Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH INDIVIDU SGD 11

SEMESTER 7 – MODUL 25

SKENARIO 2 (DEMAM KUNING)

Disusun Oleh

TIARA MAHBENGI

71190811105

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

MEDAN

2023
Lembar Penilaian Makalah

NO Bagian yang Dinilai Skor Nilai

1. Ada makalah 60

2. Keseuaian dengan LO 0 – 10

3. Tata Cara Penulisan 0 – 10

4. Pembahasan Materi 0 – 10

5. Cover dan Penjilidan 0 – 10

TOTAL

NB : LO = Learning Objective

Medan, 15 Januari 2023

Dinilai Oleh :

Tutor

(dr. Anna Yusria, M.Sc)


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan saya kemudahan sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya saya
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Saya mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga mampu untuk menyelesaikan pembuatan
makalah sebagai tugas kuliah Fakultas Kedokteran UISU.

Saya tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, Saya mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
saya mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua.

Wassalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh.

Medan, 15 Januari 2023

Tiara Mahbengi

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i


DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii
BAB I ................................................................................................................................... 2
PENDAHULUAN................................................................................................................ 2
1.1. Latar Belakang........................................................................................................................ 2
1.2. Rumusan Masalah................................................................................................................... 3
1.3. Tujuan Masalah ...................................................................................................................... 3
BAB II.................................................................................................................................. 4
PEMBAHASAN .................................................................................................................. 4
2.1 Penyakit Karantina Sesuai Dengan UU Karantina .................................................................... 4
2.1.1 Pes ............................................................................................................................... 4
2.1.2 Kolera .......................................................................................................................... 4
2.1.3 Tifus............................................................................................................................. 5
2.1.4 Yellow Fever ................................................................................................................ 5
2.1.5 SARS ........................................................................................................................... 5
2.2. Epidemiologi Penyakit Karantina ............................................................................................ 6
2.3 Demam Kuning........................................................................................................................ 8
2.4 Pencegahan (Vaksinasi) Demam Kuning .................................................................................. 9
2.5 Peran KKP ............................................................................................................................. 11
BAB III .............................................................................................................................. 13
PENUTUPAN .................................................................................................................... 13
3.1. Kesimpulan........................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kedokteran wisata atau travel medicine adalah bidang ilmu kedokteran yang mempelajari
persiapan kesehatan dan penatalaksanaan masalah kesehatan orang yang bepergian
(travellers).Bidang ilmu ini baru saja berkembang dalam tiga dekade terakhir sebagai respons
terhadap peningkatan arus perjalanan internasional di seluruh dunia. Tahun 2003, World
Tourism Organization mencatat ada 691 juta international arrivals di seluruh bandara di dunia
dan tahun 2020 diproyeksikan akan meningkat sampai 1,56 milyar. Pelayanan kedokteran
wisata diberikan di travel clinic yang umumnya berada di negara-negara maju untuk memenuhi
kebutuhan warga mereka yang akan bepergian ke negaranegara berkembang. Saat ini
diperkirakan setiap tahun ada 80 juta orang yang bepergian dari negara-negara maju ke
negaranegara berkembang.

Sejauh ini negara-negara berkembang hanya dianggap sebagai daerah tujuan wisata yang
mempunyai risiko kesehatan tertentu, bahkan dalam buku panduannya, World Health
Organization hanya menyebutkan bahwa konsultasi pra-travel diperlukan oleh travellers yang
bermaksud mengunjungi negara berkembang. Lalu, bagaimana dengan masyarakat negara
berkembang yang akan bepergian ke luar negeri? Warga negara berkembang mungkin dapat
mengunjungi negara berkembang lainnya atau ke negaranegara maju. Apakah tidak ada risiko
kesehatan yang mungkin menimpa warga negara berkembang, termasuk Indoensia?
Jawabannya, tentu saja ada dan sangat mungkin terjadi. Masalahnya, pelayanan kesehatan di
negara berkembang belum mempunyai visi ke depan, yaitu melindungi warganegara mereka
yang akan bepergian. Untuk itulah, dibutuhkan pengetahuan dan keterampilan baru di bidang
kedokteran wisata yang perlu dikuasai oleh para tenaga kesehatan di Indonesia, salah satunya
adalah mengenai travel clinic dan pelayanan yang ditawarkannya.

