Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN HASIL DISKUSI KELOMPOK KECIL

BLOK 10 MODUL 1
PENYAKIT INFEKSI PROTOZOA

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3

Shafa Dimas Saputra 1810015041


Aqilah Zuhratunnisa 1810015016
Alfirana Shofa Nabilah 1810015023
Wulan Ersa Wiranti 1810015032
Rosyida Muthia Rahma 1810015007
Putri Marwah 1810015049
Hannisa Nuur Ash Shamad 1810015058
Ervin Para Putra Wibowo 1810015063
Sayid Muhammad Husein R 1810015076
Achmad Nika Aditya 1610015062
Gresya Elizabet Manurung 1610015074
Metha Sari Yuarningsih 1610015031
Muhammad Fuad Sya’ban 1710015026
Nabilah Shabrina 1510015035

Tutor :
dr. Abdillah Iskandar, M. Kes
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2020
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan
rahmat serta hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan laporan yang berjudul “Fisiologi
Muskuloskeletal” tepat pada waktunya. Laporan ini kami susun dari berbagai sumber ilmiah
sebagai hasil dari diskusi kelompok kecil (DKK) kami.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
terselesaikannya laporan ini, antara lain :

1. dr. Abdillah Iskandar, M. Kes selaku tutor kelompok 3 yang telah membimbing kami
dalam menyelesaikan diskusi kelompok kecil (DKK).

2. Teman-teman kelompok 3 yang telah menyumbangkan pemikiran dan tenaganya


sehingga diskusi kelompok kecil (DKK) 1 dan 2 dapat berjalan dengan baik, serta dapat
menyelesaikan laporan hasil diskusi kelompok kecil (DKK).

3. Teman-teman mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman angkatan 2017


dan pihak-pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu.
Kami menyadari bahwa kemampuan kami dalam menyusun laporan ini sangat terbatas.
Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
tercapainya kesempurnaan dari isi laporan hasil diskusi kelompok kecil (DKK) ini.

i
Samarinda, 6 Februari 2020

Kelompok 1

Daftar Isi
Kata Pengantar...................................................................................................................i
Daftar Isi............................................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan...........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Tujuan......................................................................................................................1
1.3 Manfaat....................................................................................................................2
BAB II Pembahasan..........................................................................................................3
2.1 Skenario...................................................................................................................3
2.2 Identifikasi Istilah Sulit............................................................................................3
2.3 Identifikasi Masalah.................................................................................................4
2.4 Analisa Masalah.......................................................................................................4
2.5 Strukturisasi Konsep................................................................................................7
2.6 Learning Objectives.................................................................................................8
2.7 Belajar Mandiri........................................................................................................8
2.8 Sintesis.....................................................................................................................8
BAB III Penutup..............................................................................................................30
3.1 Kesimpulan............................................................................................................30
3.2 Saran......................................................................................................................30

ii
iii
BAB I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Negara yang berada di kawasan tropis termasuk Indonesia merupakan tempat yang
menunjang perkembangan berbagai macam mikroorganisme seperti protozoa,
bakteri maupun virus sehingga bias menjadi pathogen bagi manusia.Sebagian besar
infeksi mikroorganisme ini akan menimbulkan respon inflamasi yang salah satunya
ditandai dengan demam. Sehingga seseorang yang telah terinfeksi mikroorganisme
akan menimbulkan demam yang memiliki karakteristik masing-masing dan gejala-
gejala lainnya.

Di Indonesia, malaria masih merupakan penyakit infeksi yang menjadi perhatian


utama kementerian kesehatan untuk dilakukan eliminasi. Malaria adalah penyakit
infeksi parasit yang disebabkan oleh plasmodium yang menyerang eritrosit dan
ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual dalam darah. Infeksi malaria
memberikan gejala berupa demam, mengigil,anemia, dan splenomegali.

Infeksi protozoa seperti pada penyakit malaria memiliki ciri yang sama dengan
Infeksi virus misalnya demam dengue dan infeksi bakteri seperti demam tifoid yaitu
memiliki gejala demam. Namun demam yang terjadi berbeda-beda jenisnya. Selain
itu, gejala penyerta masing-masing penyakit tersebut pun berbeda. Oleh karena itu
sangat pentingnya mengetahui penyakit-penyakit tersebut sehingga kami membuat
laporan diskusi ini.

1.2 Tujuan

1. Mahasiswa lebih mengetahui secara mendalam tentang penyakit yang berkaitan


dengan infeksi protozoa yaitu malaria dan dapat membedakannya dengan

1
demam yang hampir serupa, yaitu demam karena infeksi virus dengue dan
demamTifoid.
2. Mahasiswa mampu mengetahui definisi, epidemiologi, etiologi,patomekanisme,
symptom and sign, penegakan diagnosis, diagnosis banding, penatalaksanaan,
dan komplikasi dari malaria.

1.3 Manfaat
Manfaat dari modul ini adalah mahasiswa bisa mengetahui penyakit yang
berhubungan dengan infeksi protozoa yaitu malaria dan dapat membedakannya
dengan demam yang hampir serupa, yaitu demam karena infeksi virus dengue,
demam Tifoid dan demam chikungunya.

2
BAB II
Pembahasan

2.1 Skenario

Demam, Mengigil, Berkeringat Menghadapi Kenyataan

Seorang pria berusia 30 tahun diantar ke UGD dengan


keluhan penurunan kesadaran sejak 6 jam sebelum masuk rumah
sakit. Pasien mengalami demam sejak 7 hari ini dengan sifat naik
turun dan diawali menggigil. Kemudian demam diakhiri dengan
berkeringat. Keluhan tambahan adalah pucat dan sakit kepala.
Pasien merupakan pekerja buruh perkebunan di papua.
Pemeriksaan fisis didapatkan kesadaran apatis, TD 85/65
mmHg, frekuensi nadi 108 kali permenit (lemah), frekuensi napas
24 kali permenit, suhu 40,2 derajat celcius. Mata anemis, ikterik,
lien teraba Hackett 2. Pemeriksaan darah didapatkan Hb 5 gr/dl,
leukosit 6.000 /mm3, trombosit 247.000 /mm3. Bilirubin total 4,8
mg/dl, bilirubin indirek 3,5 mg/dl, ureum 145 mg/dl, creatinin 3,8
mg/dl. Kemudian dokter jaga melakukan planning diagnosis : DDR,
antibodi dengue, widal, dan tubex.

2.2 Identifikasi Istilah Sulit

1. Lien teraba Hackett 2 : Lien teraba namun proyeksinya tidak


melebihi garis horizontal yang ditarik melalui pertengahan arcus
costae dan umbilicus pada garis mamillaris kiri.
2. DDR (Drike Drupple) : Pemeriksaan hapusan darah tebal untuk
mengetahui keberadaan plasmodium dalam darah, mengetahui

3
jumlah rata-rata dan bentuk plasmodium. Interpretasinya positif
bila terdapat plasmodium.
3. Tubex : Alat uji untuk mendeteksi keberadaan antibodi IgM anti-
O9 dalam darah. Antibodi tersebut dihasilkan oleh sistem imun
saat tubuh terinfeksi bakteri Salmonella typhii.
4. Widal : Pemeriksaan yang ditujukan untuk mendiagnosis
demam tifoid dengan mendeteksi adanya antibodi (di dalam
darah) terhadap antigen bakteri Salmonella typhii atau
paratyphii.
5. Pemeriksaan antibodi dengue : Pemeriksaan serologis untuk
mengetahui adanya infeksi virus dengue dengan mendeteksi
antibodi IgM dan IgG virus dengue.

