Oleh
71190811070
SEMESTER VII
1. Ada makalah 60
2. Keseuaian dengan LO 0 – 10
4. Pembahasan Materi 0 – 10
TOTAL
NB : LO = Learning Objective
Dinilai Oleh :
Tutor
(dr.Anna Yusria,M.sc)
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu
Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehatNya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas kuliah Fakultas Kedokteran UISU.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, Kami
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.
i
DAFTAR ISI
ii
iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sampar (Pes)
tikus yang terjangkit penyakit pes. Penyakit ini pertama kali berjangkit di Pelabuhan
Surabaya, kemudian menyebar ke daerah Pasuruan, Malang, Kediri, Madiun,
Surakarta, Boyolali, Magelang, dan Yogyakarta. Pada tahun 1919, penyakit ini
menyebar ke wilayah Jawa Tengah melalui Pelabuhan Semarang. Di tahun 1922,
penyakit ini masuk ke Bumiayu melalui Pelabuhan Tegal. Dua tahun kemudian,
penyakit ini menyebar ke wilayah Jawa Barat melalui Pelabuhan Cirebon. Di tahun
1927, penyakit pes mewabah di daerah Pasuruan, dengan jumlah korban yang cukup
besar. Pemberantasan penyakit pes menggunakan racun serangga berupa ”DDT
Spraying” mulai dilakukan tahun 1952 dan membawa hasil yang sangat memuaskan.
Di akhir tahun 1960 dan di tahun 1961 tidak lagi dilaporkan adanya kasus pes
(Kandun, 2007). Kolera
Kolera disebabkan oleh Vibrio Cholerae serogrup 01 dan 0139. Kolera
terutama terjadi di negara - negara dengan sanitasi yang buruk, dan persediaan air
minum bersih yang kurang yaitu sebagian besar pada negara-negara berkembang di
Asia dan Afrika.20 Penularan kolera dapat terjadi secara langsung melalui makanan
atau minuman yang terkontamnasi dan secara tidak langsung melalui faeses atau
muntahan pasien yang terinfeksi. Derajat keparahan infeksi kolera bervariasi mulai
dari asimtomatik sampai diare akut watery yang berat. Komplikasi yang bisa terjadi
meliputi dehidrasi berat, syok hipovolumik, gagal ginjal akut, gangguan
keseimbangan elektrolit dan asam basa. Insiden wisatawan terjangkit kolera adalah
sekitar 0.2 per 100.000 wisatawan, dengan angka kematian < 2%. Oleh karena itu
perlu beberapa upaya pencegahan termasuk vaksinasi secara selektif pada wisatawan
tertentu (Merati;Utama, 2019). Demam Kuning
Demam kuning adalah penyakit infeksi virus haemorrhagis akut yang
disebabkan oleh Flavivirus. Penyakit ini endemic di Africa dan Amerika Latin.
Diperkirakan terjadi 200 000 kasusdengan 30 000 kematian setiap tahun di seluruh
4
dunia akibat demam kuning. Lebih dari 50% kasus berat yang terjadi, bila tanpa
terapi suportif yang adekuat, akan menyebabkan kematian. Penularan adalah melalui
gigitan nyamuk Aedes aegyptie di perkotaan dan Haemogogus sp atau Sabethes sp di
hutan Amerika, Aedes afrianus dan Aedes simpsoni di hutan afrika. Penularan dapat
terjadi pada ketinggian lebih dari 2300 meter di Amerika dan kemungkinan lebih
tinggi di Afrika.
dengan durasi pendek dan mortalitas yang bervariasi. Demam, menggigil, dan nyeri
punggung. Pencegahan dengan imunisasi aktif bagi semua orang (bayi 9 hulan ke
atas). Tipus epidemik banyak terjadi di Amerika Tengah, Amerika Selatan, Afrika,
dan Cina Utara. Penderita tipus epidemik yang telah sembuh masih berisiko terinfeksi
kembali di kemudian hari.
perhitungan yang telah ditetapkan. Tata Cara Penilaian Klasifikasi KKP ini bertujuan
agar para pihak yang berwenang dapat melakukan pemantauan dan penilaian terhadap
klasifikasi KKP secara wajar dan obyektif serta menyampaikan solusi tindak lanjut
untuk perbaikan kinerja organisasi. (Kemenkes RI, 2014).
Pada tahun 1915, Dinas Pemberantasan Pes dibentuk memutus kontak antara
manusia dengan tikus. Dinas ini bertugas melakukan perbaikan perumahan dan
pembinaan dalam mengurus rumah tangga, hingga tidak ada lagi tempat tikus
bersarang. Disamping usaha perbaikan rumah, pemberian vaksin dilakukan.
Awalnya, rakyat diberikanVaksin Haffkin hasilnya tidak memuaskan, pada vaksinasi
berikutnya adalah vaksin Otten (mulai tahun 1934), yang ternyata dapat menurunkan
20 % angka kematian dari angka semula.
4. COVID-19
Berna). Dosis vaksin subunit adalah 1 dosis (0.5 cc) disuntikkan subkutan
/Intramuskular. Vaksinasi ulang diberikan setiap 3 tahun. Sedangkan vaksin oral
untuk usia >5 tahun diberikan 3 kapsul yaitu 1 kapsul setiap 2 hari sekali dalam 1
minggu.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
10
DAFTAR PUSTAKA
Merati, K. T. P., & Utama, I. M. S. (2019). Buku Ajar Travel Medicine. Udayana
University Press.
Oktaviarini, E., Hadisaputro, S., Suwondo, A., & Setyawan, H. (2019). Beberapa
Faktor yang Berisiko Terhadap Hipertensi pada Pegawai di Wilayah Perimeter
Pelabuhan (Studi Kasus Kontrol di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Semarang).
Jurnal epidemiologi kesehatan komunitas, 4(1), 35-44.
11