2
Berdasarkan data WHO (World Health Organization) pada tahun 2004, ada 200.000 kasus
demam kuning, 30.000 diantaranya menyebabkan kematian di seluruh dunia setiap tahun.
Meskipun penyakit demam kuning belum pernah dilaporkan di Asia, tetapi wilayah ini tetap
beresiko karena adanya faktor pendukung proses transmisi. Pada abad ke XVII dan ke XIX
wabah demam kuning dilaporkan di Afrika, Amerika Utara (NewYork, Philadelphia,
Charleston, dan New Orleans) dan Eropa (Irlandia,Inggris, Perancis, Italia, Spanyol dan
Portugal). Kasus fatalitas meningkat dari 15% menjadi lebih dari 50%. Sebagian besar kasus
dan kematian terjadi di sub-Sahara Afrika disebabkan oleh demam kuning. Hal ini merupakan
masalah kesehatan masyarakat yang utama dan terjadi dalam pola epidemi. Tiga puluh dua
negara di Afrika sekarang dianggap berisiko demam kuning dengan total populasi 610 juta
orang dan lebih dari 219 juta diantaranya tinggal di daerah perkotaan.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa gejala demam kuning?
2. Apa penyebab dari demam kuning?
3. Bagaimana pencegahan demam kuning?
4. Bagaimana pemeriksaan dokumen ICVP?
5. Apa peran KKP dalam karantina?

1.3. Tujuan Masalah


1. Mahasiswa dapat memahami penyakit karantina sesuai dengan UU Karantina
2. Mahasiswa dapat memahami epidemiologi karantina
3. Mahasiswa dapat memahami demam kuning
4. Mahasiswa dapat memahami pencegahan demam kuning
5. Mahasiswa dapat memahami peran kkp dalam karantina

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Penyakit Karantina Sesuai Dengan UU Karantina


Berdasarkan pasal 1 Ayat (1) UU No.1 dan UU No.2. Tahun 1962 tentang Karantina laut
dan Karantina udara;

- Pes (Plague)
- Kolera (Cholera)
- Demam kuning
- Cacar (smallpox)
- Tifus bercak wabahi
- Typhus exanthematicus infectiosa (Louse borne typhus)
- Demam balik-balik (Louse borne Relapsing fever)
2.1.1 Pes
Penyakit pes, atau yang juga dikenal dengan istilah plague, pasteurella pestis, atau sampar,
merupakan infeksi bakteri serius yang umumnya ditularkan melalui gigitan kutu. Bakteri yang
menyebabkan pes, Yersinia pestis, umumnya ditemukan di hewan mamalia kecil, seperti tikus,
serta kutu-kutu yang berada di tubuhnya.
Manusia dapat tertular penyakit ini melalui gigitan kutu yang terinfeksi, kontak langsung
dengan cairan yang terkontaminasi bakteri, serta menghirup udara yang terkontaminasi bakteri.
Penyakit sampar termasuk kondisi yang sangat serius dan menimbulkan gejala yang parah pada
penderitanya, terutama pada pes jenis septicemic. Perkembangannya pun relatif cepat dan
dapat menyebabkan kematian jika tidak ditangani.
2.1.2 Kolera
- Disebabkan oleh Vibrio Cholera.
- Reservoir: Manusia dan Zooplankton
- Masa Inkubasi; beberapa jam – 5 hari, umumnya 2-3 hari

4
- Cara penularan: Melalui makanan & minuman yang terkontaminasi secara langsung
atau tidak langsung oleh tinja atau muntahan dari orang yang terinfeksi
- Masa menular; beberapa hari setelah sambuh, pada penderita ‘ carrier’ v.cholera di
dalam feses dapat menetap sampai bebarap bulan
2.1.3 Tifus
Disebabkan oleh Rickettsia prowazekii. Cara Penularan : Kutu badan yg menghisap
darah penderita akut akan terinfeksi kemudian menularkan kepada orang lain.