2.3 Identifikasi Masalah

1. Mengapa pria tersebut bisa kehilangan kesadaran?


2. Mengapa demam bersifat naik turun?
3. Mengapa pria tersebut menggigil dan berkeringat?
4. Mengapa pria tersebut bisa terlihat pucat dan sakit kepala?
5. Apa hubungan keluhan yang dialami dengan lingkungan
pekerjaannya?
6. Apa interpretasi hasil pemeriksaan pada skenario?
7. Mengapa kadar ureum dan kreatinin tidak normal?
8. Apa tujuan dari pemeriksaan penunjang pada skenario?
9. Apa diagnosis dan diagnosis bandingnya?
10. Apa penanganan awal yang dapat diberikan?

4
2.4 Analisa Masalah

1. Karena infeksi dari protozoa yang masuk ke sirkulasi darah


menyebabkan eritrosit mengalami kerusakan dan terjadi
sumbatan pembuluh darah kapiler otak sehingga aliran darah
ke otak berkurang lalu terjadi hipoksia jaringan dan
peningkatan permeabilitas vaskuler yang akan menyebabkan
penurunan kesadaran.
2. Demam naik turun merupakan karakteristik dari malaria. Hal ini
dikarenakan sporozoit yang berasal dari gigitan nyamuk
anopheles betina yang selanjutnya berkembang menjadi skizon
di hati, setelah matang skizon akan pecah dan mengeluarkan
merozoit yang akan merangsang pelepasan TNF (Tumor
Necrosis Factor) dan IL-1 dari makrofag. Setelah itu, TNF dibawa
ke hipotalamus untuk mengatur suhu tubuh dengan cara
meningkatkan sekresi prostaglandin. Setiap merozoit dapat
berkembang menjadi skizon lagi dan kembali pecah lalu
mengeluarkan merozoit yang dapat menyebabkan timbulnya
demam lagi.
3. Setelah skizon matang yang pecah mengeluarkan merozoit dan
merangsang pengeluaran TNF, hipotalamus bekerja mengatur
set point suhu tubuh menjadi 40,2°C seperti pada skenario.
Suhu tubuh yang awalnya normal, agar menjadi naik seperti
yang sudah diatur hipotalamus, tubuh menjadi menggigil
dimana otot-otot berkontraksi secara cepat dan berulang untuk
meningkatkan suhu tubuh. Setelah itu, terjadilah fase demam.
Kemudian untuk menurunkan suhu tubuh kembali normal,
tubuh akan berkeringat sebagai mekanisme pengeluaran panas
tubuh.

5
4. Pucat terjadi karena infeksi dari protozoa akan menyebabkan
kerusakan eritrosit sehingga kadar hemoglobin di dalam tubuh
berkurang yang akan menyebabkan pengangkutan O 2 ke
seluruh tubuh menjadi berkurang. Adanya TNF yang berasal
dari makrofag akibat pelepasan merozoit juga dapat
menyebabkan pucat, karena TNF akan meghambat proses
eritropoiesis, sehingga eritrosit pun berkurang. Sakit kepala
juga disebabkan oleh penurunan kadar hemoglobin dalam
tubuh sehingga pasokan O2 di otak berkurang.
5. Pekerjaan pria di skenario tersebut adalah sebagai pekerja
buruh perkebunan di daerah Papua, dimana Papua termasuk
daerah endemis malaria. Di perkebunan, suhu yang hangat
serta kelembaban yang tinggi merupakan habitat yang cocok
bagi berkembang biaknya nyamuk Anopheles sp., selain itu
banyak genangan-genangan air yang terbentuk saat hujan juga
dapat menjadi tempat berkembangnya nyamuk tersebut.
6. Keadaan umum : tidak normal (penurunan kesadaran)
Tekanan darah : rendah (normal : 120/80 mmHg)
Frekuensi nadi : cepat dan lemah (normal : 60-100 kali/menit)
Frekuensi napas : cepat (normal : 12-20 kali/menit)
Suhu : tinggi (normal : 36,5-37,5°C)
Hemoglobin : rendah (normal : 13,8-17,2 g/dL)
Leukosit : normal (normal : 3.500-10.500/µL)
Trombosit : normal (normal : 150.000-400.000/µL)
Bilirubin total : tinggi (normal : 0,1-1,2 mg/dL)
Bilirubin indirek : tinggi (normal : 0,1-1,0 mg/dL)
Ureum : tinggi (normal : <30 mg/dL)
Kreatinin : tinggi (normal : <1,5 mg/dL)

6
7. Karena infeksi protozoa yang menyebabkan eritrosit mengalami
kerusakan, maka filtrasi di glomerulus ginjal juga mengalami
kerusakan. Ureum dan kreatinin tidak di filtrasi dengan baik
oleh ginjal, sehingga ureum dan kreatinin dalam urin
meningkat.
8. Pada skenario, gejala yang khas yaitu demam. Penyakit dengan
gejala demam beragam misalnya demam tifoid, demam dengue
dan malaria. Untuk menegakkan diagnosis, yang harus
dilakukan adalah pemeriksaan sesuai gejala klinis yang timbul.
- Pemeriksaan DDR (Drike Drupple) untuk mengetahui
apakah pasien terinfeksi plasmodium penyebab malaria.
- Pemeriksaan antibodi dengue untuk mengetahui apakah
pasien terinfeksi virus dengue sebagai penyebab demam
dengue.
- Permeriksaan widal dilakukan untuk mengetahui apakah
pasien terinfeksi Salmonella typhii sebagai penyebab
penyakit demam tifoid.
- Pemeriksaan tubex juga dilakukan untuk mengetahui
apakah pasien menderita penyakit demam tifoid, hanya
saja pebedaannya dengan widal adalah cara
pemeriksaannya.

9. Diagnosis : Malaria, karena gejala demam yang khas yaitu fase


menggigil, fase demam, fase berkeringat, serta adanya
ditemukan splenomegali dan kadar bilirubin meningkat.
Diagnosis banding : Demam tifoid dan demam dengue.

7
10. Penanganan awal yang dapat diberikan yaitu antipiretik sebagai
penghilang demam, istirahat yang cukup, dan dapat diberikan
obat atau terapi yang tepat setelah dilakukan pemeriksaan
penunjang.

