Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PRAKTIKUM 1 LBM 4

WABAH INFLUENZA

Dosen Pengampu : Endang Surani, S,S.iT, M.Kes


Kelompok 3

1. Cici Monika Sari (32102000027)


2. Suci Indah Permata (32102000065)
3. Rizki Amalya Syajidah (32102000047)
4. Dian Salsabila (32102000057)
5. Reza Diska Romadhona (32102000046)

PRODI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA DAN PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
Alamat : Jl. Raya Kaligawe Km.4 Semarang 50112 PO Box 1054
Telepon. (024) 6583584
Tahun 2023
KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum Warahmatullahi wabarakatuh.


BismillahirrohmanirrohimAlhamdulillahhirobbil’alamin. Puji dan syukur seraya
dilimpahkan kehadirat-Nya yakni Allah SWT. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Wabah Influenza” dengan tepat waktu.
Adapun tugas ini disusun guna memenuhi tugas praktikum 1 pada LBM 4 blok 33
Kesehatan Masyarakat. Dalam pembuatan makalah ini penulis bertujuan untuk
memberitahukan kepada pembaca tentang “Wabah Influenza”. Tak lupa pula penulis
mengucapkan terimakasih kepada Ibu Endang Surani, S,S.iT, M.Kes selaku pembimbing pada
praktikum ini.
Untuk itu semua saran dan kritik yang sifatnya membangun, penulis terima dengan
tangan terbuka. Besar harapan penulis semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penulis
dan umumnya bagi semua untuk menambah ilmu pengetahuan. Aamiin.
Wassalamualaikum Warahmatullahi wabarakatuh

Semarang, 30 Oktober 2023


DAFTAR ISI

Table of Contents
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 2

DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 3

BAB I ......................................................................................................................................... 4

PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 4

A. LATAR BELAKANG ....................................................................................................... 4


B. RUMUSAN MASALAH ................................................................................................... 4
C. MANFAAT .................................................................................................................... 4

BAB II........................................................................................................................................ 6

PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 6

1. DEFINISI ........................................................................................................................ 6
2. KRITERIA ...................................................................................................................... 6
3. PENYELIDIKAN ........................................................................................................... 6
4. TUJUAN PENYELIDIKAN........................................................................................... 8
6. PENANGGULANGAN................................................................................................ 10

LAMPIRAN............................................................................................................................. 16

BAB III .................................................................................................................................... 18

PENUTUP ............................................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 19


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Influenza (flu) adalah penyakit pernapasan menular yang disebabkan oleh virus
influenza yang dapat menyebabkan penyakit ringan sampai penyakit berat (Abelson,
2009). Setiap orang sudah mengenal dan sudah pernah menderita penyakit ini. Bila
terserang penyakit ini pekerjaan sehari-hari akan terhalang, karena gejala penyakit ini
ialah rasa tidak enak badan, demam, rasa pegal linu, lemas, lesu, bersin-bersin dan
terasa nyeri di otot-otot dan sendi (Prabu, 1996). Penyebab influenza adalah virus RNA
yang termasuk dalam keluarga Orthomyxoviridae yang dapat menyerang burung,
mamalia termasuk manusia. Virus ditularkan melalui air liur terinfeksi yang keluar pada
saat penderita batuk, bersin atau melalui kontak langsung dengan sekresi (ludah, air
liur, ingus) penderita. Ada dua jenis virus influenza yang utama menyerang manusia
yaitu virus A dan virus B (Spikler, 2009). Virus ini beredar di seluruh dunia dan dapat
mempengaruhi orang tanpa memandang usia dan jenis kelamin. Influenza diketahui
menyebabkan epidemi tahunan dan umumnya mencapai puncaknya pada musim dingin
di daerah beriklim sedang. Sampai saat ini sudah ditemukan beberapa vaksin yang bisa
menangani virus influenza (CDC, 2011).

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari influenza?
2. Apa saja kriteria dari influenza?
3. Bagaimana penyelidikan epidemiologi dari influenza?
4. Apa tujuan penyelidikan epidemiologi influenza?
5. Apa saja Langkah-langkah investigasi pada wabah influenza?
6. Bagaimana penanggulangan pada wabah influenza?