- Masa inkubasi : 1-2 minggu rata-rata 12 hari


- Gejala :Sakit kepala, mengigil, lelah, demam. Timbul bercak dikulit pada hari ke-5
dan ke-6, mulai muncul pd badan bagian atas kmd menyerbu keseluruh tubuh,
namun tdk mengenai muka, telapak tangan dan telapak kaki.
- Cara pencegahan : didaerah yang lingkungan kutunya tinggi teburkan bubuk
insektisida pada pakaian , perbaikan kondisi Kesehatan lingkungan dan lakukan
Tindakan terhadap mereka yang tinggal didaerah resiko tinggi
2.1.4 Yellow Fever
Disebabkan oleh Flavivirus. Cara Penularan : Siklus penularan di hutanreservoarnya
adalah primata dan nyamuk Haemogogus.

- Gejala klinis ; merupakan infeksi virus akut dengan durasi pendek dan mortalitas
yang bervariasi , demam mendadak, menggigil, nyeri punggu , mual muntah, denyut
nadi lemah dan pelan walau suhu meningkat
- Siklus penularan di kota adalah manusia dan nyamuk Aedes aegypty.
- Masa inkubasi : 3 hingga 6 hari.
2.1.5 SARS
 Disebabkan oleh Corona virus atau Parimoxyviridae virus. Etiologi ini sebagai
temuan awal yang masih memerlukan penelitian lebih lanjut para ahli.
 Masa Inkubasi : Berdasarkan penelitian sementara ditetapkan masa inkubasi 3-10
hari

5
2.2. Epidemiologi Penyakit Karantina
Demam Kuning

Tingkat kematian penyakit ini berkisar 20-50%, namun pada kasus berat dapat melebihi 50%.
Belum ditemukan pengobatan spesifik untuk penyakit ini. Pada situasi kejadian luar biasa
(KLB), vaksinasi diprioritaskan bagi masyarakat di wilayah terjangkit KLB yang belum
mendapatkan imunisasi. Penyakit Demam Kuning paling sering terjadi di Afrika dan Amerika
Selatan. WHO mencatat terdapat 46 negara di kawasan Afrika dan Amerika tergolong sebagai
negara endemis Demam Kuning.

6
Situasi epidemiologi Demam Kuning berbeda di setiap benua, meskipun penyakit ini
disebabkan oleh virus yang sama. Di Amerika Selatan, Demam Kuning banyak menyerang
pekerja hutan. Di Afrika, menyerang populasi di daerah pedesaan dan perkotaan dengan
cakupan imunisasi rendah. WHO mencatat terdapat 46 negara di kawasan Afrika dan Amerika
tergolong sebagai negara endemis Demam Kuning. Pada dua tahun terakhir terjadi dua KLB
yang cukup besar, di akhir tahun 2015 sampai awal tahun 2016 terjadi di Angola dan
Demokratik Republik Kongo yang kemudian menyebar ke beberapa negara seperti Kenya,
Republik of China, dan Uganda. Pada akhir 2016 terjadi KLB di Brazil yang berawal dari
Minas Gerais (MG) state yang kemudian menyebar ke states lainnya yang berbatasan yaitu Sao
Paulo, Esprito Santo, Bahia, dan Tocantins dengan CFR 35,8%

Pes

Pertama kali pada abad ke-14 di daratan Eropa, yang menyebabkan angka kematian
sebanyak 25 juta jiwa. Tahun 1984, menyebar ke empat benua yang diduga berasal dari daratan
Cina. Berdasarkan laporan WHO (November 2017) → KLB pes di Madagaskar. Negara yang
paling endemis → Democratic Republic of Congo, Madagaskar dan Peru. (1990-kini). Laporan
WHO (Agustus - 17 November 2017) → 2.267 kasus dengan 195 kematian. Di Indonesia →
Boyolali, Pasuruan, Sleman, dan Bandung (1957, 1959, 1968, 1970, 1997), Februari 2007 →
Pasuruan.