2.5 Strukturisasi Konsep

-Apatis
-Pucat Demam
-Sakit kepala
-Anemia

-Menggigil Intermiten
-Demam tinggi
-Berkeringat

-Vital sign
Pem. fisik -Pem. abdomen
-Status generalis

-DDR
Pem. penunjang -Antibodi dengue
-Widal
-Tubex

Diagnosis Diagnosis banding DBD, demam tifoid

Malaria (Jenis, etiologi, patogenesis, gejala)

Penatalaksanaan

Evaluasi 8
2.6 Learning Objectives

1. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi, etiologi, dan jenis


malaria.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan siklus hidup dan
patogenesis dari malaria.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan tanda dan gejala klinis
malaria.
4. Mahasiswa mampu menjelaskan penegakan diagnosis dan
diagnosis banding dari malaria.
5. Mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksanaan dari
malaria.

2.7 Belajar Mandiri


Pada step ini masing-masing anggota diskusi melakukan proses belajar
mandiri yang berhubungan dengan tujuan belajar (learning objective) yang telah
dirumuskan pada step 5 untuk mengetahui lebih dalam terhadap materi yang
akan dibahas pada diskusi kelompok kecil (DKK) 2.

2.8 Sintesis
1. Definisi, Etiologi, Jenis Malaria

Definisi

Dalam buku Ilmu Penyakit Dalam (Harijanto, 2017) dijelaskan bahwa penyakit
malaria (malaria disease) ialah penyakit yang disebabkan oleh infeksi parasit
plasmodium di dalam eritrosit dan biasanya disertai dengan gejala demam.

9
Etiologi

Penyebab infeksi malaria ialah plasmodium, yang selain menginfeksi manusia


juga menginfeksi binatang seperti golongan burung, reptile, dan mamalia. Termasuk
genus plasmodium dari family plasmodidae, ordo Eucoccidiorida, klas Sporoazida,
dan phylum Apicomplexa. Plasmodium ini pada manusia menginfeksi eritrosit dan
mengalami pembiakan aseksual di jaringan hati dan di eritrosit. Pembiakan seksual
terjadi pada tubuh nyamuk anopheles betina. Secara keseluruhan ada lebih dari 100
plasmodium yang menginfeksi binatang. Sementara itu terdapat empat plasmodium
yang dapat menginfeksi manusia, yang sering dijumpai ialah plasmodium vivax yang
menyebabkan malaria tertiana dan plasmodium falciparum yang menyebabkan
malaria tropika. Plasmodium malariae pernah juga dijumpai pada kasus di Indonesia
tetapi sangat jarang. Plasmodium ovale pernah dilaporkan dijumpai di Irian Jaya,
pulau Timor, dan Pulau Owi (utara Irian Jaya). Sejak tahun 2004 telah 1 dilaporkan
munculnya Plasmodium Knowlesi yang awalnya hanya diketahui menginfeksi
monyet berekor panjang sekarang diketahui menginfeksi manusia.

Jenis Malaria

a) Malaria Tropika (Plasmodium Falcifarum)

Malaria tropika/ falciparum malaria tropika merupakan bentuk yang


paling berat, ditandai dengan panas yang ireguler, anemia, splenomegali,
parasitemia 13 yang banyak dan sering terjadi komplikasi. Masa inkubasi 9-14
hari. Malaria tropika menyerang semua bentuk eritrosit. Disebabkan oleh
Plasmodium falciparum. Plasmodium ini berupa Ring/ cincin kecil yang
berdiameter 1/3 diameter eritrosit normal dan merupakan satu-satunya spesies
yang memiliki 2 kromatin inti (Double Chromatin). Plasmodium Falcifarum
menyerang sel darah merah seumur hidup. Infeksi Plasmodium Falcifarum
sering kali menyebabkan sel darah merah yang mengandung parasit
menghasilkan banyak tonjolan untuk melekat pada lapisan endotel dinding
kapiler dengan akibat obstruksi trombosis dan iskemik lokal. Infeksi ini sering

10
kali lebih berat dari infeksi lainnya dengan angka komplikasi tinggi (Malaria
Serebral, gangguan gastrointestinal, Algid Malaria, dan Black Water Fever).

b) Malaria Kwartana (Plasmoduim Malariae)

Plasmodium Malariae mempunyai tropozoit yang serupa dengan


Plasmoduim vivax, lebih kecil dan sitoplasmanya lebih kompak/ lebih biru.
Tropozoit matur mempunyai granula coklat tua sampai hitam dan kadang-
kadang mengumpul sampai membentuk pita. Skizon Plasmodium malariae
mempunyai 8-10 merozoit yang tersusun seperti kelopak bunga/ rossete. Bentuk
gametosit sangat mirip dengan Plasmodium vivax tetapi lebih kecil. Ciri-ciri
demam tiga hari sekali setelah puncak 48 jam. Gejala lain nyeri pada kepala dan
punggung, mual, pembesaran limpa, dan malaise umum. Komplikasi yang
jarang terjadi namun dapat terjadi seperti sindrom nefrotik dan
komplikasiterhadap ginjal lainnya. Pada pemeriksaan akan di temukan edema,
asites,proteinuria, hipoproteinemia, tanpa uremidan hipertensi.

c) Malaria Ovale (Plasmodium Ovale)

Malaria Tersiana (Plasmodium Ovale) bentuknya mirip Plasmodium


malariae, skizonnya hanya mempunyai 8 merozoit dengan masa pigmen hitam di
tengah. Karakteristik yang dapat di pakai untuk identifikasi adalah bentuk
eritrosit yang terinfeksi Plasmodium Ovale biasanya oval atau ireguler dan
fibriated. Malaria ovale merupakan bentuk yang paling ringan dari semua
malaria disebabkan oleh Plasmodium ovale. Masa inkubasi 11-16 hari, walau
pun periode laten sampai 4 tahun. Serangan paroksismal 3-4 hari dan jarang
terjadi lebih dari 10 kali walau pun tanpa terapi dan terjadi pada malam hari.

d) Malaria Tersiana (Plasmodium Vivax)

Malaria Tersiana (Plasmodium Vivax) biasanya menginfeksi eritrosit


muda yang diameternya lebih besar dari eritrosit normal. Bentuknya mirip
dengan plasmodium Falcifarum, namun seiring dengan maturasi, tropozoit vivax

11
berubah menjadi amoeboid. Terdiri dari 12-24 merozoit ovale dan pigmen
kuning tengguli. Gametosit berbentuk oval hampir memenuhi seluruh eritrosit,
kromatinin eksentris, pigmen kuning. Gejala malaria jenis ini secara periodik 48
jam dengan gejala klasik trias malaria dan mengakibatkan demam berkala 4 hari
sekali dengan puncak demam setiap 72 jam. Dari semua jenis malaria dan jenis
plasmodium yang menyerang system tubuh, malaria tropika merupakan malaria
yang paling berat di tandai dengan panas yang ireguler, anemia, splenomegali,
parasitemis yang banyak, dan sering terjadinya komplikasi.

