Anda di halaman 1dari 12

FASCIOLA HEPATICA

GAMBAR

MORFOLOGI

- Cacing dewasa Fasciola hepatica panjangnya ± 2, 5 cm

- batil isap kepala dan batil isap perut berdekatan

- bagian kepala sepert i kerucut , dua sekum bercabang - cabang , ovarium bercabang-
cabang , dua testis juga bercabang-cabang , kelenjar vitelaria hampir mengisi seluruh bagian
tubuhnya .

- Telur Fasciola hepatica berukura n ± 14 0 x 8 0 mikron , operkulum kecil , berisi morula .


(Prianto,2010)

Telur cacing ini berukuran 140 x 90 mikron, dikeluarkan melalui saluran empedu ke
dalam tinja dalam keadaan belum matang. Telur menjadi matang dalam air setelah 9-15 hari
dan berisi mirasidium. Telur kemudian menetas dan mirasidium keluar mencari keong air
(Lymnaea spp). Dalam keong air terjadi perkembangan: M-+S+Rl-+R2+SK

Serkaria keluar dari keong air dan berenang mencari hospes perantara II, yaitu tumbuh-
tumbuhan air dan pada permukaan tumbuhan air membentuk kista berisi metaserkaria. Bila
ditelan, metaserkaria menetas dalam usus halus binatang yang memakan tumbuhan air
tersebut, menembus dinding usus dan bermigrasi dalam ruang peritoneum hitrgga menembus
hati. Lawa masuk ke saluran empedu dan menjadi dewasa. Baik larva mauprm cacing dewasa
hidup dari jaringan parenkim hati dan lapisan sel epitel saluran empedu.r Infeksi te{adi
dengan makan tumbuhan air yang mengandung metaserkaria (Sutanto, 2009)

Selain menginfeksi pada sapi Fasciola hepatica merupakan salah satu spesies cacing yang
merupakan parasit dalam tubuh manusia, penularan pada manusia jika memakan sayur yang
mengandung metaserkaria dan ketika memakan hati sapi yang kurang matang dapat
menimbulkan faringeal fascioliasis yang disebut halzoun yaitu edema laring karena
penempelan cacing dewasa pada mukosa faring posterior.6 Kadang-kadang sumbatan cacing
dewasa pada faring menimbulkan kongesti, edema dari palatum molle, faring, dilanjutkan
dengan sesak, disfagia, tuli, kadang-kadang asfiksia.(Majawati,2018)

SIKLUS HIDUP

(Kusnoto,2015)

Manusia dan herbivore merupakan hospes definitive cacing ini, sedangkan siput air tawar
terutama genus Lymnea bertindak sebagai hospes perantara. Untuk melengkapi daur
hidupnya, diperlukan hospes perantara yang kedua yaitu tanaman air atau rumput, tempat
berkembangnya stadium infektif, yaitu kista metaserkaria (metacercarial cyst). Telur cacing
keluar bersama tinja penderita dan masuk ke dalam air, dalam waktu 9-15 hari terjadi
pertumbuhan mirasidium. Setelah menetas mirasidium yang dapat berenang mencari siput
yang menjadi hospes perantara pertma. Didalam tubuh siput mirasidium tumbuh menjadi
sporokista, redia, dan selanjutnya berkembang menjadi serkaria (cercaria). Serkaria akan
keluar dari tubuh siput dan berenang untuk mencari tumbuhan air atau rumput dan berubah
menjadi kista metaserkaria yang infektif. (Soedarto,2011)

Jika manusia termakan stadium infektif (kista metaserkaria) yang terdapat pada tumbuhan
air, didalam duodenum metaserkaria akan lepas dari jaringan tanaman air, melakukan migrasi
melalui dinding usus dan mencapai hati melalui aliran darah, dan sebagian besar mencapai
saluran an kandung empedu, kemudian tumbuh menjadi cacing dewasa. (Soedarto,2011)

Sumber :

Sutanto, I., et all. 2009. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran Jakarta : FK UI

Majawati, E. S., & Matatula, A. E. (2018). Identifikasi Telur Cacing Fasciola hepatica pada
Sapi di Peternakan Sapi Daerah Tangerang. Jurnal Kedokteran Meditek. Vol. 24 (68).
Viewed on 15 Desember 2020. From : ejournal.ukrida.ac.id

Prianto,J ., Tjahaya, P,U., Darwanto. 2010. Atlas Parasitologi Kedokteran. Jakarta : Kompas
Gramedia Pustaka

