Anda di halaman 1dari 51

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN NY “M’

PADA KASUS FILARIASIS


Dosen Pembimbing :
H. Muhammad Asikin, S.Pd, S.SiT, M.Si. M.Kes

Oleh
Kelompok 2
Fadillah Maharani Rifai
(PO713202201043)
Gusnawati
(PO713202201044)
Mutiara Qalby
(PO713202201052)

Tingkat 2B
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PAREPARE
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN
MAKASSAR
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala


limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan asuhan keperawatan ini.
Askep ini diajukan sebagai persyaratan mengikuti bimbingan
pada mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah I. Pembuatan
askep ini tidak terlepas bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu,
pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih yang
sedalam-dalamnya kepada yang terhormat :
Bapak H. Muhammad Asikin, S.Pd, S.SiT, M.Si. M.Kes selaku
dosen mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah I.
Askep yang penulis buat ini masih banyak kekurangan
karena pengalaman yang penulis miliki kurang. Oleh karena itu,
penulis harapkan kepada para pembaca untuk memberikan kritik
atau pun masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini. Besar harapan penulis, mudah-
mudahan askep ini bermanfaat bagi para pembaca pada
umumnya, dan kelompok pada khususnya.

Barru , Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................1

1.1 Latar Belakang..................................................................1

1.2     Rumusan Masalah.............................................................2

1.3     Tujuan................................................................................2

BAB II PEMBAHASAAN.................................................................3

2.1 Definisi...................................................................................3

2.2 Etiologi...................................................................................3

2.4 Manifestasi Klinis...................................................................6

2.5 Komplikasi.............................................................................7

2.6 Pemeriksaan Penunjang.......................................................7

2.7 Penatalaksanaan...................................................................8

2.8 Pathway.................................................................................9

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN.............................................23

3.1. Pengkajian..........................................................................23

3.2. Diagnosa keperawatan.......................................................24

3.3 Intervensi.............................................................................25
3.4 Implementasi.......................................................................39

3.5 Evaluasi...............................................................................39

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................40
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Elephantiasis atau filariasis yang dikenal dengan penyakit
kaki gajah mulai ramai diberitakan sejak akhir tahun 2009, akibat
terjadinya kematian pada beberapa orang. Sebenarnya penyakit
ini sudah mulai dikenal sejak 1500 tahun oleh masyarakat, dan
mulai diselidik lebih mendalam ditahun 1800 untuk mengetahui
penyebaran, gejala serta upaya mengatasinya. Baru ditahun
1970, obat yang lebih tepat untuk mengobati filarial ditemukan.
Rubrik ini berusaha menjelaskan mengapa hal tersebut dapat
terjadi dan mengapa penanggulangan Penyakit Kaki Gajah harus
segera dilaksanakan. Penyakit filaria yang disebabkan oleh
cacing khusus cukup banyak ditemui di negeri ini dan cacing yang
paling ganas ialah Wuchereria bancrofti, Brugia, malayi, Brugia
timori, Penelitian di Indonesia menemukan bahwa cacing jenis
Brugia dan Wuchereria merupakan jenis terbanyak yang
ditemukan di Indonesia, sementara cacing jenis Brugia timori
hanya didapatkan di Nusa Tenggara Timur, khususnya di pulau
Timor. Di dunia, penyakit ini diperkirakan mengenai sekitar 115
juta manusia, terutama di Asia Pasifik, Afrika, Amerika Selatan
dan kepulauan Karibia. Penularan cacing Filaria terjadi melalui

10
nyamuk dengan periodisitas subperiodik (kapan saja terdapat di
darah tepi) ditemukan di Indonesia sebagian besar lainnya
memiliki periodisitas nokturnal dengan nyamuk Culex, nyamuk
Aedes dan pada jenis nyamuk Anopheles. Nyamuk Culex juga
biasanya ditemukan di daerah-daerah urban, sedangkan Nyamuk
Aedes dan Anopheles dapat ditemukan di daerah-daerah rural.
(riyanto,harun.2010).
Elephantiasis merupakan penyakit menular (penyakit kaki
gajah) yang disebabkan oleh cacing filaria yang ditularkan oleh
berbagai jenis nyamuk.penyakit ini bersifat menahun, Dan bila
tidak dapat pengobatan daapt menimbulakan cacat menetap
berupa pembesaran kaki, lengan, dan alat kelamin, baik
perempuan maupun laki-laki. WHO sudah menetapkan
kesepakatan global (The Global Goal of Elimination of lympatic
filariasis as a public Health Problem by the year 2020). Program
eliminasi dilaksanakan melalui pengobatan misal dengan DEC
dan albendazol setahun sekali selama 5 tahun di lokasi yang
endemis dan perawatan kasus klinis baik yang akut maupun
kronis untuk mencegah kecacatan dan mengurangi penderitanya.
Indonesia akan melaksanakan eliminasi penyakit gajah secara
berthap dimulai pada tahun 2002 di 5 kabupaten percontohan.
Perluasan wilayah akan dilaksanakan 5 tahun.