2. Daur Hidup Parasit dan Patogenesis

Daur Hidup Parasit Malaria

Infeksi parasit malaria pada manusia mulai saat nyamuk anopheles betina
menggigit manusia dan nyamuk akan melepaskan sporozoit ke dalam pembuluh
darah dimana sebagian besar dalam waktu 45 menit akan menuju ke hati dan
sebagian kecil sisanya akan mati di darah. Di dalam sel parenkim hati mulailah
perkembangan bentuk aseksual skizonintrahepatik atau skizonpre eritrosit
Perkembangan ini memerlukan waktu 5,5 hari untuk plasmodium falciparum
dan 15 hari untuk plasmodium malariae. Setelah sel parenkim hati terinfeksi,
terbentuk skizon hati yang apabila pecah akan dapat mengeluarkan 10.000 -
30.000 merozoit ke sirkulasi darah. Pada P.vivax dan ovale, sebagian parasit di
dalam sel hati membentuk hipnozoit yang dapat bertahan sampai bertahun-
tahun, dan bentuk ini yang akan menyebabkan terjadinya relaps pada malaria.

Setelah berada dalam sirkulasi darah merozoit akan menyerang eritrosit


dan masuk melalui reseptor permukaan eritrosit. Parasit tumbuh setelah
memakan hemoglobin dan dalam metabolisme-nya membentuk pigmen yang
disebut hemozoin yang dapat dilihat secara mikroskopik. Eritrosit yang
berparasit menjadi lebih elastik dan dinding berubah lonjong, pada P. falciparum
dinding eritrosit membentuk tonjolan yang disebut knob yang nantinya penting
dalam proses sitoaderens dan rosetting. Setelah 36 jam invasi kedalam eritrosit,

12
parasit berubah menjadi skizon, dan bila skizon pecah akan mengeluarkan 6 - 36
merozoit dan siap menginfeksi eritrosit yang lain. Siklus aseksual ini pada
P.falciparum, P. Vivax, P. Ovale ialah 48 jam dan pada P. Malariaeadalah 72
jam.

Di dalam darah sebagian parasit akan membentuk gamet jantan dan


betina, dan bila nyamuk menghisap darah manusia yang sakit akan terjadi siklus
seksual dalam tubuh nyamuk. Setelah terjadi perkawinan akan terbentuk zigot
dan menjadi lebih bergerak menjadi ookinet yang menembus dinding perut
nyamuk dan akhirnya menjadi bentuk oocyst yang akan menjadi masak dan
mengeluarkan sporozoit yang akan bermigrasi ke kelenjar ludah nyamuk dan
siap menginfeksi manusia.

Patogenesis

Patogenasls malaria falciparum dipengaruhi oleh faktor parasit dan faktor


pejamu (host). Termasuk dalam faktor parasit adalah intensitas transmisi,
densitas parasit dan virulensi parasit. Sedangkan yang masuk dalam faktor
pejamu adalah tingkat endemisitas daerah tempat tinggal, genetik, usia, status
nutrisi dan status imunologi. EP secara garis besar mengalami 2 stadium, yaitu
stadium cincin pada 24 jam I dan stadium matur pada 24 jam ke II. Permukaan
EP stadium cincin akan menampilkan antigen RESA (Ring-erythrocytesurgace
antigen) yang menghilang setelah parasit masuk stadium matur. Permukaan
membran EP stadium matur akan mengalami penonjolan dan membentuk knob
dengan Histidin Rich-protein-I (HRP-l) sebagai komponen utamanya.
Selanjutnya bila EP tersebut berubah menjadi merozoid, akan dilepaskan toksin
malaria berupa GPI atau glikosilfosfatidilinositol yang merangsang pelepasan
TNF- αdan interleukin-1 (IL-1) dari makrofag.

Sitoaderensi ialah perlekatan antara EP stadium matur pada permukaan


endotel vaskular. Perlekatan terjadi molekul adhesif yang terletak
dipermukaanknob EP melekat dengan molekul-molekul adhesif yang terletak

13
dipermukaan endotel vaskular. Molekul adhesif di permukaan knob E? secara
kolektif disebut PfEMP-1, (P.falciparumerythrocytemembraneprotein-1).
Molekul adhesif dipermukaan sel endotel vaskular adalah CD36,
trombospondin, intercellularadhesion molecule-1 (ICAM-1),
vascularcelladhesionmolecule- 1 (VCAM),
endothelleucocyteadhesionmolecule- 1(ELAM-1) dan
glycosaminoglycanchandroitinsulfate A. PfEMP-1 merupakan protein - protein
hasil ekspresi genetik oleh sekelompok gen yang berada dipermukaan knob.
Kelompok gen ini disebut gen VAR. Sekuesterasi. Sitoaderen menyebabkan EP
matur tidak beredar kembali dalam sirkulasi. Parasit dalam eritrosit matur yang
tinggal dalam jaringan mikrovaskular disebut EP matur yang mengalami
sekuesterasi. Hanya P. Falciparum yang mengalami sekuesterasi, karena pada
plasmodium lainnya seluruh slklus terjadi pada pembuluh darah perifer.
Sekisterasi terjadi pada organ-organ vital hampir semua jaringan dalam tubuh.
Resetting ialah berkelompoknya EP matur yang diselubungi 10 atau lebih
eritrosit yang tidak mengandung parasit. Plasmodium yang dapat melakukan
sitoaderensi juga yang dapat melakukan rosetting. Rosetting menyebabkan
obstruksi aliran darah lokal/dalam jaringan sehingga mempermudah terjadinya
sitoadheren. Sitokin terbentuk dari sel endotel, monosit dan makrofag setelah
mendapat stimulasi dari malaria toksin (LPS, GPI ). Sitokin ini antara lain TNF
-α(tumor necrosisfactor-alpha), interleukin-1 (IL-l),interleukin-6 (IL-6),
interleukin 3 (IL-3), LT (lymphotoxin) dan interferongamma (lNF-y).

3. Tanda dan Gejala

Berat atau ringannya infeksi malaria dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu
[ CITATION FKU15 \l 1057 ]:

- Jenis plasmodium (Plasmodium Falciparum sering memberikan komplikasi)


- Daerah asal infeksi (pola resistensi terhadap pengobatan)
- Umur (usia lanjut dan bayi sering lebih berat)

14
- Ada dugaan konstitusi genetik
- Keadaan kesehatan dan nutrisi
- Kemoprofilaksis dan pengobatan sebelumnya

Manifestasi Umum Malaria

Malaria memiliki gambaran karakteristik demam periodik, anemia, dan


splenomegali. Masa inkubasi bervariasi pada masing-masing plasmodium.
Keluhan prodromal dapat terjadi sebelum terjadinya demam berupa kelesuan,
malaise, sakit kepala, sakit punggung, merasa dingin di punggung, nyeri sendi
dan tulang, demam ringan, anoreksia, sakit perut, diare ringan dan kadang-
kadang dingin. Keluhan prodromal sering terjadi pada malaria akibat
Plasmodium vivax dan ovale, sedangkan pada Plasmodium falciparum dan
malariae keluhan prodromal tidak jelas bahkan gejala dapat mendadak
[ CITATION FKU15 \l 1057 ].