C. Manfaat
1. Untuk mengetahui definisi dari influenza
2. Untuk mengetahui Apa saja kriteria dari influenza
3. Untuk mengetahui Bagaimana penyelidikan epidemiologi dari influenza
4. Untuk mengetahui tujuan penyelidikan epidemiologi influenza
5. Untuk mengetahui Langkah-langkah investigasi pada wabah influenza
6. Untuk mengetahui bagaimana penanggulangan pada wabah influenza
BAB II

PEMBAHASAN

1. DEFINISI
Influenza merupakan penyakit saluran pernafasan akut yang disebabkan infeksi
Virus family Orthomyxoviridae yang diklasifikasikan sebagai influenza A, B, dan C.
Penyakit influenza pada unggas (Avian Influenza / AI) yang saat ini kita kenal dengan
sebutan flu burung adalah penyakit yang disebabkan oleh virus influenza tipe A. Virus
ini dapat menimbulkan gejala penyakit pernafasan pada unggas, mulai dari yang ringan
(Low pathogenic) sampai pada yang bersifat fatal (highly pathogenic). Semua wabah
highly pathogenic avian influenza (HPAI) disebabkan oleh virus influenza tipe A
subtipe H5 dan H7.

2. KRITERIA
Influenza adalah penyakit yang disebabkan oleh virus myxovirus yang sampai
saat ini dikenal tiga tipe yaitu tipe A, B, dan C. Tipe A merupakan virus penyebab
influenza yang bersifat endemik. Tipe B biasanya hanya menyebabkan penyakit yang
lebih ringan dari tipe A dan kadang-kadang saja sampai mengakibatkan epidemi. Tipe
C adalah tipe yang diragukan apakah bisa menyebabkan influenza pada manusia.
Meskipun virus influenza hanya terdiri atas 3 tipe, namun virus ini sering melakukan
mutasi minor, sehingga seseorang bisa terkena berkali-kali penyakit influenza.

3. PENYELIDIKAN
a. Penyelidikan epidemiologi wabah influenza terpadu
Penyelidikan epidemiologi dilaksanakan sesuai dengan tata cara penyelidikan
epidemiologi untuk mendukung upaya penanggulangan influenza, termasuk tata cara
bagi petugas penyelidikan epidemiologi agar terhindar dari penularan penyakit
influenza. Surveilans di daerah wabah dan daerah-daerah yang berisiko terjadi
wabah dilaksanakan lebih intensif untuk mengetahui perkembangan penyakit
menurut waktu dan tempat dan dimanfaatkan untuk mendukung upaya
penanggulangan yang sedang dilaksanakan, meliputi kegiatan-kegiatan sebagai
berikut:
1. Menghimpun data kasus influenza dimulai dari anamnesa pasien meliputi tanda
gejala yang dialami pada kunjungan berobat di pos-pos kesehatan dan unit-unit
kesehatan lainnya, membuat tabel, grafik dan pemetaan dan melakukan analisis
kecenderungan wabah dari waktu ke waktu dan analisis data menurut tempat, RT,
RW, desa dan kelompok- kelompok masyarakat tertentu lainnya.
2. Mengadakan pertemuan berkala petugas lapangan dengan kepala desa, kader dan
masyarakat untuk membahas perkembangan penyakit dan hasil upaya
penanggulangan wabah influenza yang telah dilaksanakan.
3. Memberikan dan membantu pengisian formulir Penyelidikan Epidemiologi
Kasus Influenza Pandemi (terlampir)
4. Memanfaatkan hasil surveilans dan hasil penyelidikan tersebut dalam upaya
penanggulangan wabah
b. Penyelidikan Flu Burung/Avian Influenza, Penyelidikan epidemiologi terpadu
1. Penyelidikan epidemiologi dilakukan oleh Tim Gerak Cepat (TGC) terpadu yang
terdiri dari petugas pusat, provinsi, kabupaten/kota, puskesmas dan puskeswan,
serta petugas laboratorium (Litbangkes, B/BTKL, Labkesda, BBV/BV,
BBLitvet) dari kesehatan manusia dan kesehatan hewan.
2. TGC terpadu melaksanakan penelusuran faktor risiko penularan Flu Burung dari
unggas ke manusia dengan metode wawancara dan pengambilan spesimen pada
hewan, manusia dan lingkungan.
3. Berdasarkan hasil wawancara dengan kontak kasus, maka untuk penelusuran
faktor risiko dilakukan pengambilan spesimen dapat berasal dari unggas yang
dipelihara di rumah, di sekitar rumah, kotoran dari unggas serta dari lingkungan
pasar yang diduga dikunjungi oleh kasus dalam 1 minggu terakhir
c. Tahap penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan seperlunya
1. Tingkat Provinsi
a. Tim Gerak Cepat provinsi melaksanakan Penilaian Cepat di rumah sakit,
bandara, pelabuhan laut, dan lintas batas
b. Melakukan identifikasi dan perhitungan kebutuhan sumber daya di rumah
sakit, bandara, pelabuhan laut, dan lintas batas
c. Menyiapkan sumber daya bersama dengan berbagai pihak terkait
2. Tingkat Kab/Kota
a. Tim Gerak Cepat kabupaten/kota melaksanakan Penilaian Cepat di lapangan,
rumah sakit, bandara, pelabuhan laut, dan lintas batas
b. Melakukan identifikasi dan penghitungan kebutuhan sumber daya di
lapangan, rumah sakit, bandara, pelabuhan laut, dan lintas batas.
c. Menyiapkan sumber daya bersama dengan berbagai pihak terkait
d. Mengaktifkan sumber daya di posko kabupaten/kota dan pos lapangan
Menghubungi desa untuk persiapan mobilisasi sumber daya dari masyarakat
(meminjam bangunan, ruangan, lapangan, tenaga relawan, dan lain-lain).
3. Tingkat Kecamatan/ Desa/ Masyarakat
a. Melaporkan orang yang pernah kontak dengan kasus unggas yang mati
b. Melaporkan orang–orang kontak tersebut apabila menderita gejala flu
c. Membantu mendistribusikan media KIE