11
1.2     RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan elephantiasis?
2. Sebutkan klasifikasi dari elephantiasis?
3. Apakah penyebab dari elephantiasis?
4. Apa manifestasi dari elephantiasis?
5. Jelaskan patofisiologi dari elephantiasis?
6. Gambarkan pathway nursing dari elephantiasis?
7. Sebutkan komplikasi dari elephantiasis?
8. Jelaskan pemeriksaan diagnostic dari elephantiasis?
9. Bagaimana penatalaksanaan dari elephantiasis?
10.Bagaimana cara pencegahan dari elephantiasis?
11.Bagaimana asuhan keperawatan dari elephantiasis?

1.3     TUJUAN
1.      Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami konsep elephantiasis
dan melaksanakan Asuhan Keperawatan pada Pasien
dengan Penyakit elephantiasis.
2.      Tujuan khusus
 dapat mengetahui definisi dari elephantiasis
 Mengetahui klasifikasi dari elephantiasis
 Mengetahui penyebab dari elephantiasis
 Mengetahui manifestasi dari elephantiasis

12
 Dapat memahami patofisiologi dari elephantiasis
 Mengetahui pathway nursing dari elephantiasis
 Memahami komplikasi dari elephantiasis
 Memahami pemeriksaan diagnostic dari elephantiasis
 Mengetahui penatalaksanaan dari elephantiasis
 Mengetahui cara pencegahan dari elephantiasis
 Memahami asuhan keperawatan dari elephantiasis

13
BAB II
PEMBAHASAAN

2.1 DEFINISI
Filariasis ialah penyakit menular menahun yang disebabkan
oleh infeksi cacing filaria yang ditularkan oleh berbagai jenis
nyamuk pada kelenjar getah bening, Penyakit ini bersifat
menahun (kronis) dan bila tidak mendapatkan pengobatan dapat
menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan
dan alat kelamin baik perempuan maupun laki-laki.
(Witagama,dedi.2009)

2.2 ETIOLOGI
Penyakit ini disebabkan oleh 3 spesies cacing filarial :
Wuchereria Bancrofti, Brugia Malayi, Brugia Timori. cacing ini
menyerupai benang dan hidup dalam tubuh manusia terutama
dalam kelenjar getah bening dan darah. infeksi cacing ini
menyerang jaringan viscera, parasit ini termasuk kedalam
superfamili Filaroidea, family onchorcercidae.
Cacing ini dapat hidup dalam kelenjar getah bening manusia
selama 4 - 6 tahun dan dalam tubuh manusia cacing dewasa
betina menghasilkan jutaan anak cacing (microfilaria) yang
beredar dalam darah terutama malam hari.

14
Ciri-ciri cacing dewasa atau makrofilaria :
a.       Berbentuk silindris, halus seperti benang, putih dan hidup di
dalam sisitem limfe.
b.      Ukuran 55 – 100 mm x 0,16 mm
c.       Cacing jantan lebih kecil: 55 mm x 0,09 mm
d.      Berkembang secara ovovivipar

Mikrofilaria :
a.       Merupakan larva dari makrofilaria sekali keluar jumlahnya
puluhan ribu
b.      Mempunyai sarung. 200 – 600 X 8 um

Faktor yang mempengaruhi perkembangan makrofilaria:


a.       Lingkungan fisik : Iklim, Geografis, Air dan lainnnya,
b.      Lingkungan biologic : lingkungan Hayati yang
mempengaruhi penularan; hutan, reservoir, vector
c.       Lingkungan sosial ekonomi budaya : Pengetahuan, sikap
dan perilaku, adat
d.      Istiadat, Kebiasaan dsb,
e.       Ekonomi: Cara Bertani, Mencari Rotan, Getah Dsb

2.3 PATOFISIOLOGI

15
Penghisap microfilia dari Metamorphosis microfilaria Membentuk larva rabditiform
darah / jaringan oleh serangga didalam horpes perantara
penghisap darah serangga (nyamuk)

Penularan larva infektif


Menuju pembuluh darah dan kedalam kulit hospes baru,
Larva masuk kedalam tubul
kelenjar limfe melalui proboscis gigitan
lewat luka gigitan
nyamuk

Menjadi cacing dewasa Kerusakan kelenjar getah


bening

Microfilaria berkembangbiak Proses inflamasi


dan meninggalkan induk

Demam
Nyeri
Hipertermi
Penekanan Syaraf oleh
Granulasi Mikrofilia
Menuju pembuluh
Menembus darah /
dinding pembuluh Penyumbatan saluran
terbawa saluran limfe
limfe kedalam Proses Penyakit (destruktif
aliran gangguan Syaraf)
Stadium menahun

Granulasi Proliterative serta Kandungan Protein meningkat


terbentuk varises saluran limfe dalam saluran limfe
yang luas

Terbentuk jaringan ikat dan


kolagen saluran limfe yang
terinfeksi
Hematuria Proteinuria

Salah satunya menuju keginjal


Anemia Gangguan Eliminasi Urine Semakin besar (elephantiasis)