Gejala klasik yaitu terjadinya Trias Malaria secara berurutan, yaitu :

 Periode dingin (15-60 menit) : mulai menggigil, penderita sering


membungkus diri dengan selimut dan pada saat menggigil sering seluruh
badan bergetar dan gigi-geligi saling terantuk, diikuti dengan meningkatnya
temperatur
 Periode panas : wajah penderita merah, nadi cepat, suhu
badan tetap tinggi beberapa jam, diikuti dengan keadaan berkeringat
 Periode berkeringat : penderita berkeringat banyak dan
temperatur turun, dan penderita merasa sehat.

Trias malaria lebih sering terjadi pada infeki Plasmodium vivax. Periode
tidak panas berlangsung 12 jam pada Plasmodium falciparum, 36 jam pada
Plasmodium vivax dan ovale, 60 jam pada Plasmodium malariae. Timbulnya
gejala trias malaria ini juga dipengaruhi tingginya kadar TNF-alfa [ CITATION
FKU15 \l 1057 ].

15
Splenomegali atau pembesaran limpa sering dijumpai pada penderita
malaria, limpa akan teraba setelah 3- hari dari serangan infeksi akut, limpa
menjadi bengkak, nyeri dan hiperemis. Beberapa keadaan klinik dalam infeksi
malaria yaitu [ CITATION FKU15 \l 1057 ] :

 Serangan primer : keadaan mulai dari akhir masa inkubasi dan mulai terjadi
serangan paroksismal yang terdiri dari dingin/menggigil, panas dan
berkeringat.
 Periode latent : periode tanpa gejala dan tanpa parasitemia selama
terjadinya infeksi malaria. Biasanya terjadi di antara dua keadaan
paroksismal.
 Rekrudesensi : berulangnya gejala klinik dan parasitemia dalam masa 8
minggu sesudah berakhirnya serangan primer.
 Rekurens : berulangnya gejala klinik atau parasitemia setelah 24
minggu berakhirnya serangan primer.
 Relaps / Rechute : berulangnya gejala klinik atau parasitemia yang lebih
lama dari waktu di antara serangan periodik dari infeksi primer atau setelah
periode yang lama dari masa laten (sampai 5 tahun).
Berdasarkan jenis plasmodium yang meginfeksi, malaria digolongkan
menjadi:

 Manifestasi Klinis Malaria Tertiana/ M. Vivax/ M. Benign


Malaria yang disebabkan oleh P. vivax ini pada hari-hari pertama
panas ireguler, kadang remiten atau intermiten. Pada saat itu perasaan dingin
atau menggigil jarang terjadi. Serangan paroksismal biasanya terjadi pada
waktu sore hari. Pada minggu kedua limpa mulai teraba. Parasitemia mulai
menurun setelah 14 hari, limpa masih bisa membesar hingga derajat 4atau 5
(ukuran Hackett) dan panas masih berlangsung. Malaria serebral jarang
terjadi dan edema tungkai [ CITATION FKU15 \l 1057 ].

16
 Manifestasi Klinis Malaria Malariae / Malaria Quartana
Malaria malariae banyak dijumpai di daerah Afrika, Amerika latin,
sebagian Asia yang disebabkan oleh P. malaria. Masa inkubasi 18-40 hari.
Manifestasi klinik sama dengan malaria vivax namun lebih ringan dimana
anemia jarang terjadi dan spelnomegali sering dijumpai namun lebih ringan.
Serangan paroksismal terjadi setiap 3-4 hari biasanya pada sore hari.
Parasetimia sangat rendah<1 %.
Komplikasi jarang terjadi, namun sindroma nefrotika dilaporkan
Maka dalam pemeriksaan dapat dijumpai edema, asites, proteinuria yang
banyak dan hipoproteinaemia, tanpa uremia dan hipertensi. Keadaan ini
prognosisnya jelek [ CITATION FKU15 \l 1057 ].

 Maniestasi Klinis Malaria Ovale


Merupakan bentuk paling ringan yang disebabkan oleh P. ovale.
Masa inkubasi 11-16 hari. Manifestasi klinik sama dengan malaria vivax
namun lebih ringan dimana puncak panas lebih rendah dan berlangsung lebih
pendek sehingga dapat sembuh spontan tanpa pengobatan. Serangan
paroksismal 3-4 hari terjadi malam hari dan jarang lebih dari 10x walau
tanpa terapi. Serangan menggigil jarang terjadi dan splenomegali jarang
sampai dapat diraba [ CITATION FKU15 \l 1057 ]

 Manifestasi Klinis Malaria Tropika/ Malaria falciparum


Merupakan bentuk paling berat, ditandai dengan panas yang ireguler
namun tidak periodic dan sering terjadi hiperpireksia dengan suhu diatas
40oC, anemia lebih menonjol dengan leupenia dengan monositosis,
splenomegali lebih sering dijumpai daripada hepatomegali dapat disertai
ikterus dan nyeri pada perabaan. Gejala lain berupa konvulsi, pneumonia
aspirasi dan banyak keringat walaupun suhu normal. Masa inkubasi 9-14
hari. Gejala prodromalnya yaitu sakit kepala, nyeri tungkai/punggung, lesu,
perasaan dingin, mual, muntah, diare. Kelainan urin dapat berupa

17
albuminuria, hialin dan kristal granuler. Parasitemia yang sering dijumpai
dan sering terjadi komplikasi.Apabila infeksi memberat nadi cepat, nausea,
muntah, diarea menjadi berat dan diikuti kelainan paru (batuk) [ CITATION
FKU15 \l 1057 ].

 Manifestasi Klinis Plasmodium Knowlesi


Malaria ini sering didiagnosa sebagai P. malariae yang tidak klasik
karena gejala panas lebih dominan dengan puncak panass tiap hari, kadang
dengan 2 puncak. Siklus aseksual tiap 24 jam dan masa inkubasi 9-12 hari.
Sering dijumai gejala nyeri abdomen dengan diarrhea. Parasitemia lebih
tinggi daripada P. malariae. Komplikasi yang terjadi berupa penurunan
kesadaran, hipotensi, gagal ginjal, ikterik, gagal pernapasan, bahkan
kematian. Diagnosis pasti malaria knowlesi saat ini hanya dengan
pemeriksaan analisis DNA dengan pemeriksaan PCR[ CITATION FKU15 \l 1057
].

4. Diagnosis Dan Diagnosis Banding

Anamnesis

Pada anamnesis, sangat penting diperhatikan:

a. Keluhan: demam,menggigil, berkeringat, dan dapat disertai sakit kepala, mual,


muntah, diare, dan nyeri otot atau pegal-pegal.
b. Riwayat sakit malaria dan riwayat minum obat malaria
c. Riwayat berkunjung ke daerah endemis malaria
d. Riwayat tinggal di daerah endemis malaria.

