Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PENYAKIT FILARIASIS

Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah I

Dosen Pengampu : Firman Prastiwi, S.Kep., Ners., M.Kep.

DISUSUN OLEH :
1. GITA TRISNA ANGGRAINI (P21002)
2. ADIMAS BAYU (P21009)
3. ADI PRIYA BAYU SHAKA (P21008)
4. AFIFAH FITRI ANISA AULIA (P21011)
5. BAGHIZAKHAUTAL (P21017)
6. BACHTIAR ADHI (P21018)
7. DEWI PUSPITASARI (P21023)
8. KHARISMA PUTRI SEVIA (P21033)
9. LAILA NUR RAHMAH (P21035)
10. MARDINA DEWI SITA (P21036)
11. NADYA AROQIMAH (P21039)
12. NAKA AYU SAJIWO (P21040)
13. SALSABILA AS SOFIYAH (P21052)

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN 2021/2022
1
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya. Sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah
“Keperawatan Medikal Bedah” dengan judul “ Filariasis”.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh
karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia Pendidikan.

Surakarta , 25 Agustus
2022

2
DAFTAR ISI

JUDUL………………………………………………………………………..1
KATA PENGANTAR……………………………………………………….2
DAFTAR ISI…………………………………………………………………3
BAB 1 Pendahuluan…………………………………………………………..4
a. Latar Belakang………………………………………………………..4
b. Rumusan Masalah…………………………………………………….5
c. Tujuan…………………………………………………………………5
BAB 2 Pembahasan………………….……………………………………….6
a. Pengertian Filariosis…………………………………………………6
b. Penanganan dan Pencegahan Filariasis ………………………………6
c. Faktor dan Resiko…………………………………………………….7
d. Gejala Filariosis………………………………………………………8
BAB 3 PENUTUP……………………………………………………………9
a. Kesimpulan …………………………………………………………..9
b. Saran …………………………………………………………………9
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….10
3
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Filariasis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh cacing filaria
yang ditularkan melalui berbagai jenis nyamuk diantaranya anopheles, Culex,
Mansonia, dan Aedes. Terdapat tiga jenis spesies cacing penyebab Filariasis yaitu
Wuchereria bancrofi, Brugia malayi, dan Brugia timori. Cacing tersebut hidup di
kelenjer dan saluran getah bening sehingga menyebabkan kerusakan pada sistem
limfatik yang dapat menimbulkan gejala akut dan kronis seperti pembesaran
abnormal bagian tubuh, menyebabkan rasa sakit, cacat, dan stigma sosial.Gelaja
akut berupa peradangan kelenjer dan saluran getah bening (adenplimfangitis)
terutama di daerah pangkal paha dan ketiak tetapi juga bisa pada bagian tubuh
lainnya.
54% kabupaten sedang melaksanakan POMP Filariasis dan 22% telah
selesai POMP Penyakir filariasis merupakan penyakit yang penyebarannya tidak
merata, melainkan terpusat atau terkonsentrasi pada beberapa titik wilayah
tertentu. Dataran pulau Sumatera serta sebagian wilayah Jawa dan Bali menjadi
kawasan langganan dari taharun ke tahun untuk terinfeksi penyakit filariasis .
Filariasis menyebar hampir di seluruh wilayah Indonesia terutama wilayah
Indonesia bagian timur yang memiliki prevalensi yang lebih tinggi.Dari tahun ke
tahun jumlah provinsi yang melaporkan kasus filariasis terus bertambah.
Hal ini menunjukkan bahwa hampir sebagian dari penduduk Indonesia
tinggal di daerah endemis sehingga berisiko tertular Filariasis.Dari 241
kabupaten/kota endemis Filariasis sebanyak 5 Putaran. Namun, masih ada 18%
kabupaten/kota yang belum mulai melaksanakan dan 6% putus POMP Filariasis.
Beberapa penelitian yang telah dilakukan, faktor resiko yang berhubungan
dengan kejadian filariasis diantaranya faktor lingkungan, perilaku, dan sosial
ekonomi. Faktor lingkungan yang berkaitan dengan kejadian filariasis adalah
adanya genangan air, penempatan kandang ternak disekitar rumah, sawah, rawa-
rawa, keberadaan parit, adanya tanaman air, pendidikan dan penghasilan. Faktor
perilaku yang berkaitan adalah kebiasaan keluar malam, kebiasaan menggunakan
obat anti nyamuk, dan perilaku pencegahan.
4.
B. RUMUSAN MASALAH
A. Apakah pengertian dari penyakit Filariasis ?
B. Bagaimana cara penanganan penyakit Filariasis ?
C. Apakah faktor resiko penyakit Filariasis ?
D. Gejala dari penyakit Filariasis ?

