BLOK 10 MODUL 1
PENYAKIT INFEKSI PROTOZOA
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
Tutor :
dr. Abdillah Iskandar, M. Kes
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2020
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan
rahmat serta hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan laporan yang berjudul “Fisiologi
Muskuloskeletal” tepat pada waktunya. Laporan ini kami susun dari berbagai sumber ilmiah
sebagai hasil dari diskusi kelompok kecil (DKK) kami.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
terselesaikannya laporan ini, antara lain :
1. dr. Abdillah Iskandar, M. Kes selaku tutor kelompok 3 yang telah membimbing kami
dalam menyelesaikan diskusi kelompok kecil (DKK).
i
Samarinda, 6 Februari 2020
Kelompok 1
Daftar Isi
Kata Pengantar...................................................................................................................i
Daftar Isi............................................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan...........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Tujuan......................................................................................................................1
1.3 Manfaat....................................................................................................................2
BAB II Pembahasan..........................................................................................................3
2.1 Skenario...................................................................................................................3
2.2 Identifikasi Istilah Sulit............................................................................................3
2.3 Identifikasi Masalah.................................................................................................4
2.4 Analisa Masalah.......................................................................................................4
2.5 Strukturisasi Konsep................................................................................................7
2.6 Learning Objectives.................................................................................................8
2.7 Belajar Mandiri........................................................................................................8
2.8 Sintesis.....................................................................................................................8
BAB III Penutup..............................................................................................................30
3.1 Kesimpulan............................................................................................................30
3.2 Saran......................................................................................................................30
ii
iii
BAB I
Pendahuluan
Infeksi protozoa seperti pada penyakit malaria memiliki ciri yang sama dengan
Infeksi virus misalnya demam dengue dan infeksi bakteri seperti demam tifoid yaitu
memiliki gejala demam. Namun demam yang terjadi berbeda-beda jenisnya. Selain
itu, gejala penyerta masing-masing penyakit tersebut pun berbeda. Oleh karena itu
sangat pentingnya mengetahui penyakit-penyakit tersebut sehingga kami membuat
laporan diskusi ini.
1.2 Tujuan
1
demam yang hampir serupa, yaitu demam karena infeksi virus dengue dan
demamTifoid.
2. Mahasiswa mampu mengetahui definisi, epidemiologi, etiologi,patomekanisme,
symptom and sign, penegakan diagnosis, diagnosis banding, penatalaksanaan,
dan komplikasi dari malaria.
1.3 Manfaat
Manfaat dari modul ini adalah mahasiswa bisa mengetahui penyakit yang
berhubungan dengan infeksi protozoa yaitu malaria dan dapat membedakannya
dengan demam yang hampir serupa, yaitu demam karena infeksi virus dengue,
demam Tifoid dan demam chikungunya.
2
BAB II
Pembahasan
2.1 Skenario
3
jumlah rata-rata dan bentuk plasmodium. Interpretasinya positif
bila terdapat plasmodium.
3. Tubex : Alat uji untuk mendeteksi keberadaan antibodi IgM anti-
O9 dalam darah. Antibodi tersebut dihasilkan oleh sistem imun
saat tubuh terinfeksi bakteri Salmonella typhii.
4. Widal : Pemeriksaan yang ditujukan untuk mendiagnosis
demam tifoid dengan mendeteksi adanya antibodi (di dalam
darah) terhadap antigen bakteri Salmonella typhii atau
paratyphii.
5. Pemeriksaan antibodi dengue : Pemeriksaan serologis untuk
mengetahui adanya infeksi virus dengue dengan mendeteksi
antibodi IgM dan IgG virus dengue.
4
2.4 Analisa Masalah
5
4. Pucat terjadi karena infeksi dari protozoa akan menyebabkan
kerusakan eritrosit sehingga kadar hemoglobin di dalam tubuh
berkurang yang akan menyebabkan pengangkutan O 2 ke
seluruh tubuh menjadi berkurang. Adanya TNF yang berasal
dari makrofag akibat pelepasan merozoit juga dapat
menyebabkan pucat, karena TNF akan meghambat proses
eritropoiesis, sehingga eritrosit pun berkurang. Sakit kepala
juga disebabkan oleh penurunan kadar hemoglobin dalam
tubuh sehingga pasokan O2 di otak berkurang.
5. Pekerjaan pria di skenario tersebut adalah sebagai pekerja
buruh perkebunan di daerah Papua, dimana Papua termasuk
daerah endemis malaria. Di perkebunan, suhu yang hangat
serta kelembaban yang tinggi merupakan habitat yang cocok
bagi berkembang biaknya nyamuk Anopheles sp., selain itu
banyak genangan-genangan air yang terbentuk saat hujan juga
dapat menjadi tempat berkembangnya nyamuk tersebut.
6. Keadaan umum : tidak normal (penurunan kesadaran)
Tekanan darah : rendah (normal : 120/80 mmHg)
Frekuensi nadi : cepat dan lemah (normal : 60-100 kali/menit)
Frekuensi napas : cepat (normal : 12-20 kali/menit)
Suhu : tinggi (normal : 36,5-37,5°C)
Hemoglobin : rendah (normal : 13,8-17,2 g/dL)
Leukosit : normal (normal : 3.500-10.500/µL)
Trombosit : normal (normal : 150.000-400.000/µL)
Bilirubin total : tinggi (normal : 0,1-1,2 mg/dL)
Bilirubin indirek : tinggi (normal : 0,1-1,0 mg/dL)
Ureum : tinggi (normal : <30 mg/dL)
Kreatinin : tinggi (normal : <1,5 mg/dL)
6
7. Karena infeksi protozoa yang menyebabkan eritrosit mengalami
kerusakan, maka filtrasi di glomerulus ginjal juga mengalami
kerusakan. Ureum dan kreatinin tidak di filtrasi dengan baik
oleh ginjal, sehingga ureum dan kreatinin dalam urin
meningkat.
8. Pada skenario, gejala yang khas yaitu demam. Penyakit dengan
gejala demam beragam misalnya demam tifoid, demam dengue
dan malaria. Untuk menegakkan diagnosis, yang harus
dilakukan adalah pemeriksaan sesuai gejala klinis yang timbul.
- Pemeriksaan DDR (Drike Drupple) untuk mengetahui
apakah pasien terinfeksi plasmodium penyebab malaria.
- Pemeriksaan antibodi dengue untuk mengetahui apakah
pasien terinfeksi virus dengue sebagai penyebab demam
dengue.
- Permeriksaan widal dilakukan untuk mengetahui apakah
pasien terinfeksi Salmonella typhii sebagai penyebab
penyakit demam tifoid.
- Pemeriksaan tubex juga dilakukan untuk mengetahui
apakah pasien menderita penyakit demam tifoid, hanya
saja pebedaannya dengan widal adalah cara
pemeriksaannya.
7
10. Penanganan awal yang dapat diberikan yaitu antipiretik sebagai
penghilang demam, istirahat yang cukup, dan dapat diberikan
obat atau terapi yang tepat setelah dilakukan pemeriksaan
penunjang.
-Apatis
-Pucat Demam
-Sakit kepala
-Anemia
-Menggigil Intermiten
-Demam tinggi
-Berkeringat
-Vital sign
Pem. fisik -Pem. abdomen
-Status generalis
-DDR
Pem. penunjang -Antibodi dengue
-Widal
-Tubex
Penatalaksanaan
Evaluasi 8
2.6 Learning Objectives
2.8 Sintesis
1. Definisi, Etiologi, Jenis Malaria
Definisi
Dalam buku Ilmu Penyakit Dalam (Harijanto, 2017) dijelaskan bahwa penyakit
malaria (malaria disease) ialah penyakit yang disebabkan oleh infeksi parasit
plasmodium di dalam eritrosit dan biasanya disertai dengan gejala demam.
9
Etiologi
Jenis Malaria
10
kali lebih berat dari infeksi lainnya dengan angka komplikasi tinggi (Malaria
Serebral, gangguan gastrointestinal, Algid Malaria, dan Black Water Fever).
11
berubah menjadi amoeboid. Terdiri dari 12-24 merozoit ovale dan pigmen
kuning tengguli. Gametosit berbentuk oval hampir memenuhi seluruh eritrosit,
kromatinin eksentris, pigmen kuning. Gejala malaria jenis ini secara periodik 48
jam dengan gejala klasik trias malaria dan mengakibatkan demam berkala 4 hari
sekali dengan puncak demam setiap 72 jam. Dari semua jenis malaria dan jenis
plasmodium yang menyerang system tubuh, malaria tropika merupakan malaria
yang paling berat di tandai dengan panas yang ireguler, anemia, splenomegali,
parasitemis yang banyak, dan sering terjadinya komplikasi.
Infeksi parasit malaria pada manusia mulai saat nyamuk anopheles betina
menggigit manusia dan nyamuk akan melepaskan sporozoit ke dalam pembuluh
darah dimana sebagian besar dalam waktu 45 menit akan menuju ke hati dan
sebagian kecil sisanya akan mati di darah. Di dalam sel parenkim hati mulailah
perkembangan bentuk aseksual skizonintrahepatik atau skizonpre eritrosit
Perkembangan ini memerlukan waktu 5,5 hari untuk plasmodium falciparum
dan 15 hari untuk plasmodium malariae. Setelah sel parenkim hati terinfeksi,
terbentuk skizon hati yang apabila pecah akan dapat mengeluarkan 10.000 -
30.000 merozoit ke sirkulasi darah. Pada P.vivax dan ovale, sebagian parasit di
dalam sel hati membentuk hipnozoit yang dapat bertahan sampai bertahun-
tahun, dan bentuk ini yang akan menyebabkan terjadinya relaps pada malaria.
12
parasit berubah menjadi skizon, dan bila skizon pecah akan mengeluarkan 6 - 36
merozoit dan siap menginfeksi eritrosit yang lain. Siklus aseksual ini pada
P.falciparum, P. Vivax, P. Ovale ialah 48 jam dan pada P. Malariaeadalah 72
jam.
Patogenesis
13
dipermukaan endotel vaskular. Molekul adhesif di permukaan knob E? secara
kolektif disebut PfEMP-1, (P.falciparumerythrocytemembraneprotein-1).
Molekul adhesif dipermukaan sel endotel vaskular adalah CD36,
trombospondin, intercellularadhesion molecule-1 (ICAM-1),
vascularcelladhesionmolecule- 1 (VCAM),
endothelleucocyteadhesionmolecule- 1(ELAM-1) dan
glycosaminoglycanchandroitinsulfate A. PfEMP-1 merupakan protein - protein
hasil ekspresi genetik oleh sekelompok gen yang berada dipermukaan knob.
Kelompok gen ini disebut gen VAR. Sekuesterasi. Sitoaderen menyebabkan EP
matur tidak beredar kembali dalam sirkulasi. Parasit dalam eritrosit matur yang
tinggal dalam jaringan mikrovaskular disebut EP matur yang mengalami
sekuesterasi. Hanya P. Falciparum yang mengalami sekuesterasi, karena pada
plasmodium lainnya seluruh slklus terjadi pada pembuluh darah perifer.
Sekisterasi terjadi pada organ-organ vital hampir semua jaringan dalam tubuh.
Resetting ialah berkelompoknya EP matur yang diselubungi 10 atau lebih
eritrosit yang tidak mengandung parasit. Plasmodium yang dapat melakukan
sitoaderensi juga yang dapat melakukan rosetting. Rosetting menyebabkan
obstruksi aliran darah lokal/dalam jaringan sehingga mempermudah terjadinya
sitoadheren. Sitokin terbentuk dari sel endotel, monosit dan makrofag setelah
mendapat stimulasi dari malaria toksin (LPS, GPI ). Sitokin ini antara lain TNF
-α(tumor necrosisfactor-alpha), interleukin-1 (IL-l),interleukin-6 (IL-6),
interleukin 3 (IL-3), LT (lymphotoxin) dan interferongamma (lNF-y).
Berat atau ringannya infeksi malaria dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu
[ CITATION FKU15 \l 1057 ]:
14
- Ada dugaan konstitusi genetik
- Keadaan kesehatan dan nutrisi
- Kemoprofilaksis dan pengobatan sebelumnya
Trias malaria lebih sering terjadi pada infeki Plasmodium vivax. Periode
tidak panas berlangsung 12 jam pada Plasmodium falciparum, 36 jam pada
Plasmodium vivax dan ovale, 60 jam pada Plasmodium malariae. Timbulnya
gejala trias malaria ini juga dipengaruhi tingginya kadar TNF-alfa [ CITATION
FKU15 \l 1057 ].
15
Splenomegali atau pembesaran limpa sering dijumpai pada penderita
malaria, limpa akan teraba setelah 3- hari dari serangan infeksi akut, limpa
menjadi bengkak, nyeri dan hiperemis. Beberapa keadaan klinik dalam infeksi
malaria yaitu [ CITATION FKU15 \l 1057 ] :
Serangan primer : keadaan mulai dari akhir masa inkubasi dan mulai terjadi
serangan paroksismal yang terdiri dari dingin/menggigil, panas dan
berkeringat.
Periode latent : periode tanpa gejala dan tanpa parasitemia selama
terjadinya infeksi malaria. Biasanya terjadi di antara dua keadaan
paroksismal.
Rekrudesensi : berulangnya gejala klinik dan parasitemia dalam masa 8
minggu sesudah berakhirnya serangan primer.
Rekurens : berulangnya gejala klinik atau parasitemia setelah 24
minggu berakhirnya serangan primer.
Relaps / Rechute : berulangnya gejala klinik atau parasitemia yang lebih
lama dari waktu di antara serangan periodik dari infeksi primer atau setelah
periode yang lama dari masa laten (sampai 5 tahun).
Berdasarkan jenis plasmodium yang meginfeksi, malaria digolongkan
menjadi:
16
Manifestasi Klinis Malaria Malariae / Malaria Quartana
Malaria malariae banyak dijumpai di daerah Afrika, Amerika latin,
sebagian Asia yang disebabkan oleh P. malaria. Masa inkubasi 18-40 hari.
Manifestasi klinik sama dengan malaria vivax namun lebih ringan dimana
anemia jarang terjadi dan spelnomegali sering dijumpai namun lebih ringan.
Serangan paroksismal terjadi setiap 3-4 hari biasanya pada sore hari.
Parasetimia sangat rendah<1 %.
Komplikasi jarang terjadi, namun sindroma nefrotika dilaporkan
Maka dalam pemeriksaan dapat dijumpai edema, asites, proteinuria yang
banyak dan hipoproteinaemia, tanpa uremia dan hipertensi. Keadaan ini
prognosisnya jelek [ CITATION FKU15 \l 1057 ].
17
albuminuria, hialin dan kristal granuler. Parasitemia yang sering dijumpai
dan sering terjadi komplikasi.Apabila infeksi memberat nadi cepat, nausea,
muntah, diarea menjadi berat dan diikuti kelainan paru (batuk) [ CITATION
FKU15 \l 1057 ].
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
18
c. Sklera ikterik
d. Pembesaran limpa (splenomegali)
e. Pembesaran hati (hepatomegali)
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan sediaan darah apus tepi tebal dan tipis untuk menentukan:
Mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen parasit malaria dengan
menggunakan metode imunokromatografi. Sebelum menggunakan RDT, perlu
dibaca petunjuk penggunaan dan tanggal kadaluarsa.
Diagnosis Banding
Demam merupakan salah satu gejala malaria yang menonjol, yang juga dijumpai
pada hampir semua penyakit infeksi seperti infeksi virus pada sistem respiratorius,
influenza, bruselosis, demam tifoid, demam dengue, dan infeksi bakterial lainnya seperti
pneumonia, infeksi saluran kemih, dan tuberkulosis. Pada daerah hiper-endemik sering
dijumpai penderita dengan infeksi malaria tetapi tidak menunjukkan gejala klinis
malaria.
19
otak lainnya seperti meningitis, ensefalitis, tifoid ensefalopati, tripanososmiasis.
Penurunan kesadaran dan koma dapat terjadi pada gangguan metabolik (diabetes atau
uremi), gangguan serebro-vaskular, eklampsia, epilepsi, dan tumor otak. Palaria berat
ditemukan Plasmodium falciparum atau Plasmodium vivax stadium aseksual dengan
satu atau lebih dari manifestasi klinis sebagai berikut (WHO, 2015):
20
Demam tifoid : memiliki keluhan dan gejala awal yang serupa yaitu demam,
nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare,
dan perasaan tidak enak di perut. Terdapat pula hepatomegali dan splenomegali
pada keadaan lebih lanjut. Perbedaan dapat dilihat dari demam yang dialami
yaitu cenderung semakin meningkat atau step ladder.
Demam Dengue, Demam Berdarah Dengue : Demam yang grafiknya
menyerupai tapal kuda. Suhu tubuh naik dan turun kembali disertai kebocoran
plasma dan meningkat kembali lagi tanda fase sembuh, hematokrit meningkat 5-
10% berbeda dengan malaria yang cenderung turun.
5. Penatalaksanaan Malaria
Penanganan Malaria
Terapi Kombinasi
21
4. Gametositosida, contoh : primakuin untuk keempat spesies
plasmodium
Pengobatan Malaria
22
seskuisterpen lakton mempunyai beberapa formula seperti : artemisinin,
artemeter, arte-eter, artesunat, asam artelinik dan dihidroartemisinin. Obat ini
bekerja sangat cepat dengan paruh waktu kira-kira 2 jam, larut dalam air, bekerja
sebagai obat sizontocidal darah.