4. TUJUAN PENYELIDIKAN
Penyelidikan epidemiologi wabah influenza baik tingkat provinsi, Kab/Kota,
Kecamatan, Desa, dan Masyarakat dilaksanakan sesuai dengan perkembangan
penyakit dan kebutuhan upaya penanggulangan wabah. Tujuan
dilaksanakan penyelidikan epidemiologi setidaknya-tidaknya untuk :
a. Mengetahui gambaran epidemiologi wabah Influenza yang terjadi;
b. Mengetahui kelompok masyarakat yang terancam penyakit wabah influenza;
c. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit wabah termasuk
sumber dan cara penularan penyakit influenza; dan
d. Menentukan cara penanggulangan wabah influenza sehingga wabah tidak meluas

5. LANGKAH-LANGKAH INVESTIGASI
Pada kasus Influenza, langkah-langkah kegiatan surveilans meliputi kegiatan berikut :
a. Deteksi dini risiko penularan FB dari unggas ke manusia Bila informasi kasus
dimulai dari kasus AI pada unggas :
1. Masyarakat melapor unggas sakit atau mati mendadak kepada petugas kesehatan
hewan (PDSR atau Puskeswan), kemudian dilakukan uji cepat (rapid test)
2. Bila hasil rapid test positif Influenza A, maka diinformasikan kepada petugas
puskesmas (DSO) setempat agar petugas puskesmas dapat mendeteksi faktor
risiko untuk menentukan diagnosis awal Flu Burung (suspek)
3. Di jajaran kesehatan hewan, hasil rapid test tersebut dilaporkan ke I-SIKHNAS
dan direkap di pusat, dan dipublikasikan di website: www.
keswan.ditjenpkh.pertanian.go.id
b. Bila informasi kasus dimulai dari kasus suspek/ konfirmasi Flu Burung pada manusia
:
1. Puskesmas melaporkan kasus suspek Flu Burung kepada dinas kesehatan
kabupaten/kota, dan menginformasikan kepada puskeswan/PDSR untuk
selanjutnya kemungkinan adanya faktor risiko sumber penularan dari unggas
2. Dinas Kesehatan menginformasikan kepada Dinas yang membidangi fungsi
kesehatan hewan di tingkat kabupaten/kota dan provinsi
3. PHEOC menerima laporan kasus dari dinas kesehatan kabupaten/kota dan
provinsi, kemudian diinformasikan ke Subdit Zoonosis Dit. P2PTVZ Kemenkes
dan Subdit P3H Dit. Keswan Kementan
c. Penyelidikan epidemiologi terpadu
1. Penyelidikan epidemiologi dilakukan oleh Tim Gerak Cepat (TGC) terpadu yang
terdiri dari petugas pusat, provinsi, kabupaten/kota, puskesmas dan puskeswan,
serta petugas laboratorium (Litbangkes, B/BTKL, Labkesda, BBV/BV,
BBLitvet) dari kesehatan manusia dan kesehatan hewan.
2. TGC terpadu melaksanakan penelusuran faktor risiko penularan Flu Burung dari
unggas ke manusia dengan metode wawancara dan pengambilan spesimen pada
hewan, manusia dan lingkungan.
3. Berdasarkan hasil wawancara dengan kontak kasus, maka untuk penelusuran
faktor risiko dilakukan pengambilan spesimen dapat berasal dari unggas yang
dipelihara di rumah, di sekitar rumah, kotoran dari unggas serta dari lingkungan
pasar yang diduga dikunjungi oleh kasus dalam 1 minggu terakhir
d. Kajian virologi terpadu
1. Pengujian laboratorium spesimen dari unggas, manusia dan lingkungan dilakukan
dengan metode PCR di laboratorium masing-masing, untuk mengetahui hasil
PCR positif atau negatif terhadap subtipe H5N1 atau subtipe lainnya
2. Bila hasil PCR positif, maka dilanjutkan dengan isolasi virus dan pemeriksaan
biomolekuler untuk analisa lanjut karakterisasi genetik pada unggas dan manusia
3. Hasil karakterisasi genetik tersebut dibahas bersama dalam forum terpadu panel
ahli kesehatan manusia dan kesehatan hewan untuk menganalisis keterkaitan
transmisi virus AI pada unggas dan pada manusia.
4. Hasil analisa epidemiologi dan virologi oleh para ahli kesehatan manusia dan
kesehatan hewan, sebagai rekomendasi bagi pengambil keputusan dalam
menetapkan kebijakan dan strategi penanggulangan AI pada unggas dan Flu
Burung pada manusia.