C. TUJUAN
1. Mengetahui distribusi frekuensi kejadian filariasis di Kota Padang.
2. Mengetahui frekuensi faktor lingkungan (tempat prekembanganbiakan
nyamuk, temperatur udara, kelembaban udara, ketinggian dan sarana
kesehatan) dengan kejadian filariasis di Kota Padang.
3. Mengetahui kerentanan wilayah berdasarkan faktor risiko kejadian
filariasis di Kota Padang.
5
BAB 2
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN FILARIASIS
Pengertian Filariasis adalah penyakit zoonosis menular yang banyak
ditemukan di wilayah tropika seluruh dunia. Filariasis adalah masalah
global, masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di India, Cina dan
Indonesia. Ketiga negara selama kurang lebih dua- pertiga dari total
jumlah penduduk dunia diperkirakan terinfeksi. Di daerah endemik, 10%
mungkin menderita filariasis. Di India, filariasis limfatik disebabkan oleh
Wuchereria bancrofti, vektor yang adalah nyamuk Culex quinquefasciatus
(C. fatigans). B. Pengelompokan Filariasis biasanya dikelompokkan
menjadi tiga macam, berdasarkan bagian tubuh atau jaringan yang menjadi
tempat bersarangnya: filariasis limfatik, filariasis subkutan (bawah
jaringan kulit), dan filariasis rongga serosa (serous Brugia timori cavity).
Filariasis limfatik disebabkan Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, dan
Dean dan Kosta, meneliti pada tahun 1942 menunjukkan, 10,8% pasien
ditemukan embrio cacing dari pemeriksaan darah pada 5.000 orang
tersebar di beberapa lingkungan di kota. Para penulis yang sama juga
menemukan bahwa Culex fatigans merupakan tempat utama Filariasis, dan
hampir semua nyamuk di rumah di beberapa lingkungan di mana
mengandung parasit microfilaremia, dan kemudian memeriksa 1014
spesimen, 11,6% terdapat W. Bancrofti. Daur hidup Wuchereria bancrofti.
C. Gejala klinis Gejala klinis filariasis disebabkan oleh cacing dewasa
pada sistem limfatik dan oleh reaksi hiperresponsif berupa occult filariasis.
Dalam perjalanan penyakit filariasis bermula dengan adenolimfangitis
akuta berulang dan berakhir dengan terjadinya obstruksi menahun dari
sistem limfatik.
B. PENANGANAN DAN PENCEGAHAN PENYAKIT FILARIASIS
Pengobatan yang dapat dijalani oleh pasien filariasis bertujuan untuk
mencegah infeksi bertambah buruk dan menghindari komplikasi filariasis.
Untuk mengurangi jumlah parasit dalam tubuh, pasien dapat mengonsumsi
obat cacing, seperti ivermectin, albendazole, atau diethylcarbamazine.
Setelah diberikan obat-obatan tersebut, cacing penyebab kaki gajah akan
mati. Pembengkakan kelenjar getah bening pun mereda dan aliran getah
bening kembali lancar.

Bila filarisis sudah menimbulkan pembengkakan di tungkai dan kaki,


ukurannya tidak dapat kembali seperti semula. Namun, ada beberapa hal
yang dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan kaki yang bengkak, antara
lain:
6
a. Istirahatkan tungkai dan selalu jaga posisi tungkai lebih tinggi, saat
duduk atau berbaring.
b. Gunakan stocking kompres, sesuai anjuran dokter.
c. Bersihkan bagian tungkai yang bengkak dengan air dan sabun
setiap hari.
d. Jika mengalami luka, segera bersihkan luka dengan antiseptik.
e. Gerakkan tungkai melalui olahraga ringan untuk menjaga
kelancaran aliran getah bening di bagian yang bengkak.