Soedarto. 2011. Buku Ajar Helmintologi Kedokteran. Surabaya : Pusat Penerbitan dan
Percetakan Unair

Kusnoto,2015. Ilmu Penyakit Helmin Kedokteran Hewan. Sidoarjo : Zifatama Publisher


FASCIOLA GIGANTICA

GAMBAR

MORFOLOGI

Di Indonesia dapat dijumpai 2 spesies Fasciola, yaitu Fasciola gigantica yang asli berasal
dari Indonesia, dan Fasciola Hepatica yang masuk ke Indonesia bersama sapi perah yang
diimport dari Eropa. Fasciola gigantica lebih besar ukuran badannya daripada fasciola hepatica
dan dengan gambaran shoulder yang tidak jelas. (Soedarto,2011)
Fasciola gigantica merupakan parasite asli dari Indonesia. Tubuhnya makroskopis.
Bentuk tubuhnya pipih dorsoventral, berbentuk daun. Tubuh lebih panjang dan langsing
dibandingkan tubuh fasciola hepatica dengan panjang 2,5 – 7,5 cm dengan lebar 1,2 cm. Ventral
sucker lebih besar dibandingkan oral sucker. ( Adrianto, 2020)

Cacing dewasa. Bentuk tubuh Fasciola gigantica mirip dengan fasciola hepatica, tetapi
lebih besar dan lebih panjang, dengan ukuran 3,5 cm x 0,7-1 cm ( perbandingan panjang:lebar
kurang lebih 5:1). Cephalic cone pendek, cabang-cabang caeca lebih banyak sampai ujung
posterior tubuh. (Sardjono,2020)

Habitat. Sama dengan fasciola hepatica, yaitu di saluran empedu intra dan ekstra hepatal.
Telur fasciola gigantica berbentuk oval, ukuran 160-190 u x 70-90 u, sama dengan telur fasciola
hepatica. (Sardjono,2020)

SIKLUS HIDUP

Cacing F. gigantica memiliki siklus hidup yang tidak langsung, hal ini karena cacing
tersebut memerlukan hospes perantara sebelum berparasit pada hospes definitifnya. Telur cacing
yang telah menetas di perairan akan menjadi larva mirasidium yang bersilia dan berenang di
perairan. Mirasidium hanya mampu hidup dalam waktu yang singkat (24 jam), sehingga
mirasidium harus bergerak aktif mencari siput yang sesuai. (Budianto,2019)
Mirasidium akan menginfeksi tubuh siput yang sesuai melalui kulit siput dengan melekat
pada bagian yang lunak dari tubuh siput dan memasukkan papilianya. Di dalam tubuh siput,
mirasidium akan berubah menjadi kantung panjang yang disebut sporokista. Sporokista
selanjutnya berkembang menjadi redia. Redia akan memperbanyak diri dan berubah menjadi
serkaria. Stadium-stadium tersebut menginfeksi organ hati siput. (Budianto,2019)

Keberhasilan satu mirasidium menginfeksi siput yang sesuai akan menghasilkan


beriburibu individu serkaria, kemudian serkaria akan bergerak mencari tumbuhan air untuk
membentuk metaserkaria. Diperkirakan lebih dari 70 % serkaria berhasil menemukan tumbuhan
air untuk membentuk metaserkaria. (Budianto,2019)

Metaserkaria untuk menjadi bersifat infeksius memerlukan waktu antara 2-3 hari, dengan
ukuran antara 271-326 µ. Dindingnya yang tebal melindungi kista terhadap dingin, panas dan
kering. Metaserkaria ini berbentuk bulat dan merupakan stadium infektif. (Budianto,2019)

Sumber:

Adrianto, H. 2020. Buku Ajar Parasitologi. Yogyakarta : ANDI OFFSET

Budianto, B. H., & Basuki, E. (2019). Kemampuan Serkaria Fasciola gigantica Asal Beberapa
Jenis Siput dalam Membentuk Metaserkaria. Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan
Biologi dan Saintek) Ke-4. Viewed on 15 Desember 2020. From : publikasiilmiah.ums.ac.id

Sardjono, T,W. 2020. Helmintologi Kedokteran dan Veteriner. Malang : UB Press

Soedarto. 2011. Buku Ajar Helmintologi Kedokteran. Surabaya : Pusat Penerbitan dan
Percetakan Unair
FASCIOLA BUSKI

