DISUSUN OLEH :
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Assalamua’laikum Wr, Wb
Syukur, Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah 1 (KMB 1), Di
Universitas Muhammadiyah Semarang dengan judul: “ASUHAN KEPERAWATAN
FILARIASIS”
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran, dan kritik sehingga makalah ini
dapat terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu,
kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Akhirnya kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan.
Wassalamu’alaikum Wr, Wb
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................
DAFTAR ISI ..........................................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................................
A. LATAR BELAKANG ...................................................................................................
B. TUJUAN PENULISAN ................................................................................................
C. METODE PENULISAN ...............................................................................................
D. SISTEMATIKA PENULISAN .....................................................................................
BAB 2 TINJAUAN KONSEP TEORI .................................................................................
A. DEFINISI .....................................................................................................................
B. ETIOLOGI ....................................................................................................................
C. FAKTOR RISIKO.........................................................................................................
D. PATOFISIOLOGI..........................................................................................................
E. MANIFESTASI KLINIS ..............................................................................................
F. KOMPLIKASI ..............................................................................................................
G. PENATALAKSANAAN ..............................................................................................
H. PENGKAJIAN FOKUS ...............................................................................................
I. PATHWAYS ...................................................................................................................
J. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN..........................................................................
1. DIAGNOSA KEPERAWATAN ..............................................................................
2. LUARAN DAN INTERVENSI KEPERAWATAN .................................................
BAB 3 KESIMPULAN ..........................................................................................................
A.KESIMPULAN .............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Filariasis atau yang dikenal dengan penyakit kaki gajah mulai ramai
diberitakan sejak akhir tahun 2009, akibat terjadinya kematian pada beberapa orang.
Penyakit ini sudah mulai dikenal sejak 1500 tahun oleh masyarakat, mulai dan
diselidik lebih mendalam pada tahun 1800 untuk mengetahui penyebaran gejala serta
upaya mengatasinya. Baru ditahun 1970, obat yang lebih tepat untuk filarial
ditemukan. Rubrik ini berusaha menjelaskan mengapahal tersebut dapat terjadi dan
mengapa penanggulangan Penyakit Kaki Gajah harus segera dilaksanakan. Penyakit
filaria yang disebabkan oleh cacing khusus cukup banyak ditemui di negeri ini dan
cacing yang paling ganas ialah Wuchereria bancrofti, Brugia, malayi, dan
Brugiatimori. Penelitian di Indonesia menemukan bahwa cacing jenis Brugia dan
Wuchereria merupakan jenis terbanyak yang ditemukan di Indonesia, sementara
cacing jenis Brugia timorihanya didapatkan di Nusa Tenggara Timur, khususnya di
pulau Timor. Penyakit ini diperkirakan mengenai sekitar 115 juta manusia, terutama di
Asia Pasifik, Afrika, Amerika Selatan dan kepulauan Karibia. Penularan cacing Filaria
terjadi melalui nyamuk dengan periodisitas subperiodik (kapan saja terdapat di darah
tepi) ditemukan di Indonesia sebagian besar lainnya memiliki periodisitas nokturnal
dengan nyamuk Culex, nyamuk Aedes dan pada jenis nyamuk Anopheles. Nyamuk
Culex juga biasanya ditemukan di daerah-daerah urban, sedangkan Nyamuk Aedes
dan Anopheles dapat ditemukan di daerah-daerah rural.
B. TUJUAN PENULISAN
a. Tujuan umum
C. METODE PENULISAN
D. SISTEMATIKA PENULISAN
Bab pertama pendahuluan, menguraikan tentang latar belakang masalah,
tujuan dan metode dalam penulisan karya tulis ini.
Bab kedua menguraikan tentang landasan teori dan konsep-konsep yang
relevan dengan permasalahan yang dikaji dan mengemukakan pemecahan masalah
yang pernah dilakukan terkait masalah yang dikaji dalam penulisan karya tulis ini.
Bab ketiga bagian akhir, yang berisi bab penutup dari penulisan karya tulis ini,
dalam bab disampikan kesimpulan dari karya yang ditulis sekaligus dipergunakan
guna menjawab permasalahan yang dibahas. Pada bagian ini juga mengemukakan
saran/rekomendasi yang sejalan dengan gagasan atau kebijakan yang benar.
BAB 2
KONSEP TEORI
a. Definisi
Filariasis adalah suatu penyakit yang sering pada daerah subtropik dan tropik,
disebabkan oleh parasit nematoda pada pembuluh limfe. (Witagama, Dedi. 2009)
Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular kronik yang disebabkan
sumbatan cacing filaria di kelenjar/saluran getah bening yang dapat menimbulkan
gejala klinis akut berupa demam berulang, radang kelenjar/saluran getah bening,
edema dan gejala kronik berupa elefantiasis.
Filariasis ialah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh infeksi
cacing filaria yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk pada kelenjar getah
bening, Penyakit ini bersifat kronis apabila tidak mendapatkan pengobatan dapat
menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan hingga alat kelamin
baik pada perempuan maupun pada laki-laki. (Witagama, Dedi. 2009)
b. Etiologi
Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit raenular menahun yang
disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh nyamuk Mansonia, Anopheles,
Culex, Armigeres. Cacing tersebut hidup di saluran dan kelenjar getah bening
dengan manifestasi klinik akut berupa deraam berulang, peradangan saluran dan
saluran kelenjar getah bening.
Sekitar 90% infeksi disebabkan oleh Wuchereria Bancrofti, dan sebagian besar
sisanya disebabkan Brugia Malayi dan Brugia Timori. Vektor utama Wucheria
Bancrofti adalah nyamuk Culex, Anopheles, dan Aedes. Nyamuk dari spesies
Mansonia adalah vektor utama untuk parasit Brugarian, namun di beberapa area,
nyamuk Anopheles juga dapat menjadi vektor penularan filariasis. Parasit
Brugarian banyak terdapat di daerah Asia bagian selatan dan timur terutama India,
Malaysia, Indonesia, Filipina, dan China.
1. Wuchereria Bancrofti
Wuchereria bancrofti adalah salah satu nematoda jaringan yang menyebabkan
penyakit filariasis limfatik (kaki gajah). Dengan panjang 230 – 300 μm dan lebar
7,5 – 10 μm. Untuk betina panjang ± 80 mm dan lebar ± 0,24 mm, sedangkan
jantan panjang ± 40 mm dan lebar ± 0,1 mm. Penyebaran cacing ini kosmopolit
terutama di daerah tropis dan sub tropis. Insidensi tinggi terjadi di daerah sekitar
pantai dan kota besar, karena hal ini berhubungan dengan kebiasaan intermediate
host / hospes perantara (nyamuk). Wuchereria bancrofti mempunyai nama lain
Filaria bancrofti, Filaria sanguinis hominis, Filaria sanguinis, Filaria nocturna, dan
Filaria pasifica.
Siklus hidup wuchereria bancrofti yaitu mikrofilaria masuk ke dalam tubuh
manusia dengan melalui gigitan nyamuk (dari genus Mansonia, Culex, Aedes, dan
Anopheles). Mikrofilaria masuk ke dalam saluran limfa dan menjadi dewasa →
cacing jantan dan betina melakukan kopulasi → cacing gravid mengeluarkan larva
mikrofilaria → mikrofilaria hidup di pembuluh darah dan pembuluh limfa →
mikrofilaria masuk ke dalam tubuh nyamuk saat nyamuk menghisap darah
manusia → mikrofilaria berkembang menjadi larva stadium 1 → larva stadium
2 → larva stadium 3 dan siap ditularkan.
2. Brugia Malayi
Brugia malayi adalah salah satu nematoda jaringan yang merupakan
salah satu dari tiga parasit manusia yang menyebabkan penyakit filariasis
limfatik (kaki gajah). Ukuran cacing ini lebih kecil dari Wuchereria Bancrofti
yaitu panjang 170 – 260 μm dan lebar ± 6 μm. Untuk betina ± 160 μm dan
lebar ± 55 μm, sedangkan jantan ± 90 μm dan lebar ± 25 μm. Cacing ini
pertama kali ditemukan di Sulawesi oleh Brug sehingga disebut Brugia.
Brugia malayi disebut juga dengan Filaria malayi, dan Wuchereria malayi.
Sikulus hidup parasit ini sama dengan siklus hidup Wuchereria
bancrofti. Mikrofilaria masuk ke dalam tubuh manusia dengan melalui gigitan
nyamuk (dari genus Mansonia, Culex, Aedes, dan Anopheles). Mikrofilaria
masuk ke dalam saluran limfa dan menjadi dewasa → cacing jantan dan betina
melakukan kopulasi → cacing gravid mengeluarkan larva mikrofilaria →
mikrofilaria hidup di pembuluh darah dan pembuluh limfa → mikrofilaria
masuk ke dalam tubuh nyamuk saat nyamuk menghisap darah manusia →
mikrofilaria berkembang menjadi larva stadium 1 → larva stadium 2 → larva
stadium 3 dan siap ditularkan.
3. Brugia Timori
Brugia timori merupakan cacing yang penyebarannya terbatas di
Kepulauan Nusa Tenggara Timur, sedangkan Wuchereria bancrofti adalah
mayoritas penyebab kasus filariasis limfatik di seluruh dunia. Brugia timori
betina panjang badannya sekitar 39 mm dan yang jantan panjangnya dapat
mencapai 23 mm.
Brugia Timori ditularkan oleh Anopheles didalam tubuh nyamuk
betina, mikrofilaria yang terisap waktu menghisap darah akan melakukan
penetrasi pada dinding lambung dan berkembang dalam otot thorax hingga
menjadi larva filariform infektif, kemudian berpindah ke probosis. Saat
nyamuk menghisap darah, larva filariform infektif akan ikut terbawa dan
masuk melalui lubang bekas tusukan nyamuk di kulit. Larva infektif tersebut
akan bergerak mengikuti saluran limfa dimana kemudian akan mengalami
perubahan bentuk sebanyak dua kali sebelum menjadi cacing dewasa
c. Faktor Resiko
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ada beberapa faktor risiko kejadian
filariasis berasal dari faktor lingkungan, perilaku masyarakat, dan faktor sosial
ekonomi.
1. Faktor lingkungan
Beberapa penelitian menyebutkan faktor risiko lingkungan terdiri dari: habitat
nyamuk di sekitar rumah, konstruksi plafon yang tidak baik, ventilasi tanpa kawat
kasa, adanya kandang ternak dekat rumah, kepadatan hunian yang tinggi, adanya
barang-barang bergantung, dan sanitasi lingkungan yang buruk.
2. Faktor sosial ekonomi
Faktor Sosial ekonomi terdiri atas: jenis pekerjaan, jenis kelamin, dan tingkat
penghasilan yang rendah.
3. Faktor Perilaku masyarakat
Faktor perilaku masyarakat yaitu tidur tanpa kelambu, tinggal dengan
penderita filariasis, kebiasaan keluar rumah pada malam hari, tidak memakai baju
dan celana panjang pada malam hari, tidak menggunakan obat nyamuk, dan
kurangnya pengetahuan tentang filariasis.
d. Patofisiologi
Manusia dapat terinfeksi filariasis limfatik jika digigit oleh nyamuk yang
mengandung larva cacing filaria. Larva akan masuk ke pembuluh limfe dan
menetap di limfonodi, kemudian berkembang menjadi cacing dewasa. Proliferasi
cacing dewasa akan menyebabkan oklusi limfatik yang mengganggu drainase
limfatik. Oklusi limfatik akan menyebabkan inflamasi sistem limfatik, kerusakan
pembuluh limfa, dan disfungsi limfa yang meningkatkan risiko infeksi sekunder,
terutama infeksi jamur dan Streptococcus.
Adanya infeksi sekunder akan mencetuskan serangan akut filariasis limfatik
yang berperan penting dalam progresi limfedema (inflamasi acute on chronic).
Serangan akut biasanya ditandai dengan inflamasi akut lokal pada kulit,
limfonodi, dan pembuluh limfatik. Inflamasi acute on chronic akan menyebabkan
fibrosis dan remodelling limfatik.
Cacing-cacing dewasa yang telah mati memicu terjadinya respon imun
inflamasi akut (limfangitis filaria akut), yang berperan dalam terjadinya obstruksi
limfe simtomatik yang kemudian berprogresi ke sebelah distal di sepanjang
pembuluh limfatik yang terinfeksi, terutama ekstremitas. Respon imun yang
terjadi yaitu peningkatan IgE dan IgG4 oleh stimulasi antigen cacing mati
terhadap respon imun tipe Th2. Lebih lanjut dapat muncul abses, yang jika ruptur
akan mengeluarkan cacing-cacing dewasa yang telah mati tersebut.
e. Manifestasi Klinis
Berdasarkan gejala, filariasis limfatik terbagi dalam tiga kategori yang
meliputi kondisi tanpa gejala, akut, dan kronis.
1. Tanpa Gejala
Sebagian besar infeksi filariasis limfatik terjadi tanpa menunjukkan gejala
apapun. Meski demikian, infeksi ini tetap menyebabkan kerusakan pada jaringan
limfa dan ginjal sekaligus memengaruhi sistem kekebalan tubuh.
2. Filariasis Limfatik Akut
Kondisi ini terbagi lagi dalam dua jenis, yaitu:
a) Adenolimfangitis akut (ADL)
Gejala yang muncul adalah demam, pembengkakan limfa atau kelenjar
getah bening (limfadenopati), serta bagian tubuh yang terinfeksi akan
terasa sakit, memerah, dan membengkak. ADL dapat kambuh lebih dari
satu kali dalam setahun. Cairan yang menumpuk dapat memicu infeksi
jamur pada kulit yang merusak kulit. Semakin sering kambuh,
pembengkakan bisa semakin parah.
b) Limfangitis filaria akut (AFL)
AFL disebabkan oleh cacing-cacing dewasa yang sekarat akan memicu
gejala yang sedikit berbeda dengan ADL karena umumnya tidak disertai
demam atau infeksi lain. Di samping itu, AFL dapat memicu gejala yang
meliputi munculnya benjolan-benjolan kecil pada bagian tubuh, tempat
cacing-cacing sekarat terkumpul (misalnya pada sistem getah bening atau
dalam skrotum).
3. Filariasis Limfatik Kronis
Kondisi ini akan menyebabkan limfedema atau penumpukan cairan yang
menyebabkan pembengkakan pada kaki dan lengan. Penumpukan cairan dan
infeksi-infeksi yang terjadi akibat lemahnya kekebalan tubuh akhirnya akan
berujung pada kerusakan dan ketebalan lapisan kulit. Kondisi ini disebut sebagai
elefantiasis. Selain itu, penumpukan cairan juga bisa berdampak pada rongga
perut, testis pada laki-laki dan payudara pada perempuan.
f. Komplikasi
Filarialis tersembunyi - infeksi pada jaringan lain tanpa bukti adanya darah. Hal
ini dapat menyebabkan:
Eosinofilia paru tropis
Artritis filaria
Glomerulonefritis kompleks imun terkait filaria
Abses payudara filaria
Loiasis - infeksi ko-endemik. Ini dapat menyebabkan interaksi obat yang parah
termasuk ensefalopati jika diobati dengan ivermectin.
Efek samping setelah menerima terapi medis yang ditargetkan kemungkinan
besar berhubungan dengan peradangan sistemik akibat aktivitas filaria.
Komplikasi yang dilaporkan termasuk demam, menggigil, beberapa perubahan
hemodinamik termasuk perubahan tekanan darah sistolik tanpa hipotensi.
g. Penatalaksanaan
ietilkarbamasin sitrat (DEC) merupakan obat filariasis yang ampuh, baik untuk
filariasis bancrofti maupun brugia, bersifat makrofilarisidal dan mikrofil arisidal.
Obat ini ampuh, amandan murah, tidak ada resistensi obat, tetapi memberikan
reaksi samping sistemik dan lokal bersifat sementara. Reaksi sistemik dengan atau
tanpa demam, berupa sakit kepala, sakit pada Berbagai bagian tubuh, persendian,
pusing, anoreksia, kelemahan, hematuria transien, alergi, muntah dan serangan
asma. Reaksi lokal dengan atau tanpa demam, berupa limfadenitis, abses,ulserasi,
limfedema transien, hidrokel, funikulitis danepididimitis. Reaksi samping sistemik
terjadi beberapa jam setelah dosis pertama, hilang spontan setelah 2-5 hari dan
lebih sering terjadi pada penderita mikrofilaremik. Reaksi samping lokal terjadi
beberapa hari setelahnya pemberian dosis pertama, hilang spontan setelah
beberapa hari sampai beberapa minggu dan sering ditemukan pada penderita
dengan gejala klinis. Reaksi sampingan ini dapat diatasi dengan obat simtomatik.
Kegiatan pemberantasan nyamuk terdiri atas:
1. Pemberantasan nyamuk dewasa
Anopheles : sisa penyemprotan dalam ruangan
Nyamuk Aedes : penyemprotan dari udara
2. Pemberantasan jentik nyamuk
Anopheles : Kurangi 1%
Culex : minyak tanah
Mansonia : melenyapkan tanaman air tempat perindukan, mengeringkan
rawa dan saluran udara
3. Mencegah gigitan nyamuk
Menggunakan kawat nyamuk/kelambu
Menggunakan obat nyamuk
h. Pengkajian fokus
a) Riwayat kesehatan
Jenis infeksi sering memberikan petunjuk pertama karena sifat
kelainan imtidak. Mencegah penyakit filariasismenginfeksi manusia melalui
gigitan nyamuk infektif yang mengandung larva stadium III.Gejala yang
timbul berupa demam berulang-ulang 3-5 hari, demam ini dapat hilang pada
saat ituistirahat dan muncul lagi setelah bekerja berat.
b) Aktifitas / Istirahat
Gejala : Mudah lelah, intoleransi aktivitas, perubahan pola tidur.
Tanda : Kelemahan otot, menurunnya massa otot, respon fisiologi aktivitas
(Perubahan TD,frekuensi jantung)
c) Sirkulasi
Tanda : Perubahan TD, menurunnya volume nadi perifer, penambahan
pengisian piksel.
d) Integritas dan Ego
Gejala : Stres berhubungan dengan perubahan fisik, menguatkan penampilan,
putus asa,dan sebagainya.
Tanda : Mengingkari, cemas, depresi, takut, menarik diri, marah
e) Integumen
Tanda : Kering, gatal, lesi, bernanah, bengkak, turgor jelek
f) Makanan/Cairan
Gejala : Anoreksia, permeabilitas cairan
Tanda : Turgor kulit buruk, edema
g) Kebersihan
Gejala : Tidak dapat menyelesaikan AKS
Tanda : Penampilan tidak rapi, kurang perawatan diri.
h) Neurosensoris
Gejala : Pusing, perubahan status mental, status kerusakan indera peraba,
kelemahan otot.
Tanda : Ansietas, refleks tidak normal.
i) Nyeri / kenyamanan
Gejala : Nyeri umum / lokal, rasa terbakar, sakit kepala.
Tanda : Bengkak, penurunan rentang gerak.
j) Keamanan
Gejala : Riwayat jatuh, panas dan perih, luka, penyakit defisiensi imun,
demam berulang, berkeringat pada malam hari.
Tanda : Perubahan integritas kulit, pelebaran kelenjar limfe
k) Seksualitas
Gejala : Menurunnya libido
Tanda : Pembengkakan daerah skrotalis
l) Interaksi sosial
Gejala : Masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis, isolasi, kesepian.
Tanda : Perubahan interaksi, harga diri rendah, menarik diri
i. Pathways
b) Intervensi
Diagnosa Perencanaan
NO Tujuan
Keperawatan Intervensi Rasional
· Keterlibatan pasien
dalam perencanaan dalam
kegiatan adalah sangat
penting dalam
meningkatkan kerjasama
pasien untukkeberhasilan
dari suatu program
tersebut. Dapat
menghilangkan rasa nyeri
sehingga mempermudah
klien untuk melakukan
aktivitas secara mandiri
BAB 3
KESIMPULAN
Tim Podjka (2017), SDKI SLKI SIKI, Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
http://jurnal.fkm.unand.ac.id/index.php/jkma/article/view/105
https://medlab.id/brugia-malayi/
https://medlab.id/wuchereria-bancrofti/
https://www.alomedika.com/penyakit/penyakitinfeksi/filariasis/
patofisiologi#:~:text=Patofisiologi%20Filariasis%20Limfatik,kemudian
%20berkembang%20menjadi%20cacing%20dewasa