Jika pembengkakan tungkai sudah sangat parah, atau jika terdapat


pembengkakan skrotum (hidrokel), pasien bisa menjalani operasi untuk
mengecilkan pembengkakan tersebut. Operasi yang dilakukan akan
mengangkat sebagian kelenjar dan pembuluh limfa yang mengalami
infeksi. Kaki yang sudah mengalami pembengkakan akibat filariasis tidak
dapat kembali normal. Oleh karena itu, langkah-langkah pencegahan
filariasis sangat pentin
g untuk dijalankan, terutama bagi orang yang berisiko terkena penyakit ini.

C. FAKTOR DAN RESIKO PENYAKIT FILARIASIS


1. Ada beberapa faktor dan resiko filariasis, yaitu :
a. Paparan nyamuk untuk waktu yang lama dan digigit berkali-kali.
b. Orang-orang yang tinggal lama di daerah tropis atau subtropis.
c. Orang yang terbiasa berburu atau memancing memiliki
peningkatan risiko antigenemia filarial.
d. Suhu hangat dan berkeringat meningkatkan risiko gigitan nyamuk.
2. Penyebab Filariasis
Menurut WHO, terdapat sekitar 120 juta orang di dunia yang menderita
filariasis limfatik dan sepertiga di antaranya mengidap infeksi yang parah.
Parasit filaria masuk ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk yang sudah
terinfeksi. Cacing tersebut akan tumbuh dewasa, bertahan hidup selama enam
hingga delapan tahun, dan terus berkembang biak dalam jaringan limfa
manusia.
Infeksi ini umumnya dialami sejak masa kanak-kanak dan menyebabkan
kerusakan pada sistem limfatik yang tidak disadari sampai akhirnya terjadi
pembengkakan yang parah dan menyakitkan. Pembengkakan tersebut
kemudian dapat menyebabkan cacat permanen.
7

D. GEJALA PENYAKIT FILARIASIS


Gejala yang umum terlihat adalah terjadinya elefantiasis, berupa
membesarnya tungkai bawah (kaki) dan kantung zakar (skrotum), sehingga
penyakit ini secara awam dikenal sebagai penyakit kaki gajah (elephantiasis).
Filariasis limfatik di Indonesia disebabkan oleh W. bancrofti, B. malayi dan B.
timori, menyerang kelenjar dan pembuluh getah bening. Penularan terjadi
melalui vektor nyamuk Culex spp., Anopheles spp., Aedes spp. dan Mansonia
spp. .
Gejala elefantiasis (penebalan kulit dan jaringan-jaringan di bawahnya)
sebenarnya hanya disebabkan oleh filariasis limfatik ini. B. timori diketahui
jarang menyerang bagian kelamin, tetapi W. bancrofti dapat menyerang
tungkai dada, serta alat kelamin. Filariasis subkutan disebabkan oleh Loa loa
(cacing mata Afrika), Mansonella streptocerca, Onchocerca volvulus, dan
Dracunculus medinensis (cacing 7. 4 guinea). Mereka menghuni lapisan lemak
yang ada di bawah lapisan kulit. Jenis filariasis yang terakhir disebabkan oleh
Mansonella perstans dan Mansonella ozzardi, yang menghuni rongga perut.
Semua parasit ini disebarkan melalui nyamuk atau lalat pengisap darah, atau,
untuk Dracunculus, oleh kopepoda (Crustacea).
8
BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN
Filariasis merupakan penyakit menular yang di sebabkan oleh cacing
filaria yang di tukarkan melalui berbagai jenis nyamuk diantara nyamuk
Aedes. Ada beberapa faktor filariasis salah satunya paparan nyamuk
untuk yang lama dan di gigit berkali-kali serta memiliki gejala yang umum
dilihat adalah membesarnya tungkai bawah atau kaki.

B. SARAN

Perkembangan pada zaman saat ini semakin maju dan pada bidang
apapum itu dan kita sebagai calon tenaga medis dituntut untuk mengetahui
lebih banyak lagi tentang masalah masalah yang ada dalam
masyarakat ,bisa dicontohkan mengenai masalah Penyakit FILARIASIS.
Oleh sebab itu diharapkan para pembaca dapat memahami Penyakit
FILARIASI dan dapat menerapkan pola gaya hidup dengan baik dalam
berkelompok maupun individu dan terutama bagi tenaga medis yang selalu
berdekatan dengan pasien
9
DAFTAR PUSTAKA
https://pusdatin.kemkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin/
infodatin-filariasis.pdf
http://repository.uki.ac.id/8088/2/BABI.pdf
http://scholar.unand.ac.id/36169/2/BAB%201.pdf
10

Anda mungkin juga menyukai