Kolera

- 2017 → 1,2 juta kasus, kematian 5.654 jiwa di seluruh dunia. 84% kasus dan 41% kematian
global terjadi di Yaman
- 1800an – awal 1900an → epidemi global. Pertama mewabah di AS
- Indonesia → Jawa, Madura, Sumatera. 100.000 kematian di Jawa. 1960an mewabah di
Sulawesi

7
SARS

- November 2002 → bermula di China. Pada Februari 2003 menyebar ke Hongkong hingga
seluruh dunia terutama Kawasan Asia. 15 Maret WHO menyatakan SARS sebagai ancaman
global
- negara-negara terjangkit SARS → Australia, Belgia, Brazil, China, Hongkong, Taiwan,
Perancis, Jerman, Italia, Irlandia, Rumania, Spanyol, Switzerland, United Kingdom,
Amerika Serikat, Thailand, Singapore, Malaysia, Vietnam dan lan-lain. Total penderita
2.671 dengan 103 kematian (CFR = 3,9 %).

Covid – 19

- 31 Desember 2019 pertama kalii di Wuhan, China. Pada 2 Maret 2020 kasus pertama di
Indonesia. 11 Maret dinyatakan sebagai pandemic oleh WHO. Hingga 17 Desember 2022
sebanyak 648.697.175 kasus konfirmasi dengan 6.645.043 kematian (CFR: 1,02%) di
seluruh dunia.
- Di Indonesia hingga 17 Desember 2022 → sebanyak 6.708.737 kasus konfirmasi dengan
160.384 kematian (CFR 2,39%) tersebar di 514 kab/kota di 34 provinsi. Kasus konfirmasi
harian terbanyak DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Banten, dan Jawa Tengah.

2.3 Demam Kuning


Demam kuning adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dan ditularkan melalui
perantaraan nyamuk. Demam kuning ditandai dengan demam tinggi, serta mata dan kulit yang
menguning akibat penurunan fungsi hati. Demam kuning disebabkan oleh virus jenis
Flavivirus yang disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypti, Aedes albopictus, Haemagogus sp.,
dan Sabethes sp. Jenis nyamuk ini berkembang biak di lingkungan sekitar manusia, termasuk
di air bersih. Nyamuk Aedes aegypti membawa virus setelah menggigit manusia atau monyet
yang terinfeksi. Virus kemudian memasuki aliran darah nyamuk dan menetap di kelenjar air
liur nyamuk.

8
Ketika nyamuk tersebut kembali menggigit manusia atau monyet lain, virus akan memasuki
aliran darah dan menyebar di dalam tubuh manusia atau monyet tersebut. Nyamuk Aedes
aegypti paling aktif pada siang hari. Oleh sebab itu, penyebaran virus demam kuning paling
banyak berlangsung pada waktu tersebut.

Pathogenesis dari demam kuning adalah Flavivirus mempunyai kemampuan khas untuk
berkembangbiak di dalam jaringan vertebrata dan beberapa artropoda penghisap darah. Virus-
virus ini setelah terinokulasi di dalam jaringan inang yang rentan, berkembangbiak dengan
cepat dan tidak lama kemudian menyebabkan viremia. Mereka dapat ditemukan setempat
dalam suatu organ tertentu, menyebabkan kerusakan jaringan dan terganggunya fungsi organ,
dan pada akhirnya menyebabkan kematian inang. Pada demam kuning, kerusakan hati
mengakibatkan berkembangnya penyakit kuning. Tidak ada pengobatan khusus untuk penyakit
ini kecuali pengobatan untuk menghilangkan gejala dan menguatkan badan.

2.4 Pencegahan (Vaksinasi) Demam Kuning


Yellow Fever dapat dicegah dengan vaksinasi. Vaksin Yellow Fever adalah vaksin virus
hidup yang dilemahkan. Vaksin direkomendasikan untuk orang- orang yang bepergian ke atau
hidup di area-area tropis Amerika dan Afrika di mana Yellow Fever terjadi. Karena vaksin
hidup, vaksin Yellow Fever tidak boleh diberikan pada bayi-bayi atau orang-orang dengan
pelemahan sistem imun.

