA

Djuhanda, T (1989). Embriologi Perbandingan. PT. Amrico, Bandung


Kimbal, J.W (1990). Biologi Jilid II (terjemahan). Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Sudarwati, S dan Sutasurya, L.A. (1990). Perkembangan Hewan, Proyek Pembinaan
Tenaga Kependidikan Bidang Biologi. Biologi FMIPA ITB, bandung.
Suntoro, Susilo H (1990). Petunjuk Praktikum Struktur dan Perkembangan Hewan.
Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta.
Surjono, T. W. dan Sutasurya, L.A. (1980). Panduan Praktikum Embriologi. Biologi
FMIPA ITB, Bandung.
Watterson, L. R. Schoenwolf, C.G dan Sweeney, M.R. (1978). Laboratory Studies of
Chick, Pig, and Frog Embryos, 4th Edition. University of Illionois Urbana,
Illinois.
Yatim, W. (1982). Reproduksi dan Embriologi. Tarsito, Bandung.

30 Penutun Perkembangan Hewan

Anda mungkin juga menyukai