Gangguan Citra tubuh Gangguan aktifitas Perubahan pada status


Kesehatan

Hambatan Mobilitasi fisik


Fungsi peran tergantung pada
orang lain

Resiko Ketidakberdayaan

16
 

2.4 MANIFESTASI KLINIS


Manifestasi gejala klinis filariasis disebabkan oleh cacing
dewasa pada sistem limfatik dengan konsekuensi limfangitis dan
limfadenitis. Selain itu, juga oleh reaksi hipersensitivitas dengan
gejala klinis yang disebut occult filariasis.
Dalam proses perjalanan penyakit, filariasis bermula dengan
limfangitis dan limfadenitis akut berulang dan berakhir dengan
terjadinya obstruksi menahun dari sistem limfatik. Perjalanan
penyakit berbatas kurang jelas dari satu stadium ke stadium
berikutnya, tetapi bila diurutkan dari masa inkubasi dapat dibagi
menjadi:
1. Masa prepaten
Merupakan masa antara masuknya larva infektif sampai
terjadinya mikrofilaremia yang memerlukan waktu kira-kira
3¬7 bulan. Hanya sebagian tdari penduduk di daerah
endemik yang menjadi mikrofilaremik, dan dari kelompok
mikrofilaremik inipun tidak semua kemudian menunjukkan
gejala klinis. Terlihat bahwa kelompok ini termasuk

17
kelompok yang asimtomatik baik mikrofilaremik ataupun
amikrofilaremik.
2. Masa inkubasi
Merupakan masa antara masuknya larva infektif hingga
munculnya gejala klinis yang biasanya berkisar antara 8-
16 bulan.
3. Gejala klinik akut
Gejala klinik akut menunjukkan limfadenitis dan limfangitis
yang disertai panas dan malaise. Kelenjar yang terkena
biasanya unilateral. Penderita dengan gejala klinis akut
dapat mikrofilaremik ataupun amikrofilaremik.
4. Gejala menahun
Gejala menahun terjadi 10-15 tahun setelah serangan akut
pertama. Mikrofilaria jarang ditemukan pada stadium ini,
sedangkan limfadenitis masih dapat terjadi. Gejala kronis
ini menyebabkan terjadinya cacat yang mengganggu
aktivitas penderita serta membebani keluarganya.

2.5 KOMPLIKASI
a. Cacat menetap pada bagian tubuh yang terkena
b. Elephantiasis tungkai
c. Limfedema : Infeksi Wuchereria mengenai kaki dan lengan,
skrotum, penis,vulva vagina dan payudara,

18
d. Hidrokel (40-50% kasus), adenolimfangitis pada saluran
limfe testis berulang:
pecahnya tunika vaginalisHidrokel adalah penumpukan
cairan yang berlebihan diantara lapisan parietalis dan
viseralis tunika vaginalis. Dalam keadaan normal, cairan
yang berada di dalam rongga itu memang adadan berada
dalam keseimbangan antara produksi dan reabsorbsi oleh
sistem limfatik di sekitarnya.
e. Kiluria : kencing seperti susu karena bocornya atau
pecahnya saluran limfe oleh cacing dewasa yang
menyebabkan masuknya cairan limfe ke dalam saluran
kemih.

2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG


a. Diagnosis Klinik
Diagnosis klinik ditegakkan melalui anamnesis dan
pemeriksaan klinik. Diagnosis klinik penting dalam
menentukan angka kesakitan akut dan menahun (Acute and
Chronic Disease Rate).Pada keadaan amikrofilaremik,
gejala klinis yang mendukung dalam diagnosis filariasis
adalah gejala dan tanda limfadenitis retrograd, limfadenitis
berulang dan gejala menahun.
b. Diagnosis Parasitologik

19
Diagnosis parasitologik ditegakkan dengan ditemukannya
mikrofilaria pada pemeriksaan darah kapiler jari pada malam
hari. Pemeriksaan dapat dilakukan siang hari, 30 menit
setelah diberi DEC 100 mg. Dari mikrofilaria secara
morfologis dapat ditentukan species cacing filaria.
c. Radiodiagnosis
Pemeriksaan dengan ultrasonografi (USG) pada skrotum
dan kelenjar limfe inguinal penderita akan memberikan
gambaran cacing yang bergerak-gerak (filarial dance sign).
Pemeriksaan limfosintigrafi dengan menggunakan dekstran
atau albumin yang dilabel dengan radioaktif akan
menunjukkan adanya abnormalitas sistem limfatik, sekalipun
pada penderita yang mikrofilaremia asimtomatik.
d. Diagnosis Immunologi
Pada keadaan amikrofilaremia seperti pada keadaan
prepaten, inkubasi, amikrofilaremia dengan gejala menahun,
occult filariasis, maka deteksi antibodi dan/atau antigen
dengan cara immunodiagnosis diharapkan dapat menunjang
diagnosis.
Adanya antibodi tidak menunjukkan korelasi positif dengan
mikrofilaremia, tidak membedakan infeksi dini dan infeksi
lama. Deteksi antigen merupakan deteksi metabolit, ekskresi
dan sekresi parasit tersebut, sehingga lebih mendekati

20
diagnosis parasitologik. Gib 13, antibodi monoklonal
terhadap O. gibsoni menunjukkan korelasi yang cukup baik
dengan mikrofilaremia W. bancrofti di Papua New Guinea.