Vaksin demam kuning berisi virus hidup yang dilemahkan (strain 17D) yang dibiakkan
dalam embrio ayam. Imunisasi diindikasikan untuk mereka yang bepergian ke atau hidup di
daerah infeksi endemik dan untuk staf laboratorium yang menangani virus atau yang
menangani bahan klinis dari kasus yang dicurigai. Pemberian kekebalan pada kelompok
berisiko tinggi tertular. Demam Kuning melalui pemberian vaksinasi Demam Kuning
merupakan cara pencegahan utama selain pengendalian vektor. Setelah pemberian 1 dosis
vaksinasi Demam Kuning (0,5 ml) secara baik dan benar, kekebalan tubuh (antibodi) akan
terbentuk dalam 7-10 hari. Satu kali vaksinasi dapat memberikan perlindungan seumur hidup
sehingga umumnya tidak diperlukan vaksinasi ulangan (booster).

9
Bayi di bawah usia 9 bulan hanya diimunisasi bila risiko demam kuning tak terelakkan
karena ada sedikit risiko untuk menjadi ensefalitis. Vaksin tidak boleh diberikan kepada
mereka dengan gangguan respons kekebalan, atau mereka yang pernah mengalami reaksi
anafilaksis terhadap telur; tidak boleh diberikan selama kehamilan (tetapi bila ada risiko
paparan yang nyata, perlunya imunisasi melebihi risiko apapun pada janin). Efek samping
imunisasi adalah sakit kepala, demam, kelelahan dan kaku yang muncul 4-7 hari setelah
imunisasi. Efek samping lain meliputi myalgia, asthenia,lymphadenopathy, gatal-gatal,
urtikaria dan reaksi pada tempat penyuntikan. Kekebalan mungkin untuk seumur hidup, tetapi
secara resmi dianggap untuk 10 tahun dimulai dari 10 hari setelah imunisasi primer dan untuk
10 tahun berikutnya segera setelah reimunisasi.

10
Pada situasi biasa (bukan KLB), vaksinasi diberikan kepada orang yang akan bepergian ke
negara/wilayah negara endemis dan/atau yang sedang terjangkit KLB Demam Kuning. Selain
itu, pelaku perjalanan yang memasuki Indonesia dari negara/wilayah negara endemis dan/atau
yang sedang terjangkit KLB. Orang yg sudah di vaksin demam kuning Kuning dapat
dibuktikan dengan Sertifikat Vaksinasi Internasional (International Certificate of Vaccination,
ICV).