GAMBAR

MORFOLOGI

- Cacing dewasa panjangnya 3- 5 cm

- Batil isap kepala dan batil isap perut berdekatan

- Memiliki dua sekum yang tidak bercabang

- Uterus berisi telur

- Ovarium bercabang , dua testis bercabang-cabang letak atas-bawah. ( Prianto, 2010)

Cacing trematoda Fasciolopsis buski adalah suatu trematoda yang didapatkan pada
manusia atau hewan. Trematoda tersebut mempunyai ukuran terbesar di antara trematoda lain
yang ditemukan pada manusia. (Sutanto,2009)

Fasciola buski tergolong trematoda besar, bahkan terbesar di antara trematoda yang
menginfeksi manusia. Cacing dewasa berbentuk pipih seperti daun, berukuran 50-75 mm x 8-
20 mm, tidak ada bentukan cephalic cone seperti pada fasciola hepatica. Habitat cacing
dewasa hidup di usus halus dari hospes utamanya, yaitu babi dan manusia dengan posisi
melekat pada dinding usus menggunakan batil isapnya. (Sardjono, 2020)

Cacing dewasa yang ditemukan pada manusia mempunyai ukuran pat4ang 2 - 7 ,5 cm


dan lebar 0,8 - 2,0 cm. Bentuknya agak lonjong dan tebal. Biasanya kutikulum ditutupi duri-
duri kecil yang letaknya melintang. Duri-duri tersebut sering rusak karena catran usus. Batil
isap kepala berukuran kira-kira seperempat ukuran batil isap perut. Saluran pencernaan
terdiri dari prefaring yang pendek, faring yarrg menggelembung, esofagus yang pendek, serta
sepasang sekum yang tidak bercabang dengan dua indentasi yang khas. Dua buah testis yang
bercabangcabang letaknya agak tandem di bagian posterior cacing. Vitelaria letaknya lebih
lateral dari sekum, meliputi badan cacing setinggi batil isap perut sampai ke ujung badan.
Ovarium bentuknya agak bulat. Uterus berpangkal pada ootip, berkelokkelok ke arah anterior
badan cacing, untuk bermuara pada atrium genital, pada sisi anterior batil isap perut.
(Sutanto,2009)

SIKLUS HIDUP

(Kurniawan,2019)

Siklus hidup Fasciolopsis buski dimulai ketika telur dilepaskan unembryonated dari host
mamalia melalui feses. Seekor cacing dewasa (F. buski) memproduksi hingga 26.000 telur
setiap hari. Untuk perkembangan selanjutnya, telur harus mencapai air tawar. Setelah telur
ini dilepaskan ke dalam air, mereka menjadi berembrio dan memakan waktu hingga 7
minggu untuk menetas pada suhu 27-32o c. (Sehatman,2019)

Kemudia embrio berubah menjadi Miracidia yang berenang renang mencari siput dan
menggunakannya sebagai hospes perantara. Dalam siput, parasit mengalami beberapa tahap
perkembangan, dari Mirasidia berubah menjadi sporokista dan selanjutnya berubah menjadi
serkaria. Serkaria tersebut dilepaskan dari siput kembali ke lingkungan air. Ini adalah fatal
bagi tuan rumah siput. Sebuah serkaria kemudian encyst pada tanaman air (seperti kasnya air,
air caltrop, teratai, dan bambu) menjadi metaserkaria. (Sehatman,2019)

Host mamalia (manusia dan babi) menjadi terinfeksi ketika mereka menelan tanaman
yang mengandung metaserkaria parasit. Setelah dicerna, yang excyst metaserkaria dalam
duodenum dan melekat pada dinding usus. Setelah 3 bulan, parasit berkembang menjadi
dewasa dan mulai memproduksi telur. (Sehatman,2019)

Sumber :

Prianto,J ., Tjahaya, P,U., Darwanto. 2010. Atlas Parasitologi Kedokteran. Jakarta : Kompas
Gramedia Pustaka

Sardjono, T,W. 2020. Helmintologi Kedokteran dan Veteriner. Malang : UB Press

Sehatman, S., & Edison, H. 2019. Akibat Dan Cara Memberantasnya Fasciolopsis Buski.
Viewed on 15 Desember 2020. From : http://202.70.136.141:8080/handle/123456789/83385

Sutanto, I., et all. 2009. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran Jakarta : FK UI

Kurniawan, H. 2019. Buku Ajar Parasitologi. Yogyakarta : Deepublish


SCHISTOSOMA JAPONICUM

GAMBAR

(Prianto, 2010)

MORFOLOGI

- Cacing jantan panjangnya ± 1,5 cm , gemuk , testis 6- 8 buah

- Memiliki batil isap kepala dan batil isap perut , integumen halus , kanalis ginekoforus .