2.7 PENATALAKSANAAN
Dietilkarbamasin sitrat (DEC) merupakan obat filariasis yang
ampuh, baik untuk filariasis bancrofti maupun brugia, bersifat
makrofilarisidal dan mikrofilarisidal. Obat ini ampuh, aman dan
murah, tidak ada resistensi obat, tetapi memberikan reaksi
samping sistemik dan lokal yang bersifat sementara. Reaksi
sistemik dengan atau tanpa demam, berupa sakit kepala, sakit
pada berbagai bagian tubuh, persendian, pusing, anoreksia,
kelemahan, hematuria transien, alergi, muntah dan serangan
asma. Reaksi lokal dengan atau tanpa demam, berupa
limfadenitis, abses, ulserasi, limfedema transien, hidrokel,
funikulitis dan epididimitis. Reaksi samping sistemik terjadi
beberapa jam setelah dosis pertama, hilang spontan setelah 2-5
hari dan lebih sering terjadi pada penderita mikrofilaremik. Reaksi
samping lokal terjadi beberapa hari setelah pemberian dosis
pertama, hilang spontan setelah beberapa hari sampai beberapa
minggu dan sering ditemukan pada penderita dengan gejala
klinis. Reaksi sampingan ini dapat diatasi dengan obat
simtomatik.

21
 
Kegiatan pemberantasan nyamuk terdiri atas:
1.      Pemberantasan nyamuk dewasa
a.       Anopheles : residual indoor spraying
b.      Aedes : aerial spraying
2.      Pemberantasan jentik nyamuk
a.       Anopheles : Abate 1%
b.      Culex : minyak tanah
c.       Mansonia : melenyapkan tanaman air tempat
perindukan, mengeringkan rawa dan saluran air
3.      Mencegah gigitan nyamuk
a.       Menggunakan kawat nyamuk/kelambu
b.      Menggunakan repellent

Penyuluhan tentang penyakit filariasis dan


penanggulangannya perlu dilaksanakan sehingga terbentuk
sikap dan perilaku yang baik untuk menunjang
penanggulangan filariasis.
Sasaran penyuluhan adalah penderita filariasis beserta
keluarga dan seluruh penduduk daerah endemis, dengan
harapan bahwa penderita dengan gejala klinik filariasis
segera memeriksakan diri ke Puskesmas, bersedia diperiksa
darah kapiler jari dan minum obat DEC secara lengkap dan
teratur serta menghindarkan diri dari gigitan nyamuk..
22
Evaluasi hasil pemberantasan dilakukan setelah 5 tahun,
dengan melakukan pemeriksaan vektor dan pemeriksaan
darah tepi untuk deteksi mikrofilaria.

2.8 Pathway

23
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1. Pengkajian

No. RM : 00-000261

Tanggal Masuk : 23-09-2021

Tanggal Pengkajian : 23-09-2021

Diagnosa Medis : Filariasis

23
1. Identitas

a. Identitas Pasien
Nama : Ny. M
TTL : Parepare, 31 Januari 1966
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Alamat : BTN D’Naila
Pekerjaan : IRT

b. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Ny. A
TTL : Parepare, !2 Januari 1991
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SMK
Pekerjaan : IRT
Hubungan : Anak Pasien

2. Pemeriksaan Penunjang

a. Riwayat kesehatan

24
Jenis infeksi sering memberikan petunjuk pertama karena
sifat kelainan imun. Cacing filariasis menginfeksi manusia
melalui gigitan nyamuk infektif yang mengandung larva
stadium III. Gejala yang timbul berupa demam berulang-
ulang 3-5 hari, demam ini dapat hilang pada saat istirahat
dan muncul lagi setelah bekerja berat.

b. Aktifitas / Istirahat
Gejala : Mudah lelah, intoleransi aktivitas, perubahan
pola tidur.
Tanda : Kelemahan otot, menurunnya massa otot, respon
fisiologi aktivitas ( Perubahan TD, frekuensi jantung).

c. Sirkulasi
Tanda : Perubahan TD, menurunnya volume nadi perifer,
perpanjangan pengisian kapiler.

d. Integritas dan Ego


Gejala : Stress berhubungan dengan perubahan fisik,
mengkuatirkan penampilan, putus asa, dan sebagainya.
Tanda : Mengingkari, cemas, depresi, takut, menarik diri,
marah.

e. Integumen
Tanda : Kering, gatal, lesi, bernanah, bengkak, turgor
jelek.

25
f. Makanan / Cairan
Gejala : Anoreksia, permeabilitas cairan
Tanda : Turgor kulit buruk, edema.

g. Hygiene
Gejala : Tidak dapat menyelesaikan AKS
Tanda : Penampilan tidak rapi, kurang perawatan diri.

h. .Neurosensoris
Gejala : Pusing, perubahan status mental, kerusakan
status indera peraba, kelemahan otot.
Tanda : Ansietas, refleks tidak normal.

i. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Nyeri umum / local, rasa terbakar, sakit kepala.
Tanda : Bengkak, penurunan rentang gerak.

j. Keamanan
Gejala : Riwayat jatuh, panas dan perih, luka, penyakit
defisiensi imun, demam berulang, berkeringat malam.
Tanda : Perubahan integritas kulit, pelebaran kelenjar
limfe.

k. Seksualitas
Gejala : Menurunnya libido
Tanda : Pembengkakan daerah skrotalis

26
l. Interaksi Sosial
Gejala : Masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis, isolasi,
kesepian.
Tanda : Perubahan interaksi, harga diri rendah, menarik
diri.

m.Pemeriksaan diagnostic
Menggunakan sediaan darah malam, diagnosis praktis
juga dapat menggunakan ELISA dan rapid test dengan
teknik imunokromatografik assay. Jika pasien sudah
terdeteksi kuat telah mengalami filariasis limfatik,
penggunaan USG Doppler diperlukan untuk mendeteksi
pengerakan cacing dewasa di tali sperma pria atau
kelenjer mammae wanita.
3. Genogram

27
3.2. Data Fokus
Data Subjektif Data Objektif
Pasien mengatakan kaki  Suhu Diatas Normal
terjadi pembengkakkan  Kulit Merah
disertai dengan nyeri dan  Kejang
demam berulang-ulang 3-5  Takikardi
hari, demam ini dapat  Takipneu
hilang pada saat istirahat  Kulit Terasa Hangat
dan muncul lagi setelah
bekerja berat.