2.5 Peran KKP


Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) adalah unit pelaksana teknis di lingkungan
Kementerian Kesehatan yang bertanggungjawab secara teknis dan administrative kepada
Direktur Jenderal Pencegahan Penyakitdan Penyehatan. KKP mempunyai tugas pokok dan
fungsi dalam mencegah masuk keluarnya penyakit karantina dan penyakit potensial wabah
melalui suatu tindakan tanpa menghambat perjalanan dan perdagangan. Kantor Kesehatan
Pelabuhan (KKP) memiliki peran cegah tangkal penyakit menular yang masuk ke Indonesia
melalui bandara maupun pelabuhan. Hal itu sesuai dengan Undang Undang Kekarantinaan dan
Undang Undang Wabah maupun adanya suatu konvensi internasional yaitu International
Health Regulations Tahun 2005.
KKP mempunyai tugas pokok melaksanakan pencegahan masuk dan keluarnya penyakit,
penyakit potensial wabah, surveilans epidemiologi, kekarantinaan dan pengendalian dampak
kesehatan lingkungan, pelayanan kesehatan, pengawasan OMKABA serta pengamanan
terhadap penyakit baru dan penyakit yang muncul kembali, 14 bioterorisme, unsurbiologi,
kimia dan pengamanan radiasi di wilayah kerja bandara, pelabuhan dan lintas batas darat
negara.
Fungsi KKP Saat Terjadinya Pandemi:
a. Pelaksanaan kekarantinaan
b. Pelaksanaan pelayanan Kesehatan
c. Pelaksanaan pengendalian risiko lingkungan di bandara, pelabuhan, dan lintas batas
darat negara
d. Pelaksanaan pengamatan penyakit karantina dan penyakit menular potensial wabah,
penyakit baru dan penyakit muncul Kembali
11
e. Pelaksanaan pengamanan radiasi pengion dan non pengion, biologi dan kimia.
f. Pelaksanaan sentra/simpul jejaring surveilans epidemiologi regional, nasional sesuai
penyakit yang berkaitan dengan lalu lintas internasional.
g. Pelaksanaan, fasilitasi dan advokasi kesiapsiagaan dan penanggulangan Kejadian Luar
Biasa (KLB) dan bencana bidang kesehatan, serta kesehatan matra termasuk
penyelenggaraan kesehatan haji.
h. Pelaksanaan, fasilitasi dan advokasi kesehatan kerja di lingkungan pelabuhan/bandara
dan lintas batas darat.
i. Pelaksanaan pemberian sertifikasi kesehatan Obat, Makanan, Kosmetika dan Alat
Kesehatan (OMKA) ekspor dan mengawasi persyaratan dokumen kesehatan OMKA
impor.

Tugas KKP Menurut Permenkes : Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
356/MENKES/PER/IV/2008 Pasal 2 yaitu “KKP mempunyai tugas melaksanakan pencegahan
masuk dan keluarnya penyakit, penyakit potensial wabah, surveilans epidemiologi,
kekarantinaan, pengendalian dampak kesehatan lingkungan, pelayanan kesehatan, pengawasan
OMKABA serta pengamanan terhadap penyakit baru dan penyakit yang muncul kembali,
bioterorisme, unsur biologi dan kimia serta pengamanan radiasi di wilayah kerja bandara,
pelabuhan dan lintas batas darat negara” Peraturan Menteri Kesehatan ini merupakan
penerapan International Health Regulation (IHR), di seluruh Pelabuhan/Bandara negara-
negara Anggota PBB yang meratifikasinya, dengan tujuan untuk mendeteksi dan merespon
dalam mencegah masuk dan keluarnya penyakit-penyakit Public Health Emergency of
International Concern (PHEIC) dan bioteroris memelalui pelabuhan International.

12
BAB III

PENUTUPAN

3.1. Kesimpulan

Demam kuning adalah penyakit infeksi virus haemorrhagis akut yang disebabkan oleh
Flavivirus. Masa inkubasi virus ini adalah sekitar 3 sampai 6 hari setelah terjangkit virus.
Sehingga orang yang terjangkit virus demam kuning harus diberikan isolasi untuk mencegah
rantai penularan. Yellow Fever dapat dicegah dengan vaksinasi. Vaksin Yellow Fever adalah
vaksin virus hidup yang dilemahkan. Vaksin direkomendasikan untuk orang- orang yang
bepergian ke atau hidup di area-area tropis Amerika dan Afrika di mana Yellow Fever terjadi.

13
DAFTAR PUSTAKA

CDC. 2015. Yellow Fever Symptoms and treatment

Irwan. 2019. Epidemiologi Penyakit Menular. CV. Absolute media. Yogyakarta

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2019. Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian


Penyakit Pemam Kuning

Kementerian Kesehatan republic Indonesia. 2015. Pedoman pengendalian demam berdarah


dengue di Indonesia

Undang-undang republic Indonesia no.1 tahun 1962 tentang karantina laut

World Health Organization (2022). Health Topics. Severe Acute Respiratory Syndrome
(SARS)

Zairina, dkk. Profil Perilaku Masyarakat Tentang Persiapan Obat Dan Pencarian Informasi
Tempat Tujuan Sebelum Bepergian. Jurnal farmasi komunitas. 2020

14

Anda mungkin juga menyukai