Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN ANAK DENGAN BATUK BUKAN PNEUMONIA

“ Tugas Proyek Keperawatan Anak I “

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 05 KELAS A2 SEMESTER 3

Namira Viidya Bakari (220111040039)


Severnaya Eglis Awuy (220111040041)
Tamara Angela Chandra (220111040042)
Tesalonika Victoria Tamon (220111040043)
Aurellya B. J Mamesah (220111040045)
Felly Julicia Papendang (220111040046)

Dosen Pembimbing:
Ns. Lenny Gannika, M.Kep
Ns. Susi Roida Simanjuntak, M.Kep
Ns. Khairun Nisa, M.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan
Laporan Pendahuluan “Anak Dengan Batuk Bukan Pneumonia” ini untuk memenuhi
Penugasan dalam Mata Kuliah Keperawatan Anak I.

Penulisan laporan ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang dengan tulus
memberikan doa, saran dan kritik sehingga laporan ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya.

Kami mengetahui bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna dikarenakan
terbatasnya pengetahuan dan pengalaman yang kami miliki, Oleh karena itu kami
mengharapkan adanya saran dan kritik yang membangun dari pihak pembaca. Akhir kata,
kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat dan bagi setiap pembaca dan
perkembangan di dunia pendidikan.

Manado, 11 Oktober 2023


Tertanda

Kelompok 05

i
ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................................................ i
DAFTAR ISI......................................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang.................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................1
1.3. Tujuan..............................................................................................................................2
BAB II KONSEP MEDIS............................................................................................................................... 3
2.1. Pengertian Batuk.............................................................................................................3
2.2. Etiologi Batuk..................................................................................................................3
2.3. Patofisiologi Batuk..........................................................................................................4
2.4. Klasifikasi Batuk.............................................................................................................5
2.5. Prognosis Batuk...............................................................................................................5
2.6. Manifestasi Klinis Batuk.................................................................................................6
2.7. Pemeriksaan Penunjang Batuk........................................................................................6
2.8. Penatalaksanaan Batuk....................................................................................................6
BAB III KONSEP KEPERAWATAN................................................................................................... 10
3.1. Konsep Asuhan Keperawatan........................................................................................10
3.2. Intervensi Keperawatan.................................................................................................12
BAB IV PENUTUP......................................................................................................................................... 15
4.1. Kesimpulan....................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................... 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tindakan batuk berfungsi sebagai mekanisme pertahanan tubuh manusia untuk
menjaga sistem pernapasan dari zat berbahaya atau benda asing yang dapat mengganggu
proses pernapasan. Batuk merupakan tindakan refleks yang dilakukan tubuh untuk
melindungi paru-paru dari gangguan akibat benda asing. Selain itu, saluran pernapasan juga
memanfaatkan batuk sebagai alat untuk mengeluarkan lendir berlebih atau benda asing yang
mungkin ada.
Penyakit pernapasan seperti batuk dan pilek cukup banyak terjadi pada anak-anak.
Ada tiga jenis batuk berdasarkan durasinya: batuk akut, yang merupakan fase pertama dan
dapat diatasi dalam waktu kurang dari tiga minggu; batuk subakut, yaitu fase peralihan antara
batuk akut dan kronis dan dapat berlangsung antara 3-8 minggu; dan batuk kronis, yaitu
batuk fase berkepanjangan yang sulit diobati dan berlangsung lebih dari delapan minggu.
Batuk kronis sering kali merupakan indikasi adanya kondisi medis serius seperti asma,
tuberkulosis (TB), penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), penyakit refluks gastroesofageal
(GERD), dan kanker paru-paru.
Batuk merupakan masalah kesehatan yang tergolong ringan dan dapat diobati dengan
perawatan mandiri atau self care. Pengobatan sendiri, atau pengobatan sendiri, adalah upaya
mengatasi suatu penyakit atau gejala yang dialami berdasarkan pengetahuan dan pengamatan
sendiri tanpa bantuan atau perintah dokter atau ahli kedokteran. Obat perawatan diri adalah
obat yang dijual bebas (OTR). Seringkali, individu menggunakan antibiotik untuk mengatasi
batuk tanpa berkonsultasi dengan dokter. Namun pemberian antibiotik pada batuk yang
disebabkan oleh virus, seperti batuk influenza, tidak efektif karena antibiotik tidak mampu
membasmi virus.
Pengobatan batuk dilakukan melalui dua strategi berbeda: terapi non-farmakologis
dan terapi farmakologis. Tujuan pengobatan batuk adalah meminimalkan frekuensi, tingkat
keparahan, dan potensi komplikasi batuk. Antibiotik diberikan sebagai bentuk terapi
farmakologis, sedangkan terapi komplementer digunakan sebagai bentuk terapi non
farmakologis.

1
1.2 Rumusan Masalah
1) Bagaimana konsep medis dari Batuk Bukan Pneumonia

2) Bagaimana konsep keperawatan dari Batuk Bukan Pneumonia

3) Bagaimana pengkajian dengan Diagram MTBS?

Urutasn pengunaan simbol


A./ 1.1
1.
a.
1)
a)

1.3. Tujuan

1) Untuk mengetahui konsep medis dari Batuk Bukan Pneumonia

2) Untuk Mengetahui konsep keperawatan dari Batuk Bukan Pneumonia

3) Untuk Mengetahui pengkajian dengan Diagram MTBS?

2
3
BAB II

KONSEP MEDIS

2.1. Pengertian Batuk


Batuk merupakan refleks yang dipicu oleh iritasi pada paru-paru atau saluran
pernapasan.Pernafasan. Jika benda asing selain udara menembus atau mengiritasinya saluran
pernapasan, secara otomatis akan batuk untuk mengeluarkan atau menghilangkannya Kamis
ini. Batuk seringkali merupakan gejala infeksi saluran pernapasan atas (misalnya batuk, pilek,
flu) dimana sekret hidung dan dahak mengiritasi saluran tersebut Pernafasan. (Sumber,
tahun)
Batuk juga merupakan cara untuk membantu membersihkan saluran udara untuk
melakukan pekerjaan rumah tangga. Ada dua jenis batuk: batuk berdahak dan batuk kering.
Batuk produktif adalah batuk disertai lendir yang mengalir dari trakea. Batuk kering adalah
batuk yang tidak berdahak. Batuk merupakan mekanisme perlindungan tubuh pada saluran
pernafasan dan gejala penyakit atau reaksi tubuh terhadap iritasi pada tenggorokan akibat
kehadirannya lendir, makanan, debu, dan asap. (Sumber, tahun)

2.2. Etiologi Batuk

Batuk merupakan gejala dini dari adanya suatu penyakit. Terdiri atas batuk spesifik
(batuk yang terdapat etiologi) dan batuk non spesifik (batuk yang biasanya sembuh dengan
sendirinya), batuk berdasarkan durasinya terdiri atas batuk akut (<3 minggu) batuk sub akut
terdiri atas (3-8 minggu) dan batuk berdasarkan karakteristiknya terdiri atas batuk produktif
(batuk berdahak) dan batuk non produktif (batuk tidak berdahak). Batuk adalah gejala yang
biasanya berhubungan dengan infeksi virus dan bakteri pada saluran pernafasan dan
menyebabkan kondisi yang tidak nyaman pada pasien. Pertusis juga dikenal dengan batuk
rejan adalah penyakit dengan temuan klinis klasik berupa episode paroksismal batuk hebat
yang berlangsung hingga beberapa menit diikuti dengan nafas terengah-engah. Ini adalah
infeksi saluran pernafasan oleh Bordetella pertusis dimana bakteri menginduksi pembentukan
eksudat sanguinosa mukopurulen di dalam saluran pernafasan. Batuk berkembang di sini
dengan cara yang mirip dengan gagal jantung kongestif. Kemacetan darah yng terjadi pada
daerah sebelum embolus menyebabkan ruang paru yang edema dan berat. Ini mengobarkan
dan mengiritasi ruang paru-paru. Selain itu jika embolus cukup besar dan terjadi dalam
jangka waktu yang cukup lama, nekrosis jaringan dapat terjadi, melepaskan sitokin pro-

3
inflamasi ke dalam ruang paru-paru, sehingga semakin memperburuk batuk. Batuk kronis
yang disebabkan oleh sinusitis kronis akibat peradangan dan iritasi berkepanjangan pada
sinus dan mukosa hidung dengan keluarnya cairan bernanah akibat bakteri patogen. Hal ini
terjadi sebagai akibat dari sinusitis akut berulang yang memungkinkan berkembangnya
patogen anaerobik fakultatif seperti Staphylococcus aureus , epidemi Staphylococcus , dan
organisme gram negatif lainnya. (sumber, tahun)

2.3. Patofisiologi Batuk

Refleks batuk diawali oleh iritasi kimia pada reseptor saraf perifer di trakea, titik
percabangan saluran napas besar, dan saluran napas kecil distal. Reseptor laring dan
trakeobronkial merespons rangsangan mekanis dan kimia. Reseptor kimia sensitif terhadap
asam, panas, dan senyawa mirip capsaicin melalui aktivasi reseptor capsaicin tipe-1. Selain
itu, terdapat beberapa reseptor sensorik saraf yang terletak di saluran pendengaran eksternal,
gendang telinga, sinus paranasal, faring, diafragma, pleura, perikardium, dan lambung, yang
semuanya mampu merangsang refleks batuk. Ini adalah reseptor mekanis yang merangsang
pemicu sekunder seperti sentuhan atau peregangan. Reseptor sensorik ini diklasifikasikan
menjadi salah satu dari tiga kategori: reseptor yang beradaptasi cepat, reseptor regangan yang
beradaptasi lambat, dan serat C. Reseptor adaptasi cepat, sesuai dengan namanya, adalah
neuron sensorik respons cepat bermielin yang merespons dalam satu hingga dua detik.
Neuron ini memiliki kecepatan konduksi 4 hingga 18 meter per detik. Alat ini
dikhususkan untuk merasakan kolaps atau penyempitan saluran udara dan responsif terhadap
perubahan dinamis pada kepatuhan paru. Reseptor-reseptor ini akan menjadi tidak peka
terhadap inflasi saluran napas yang berkepanjangan dan, dengan demikian, tidak mampu
memoderasi refleks inflasi paru-paru yang kronis. Perubahan tersebut mungkin termasuk
bronkospasme dengan penyempitan saluran napas, penyumbatan mukosa dengan
penyumbatan saluran napas, atau perubahan fisiologis lainnya pada biomekanik saluran
napas.
Reseptor regangan yang beradaptasi lambat juga sangat sensitif terhadap gaya
mekanis yang bekerja pada saluran udara. Namun, fungsi neuron ini jauh lebih lambat
dibandingkan neuron yang bekerja cepat. Mereka ditemukan dalam kepadatan terbesar di
pohon bronkiolus terminal dan alveoli paru-paru. Sesuai dengan namanya, hal ini
berhubungan dengan sensasi regangan pada saluran napas, seperti yang terlihat pada
hiperinflasi. Neuron-neuron ini tidak peka terhadap hiperinflasi kronis. Ini secara fisiologis

4
penting dalam memulai refleks Hering-Breuer pada bagian akhir inhalasi untuk
menghentikan inhalasi dan menginduksi pernafasan setelah paru-paru mencapai volume
fisiologis yang ditetapkan untuk mencegah barotrauma. Serabut C terdiri dari sebagian besar
persarafan sensorik aferen ke sistem paru. Mereka adalah neuron tak bermielin yang mirip
dengan saraf sensorik somatik yang ditemukan di tempat lain di tubuh, dengan kecepatan
konduksi rata-rata dua meter per detik. Tidak seperti reseptor yang bekerja cepat dan reseptor
regangan yang beradaptasi lambat, neuron ini relatif tidak sensitif terhadap rangsangan
mekanis yang hanya memberikan masukan iritasi kimia ke sistem saraf pusat. Iritan kimia
yang diketahui termasuk capsaicin, bradikinin, asam sitrat, larutan garam hipertonik, dan
sulfur dioksida. (Sumber, tahun)

2.4. Klasifikasi Batuk

Batuk dapat diklasifikasikan berdasarkan durasi dan karakteristik. Berdasarkan durasi,


batuk terbagi menjadi batuk akut bila berlangsung kurang dari 2 minggu, dan batuk kronik
apabila telah berlangsung selama 2 minggu atau lebih. Selain batuk akut dan batuk kronik,
terdapat pula istilah batuk kronik berulang yaitu batuk yang berlangsung selama 2 minggu
dan/atau batuk yang berulang sedikitnya 3 episode dalam 3 bulan berturut-turut dengan/tanpa
gejala respiratori atau non-respiratori lainnya.6 (sunber, tahun)
Menurut sumber, ( tahun) Sebanyak 35–40% anak usia sekolah dapat mengalami
batuk hingga 10 hari setelah awitan (onset) infeksi respiratori akut, sementara 10% anak usia
pra-sekolah dapat terus batuk hingga 25 hari setelah infeksi respiratori akut. Jika klinis anak
baik dan keluhan batuk membaik, maka tidak ada tata laksana khusus yang diberikan.1 Selain
berdasarkan durasinya, batuk dapat diklasifikasikan berdasarkan karakteristiknya sebagai
berikut:
● Batuk Kering: Akibat iritasi saluran respiratori atau inflamasi di luar saluran
respiratori dan fase awal penyakit saluran respiratori, atau kelainan di luar saluran
respiratori, misalnya otitis
● Batuk Berdahak: Akibat hipersekresi atau gangguan bersihan mukosiliar (mucociliar
clearance Fase lanjutan penyakit Protracted bacterial bronchitis, fibrosis kistik,
bronkiektasis, pneumonia, primary ciliary dyskinesia, asma

5
2.5. Prognosis Batuk

Pada anak, batuk bukan pneumonia umumnya memiliki prognosis yang baik. Karena
rendahnya resiko, batuk bukan pneumonia pada anak bisa sembuh dalam kurun waktu 1-4
minggu, dan penyakit ini umumnya tidak menyebabkan kematian. Pada orang dewasa yang
sehat, batuk akut biasanya dapat sembuh dengan sendirinya dan berhubungan dengan infeksi
virus saluran pernapasan atas, yang berarti batuk ini cenderung hilang dengan sendirinya
tanpa pengobatan, dan jarang memerlukan intervensi medis yang signifikan. Prognosisnya
mungkin berbeda-beda untuk pasien lanjut usia atau seseorang yang sistem kekebalan
tubuhnya lemah, dan dalam kasus tersebut, batuk akut akibat flu atau virus flu biasa mungkin
memerlukan perawatan medis dan rawat inap. Prognosis batuk kronis bergantung pada
masalah yang mendasarinya dan memerlukan evaluasi medis. (sunber, tahun)

2.6. Manifestasi Klinis Batuk

Menurut sunber, (tahun) Manifestasi kliniks dari batuk berupa:


a. Pengeluaran udara dari saluran pernapasan secara kuat, yang disertai dengan
pengeluaran dahak
b. Tenggorokan sakit dan gatal
c. Suara serak
Infeksi dan alergi juga dapat menyebabkan batuk sehingga menyebabkan produksi
dahak yang sangat banyak dikarenakan infeksi saluran nafas (contohnya: bronkhitis, flu,
TBC) dan juga alergi seperti masuknya benda asing secara tidak sengaja kedalam saluran
pernafasan (contohnya: asap,debu,dan makanan). (sunber, tahun)

2.7. Pemeriksaan Penunjang Batuk

Menurut sunber, (tahun) pemeriksaan Penunjang Batuk adalah sebagai beriku:t


1. Foto toraks
Perlu dibuat pada hampir semua anak dengan batuk kronik untuk menyingkirkan
kelainan respiratorik bawah dan patologi kardiovaskular
2. Uji fungsi paru
Peran uji fungsi paru terbatas karena banyak tidak mampu melakukannya dan hasil
positif tidak selalu menegakkan diagnosis atau memprakirakan respons positif
terhadap terapi tertentu.
3. skrining tuberkulosis

6
Uji tuberkulin perlu dilakukan pada anak-anak, terlebih dengan gejala batuk kronik.
4. Pemeriksaan imunologis
Perlu dilakukan pada kasus batuk yang berhubungan dengan otitis berulang,
bronkiektasis, atau batuk produktif yang tidak responsif dengan antibiotik.

2.8. Penatalaksanaan Batuk

Selama berobat, ciptakan lingkungan yang hangat, perbanyak minum air hangat,
istirahat yang cukup, perbanyak makan sayur dan buah, makan makanan bergizi, serta minum
obat batuk dan pilek. Jika Anda takut dengan obat-obatan yang mengandung bahan kimia,
Anda dapat mencoba alternatif selain terapi udara bersih. . (sunber, tahun)
. Menurut sunber,( tahun) penatalksaan batuk adalah sebagai berikut:
a. Terapi Non Farmakologis
Penderita batuk berkepanjangan yang disebabkan oleh penyakit akut yang
sembuh sendiri biasanya tidak memerlukan pengobatan medis (Yunus, 2003). Secara
umum, baik batuk produktif maupun non-produktif/tanpa dahak dapat dikurangi
dengan meminum air secara rutin untuk membantu mengencerkan dahak dan
mengurangi iritasi atau gatal-gatal, serta menghindari kontak dengan debu, minuman
atau makanan yang mengiritasi tenggorokan, dan pilek. Udara malam (BPOM RI,
2002). Menghirup uap mentol atau minyak atsiri juga dapat meredakan batuk, namun
pengobatan ini tidak boleh digunakan pada anak di bawah 2 tahun karena dapat
menyebabkan kejang tenggorokan.
b. Terapi Farmakologis
1) Pengobatan Khusus
Jika penyebab batuk diketahui, pengobatan harus diarahkan pada
penyebab tersebut. Dengan evaluasi diagnostik yang komprehensif,
penyebab batuk kronis dapat diketahui pada hampir semua pasien.
Pengobatan spesifik batuk tergantung pada penyebab atau mekanismenya:
a. Obati asma dengan bronkodilator atau kortikosteroid. Postnasal
Drip yang disebabkan oleh sinusitis dapat diobati dengan kombinasi
antibiotik, obat semprot hidung, dan antihistamin dekongestan.
Postnasal Drip yang disebabkan oleh rinitis alergi atau non-alergi
dapat diobati dengan menghindari lingkungan pencetusnya dan
antihistamin. - Pengobatan dengan kombinasi dekongestan.

7
b. Refluks gastroesofageal dapat diobati dengan elevasi kepala,
modifikasi pola makan, antasida, dan simetidin.
c. Batuk akibat bronkitis kronis dapat diobati dengan berhenti
merokok. Pneumonia diobati dengan antibiotik, sarkoidosis diobati
dengan kortikosteroid, dan gagal jantung kongestif diobati dengan
digoksin dan furosemid untuk batuk.
Perawatan khusus mungkin juga mencakup prosedur pembedahan
seperti reseksi paru-paru untuk kanker paru-paru, polipektomi, dan
penghilangan rambut dari saluran pendengaran eksternal.
2) Pengobatan simtomatik
Hal ini berguna baik bagi pasien yang batuknya tidak dapat
diidentifikasi maupun bagi pasien yang batuknya mengganggu, tidak
berfungsi dengan baik, dan berpotensi menimbulkan komplikasi.
a. Batuk Produktif
● Emolliensia
Untuk meredakan iritasi batuk, menghaluskan
tenggorokan agar tidak kering dan melembutkan selaput
lendir yang teriritasi. Untuk tujuan ini sering digunakan,
sirup, zat lendir dan permen seperti obat tetes, permen,
tablet hisap banyak digunakan.
● Ekspektoran
Ekspektoran adalah obat yang merangsang saluran
pernapasan untuk mengeluarkan dahak. Obat tersebut
diduga merangsang sekresi kelenjar pernapasan secara
refleks sehingga mengurangi kekentalan dan mempermudah
keluarnya dahak. Beberapa contoh ekspektor yang dapat
digunakan untuk pengobatan sendiri antara lain amonium
klorida, gliseril, guaiakolat dan succus liquiritiae yang
dimana ini adalah salah satu komponen dari obat batuk
hitam.
● Mukolitika
Agen mukolitik adalah obat yang mengencerkan
sekresi saluran napas dengan memecah untaian musin dan

8
mukopolisakarida dalam dahak. Beberapa contoh mukolitik
yang dapat digunakan untuk pengobatan sendiri antara lain
bromhexine dan acetylcysteine.
Obat tersebut memecah rantai molekul musin,
sehingga mengurangi kekentalan lendir. Asetilsistein,
karbosistein, mesna, bromhexine, dan ambroxol.
b. Batuk Non Produktif
Cara terbaik untuk mengobati batuk tanpa dahak adalah dengan
menekan sistem saraf pusat yang menjadi pusat batuk, bahkan
dengan obat penekan batuk. obat dengan efek penghambatan iritasi
batuk:
● Obat pereda: kodein, noscapine, dekstrometorfan.
● Antihistaminika: promethazine, diphenhydramine,
chlorpheniramine. Obat-obatan ini sering kali efektif karena
efek sedatifnya dan sensasi tenggorokan gatal.
● Anestesi lokal: pentoksiverin. Obat ini menghambat
transmisi rangsangan batuk ke otak.

9
10
BAB III

KONSEP KEPERAWATAN

3.1. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
- Identitas
Terdiri dari nama pasien, umur, agama, jenis kelamin, pekerjaan, alamat dan
nama identitas penanggung jawab meliputi: nama, umur, hubungan dengan
pasien dan alamat.
- Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Keluhan utama merupakan hal-hal yang dirasakan oleh pasien
2. Riwayat kesehatan dahulu
Penyakit yang diderita oleh pasien sebelum adanya penyakit sekarang.
Riwayat kelahiran (pada bayi)
3. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya pasien mempunyai anggota keluarga yang pernah menderita
penyakit yang sama dengan pasien.
- Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Bagaimana keadaan bayi, apakah terlihat lemah, letih, atau sakit berat.
2. Tanda-Tanda Vital
Mengukur suhu tubuh bayi, pernapasan, tekanan darah dan nadi.
Apabila batuknya ringan maka suhu tubuh bayi akan berada di kisaran
yang normal, jika parah maka nadinya akan meningkat.
3. Panjang Badan/Berat Badan
Sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan bayi
4. Kepala
Memeriksa kebersihan kepala, bentuk kepala, dan apakah ada luka atau
lesi pada kepala.
5. Mata
Memeriksa bentuk mata, apakah ada pembengkakan mata, konjungtiva
anemis atau tidak dan apakah ada gangguan dalam penglihatan atau
tidak.

10
6. Hidung
Memeriksa bentuk hidung, ada sekret atau tidak dan apakah ada
gangguan dalam penciuman.
7. Mulut
Periksa apakah membran mukosa kering atau lembab, bentuk mulut,
apakah ada gangguan dalam menelan.
8. Telinga
Apakah ada kotoran atau cairan pada telinga, periksa juga apakah ada
respon nyeri pada daun telinga.
9. Kuku
Untuk melihat apakah ada tanda sianosis misalnya kuku berwarna biru
atau tidak.
10. Pemeriksaan Fisik ( dada paru )
a. Inspeksi:
● Mengamati bentuk thorax
● Mengamati frekuensi nafas, irama, kedalamnya
● Amati tipe pernafasan: pursed lip breathing, pernafasan
diafragma, penggunaan otot bantu pernafasan tanda-
tanda retraksi intercostalis, retraksi suprasternal
● Gerakan dada
● Adakah tarikan dinding dada, cuping hidung, takipnea
● Apakah ada tanda-tanda kesadaran menurun
b. Palpasi:
● Gerakan nafas
● Raba apakah dinding dada panas
● Kaji vokal fremitus
● Penurunan ekspansi dada
c. Auskultasi:
● Adakah terdengar stridor
● Adakah terdengar wheezing
● Evaluasi bunyi nafas, frekuensi, kualitas, tipe dan suara
tambahan
d. Perkusi:

11
● Suara sonor/resonans merupakan karakteristik jaringan
paru normal
● Hipersonor, adanya tahanan udara
● Pekak/dullness, adanya jaringan padat d. Tympani,
terisi udara

2. Kebutuhan Dasar
a. Nutrisi dan Metabolisme
Nafsu makan akan menurun, adanya penurunan intake, nutrisi dan juga cairan.
b. Aktifitas dan istirahat
Pasien akan terlihat lesu, kelemahan, rewel, dan suka banyak berbaring.
c. Eliminasi
Tidak terdapat gangguan yang spesifik
d. Kenyamanan
Pasien terlihat kurang nyaman pada saat sedang batuk
e. Personal Hygiene
Anak masih membutuhkan bantuan dari orang tua dalam hal kebersihan diri.

3. Diagnosis
Menurut.........., tahun diagnosa keperawatan yang dapat terjadi pada pasien
dengan gejala klinik batuk adalah:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif berhubungan dengan
hipersekresi jalan napas (tulis kode diagnosanya)
2. Tambahkan diagnosa lain jangan Cuma 1. Inikan konsep tidak
apa jika disini lebih dari 3 dan di penerapan askepnya nanti
yang ditemukan Cuma 1. Tambahkan lagi dianosa
keperawatannya.

3.2. Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan

1 Bersihan jalan napas Setelah dilakukan tindakan Manajemen Jalan Napas:

12
tidak efektif keperawatan selama 1x24 jam, (I.01011)
berhubungan dengan diharapkan masalah keperawatan
hipersekresi jalan Definisi:
dapat teratasi dengan kriteria hasil:
napas (D.00001)
Mengidentifikasi dan mengelola
Bersihan Jalan Napas (L.01001) kepatenan jalan napas.