3.3. Analisis Data


Data Etiologi Masalah
 Data Subjektif : 1. Peradangan 1. Peningkatan
Pasien pada kelenjar suhu tubuh

28
mengatakan getah bening
kaki terjadi 2. Pembengkakan 2. Nyeri
pembengkakka kelenjar limfe
n disertai 3. Perubahan fisik 3. Harga diri
dengan nyeri rendah
dan demam 4. Pembengkakan 4. Mobilitas fisik
berulang-ulang pada anggota terganggu
3-5 hari, tubuh
demam ini
dapat hilang
pada saat
istirahat dan
muncul lagi
setelah bekerja
berat. Pasien
Mengungkapka
n kecacatan /
kehilangan
fungsi / struktur
tubuh berubah.
Pasien
Mengeluh sulit
menggerakkan
ekstremitas
Kekuatan otot
menurun
Rentang gerak
(ROM)
menurun

 Data Objektif :
 Suhu Diatas
Normal
 Kulit Merah

29
 Kejang
 Takikardi
 Takipneu
 Kulit Terasa
Hangat

3.4. Diagnosa keperawatan


1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan
peradangan pada kelenjar getah bening
2. Nyeri berhubungan dengan pembengkakan kelenjar limfe
3. Harga diri rendah berhubungan dengan perubahan fisik
4. Mobilitas fisik terganggu berhubungan dengan
pembengkakan pada anggota tubuh

30
3.5 Intervensi
N Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
o Hasil
1 Peningkatan suhu Tujuan : Manajemen Hipertermi :
tubuh Suhu tubuh agar Observasi :
berhubungan tetap berada pada o Identifikasi penyebab hipertermi
dengan rentang normal o Monitor suhu tubuh
peradangan pada Kriteria hasil : o Monitor kadar elektrolit
kelenjar getah Menggigil menurun o Monitor haluan urine
bening Suhu tubuh o Monitor komplikasi akibat hipertermi
Ditandai dengan : membaik Terapeutik :
 Suhu Diatas Suhu kulit membaik o Sediakan lingkungan yang dingin
Normal o Longgarkan atau lepaskan pakaian
 Kulit Merah o Basahi dan kipasi permukaan tubuh
 Kejang
o Berikan cairan oral
 Takikardi
o Ganti linen setiap hari atau lebih sering
 Takipneu
jika mengalami hyperhidrosis
 Kulit Terasa o Lakukan pendinginan eksternal
Hangat
o Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
o Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi :
o Anjurkan tirah baring
Kolabirasi :

31
o Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena, jika perlu

2 Nyeri Nyeri Tujuan : Manajemen Nyeri


berhubungan Nyeri berkurang Observasi :
dengan Kriteria Hasil : o Identifikasi lokassi, karateristik, durassi,
pembengkakan Keluhan nyeri frekuensi, kualitas , dan intensitas nyeri
kelenjar limfe menurun o Identifikasi skala nyeri
Meringis menurun o Identifikasi respons nyeri non verbal
Sikap protektif o Identifikasi factor yang memperberat dan
menurun memperingan nyeri
Gelisah menurun o Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
Kesulitan tidur tentang nyeri
menurun o Identifikasi pengaruh budaya terhadap
Frekuensi nadi
respon nyeri
meningkat
o Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
hidup
o Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah diberikan
o Monitor efek samping penggunaan
analgetik
Terapeutik :
o Berikan teknik nonfarmologis untuk
mengurangi rasa nyeri
32
o Kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri
o Fasilitas istirahat tidur
o Pertimbangan jenis dan sumber nyeri
didalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
Edukasi :
o Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri
o Jelaskan strategi meredakan nyeri
o Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
o Anjurkan menggunakan analgetik secara
tepat
o Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
o Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
Pemberian Analgesik
Observasi :
o Identifikasi karateristik nyeri
o Identifikasi riwayat alergi obat
o Identifikasi kesesuaian jenis analgesic
dengan tingkat keparahan nyeri
33
o Monitor TTV sebelum dan sesudah
pemberian analgesic
o Monitor efektifitas analgesic
Terapeutik :
o Diskusikan jenis analgesic yang disukai
untuk mencapai analgesia optimal, jika
perlu
o Pertimbangkan penggunaan infus
kontinu, atau bolus oploid untuk
mempertahankan kadar dalam serum
o Tetapkan target efektifitass analgesic
untuk mengoptimalkan respon pasien
o Dokumetasikan respon terhadap efek
analgesic dan efek yang diinginkan
Edukasi :
o Jelaskan efek terapi dan efek samping
obat
Kolaborasi :
o Kolaborasi pemberian dosis dan jenis
analgesic, sesuai indikasi
3. Harga diri rendah Tujuan : Promosi Citra Tubuh
berhubungan Persepsi tentang Tindakan :
dengan penampilan, Obeservasi :
perubahan fisik struktur tubuh, dan o Identifikasi harapan citra tubuh