- Cacing betina panjangnya ±1, 9 cm , langsing , ovarium di tengah , uterus beris i telur ,
kelenjar vitelaria di posterior , terletak dalam kanalis ginekoforus cacing jantan.

(Prianto,2010)

- Schistosoma japonicum hidup dalam vena porta intrahepatic, vena mesenterika ileosekal
dan didalam pleksus vena hemoroidalis.

- Sistem ekskresi. Cacing schistosoma mempunyai system ekskresi berupa sel api (flame
cell) beserta dengan saluran-salurannya.

- Sistem reproduksi. Testis cacing jantan berjumlah 4-9 buah, terletak di bagian dorsal
ventral sucker. Cacing jantan tidak memiliki alat kopulasi. Uterus cacing betina tampak berisi
beberapa buah telur yang mempunyai spina atau duri yang khas bentuknya

- Telur cacing ini tidak memiliki operculum, tetapi memiliki spina yang khas bentuknya
untuk masing-masing spesies. Pada waktu keluar dari tubuh induknya, telur cacing ini sudah
berisi embrio sempurna berupa larva stadium pertama (mirasidium) yang berambut getar
(cilia).

- Serkaria. Stadium infektif scihstosoma yang mampu menembus kulit hospes definitive ini
mempunyai ekor yang bercabang dua.

(Soedarto, 2011)

SIKLUS HIDUP

(Kurniawan,2019)

Telur cacing Schistosoma mempunyai duri dan lokalisasi duri tergantung pada
spesiesnya. Telur berukuran 95 - 135 x 50-60 mikron. Telur dapat menembus keluar dari
pembuluh darah, bermigrasi ke jaringan dan akhirnya masuk ke lumen usus atau kandung
kemih untuk kemudian ditemukan di dalam tinja atau urin. Telur menetas di dalam air; lawa
yang keluar disebut mirasidium. Cacing ini hanya mempunyai satu macam hospes perantara
yaitu keong air, tidak terdapat hospes perantara kedua. Mirasidium masuk ke dalam tubuh
keong air dan berkembang menjadi sporokista I dan sporokista II kemudian menghasilkan
serkaria yang banyak. Serkaria adalah bentuk infektif cacing Schistosoma. Cara infeksi pada
manusia adalah serkaria menembus kulit pada waktu manusia masuk ke dalam air yang
mengandung serkaria. Waktu yang diperlukan untuk infeksi adalah 5-10 menit. Setelah
serkaria menembus kulit, kemudian masuk ke dalam kapiler darah, mengalir dengan aliran
darah masuk ke jantung kanan, lalu paru dan kembali ke jantung kiri; kemudian masuk ke
sistem peredaran darah besar, ke cabang-cabang vena portae dan menjadi dewasa di hati.
Setelah dewasa cacing ini kembali ke vena portae dan vena usus atau vena kandung kemih
kemudian cacing betina bertelur setelah berkopulasi. (Sutanto,2009)

Penularan schistosomiasis juga berhubungan dengan faktor perilaku dan kebiasaan


manusia. Penderita schistosomiasis pada umumnya sering kontak dengan perairan yang
terinfeksi parasit Schistosoma. Schistosoma japonicum dengan hospes perantara keong
Oncomelania hupensis lindoensis. Penularan terjadi melalui kulit yang terinfeksi sercaria
cacing Schistosoma japonicum pada hospes mamalia. (Sumolang,2020)

Sumber :

Prianto,J ., Tjahaya, P,U., Darwanto. 2010. Atlas Parasitologi Kedokteran. Jakarta : Kompas
Gramedia Pustaka

Soedarto. 2011. Buku Ajar Helmintologi Kedokteran. Surabaya : Pusat

Sutanto, I., et all. 2009. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran Jakarta : FK UI

Kurniawan, H. 2019. Buku Ajar Parasitologi. Yogyakarta : Deepublish

Sumolang, P. P. F., Octaviani, O., Nurjana, M. A., Samarang, S., & Murni, M. (2020, October).
Infeksi Schistosoma japonicum dan Soil Transmitted Helminths (STH) Pada Anak Sekolah
Dasar (SD) di Kecamatan Lindu Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. In Seminar Nasional Biologi
(Vol. 1, No. 1). Viewed on 16 Desember 2020. From : ojs.unm.ac.id

Anda mungkin juga menyukai