6. PENANGGULANGAN
a. Promosi Kesehatan
Kegiatan KIE dan komunikasi risiko sangat penting dalam penanggulangan FB.
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam kegiatan
penanggulangan FB dan antisipasi pandemik.
Sasaran strategis promosi kesehatan Pengendalian Flu Burung dan pemberdayaan
masyarakat, adalah:
1. Meningkatkan Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
2. Meningkatkan Pembiayaan Kegiatan Promotif Preventif
3. Meningkatkan upaya peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Mengacu pada pencapaian sasaran strategis tersebut, maka Promosi Kesehatan
Pengendalian Flu Burung, meliputi:
1. Meningkatkan kemitraan dan pemberdayaan dalam mewujudkan perilaku hidup
bersih dan sehat dalam pencapaian tujuan pembangunan berwawasan
kesehatan.
2. Menempatkan upaya promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
menjadi salah satu prioritas pembangunan kesehatan.
3. Melaksanakan peningkatan akses informasi dan edukasi tentang kesehatan yang
seimbang dan bertanggung jawab.
4. Memantapkan peran serta masyarakat, kelompok kelompok potensial, termasuk
swasta/dunia usaha dalam pembangunan kesehatan.
5. Melaksanakan upaya promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat secara
holistik dan terpadu.
6. Melaksanakan peningkatan kapasitas serta kualitas upaya promosi kesehatan
dan pemberdayaan masyarakat.
b. Surveilans Flu Burung/Avian Influenza Terpadu
1. Prinsip dasar surveilans dalam kewaspadaan dini FB
Prinsip dasar surveilans dalam kewaspadaan dini FB Sistem kewaspadaan dini
FB dilakukan dengan mendeteksi adanya kasus pada hewan, peningkatan kasus
ILI (Influenza Like Illness), adanya klaster pneumonia sehingga bisa dilakukan
kewaspadaan dengan pengamatan ketat kepada yang kemungkinan dapat
tertular. Untuk kewaspadaan dan upaya penanggulangan FB dapat diperoleh
dari:
a. Surveilans faktor risiko
b. Surveilans ILI sesuai dengan STP (Surveilans Terpadu Penyakit).
c. Surveilans sentinel ILI
d. Surveilans pneumonia
e. Surveilans kasus FB di rumah sakit dan puskesmas
f. Surveilans kasus FB di rumah sakit rujukan FB
g. Surveilans virologi dan serologi pada manusia
h. Surveilans kontak unggas di daerah KLB FB pada unggas dan hewan lain
i. Surveilans kontak kasus FB.
1. Upaya penemuan penderita sedini mungkin secara pasif dan aktif
dilakukan dengan peningkatan peran serta masyarakat melalui KIE atau
komunikasi risiko, pengembangan desa siaga posyandu, poskestren dan
organisasi kemasyarakatan lainnya.
2. Setiap adanya penderita suspek FB di puskesmas, poliklinik, rumah sakit
pemerintah dan swasta dilaporkan secepatnya dalam waktu 24 jam kepada
dinas kesehatan kabupaten/kota dan dinas kesehatan kabupaten/kota
melaporkan ke dinas kesehatan provinsi dan Kemenkes RI melalui
PHEOC Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Jl. Percetakan
Negara No. 29, Jakarta Pusat.
3. Penderita suspek FB dengan gejala sesak nafas/ ARDS (acute respiratory
distress syndrome) yang meninggal di RS atau penderita pneumonia yang
belum diketahui sebabnya yang meninggal di RS diupayakan
pengambilan spesimen paru-paru dengan teknik mikro biopsi untuk
pemeriksaan laboratorium dengan seizin keluarga penderita sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku.
4. Setiap kasus tersangka FB harus dilakukan penyelidikan epidemiologi
terpadu oleh Tim Gerak Cepat (TGC) secepatnya dalam waktu 24 jam
sejak laporan diterima. Tujuannya untuk mengetahui gambaran
epidemiologi, klinis, dan virologis kasus FB yang mampu mendukung
upaya penanggulangan KLB FB. Laporan penyelidikan sesuai dengan
format yang telah ditetapkan.
5. Melakukan intensifikasi surveilans FB terpadu pada manusia dan hewan
melalui DSO (district surveillance officer) dan PDS/PDR (participatory
district surveillance/participatory district response). Surveilans terpadu