34
Ditandai dengan : fungsi fisik individu berdasarkan tahapan perkembangan
Pasien membaik o Identifikasi budaya, agama , jenis kelamin
mengungkapkan dan umur terkait citra tubuh
kecacatan / o Identifikasi perubahan citra tubuh yang
kehilangan mengakibatkan isolasi sosial
fungsi / struktur o Monitor frekuensi pernyataan kritik
tubuh berubah terhadap diri sendiri
o Monitor apakah pasien bisa melihat
bagian tubuh yang berubah
Terapeutik
o Diskusikan perubahan tubuh dan
fungsinya
o Diskusikan perbedaan penampilan fisik
terhadap harga diri
o Diskusikan perubahan akibat pubertas,
kehamilan dan penuaan
o Diskusikan kondisi stress yang
mempengaruhi citra tubuh (mis. Luka,
penyakit, pembedahan)
o Diskusikan cara mengembangkan
harapan citra tubuh secara realistis
o Diskusikan persepsi pasien dan keluarga
tentang perubahan citra tubuh
Edukasi

35
o Jelaskan kepada keluarga tentang
perawatan perubahan citra tubuh
o Anjurkan mengungkapkan gambaran diri
terhadap citra tubuh
o Anjurkan menggunakan alat bantu (mis.
Pakaian, wig, kosmetik)
o Anjurkan mengikuti kelompok pendukung
(mis. Kelompok sebaya)
o Latih fungsi tubuh yang dimiliki
o Latih peningkatan penampilan diri (mis.
Berdandan)
o Latih pengungkapan kemampuan diri
kepada orang lain maupun kelompok
Promosi Koping
Tindakan :
Observasi :
o Identifikasi kegiatan jangka pendek dan
panjang sesuai tujuan
o Identifikasi kemampuan yang dimiliki
o Identifikasi sumber daya yang tersedia
untuk memenuhi tujuan
o Identifikasi pemahaman proses penyakit
o Identifikasi dampak situasi terhadap
peran dan hubungan
36
o Identifikasi metode penyelasaian masalah
o Identifikasi kebutuhan dan keinginan
terhadap dukungan sosial
Terapeutik
o Diskusikan perubahan peran yang
dialami
o Gunakan pendekatan yang tenang dan
meyakinkan
o Diskusikan alasan mengkritik diri sendiri
o Diskusikan untuk mengklarifikasikan
kesalahpahaman dan mengevaluasi
perilaku sendiri
o Diskusikan konsekuensi tidak
menggunakan rasa bersalah dan rasa
malu
o Diskusikan resiko yang menimbulkan
bahaya pada diri sendiri
o Fasilitasi dalam memperoleh informasi
yang dibutuhkan
o Berikan pilihan realistis mengenai aspek-
aspek tertentu dalam keperawatan
o Motivasi untuk menentukan harapan yang
realistis
o Tinjau kembali kemampuan dalam

37
pengembalian keputusan
o Hindari mengambil keputusan saat
pasien berada di bawah tekanan
o Motivasi terlibat dalam kegiatan sosial
o Motivasi mengidentifikasi sistem
pendukung yang tersedia
o Dampingi saat berdua (mis. Penyakit
kronis, kecacatan)
o Perkenalan dengan orang atau kelompok
yang berhasil mengalami pengalaman
sama
o Dukung penggunaan mekanisme
pertahanan yang tepat
o Kurangi rangsangan lingkungan yang
mengancaman
Edukasi
o Anjurkan menjalin hubungan yang
memiliki kepentingan dan tujuan sama
o Anjurkan penggunaan sumber spiritual,
jika perlu
o Anjurkan mengungkapkan perasaan dan
persepsi
o Anjurkan keluarga terlibat
o Anjurkan membuat tujuan yang lebih

38
spesifik
o Ajarkan cara memecahkan masalah
secara konstruktif
o Latih penggunaan teknik relaksasi
o Latih keterampilan sosial, sesuai
kebutuhan
o Latih mengembangkan penilaian obyektif
4. Mobilitas fisik Tujuan : Dukungan Ambulasi
terganggu Dapat melakukan Tindakan :
berhubungan aktifitas fisik tanpa Observasi :
dengan bantuan o Identifikasi adanya nyeri atau keluhan
pembengkakan Kriteria hasil : fisik lainnya
pada anggota Pergerakan o Identifikasi toleransi fisik melakukan
tubuh ekstremitas ambulasi
Ditandai dengan: meningkat o Monitor frekuensi jantung dan tekanan
Pasien mengeluh Kekuatan otot darah sebelum memulai ambulasi
sulit meningkat o Monitor kondisi umum selama melakukan
menggerakkan Rentang gerak ambulasi
ekstremitas (ROM) membaik o Terapeutik
Kekuatan otot o Fasilitasi aktifitas ambulasidengan alat
menurun
bantu
Rentang gerak
o Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik
(ROM) menurun
o Libatkan keluarga untuk membantu
pasien dalam meningkatkan ambulasi
39
Edukasi :
o Jelaskan tujuan dan proseedur ambulasi
o Anjurkan melakukan ambulasi dini
o Ajarkan ambulasi sederhana yang harus
dilakukan.
Dukungan mobilisasi
Tindakan
Observasi :
o Identifikasi adanya nyeri atau keluhan
fisik lainnya
o Identifikasi toleransi fisik melakukan
pergerakan
o Monitor frekuensi jantung dan tekanan
darah sebelum memulai mobilisasi
o Monitor kondisi umum selama melakukan
mobilisasi
Terapeutik :
o Fasilitas aktivitas mobilisasi dengan alat
bantu
o Fasilitasi melakukan pergerakan, jika
perlu
o Libatkan keluarga untuk membantu
pasien dalam meningkatkan pergerakan
Edukasi :

40
o Jelaskan tujuan da prosedur mobilisasi
o Anjurkan melakukan mobilisasi dini
o Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus
dilakukan.