Pemeriksaan Fisik

a. Suhu tubuh aksiler ≥37,5 oC


b. Konjungtiva atau telapak tangan pucat

18
c. Sklera ikterik
d. Pembesaran limpa (splenomegali)
e. Pembesaran hati (hepatomegali)

Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan dengan mikroskop

Pemeriksaan sediaan darah apus tepi tebal dan tipis untuk menentukan:

a. Ada tidaknya parasit malaria


b. Spesies dan stadium plasmodium
c. Kepadatan parasit/jumlah parasit

2. Pemeriksaan dengan uji diagnostik cepat (Rapid Diagnostic Test)

Mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen parasit malaria dengan
menggunakan metode imunokromatografi. Sebelum menggunakan RDT, perlu
dibaca petunjuk penggunaan dan tanggal kadaluarsa.

Diagnosis Banding

Demam merupakan salah satu gejala malaria yang menonjol, yang juga dijumpai
pada hampir semua penyakit infeksi seperti infeksi virus pada sistem respiratorius,
influenza, bruselosis, demam tifoid, demam dengue, dan infeksi bakterial lainnya seperti
pneumonia, infeksi saluran kemih, dan tuberkulosis. Pada daerah hiper-endemik sering
dijumpai penderita dengan infeksi malaria tetapi tidak menunjukkan gejala klinis
malaria.

Pada malaria berat diagnosis banding tergantung manifestasi malaria beratnya.


Pada malaria dengan ikterus, diagnosis banding ialah demam tifoid dengan hepatitis,
kolesistitis, abses hati, dan leptospirosis. Hepatitis pada saat timbul ikterus biasanya
tidak dijumpai demam lagi. Pada malaria serebral harus dibedakan dengan infeksi pada

19
otak lainnya seperti meningitis, ensefalitis, tifoid ensefalopati, tripanososmiasis.
Penurunan kesadaran dan koma dapat terjadi pada gangguan metabolik (diabetes atau
uremi), gangguan serebro-vaskular, eklampsia, epilepsi, dan tumor otak. Palaria berat
ditemukan Plasmodium falciparum atau Plasmodium vivax stadium aseksual dengan
satu atau lebih dari manifestasi klinis sebagai berikut (WHO, 2015):

 Perubahan kesadaran (GCS<11, Blantyre <3)


 Kelemahan otot (tak bisa duduk/berjalan)
 Kejang berulang-lebih dari dua episode dalam 24 jam
 Edema paru (didapat dari gambaran radiologi atau saturasi oksigen <92
% dan frekuensi pernafasan >30)
 Gagal sirkulasi atau syok: pengisian kapiler >3 detik, tekanan sistolik
<80 mm Hg (pada anak: <70 mmHg)
 Jaundice (bilirubin >3mg/dL dan kepadatan parasit >100.000 pada
Falcifarum)
 Hemoglobinuria
 Perdarahan spontan abnormal
Atau gambaran laboratorium sebagai berikut:
 Hipoglikemi (gula darah<40 mg%)
 Asidosis metabolik (bikarbonat plasma <15 mmol/L).
 Anemia berat (Hb <5 gr% untuk endemis tinggi, <7gr% untuk endemis
sedang-rendah), pada dewasa Hb <7gr% atau hematokrit<15%)
 Hiperparasitemia (parasit >2 % eritrosit atau 100.000 parasit /μL di
daerah endemis rendah atau> 5% eritrosit atau 100.0000 parasit /μl di
daerah endemis tinggi)
 Hiperlaktemia (asam laktat >5 mmol/L)
 Hemoglobinuria
 Gangguan fungsi ginjal (kreatinin serum >3 mg%) atau urea darah>20
mmol/liter

20
 Demam tifoid : memiliki keluhan dan gejala awal yang serupa yaitu demam,
nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare,
dan perasaan tidak enak di perut. Terdapat pula hepatomegali dan splenomegali
pada keadaan lebih lanjut. Perbedaan dapat dilihat dari demam yang dialami
yaitu cenderung semakin meningkat atau step ladder.
 Demam Dengue, Demam Berdarah Dengue : Demam yang grafiknya
menyerupai tapal kuda. Suhu tubuh naik dan turun kembali disertai kebocoran
plasma dan meningkat kembali lagi tanda fase sembuh, hematokrit meningkat 5-
10% berbeda dengan malaria yang cenderung turun.

5. Penatalaksanaan Malaria

Penanganan Malaria

 Terapi Kombinasi

Menurut buku Parasitologi FKUI tahun 2014 terapi kombinasi adalah


penggunaan obat malaria dua atau lebih obat skizontisida dengan kerja berbeda
atau target biokimia beda. Dapat diformulasi bersama ataupun terpisah.
Tujuannya untuk meningkatkan efikasi pengobatan dan memperlambat resistensi
obat.

 Klasifikasi Biologi Obat Malaria

Berdasar stadium parasit dibagi dalam 5 golongan :

1. Skizontisisda primer, contoh :proguanil dan pirimetamin

2. Skizontisida sekunder, contoh : primakuin

3. Skizontosida darah, contoh : kina, amodiakuin, halofantrine,


golongan artemisinin

21
4. Gametositosida, contoh : primakuin untuk keempat spesies
plasmodium

5. Sporontosida, contoh : primakuin dan proguanil

Penanganan Malaria Tanpa Komplikasi

Prinsip pengobatan malaria :

 Penderita tergolong malaria tanpa komplikasi diobati dengan ACT


(Artemisinin base Combination Therapy)

 Penderita malaria berat diobati dengan Artesunate intra venous

 Pemberian pengobatan dengan ACT harus berdasarkan hasil pemeriksaan


darah mikroskopik positif atau RDT yang positif

 Pengobatan harus radikal dengan penambahan primakuin(Ilmu Penyakit


Dalam, 2014).

Pengobatan Malaria

Secara global WHO telah menetapkan pengobatan malaria tanpa


komplikasi dengan memakai obat ACT (Artemisinin base Combination
Therapy). Golongan artemisinin (ART) telah dipilih sebagai obat utama karena
efektif dalam mengatasi plasmodium yang resisten dengan pengobatan. Selain
itu artemisinin juga bekerja membunuh plasmodium dalam semua stadium
termasuk gametosit. Juga efektif terhadap semua spesies, P. Falciparum, P.
Vivax, maupun lainnya. Kegagalan dini terhadap ART belum dilaporkan saat ini.

Golongan Artemisinin : Berasal dari tanaman Artemisia annua. L yang


disebut dalam bahasa Cina sebagai Qinghaosu. Obat ini termasuk kelompok

22
seskuisterpen lakton mempunyai beberapa formula seperti : artemisinin,
artemeter, arte-eter, artesunat, asam artelinik dan dihidroartemisinin. Obat ini
bekerja sangat cepat dengan paruh waktu kira-kira 2 jam, larut dalam air, bekerja
sebagai obat sizontocidal darah.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemakaian artemisinin sebagai


obat tunggal menimbulkan terjadinya rekrudensi, maka direkomendasikan untuk
dipakai dengan kombinasi obat lain. Dengan demikian juga akan memperpendek
lama pemakaian obat. Obat ini cepat diubah dalam bentuk aktifnya
(dihidroartemisinin) dan penyediaan ada yang oral, perenteral/injeksi, dan
suppositoria(Ilmu Penyakit Dalam, 2014).