dimulai sejak ada kasus kesakitan atau kematian unggas yang diduga
karena FB. Kajian informasi epidemiologi dan virologi yang dihasilkan
secara terpadu tersebut digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan
untuk penanggulangan.
6. Melakukan analisis epidemiologi terhadap hasil penyelidikan
epidemiologi kasus FB yang bertujuan untuk :
a. Deteksi dini risiko penularan FB dari unggas ke manusia.
b. Deteksi dini risiko penularan dari manusia ke manusia.
c. Pengambilan keputusan penanggulangan.
7. Setiap kasus konfirmasi FB pada manusia merupakan KLB dan harus
segera dilakukan penanggulangan seperlunya oleh dinas kesehatan
kabupaten/kota bekerja sama dengan dinas terkait lainnya.
8. Biaya penanggulangan seperlunya KLB (kejadian luar biasa) FB
disediakan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota, pemerintah provinsi
dan bila diperlukan dapat meminta bantuan ke pemerintah pusat.
2. Langkah operasional surveilans terpadu FB pada hewan dan manusia
Surveilans Terpadu Flu Burung dilakukan dengan menerapkan Four Way
Linking yang pada prinsipnya menerapkan jejaring kerjasama epidemiologi dan
laboratorium antara kesehatan hewan dan kesehatan manusia (bagan jejaring
kerjasama lampiran
c. Pengendalian Faktor Resiko
Pengendalian faktor risiko ini adalah pencegahan penularan FB dari unggas ke
manusia. Hasil dari investigasi ditindaklanjuti dengan melakukan respon
pengendalian penyakit secara terpadu baik pada unggas maupun manusia, meliputi
kegiatan:
1. KIE terpadu bisa dilakukan di lapangan bersamaan dengan penyelidikan
epidemiologi oleh petugas kesehatan manusia dan petugas kesehatan hewan
setempat, dalam bentuk penyuluhan kepada masyarakat. KIE terpadu di tingkat
pusat, provinsi dan kabupaten/kota, dilakukan oleh jajaran kesehatan dan
kesehatan hewan dalam bentuk iklan layanan masyarakat di media cetak dan
media elektronik, spanduk, leaflet, banner, dan lain-lain. Materi pesan kunci KIE
terpadu meliputi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), bahaya dan cara
penularan FB, pencegahan penularan FB, cara beternak yang baik dan aman, serta
pelaporan dini masyarakat kepada petugas,
2. Depopulasi terbatas (focal culling). Dilakukan pemusnahan secara terbatas
terhadap unggas sakit atau kontak dengan unggas sakit (sekandang), setelah
dimusnahkan dilakukan pembakaran dan penguburan bangkai unggas. Petugas
yang melakukan depopulasi terbatas harus menggunakan APD (alat pelindung
diri) lengkap.
3. Pembersihan dan desinfeksi. Dilakukan pada kandang ditemukannya kasus positif
AI pada unggas, termasuk barang dan peralatan yang terkontaminasi.
Pembersihan menggunakan air dan deterjen atau desinfektan.
4. Penerapan biosekuriti pada seluruh rantai pemasaran unggas meliputi:
a. Peternakan unggas komersial sektor 1, 2, 3
b. Pasar unggas/burung
c. Pemeliharaan unggas di lingkungan pemukiman
d. Tempat dan rumah pemotongan ayam
e. Tempat pengumpulan unggas
f. Pemeliharaan unggas di kebun binatang, taman burung, penangkaran dan
konservasi.
g. Penanganan kotoran unggas dan alas kandang untuk pupuk tanaman
5. Oseltamivir diberikan kepada kontak kasus, petugas kesehatan yang kontak erat
dengan pasien suspek atau konfirmasi, termasuk petugas laboratorium yang tidak
menggunakan APD dalam menangani sampel yang mengandung virus AI.
6. Perlindungan Pada Kelompok Risiko Tinggi di Puskesmas dan Rumah Sakit
Kegiatan meliputi:
a. Diseminasi Informasi FB
b. Pengawasan biosekuriti
c. Dianjurkan pemberian vaksinasi Influenza musiman pada kelompok risiko
tinggi untuk mencegah bercampurnya materi genetik virus A (H5N1) dengan
virus Influenza musiman
d. Penyediaan APD (alat pelindung diri) atau PPE (personal protection
equipment) diprioritaskan kepada kelompok risiko tinggi, seperti petugas