Batuk Efektif membaik (5)


Tindakan :
Produksi Sputum membaik (5)
Observasi :
Mengi menurun (5)
1. Monitor pola napas
Ronkhi membaik (5) (frekuensi, kedalaman,
Frekuensi napas membaik (5) usaha napas)
2. Monitor bunyi napas
Pola napas membaik (5)
tambahan (mis. gurgling,
mengi, wheezing, ronkhi
kering)
3. Monitor sputum (jumlah,
warna, aroma)

Terapeutik :
1. Posisikan semi-flower atau
fowler
2. Berikan minum hangat
3. Lakukan fisioterapi dada

Edukasi :
1. Anjurkan asupan cairan
2000ml/hari, jika tidak
kontraindikasi

Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
bronkodilator,ekspektoran,
mukolitik, jika perlu

Pemantauan Respirasi: ( I.01014)

13
Definisi:
Mengumpulkan dan menganalisis
data untuk memastikan kepatenan
jalan napas dan keefektifan
pertukaran gas.

Tindakan:
Observasi :
1. Monitor frekuensi,irama,
kedalaman dan upaya napas
2. Monitor pola napas (seperti
bradipnea, takipnea,
hiperventilasi, kusmaul,
cheyne-Stokes, Biot,
ataksik)
3. Monitor adanya produksi
sputum
4. Monitor adanya sumbatan
jalan napas
5. Monitor kemampuan batuk
efektif
6. Monitor saturasi oksigen

Teraupetik :
1. Atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi
pasien
2. Dokumentasikan hasil
pemantauan

Edukasi :
1. Jelaskan tujuan dan

14
prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu

3. Implementasi
4. Evaluasi

15
BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengkajian yang telah kami lakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pengkajian keperawatan batuk bukan pneumonia dengan bersihan jalan napas tidak
efektif pada anak dengan ditemukan data mayor berupa batuk dan bunyi ronchi
2. Diagnosa yang digunakan terdiri dari masalah keperawatannya yaitu bersihan jalan
napas tidak efektif
3. Perencanaan keperawatan dikelompokkan menjadi 2 yaitu kriteria hasil dan intervensi
keperawatan. Tujuan dan kriteria hasil yang direncanakan yaitu bersihan jalan napas
dan pada intervensi keperawatan dilakukan tindakan menganjurkan memberi
minuman hangat untuk mengencerkan dahak, melakukan fisioterapi dada,
memberikan edukasi terkait cara menangani batuk pada bayi.

15
DAFTAR PUSTAKA

Ii, B. A. B. (2021). PENERAPAN MINUMAN JAHE DAN MADU SEBAGAI SALAH SATU
OBAT HERBAL UNTUK MEREDAKAN BATUK PADA BALITA USIA 5 TAHUN DI
PMB ZUBAEDAH SYAH, S. ST., M. KES. 6–24.

Ilmu, F., Universitas, K., Ilmu, F., & Universitas, K. (2020). THE RISK FACTOR OF
FREQUENCY VISIT ON UNDERFIVE CHILDREN WITH THE CASE OF COUGH.
15(2).

Laksana, T. (2017). REKOMENDASI Diagnosis dan Tata Laksana Batuk pada Anak.

Muhammad F. Hashmi; Mohamed S. Alhajjaj. (n.d). (2023). CAUGH.


https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK493221/

Pediatri, S., & Pediatri, S. (2004). Batuk Kronik pada Anak: masalah dan tatalaksana. 6,
64–70.

Pernapasan, S., Ispa, A., & Ruang, D. I. (2022). Asuhan keperawatan pada an. g dengan
infeksi saluran pernapasan akut (ispa) di ruang baitunnisa i rumah sakit islam sultan
agung semarang. Ilmu, F., Universitas, K., Ilmu, F., & Universitas, K. (2020). THE
RISK FACTOR OF FREQUENCY VISIT ON UNDERFIVE CHILDREN WITH THE
CASE OF COUGH. 15(2).

Vi, B. A. B., & Kesimpulan, A. (n.d.). GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN


PNEUMONIA DENGAN BERSIHAN JALAN NAPAS TIDAK EFEKTIF PADA ANAK
DI RUANG CILINAYA RSUD MANGUSADA BADUNG TAHUN 2018. 3–5.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Jakarta : PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta
: PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta :
PPNI

16

Anda mungkin juga menyukai