2. Artesunate + Mefloquine
3. Artesunate + Amodiaqine
4. Artesunate + sulfadoksin-pirimetamine
23
5. Dihidroartemisinin + Piperakuine (FDC)
0 - 1 2 - 11 1 - 4 5 - 9 10 - 14 > 15
Hari Jenis obat bulan bulan tahun tahun tahun tahun
0 - 4 kg 4 - 10 10 - 20 20 – 40 40 – 60 > 60 kg
kg kg kg kg
1 Artesunat ¼ ½ 1 2 3 4
Amodiakuin ¼ 1 2 3 4
24
Primakuin - - ¾ 1½ 2 2–3
2 Artesunat ¼ ½ 1 2 3 4
Amodiakuin ¼ ½ 1 2 3 4
3 Artesunat ¼ ½ 1 2 3 4
Amodiakuin ¼ ½ 1 2 3 4
0 - 1 2 - 11 1 - 4 5 - 9 10 - 14 > 15
Jenis
Hari bulan bulan tahun tahun tahun tahun
obat
0 - 5 kg 6 - 10 11 - 17 18 - 30 31 - 60 > 61 kg
kg kg kg kg
Primakuin - - ¾ 1½ 2 2–3
Piperaquin = 16 – 32 mg/kgBB
25
Jenis obat Umur < 3 > 3 - 8 > 9 - 14 > 14
tahun tahun tahun tahun
Hari Berat
15 – 24 25 – 34
Badan Jam 5 – 14 kg > 34 kg
kg kg
(Kg)
1 A-L 0 jam 1 2 3 4
A-L 8 jam 1 2 3 4
2 A-L 24 jam 1 2 3 4
A-L 36 jam 1 2 3 4
3 A-L 48 jam 1 2 3 4
A–L 60 jam 1 2 3 4
0 - 1 2 - 11 1 - 4 5 – 9 10 – 14 > 15
Jenis
Hari bulan bulan tahun tahun tahun tahun
obat
0 – 5 6 – 10 11 – 17 18 – 30 31 – 60 > 60 kg
kg kg kg kg kg
1 - 14 Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1
Respons Keterangan
26
Dini (ETF = Early keadaan :
Treatment Failure)
Ada tanda bahaya/malaria berat pada H1, H2, H3,
dan parasitemia.
PENGOBATAN NON-ACT
27
seperti klorokuin dan sulfadoksin-pirimetamin, namun harus dengan monitoring yang
tepat. Obat-obat non-ACT yang digunakan meliputi (Sudoyo, Aru W., 2010) :
Kina Sulfat. 1 tablet mengandung 220 mg kina. Dosis yang dianjurkan adalah 3 x
10 mg/kgBB elam 7 hari. Efektif untuk P.falciparum dan P.vivax. Kina digunakan
jika terjadi kegagalan dalam penggunaan klorokuin dan sulfadoksin-pirimetamin.
PENCEGAHAN MALARIA
28
mata rantai penularan penyakit harus memutuskan hubungan antara ketiga faktor
penyebab penyakit (agent, host, dan enviroment ). (Harjanto,Malaria)
Dapatdilakukandengan :
29
Pada daerah resistensi dengan klorokuin dianjurkan dosisiklin 100mg/hari atau
mefloquin 250mg/minggu atau klorokuin 2 tablet/minggu ditambah proguanil
200mg/hari. Obat paru yang dipakaiuntuk pencegahan yaitu primakuin dosis
0,5mg/kg BB/hari; etaquin, atovaquone/proguanil (malarone) dan azitromycin.
(Harjanto,Malaria)
Vaksinasi Malaria
30
BAB III
Penutup
3.1 Kesimpulan
Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh plasmodium yang
menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual dalam
darah. Infeksi malaria memberikan gejala berupa demam, mengigil, anemia, dan
splenomegali. Dapat berlangsung akut maupun kronik. Infeksi malaria dapat
berlangsung tanpa komplikasi atau mengalami komplikasi sistemik yang dikenal
sebagai malaria berat.
Malaria adalah suatu penyakit protozoa dari genus plasmodium yang ditularkan
melalui gigitan nyamuk anopheles betina. Malaria dapat juga ditularkan secara
langsung melalui transfuse darah, jarum suntik serta dari ibu hamil kepada bayinya.
Pada manusia terdapat 5 spesis Plasmodium yaitu falciparum, vivax, malariae,
ovale dan knowlesi. Adapun diagnosis banding dari malaria adalah demam dengue
dan demam tifoid.
3.2 Saran
Mengingat masih banyaknya kekurangan dari kelompok kami, baik dari segi
diskusi kelompok, penulisan tugas tertulis dan sebagainya, untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari dosen-dosen yang mengajar baik sebagai tutor
maupun dosen yang memberikan materi kuliah, dari rekan-rekan angkatan 2018 dan
dari berbagai pihak demi kesempurnaan laporan. Dan kami berharap semoga
laporan ini bisa berguna bagi para pembaca.
31
32
Daftar Pustaka
Harijanto, P.N. Malaria: dari molekuler ke klinis/editor,P.N. Harijanto, Agung Nugroho, Carta
A. Gunawan. Ed.2.Jakarta:EGC,2009.