PENGOBATAN ACT (ARTEMISININ BASE COMBINATION THERAPY)

Penggunaan golongan artemisinin secara monoterapi mudah


mengakibatkan terjadinya rekrudensi. Karenanya WHO memberikan petunjuk
penggunaan artemisinin dengan mengkombinasikan dengan obat anti malaria
yang lain. Hal ini disebut Artemisinin base Combination Therapy (ACT).
Kombinasi obat ini dapat berupa kombinasi dosis tetap (fixed dose combination
= FDC) atau kombinasi tidak tetap (non-fixed dose combination). Sampai
dengan tahun 2010 WHO telah merekomendasikan 5 jenis ACT, yaitu :

1. Artemether + Lumefantrine (FDC)

2. Artesunate + Mefloquine

3. Artesunate + Amodiaqine

4. Artesunate + sulfadoksin-pirimetamine

23
5. Dihidroartemisinin + Piperakuine (FDC)

ACT merupakan kombinasi pengobatan yang unik, karena artemisinin


memiliki kemampuan :

 Menurunkan biomass parasite dengan cepat

 Menghilangkan simptom dengan cepat

 Efectif terhadap parasit multi-drug resisten, semua bentuk/stadium parasit


dari bentuk muda sampai tua yang berkuestrasi pada pembuluh kapiler.

 Menurunkan pembawa gamet, menghambat transmisi

 Belum ada resistensi terhadap artemisinin

 Efek samping yang minimal

Pengobatan Lini Pertama Malaria Falsiparum Menurut Kelompok Umur


dengan Artesunat-Amodiaquin

Jumlah tablet per hari menurut kelompok umur

0 - 1 2 - 11 1 - 4 5 - 9 10 - 14 > 15
Hari Jenis obat bulan bulan tahun tahun tahun tahun

0 - 4 kg 4 - 10 10 - 20 20 – 40 40 – 60 > 60 kg
kg kg kg kg

1 Artesunat ¼ ½ 1 2 3 4

Amodiakuin ¼ 1 2 3 4

24
Primakuin - - ¾ 1½ 2 2–3

2 Artesunat ¼ ½ 1 2 3 4

Amodiakuin ¼ ½ 1 2 3 4

3 Artesunat ¼ ½ 1 2 3 4

Amodiakuin ¼ ½ 1 2 3 4

 Amodiakuin basa = 10 mg/kgBB dan Artesunat = 4 mg/kgBB.

 Primakuin = 0,75 mg/kgBB(Ilmu Penyakit Dalam, 2014)

Pengobatan Lini Pertama Malaria Falsiparum Menurut Kelompok Umur


dengan Dihydro-Artemisinin + Piperaquin (Dhp)

Jumlah tablet perhari menurut kelompok umur

0 - 1 2 - 11 1 - 4 5 - 9 10 - 14 > 15
Jenis
Hari bulan bulan tahun tahun tahun tahun
obat
0 - 5 kg 6 - 10 11 - 17 18 - 30 31 - 60 > 61 kg
kg kg kg kg

1 DHP ¼ ½ 1 1,5 2 3–4

Primakuin - - ¾ 1½ 2 2–3

2-3 DHP ¼ ½ 1 1,5 2 3–4

 Dosis obat : Dihydroartemisinin = 2 – 4 mg/kgBB

 Piperaquin = 16 – 32 mg/kgBB

 Primakuin = 0,75 mg/kgBB

(Ilmu Penyakit Dalam, 2014)

Dosis penggunaan artemeter-lumefantrine (A-L) untuk Malaria


Falsiparum

25
Jenis obat Umur < 3 > 3 - 8 > 9 - 14 > 14
tahun tahun tahun tahun
Hari Berat
15 – 24 25 – 34
Badan Jam 5 – 14 kg > 34 kg
kg kg
(Kg)

1 A-L 0 jam 1 2 3 4

A-L 8 jam 1 2 3 4

Primakuin 12 jam ¾ 1½ 2 2–3

2 A-L 24 jam 1 2 3 4

A-L 36 jam 1 2 3 4

3 A-L 48 jam 1 2 3 4

A–L 60 jam 1 2 3 4

Pengobatan malaria Vivaks dengan Dihydroartemisinin + Piperaquin


(DHP)
Jumlah teblet perhari menurut kelompok umur

0 - 1 2 - 11 1 - 4 5 – 9 10 – 14 > 15
Jenis
Hari bulan bulan tahun tahun tahun tahun
obat
0 – 5 6 – 10 11 – 17 18 – 30 31 – 60 > 60 kg
kg kg kg kg kg

1-3 DHP ¼ ½ 1 1,5 2 3–4

1 - 14 Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1

(Ilmu Penyakit Dalam, 2014)

Klasifikasi Respons Pengobatan Menurut WHO 2001, 2003, 2009

Respons Keterangan

Kegagalan Pengobatan Bila penderita berkembang dengan salah satu

26
Dini (ETF = Early keadaan :
Treatment Failure)
Ada tanda bahaya/malaria berat pada H1, H2, H3,
dan parasitemia.

Parasitemia pada H2 > H0.

Parasitemia pada H3 > = 25 % H0.

Parasitemia pada H3 dengan Temp. > 37,50C

Kegagalan Pengobatan Bila penderita berkembang dengan salah satu


Kasep keadaan sbb pada H4-H28 yang sebelumnya tidak
ada persaratan ETF sbb:
(LTF = Late Treatment
Failure) Ada tanda/bahaya malaria berat setelah H3 dan
parasitemia (jenis parasit = H0).

Parasitemia pada H4-H28 (H42) disertai temperatur


> 37,50C (disebut Late Clinical Failure = LCF)

Parasitemia pada H7 – H28 (H42) (jenis parasit =


H0), tanpa demam disebut Late Parasitological
Failure (LPF)

Respon Klinis Memadai Bila penderita sebelumnya tidak berkembang dengan


salah satu persaratan ETF dan LTF, dan tidak ada
(ACR = Appropriate
parasitemia selama diikuti sampai H28 (H42).
Clinical Respon)

(Ilmu Penyakit Dalam, 2014)

PENGOBATAN NON-ACT

Di beberapa daerah di Indonesia, kebanyakan sudah resisten terhadap pengobatan non-


ACT. Namun, masih ada obat non-ACT yang efektif digunakan di beberapa daerah,

27
seperti klorokuin dan sulfadoksin-pirimetamin, namun harus dengan monitoring yang
tepat. Obat-obat non-ACT yang digunakan meliputi (Sudoyo, Aru W., 2010) :

 Klorokuin difosfat/sulfat. 250 mg garam (150 mg basa), dosis 25 mg basa/kgBB


untuk 3 hari, terbagi menjadi 10 mg/kgBB untuk hari pertama dan kedua,
dilanjutkan 5 mg/kgBB untuk hari ketiga. Untuk orang dewasa dapat dipakai 4
tablet untuk hari pertama dan kedua, dan 2 tablet untuk hari ketiga. Obat ini efektif
untuk P.falciparum dan P.vivax.