kesehatan di rumah sakit (RS) atau pelayanan kesehatan lainnya, petugas
laboratorium dan petugas lapangan
e. Pemakaian APD:
f. Pada situasi dimana telah terjadi penularan FB antar manusia maka semua
petugas kesehatan baik di fasilitas kesehatan maupun lapangan diharuskan
menggunakan APD lengkap.
d. Penanganan Kasus Flu Burung/Avian Influenza di Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama (FKTP) dan Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjut (FKTL)
• Setiap kasus suspek FB yang ditemukan di pelayanan kesehatan dirujuk ke
puskesmas dan atau RS rujukan untuk di anamnesis dan tatalaksana lebih lanjut
• Pemberian oseltamivir sesegara mungkin (kurang dari 48 jam setelah timbul
gejala awal/onset) dengan dosis sesuai pedoman
• Setiap kasus suspek FB yang ditemukan/berobat ke RS segera berikan
Oseltamivir, apabila tidak tersedia Oseltamivir dapat dimintakan ke dinas
kesehatan kabupaten/kota. Segera dilakukan pemeriksaan penunjang, minimal
berupa pemeriksaan darah rutin dan foto toraks (PA, Lateral). Bila ditemukan
salah satu kelainan berikut: seperti leukopeni, trombositopeni, limfositopeni dan
pneumonia dirujuk ke RS Rujukan terdekat untuk mendapatkan perawatan
sesuai SOP
• Flu burung merupakan salah satu penyakit infeksi emerging, pemerintah akan
menanggung biaya perawatan hingga pemulasaran jenazah sesuai dengan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 59 Tahun 2016 tentang pembebasan biaya
pasien penyakit infeksi emerging tertentu
• Oselatmivir tersedia di Ditjen Kefarmasian, distribusi melalui ke Dinkes
Provinsi/Kabupaten/Kota, RS Rujukan Nasional, RS Rujukan Provinsi, RS
Rujukan Regional dan RS lain yang ditunjuk oleh Menteri Kesehatan .
e. Penanganan Episenter Pandemi Influenza
Episenter Pandemi Influenza adalah lokasi titik awal terdeteksinya sinyal
epidemiologis dan sinyal virologis yang merupakan tanda terjadinya penularan
influenza pandemi antar manusia yang dapat menimbulkan terjadinya pandemi
influenza.
Penanggulangan Episenter Pandemi Influenza adalah segala upaya yang
ditujukan untuk memutus rantai penularan di lokasi episenter dan lokasi-lokasi yang
berisiko lainnya atau membatasi penularan atau penyebaran penyakit ke daerah lain.
f. Rencana Kontijensi (Contingency Plan) Pandemi Influenza
Penanggulangan Pandemi Influenza perlu dipersiapkan dan dilaksanakan oleh
pemerintah dan pemerintah daerah sehingga disusun Panduan Perencanaan
Kontinjensi Penanggulangan Pandemi Influenza. Panduan ini yang akan
dipergunakan pada kondisi dimana ditemukan kasus unggas positif avian influenza
atau kasus influenza yang berpotensi pandemi lainnya di suatu wilayah, terlebih
untuk mengantisipasi penyebaran yang lebih luas. Dapat disimpulkan rencana
kontinjensi penanggulangan pandemi influenza dibuat sebelum terjadinya episenter
pandemi untuk satu jenis ancaman yaitu pandemi influenza dan berlaku di seluruh
Indonesia. Rencana kontinjensi Pandemi Influenza bertujuan untuk :
• Tersedianya kapasitas, kemampuan dan mekanisme respon/ tanggap yang
memadai dalam menghadapi munculnya Pandemi Influenza.
• Terwujudnya koordinasi dalam pelaksanaan upaya meminimalkan angka
kesakitan dan kematian.
• Berhasilnya upaya meminimalkan angka kesakitan dan kematian.
• Berhasilnya meminimalkan kerugian ekonomi.
• Berhasilnya meminimalkan kekacauan sosial.
Strategi penanggulangan yaitu: pedoman manajemen risiko pandemi influenza
revisi tahun 2017
1. Kesatuan komando dan koordinasi
2. Komunikasi risiko
3. Surveilans
4. Intervensi Farmasi
5. Intervensi Non Farmasi
6. Respon/tanggap pelayanan medik Penjelasan lebih lanjut tentang
enam strategi ini secara rinci dapat dilihat pada Rencana Kontinjensi
Pandemi Influenza tahun 2017.
LAMPIRAN
Formulir Penyelidikan Epidemiologi Kasus Influenza
BAB III