41
3.6. Implementasi
No Hari/Tanggal No.Dx Jam Implementasi
.
1. Kamis, 23-09-2021 1 09.00 Manajemen Hipertermi :
WITA Observasi :
o Mengidentifikasi penyebab hipertermi
o Memonitor suhu tubuh
o Memonitor kadar elektrolit
o Memonitor haluan urine
o Memonitor komplikasi akibat hipertermi
Terapeutik :
o Menyediakan lingkungan yang dingin
o Melonggarkan atau lepaskan pakaian
o Membasahi dan kipasi permukaan tubuh
o Memerikan cairan oral
o Mengganti linen setiap hari atau lebih
sering jika mengalami hyperhidrosis
o Melakukan pendinginan eksternal
o Menghindari pemberian antipiretik atau
aspirin

42
o Memberikan oksigen, jika perlu
Edukasi :
o Menganjurkan tirah baring
Kolabirasi :
o Mengkolaborasikan pemberian cairan
dan elektrolit intravena, jika perlu

2 Manajemen Nyeri
Observasi :
o Mengidentifikasi lokassi, karateristik,
durassi, frekuensi, kualitas , dan
intensitas nyeri
o Mengidentifikasi skala nyeri
o Mengidentifikasi respons nyeri non verbal
o Mengidentifikasi factor yang
memperberat dan memperingan nyeri
o Mengidentifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
o Mengidentifikasi pengaruh budaya
terhadap respon nyeri
o Mengidentifikasi pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
o Memonitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah diberikan
43
o Memonitor efek samping penggunaan
analgetik
Terapeutik :
o Memberikan teknik nonfarmologis untuk
mengurangi rasa nyeri
o Mengontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
o Memfasilitas istirahat tidur
o Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
didalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
Edukasi :
o Menelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
o Menjelaskan strategi meredakan nyeri
o Menganjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
o Menganjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
o Mengajarkan teknik nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
o Mengkolaborasikan pemberian analgetik,
jika perlu

44
Pemberian Analgesik
Observasi :
o Mengidentifikasi karateristik nyeri
o Mengidentifikasi riwayat alergi obat
o Mengidentifikasi kesesuaian jenis
analgesic dengan tingkat keparahan nyeri
o Memonitor TTV sebelum dan sesudah
pemberian analgesic
o Memonitor efektifitas analgesic
Terapeutik :
o Mendiskusikan jenis analgesic yang
disukai untuk mencapai analgesia
optimal, jika perlu
o Mempertimbangkan penggunaan infus
kontinu, atau bolus oploid untuk
mempertahankan kadar dalam serum
o Menetapkan target efektifitass analgesic
untuk mengoptimalkan respon pasien
o Mendokumetasikan respon terhadap efek
analgesic dan efek yang diinginkan
Edukasi :
o Menjelaskan efek terapi dan efek
samping obat
Kolaborasi :

45
Mengkolaborasikan pemberian dosis dan jenis
analgesic, sesuai indikasi
3 Promosi Citra Tubuh
Tindakan :
Obeservasi :
o Mengidentifikasi harapan citra tubuh
berdasarkan tahapan perkembangan
o Mengidentifikasi budaya, agama , jenis
kelamin dan umur terkait citra tubuh
o Mengidentifikasi perubahan citra tubuh
yang mengakibatkan isolasi sosial
o Memonitor frekuensi pernyataan kritik
terhadap diri sendiri
o Memonitor apakah pasien bisa melihat
bagian tubuh yang berubah
Terapeutik
o Mendiskusikan perubahan tubuh dan
fungsinya
o Mendiskusikan perbedaan penampilan
fisik terhadap harga diri
o Mendiskusikan perubahan akibat
pubertas, kehamilan dan penuaan
o Mendiskusikan kondisi stress yang
mempengaruhi citra tubuh (mis. Luka,

46
penyakit, pembedahan)
o Mendiskusikan cara mengembangkan
harapan citra tubuh secara realistis
o Mendiskusikan persepsi pasien dan
keluarga tentang perubahan citra tubuh
Edukasi
o Menjelaskan kepada keluarga tentang
perawatan perubahan citra tubuh
o Menganjurkan mengungkapkan
gambaran diri terhadap citra tubuh
o Mengnjurkan menggunakan alat bantu
(mis. Pakaian, wig, kosmetik)
o Menganjurkan mengikuti kelompok
pendukung (mis. Kelompok sebaya)
o Melatih fungsi tubuh yang dimiliki
o Melatih peningkatan penampilan diri (mis.
Berdandan)
o Melatih pengungkapan kemampuan diri
kepada orang lain maupun kelompok
Promosi Koping
Tindakan :
Observasi :
o Mengidentifikasi kegiatan jangka pendek
dan panjang sesuai tujuan

47
o Mengidentifikasi kemampuan yang
dimiliki
o Mengidentifikasi sumber daya yang
tersedia untuk memenuhi tujuan
o Mengidentifikasi pemahaman proses
penyakit
o Mengidentifikasi dampak situasi terhadap
peran dan hubungan
o Mengidentifikasi metode penyelasaian
masalah
o Mengidentifikasi kebutuhan dan
keinginan terhadap dukungan sosial
Terapeutik
o Mendiskusikan perubahan peran yang
dialami
o Menggunakan pendekatan yang tenang
dan meyakinkan
o Mendiskusikan alasan mengkritik diri
sendiri
o Mendiskusikan untuk mengklarifikasikan
kesalahpahaman dan mengevaluasi
perilaku sendiri
o Mendiskusikan konsekuensi tidak
menggunakan rasa bersalah dan rasa

48
malu
o Mendiskusikan resiko yang menimbulkan
bahaya pada diri sendiri
o Memfasilitasi dalam memperoleh
informasi yang dibutuhkan
o Memberikan pilihan realistis mengenai
aspek-aspek tertentu dalam keperawatan
o Memotivasi untuk menentukan harapan
yang realistis
o Meninjau kembali kemampuan dalam
pengembalian keputusan
o Mengindari mengambil keputusan saat
pasien berada di bawah tekanan
o Memotivasi terlibat dalam kegiatan sosial
o Memotivasi mengidentifikasi sistem
pendukung yang tersedia
o Mendampingi saat berdua (mis. Penyakit
kronis, kecacatan)
o Memperkenalan dengan orang atau
kelompok yang berhasil mengalami
pengalaman sama
o Mendukung penggunaan mekanisme
pertahanan yang tepat
o Mengurangi rangsangan lingkungan yang

49
mengancaman
Edukasi
o Menganjurkan menjalin hubungan yang
memiliki kepentingan dan tujuan sama
o Menganjurkan penggunaan sumber
spiritual, jika perlu
o Menganjurkan mengungkapkan perasaan
dan persepsi
o Menganjurkan keluarga terlibat
o Menganjurkan membuat tujuan yang
lebih spesifik
o Mengajarkan cara memecahkan masalah
secara konstruktif
o Melatih penggunaan teknik relaksasi
o Melatih keterampilan sosial, sesuai
kebutuhan
o Melatih mengembangkan penilaian
obyektif
4 Dukungan Ambulasi
Tindakan :
Observasi :
o Mengidentifikasi adanya nyeri atau
keluhan fisik lainnya
o Mengidentifikasi toleransi fisik melakukan

50
ambulasi
o Memonitor frekuensi jantung dan tekanan
darah sebelum memulai ambulasi
o Memonitor kondisi umum selama
melakukan ambulasi
o Terapeutik
o Memfasilitasi aktifitas ambulasidengan
alat bantu
o Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik
o Melibatkan keluarga untuk membantu
pasien dalam meningkatkan ambulasi
Edukasi :
o Menjelaskan tujuan dan proseedur
ambulasi
o Menganjurkan melakukan ambulasi dini
o Mengajarkan ambulasi sederhana yang
harus dilakukan.
Dukungan mobilisasi
Tindakan
Observasi :
o Mengidentifikasi adanya nyeri atau
keluhan fisik lainnya
o Mengidentifikasi toleransi fisik melakukan
pergerakan

51
o Memonitor frekuensi jantung dan tekanan
darah sebelum memulai mobilisasi
o Memonitor kondisi umum selama
melakukan mobilisasi
Terapeutik :
o Memfasilitas aktivitas mobilisasi dengan
alat bantu
o Memfasilitas melakukan pergerakan, jika
perlu
o Melibatkan keluarga untuk membantu
pasien dalam meningkatkan pergerakan
Edukasi :
o Menjelaskan tujuan da prosedur
mobilisasi
o Menganjurkan melakukan mobilisasi dini
o Mengajarkan mobilisasi sederhana yang
harus dilakukan.

3.7. Evaluasi

52
No Hari/Tanggal No.Dx Jam Evaluasi
1 Jumat, 24-09-2021 1 09.00  S:
2 WITA Pasien mengatakan masih demam ,kejang,
3 nyeri, masih sulit menggerakkan kakinya,
4 dan merasa belum percaya diri
 O:
Keadaan umum pasien sedang
Kaki masih bengkak
Observasi TTV :
Td : 140/80 mmHg
N : 82x/i
P : 22x/i
SB : 37,9 derajat celcius
 A:
Masalah Belum Teratasi
 P:
Intervensi dilanjutkan

53
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, Gloria M., et al. 2013. Nursing Intervention


Classification (NIC).Missouri, USA : Elsevier.
Diettary guidelines for Americans, 2005
Doenges, M.E, Moorhiuse, M.F, Geissler A
C.1996.Parasitologi Kedokteran (terjemahan).Jakarta : EGC
Garcia, L.S., Bruchner, D.A.1996.Diagnostik Parasitologi
Kedokteran (terjemahan).Jakarta : EGC
Hayes Peter C dan Mackay Thomas W. 1997. Diagnosis
dan Terapi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Herdman, T.H danKamitsuru, S. 2014. NANDA International
Nursing
Hidayat, A. A. (2008). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak
untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.

54
55

Anda mungkin juga menyukai