 Sulfadoksin-Pirimetamin. Mengandung 500 mg Sulfadoksin dan 25 mg


pirimetamin. Dosis untuk orang dewasa 3 tablet dosis tunggal (1 kali). Dosis anak
menggunakan takaran pirimetamin 1,25 mg/kgBB. Obat ini dipakai untuk
P.falciparum dan tidak efektif untuk P.vivax. Obat ini dipakai bila terjadi kegagalan
dalam penggunaan klorokuin.

 Kina Sulfat. 1 tablet mengandung 220 mg kina. Dosis yang dianjurkan adalah 3 x
10 mg/kgBB elam 7 hari. Efektif untuk P.falciparum dan P.vivax. Kina digunakan
jika terjadi kegagalan dalam penggunaan klorokuin dan sulfadoksin-pirimetamin.

 Primakuin. 1 tablet mengandung 15 mg primakuin. Digunakan sebagai obat


pelengkap terhadap pengobatan P.vivax dan P.falciparum. Pada P.falciparum
dosisnya 45 mg (3 tablet) dosis tunggal untuk membunuh gametosit, sedangkan
untuk plasmodium vivax dosisnya 15 mg/hari selama 14 hari untuk membunuh
gametosit dan hipnozoit (anti-relaps).

PENCEGAHAN MALARIA

Untuk mengatasi penyakit malaria, yang harus dilakukan adalah


memutuskan mata rantai penularan penyakit. Oleh karena itu, untuk memutuskan

28
mata rantai penularan penyakit harus memutuskan hubungan antara ketiga faktor
penyebab penyakit (agent, host, dan enviroment ). (Harjanto,Malaria)

Untuk melenyapkan faktor penyebab agent berkembang biak, maka


harus melenyapkan tempat hidup agent yaitu nyamuk Anopheles, dan membunuh
kuman yang ada dalam tubuh manusia dengan cara pengobatan. Upaya yang
dilakukan adalah penemuan dan pengobatan penderita malaria.

Untuk melenyapkan nyamuk anopheles, maka harus membunuh nyamuk


anopheles dengan penyemprotan nyamuk, dan melenyapkan tempat perindukan
nyamuk.

Lingkungan tempat perindukan nyamuk harus dilenyapkan dengan cara


tidak membiarkan adanya genangan-genagan air di lingkungan manusia.

Untuk mencegah nyamuk menggigit manusia, maka diupayakan dengan


tidur memakai kelambu, memakai lation anti nyamuk, dll. (Harjanto,Malaria)

Dapatdilakukandengan :

 Menghindari gigitan nyamuk Anopheles


 Membersihkan tempat hinggap/peristirahatan nyamuk Anopheles
 Meniadakan tempat perkembangbiakan nyamuk Anopheles

Kemoprofilaksis perlu diketahui sensitivitas plasmodium di tempat tujuan

Yang perlu dilakukan :

 Bila daerah dengan klorokuin sensitive cukup profilaksis dengan 2 tablet


klorokuin (250mg klorokuin diphospat) tiap minggu sebelum berangkat dan 4
minggu setelah kembali.

29
 Pada daerah resistensi dengan klorokuin dianjurkan dosisiklin 100mg/hari atau
mefloquin 250mg/minggu atau klorokuin 2 tablet/minggu ditambah proguanil
200mg/hari. Obat paru yang dipakaiuntuk pencegahan yaitu primakuin dosis
0,5mg/kg BB/hari; etaquin, atovaquone/proguanil (malarone) dan azitromycin.
(Harjanto,Malaria)

Vaksinasi Malaria

Vaksinasi terhadap malaria masih tetap dalam pengembangan. Hal yang


menyulitkan ialah banyaknya antigen yang terdapat pada plasmodium selain
pada masing-masing bentuk stadium pada daur plasmodium. Oleh karena yang
berbahaya adalah P. falciparum sekarang baru ditujukan pada pembuatan vaksin
untuk proteksi terhadap P. falciparum. Pada dasarnya ada 3 jenis vaksin yang
dikembangkan, yaitu vaksin sporozoit (bentuk intrahepatik), vaksin terhadap
bentuk aseksual dan vaksin transmission blocking untuk melawan bentuk
gametosit. Vaksin bentuk aseksual yang pernah dicoba ialah SPF66 atau yang
dikenal sebagai vaksin Patarroyo, yang pada penelitian akhir-akhir ini tidak
dapat dibuktikan manfaatnya. Vaksin sporozoit bertujuan mencegah sporozoit
menginfeksi sel hati sehingga diharapkan infeksi tidak terjadi. Vaksin ini
dikembangkan melalui ditemukannya antigen circumsporozoit. Uji coba pada
manusia tampaknya memberikan perlindungan yang bermanfaat, walaupun
demikian uji lapangan sedang dalam persiapan. HOFFMAN berpendapat bahwa
vaksin yang ideal ialah vaksin yang multi-stage (sporozoit, aseksual),
multivalent (terdiri dari beberapa antigen) sehingga memberikan respon multi-
imun. Vaksin ini dengan teknologi DNA akan diharapkan memberikan respons
terbaik dan harga yang kurang mahal(Ilmu Penyakit Dalam, 2014).

30
BAB III
Penutup

3.1 Kesimpulan

Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh plasmodium yang
menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual dalam
darah. Infeksi malaria memberikan gejala berupa demam, mengigil, anemia, dan
splenomegali. Dapat berlangsung akut maupun kronik. Infeksi malaria dapat
berlangsung tanpa komplikasi atau mengalami komplikasi sistemik yang dikenal
sebagai malaria berat.
Malaria adalah suatu penyakit protozoa dari genus plasmodium yang ditularkan
melalui gigitan nyamuk anopheles betina. Malaria dapat juga ditularkan secara
langsung melalui transfuse darah, jarum suntik serta dari ibu hamil kepada bayinya.
Pada manusia terdapat 5 spesis Plasmodium yaitu falciparum, vivax, malariae,
ovale dan knowlesi. Adapun diagnosis banding dari malaria adalah demam dengue
dan demam tifoid.

3.2 Saran
Mengingat masih banyaknya kekurangan dari kelompok kami, baik dari segi
diskusi kelompok, penulisan tugas tertulis dan sebagainya, untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari dosen-dosen yang mengajar baik sebagai tutor
maupun dosen yang memberikan materi kuliah, dari rekan-rekan angkatan 2018 dan
dari berbagai pihak demi kesempurnaan laporan. Dan kami berharap semoga
laporan ini bisa berguna bagi para pembaca.

31
32
Daftar Pustaka

Harijanto, P.N. Malaria: dari molekuler ke klinis/editor,P.N. Harijanto, Agung Nugroho, Carta
A. Gunawan. Ed.2.Jakarta:EGC,2009.

Gandahusada S, 1998, Parasitologi Kedokteran, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Hal


171-209.

Anda mungkin juga menyukai