PENUTUP

Influenza merupakan penyakit saluran pernafasan akut yang disebabkan infeksi Virus
family Orthomyxoviridae yang sampai saat ini dikenal tiga tipe yaitu tipe A, B, dan C. Ada 3
macam penyelidikan pada wabah influenza yaitu Penyelidikan epidemiologi wabah influenza
terpadu, Penyelidikan Flu Burung/Avian Influenza, Penyelidikan epidemiologi terpadu, Tahap
penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan seperlunya, dimana tujuan penyelidikan ini
untuk mengetahui gambaran epidemiologi wabah Influenza yang terjadi. Wabah influenza
dapat di cegah dengan cara mencuci tangan, menutup hidung dan mulut saat bersin atau batuk
dengan tissu, dan memakai masker. Materi ini jauh dari kata sempurna maka dari itu kritik dan
saran kami persilahkan untuk membangun kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR


1501/MENKES/PER/X/2010 TENTANG JENIS PENYAKIT MENULAR TERTENTU
YANG DAPAT MENIMBULKAN WABAH DAN UPAYA PENANGGULANGAN

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR


300/MENKES/SK/IV/2009 TENTANG PEDOMAN PENANGGULANGAN EPISENTER
PANDEMI INFLUENZA

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor Hk.02.02/MENKES/391/2014


tentang Pedoman Penetapan Rumah Sakit Rujukan Regional.

Peraturan Menteri Kesehatan RI , Nomor 27 tahun 2017 tentang Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai