Anda di halaman 1dari 21

Mata kuliah : Penyakit Tropis

Dosen : Herawanto S.KM., M.Kes

“Rabies dan Varicella”

KELOMPOK 4

Athirah Winarsih P10117061

Miftahul Rizqiyah P10117150

Grace Widyanathasia

Susan Sandewana

Dinda Aura Inayah P10117049

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU

2019
KATA PENGANTAR
Pujidansyukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan anugerah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah yang berjudul “Penyakit Tropis Rabies dan Varicella” Karya Tulis Ilmiah
ini kami susun demi memenuhi salah satu tugas mata kuliah Penyakit Tropis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut
ambil bagian dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini, sehingga Karya Tulis
Ilmiah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Kami menyadari bahwa dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi
penyusunan, bahasan ataupun penulisannya. Oleh karena itu, kami mengharapkan
kritik dan saran yang membangun, khususnya dari dosen mata kuliah guna
menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik lagi di tugas-
tugas berikutnya.

Palu, November 2019

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

Mata kuliah : Penyakit Tropis ................................................................................ i


KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Tujuan ................................................................................................................ 2
1.2.1 Tujuan Umum ............................................................................................... 2
1.2.2 Tujuan Khusus .............................................................................................. 2
1.3 Manfaat .............................................................................................................. 2
BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................... 4
2.1 Rabies ....................................................................................................................... 4
2.1.1 Sejarah Penyakit Rabies.................................................................................. 4
2.1.2. Pengertian penyakit Rabies............................................................................ 5
2.1.3.Etiologi .............................................................................................................. 5
2.1.4.Tahapan Penyakit Rabies pada Manusia ...................................................... 6
2.1.5. Penanganan ..................................................................................................... 7
2.2 Varicella ................................................................................................................... 8
2.2.1. Definisi Penyakit Varicella ............................................................................. 8
2.2.2. Penyebab Penyakit Varicella ......................................................................... 8
2.2.3. Tanda dan Gejala Terserang Penyakit Varicella ......................................... 9
2.2.4. Klasifikasi atau Jenis Penyakit Cacar Air .................................................. 10
2.2.5 Pengobatan dan Pencegahan......................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 17

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berbagai jenis penyakit semakin banyak yang muncul salah satu
penyebabnya adalah gaya hidup dan lingkungan yang tidak sehat. bahwa
secara umum ada dua jenis penyakit yaitu penyakit menular (Infectious
Diseases) dan penyakit tidak menular (Non Infectious Diseases). Penyebaran
penyakit menular menjadi keprihatinan dan ancaman bagi masyarakat karena
penyakit menular umumya bersifat mendadak dan bisa menyerang seluruh
lapisan masyarakat dalam waktu tertentu. Metode penularan penyakit pada
manusia diklasifikasikan menjadi dua yaitu penularan secara vertikal dan
penularan secara horizontal. Penularan secara vertikal yaitu penularan dari ibu
ke bayi melalui plasenta saat bayi berada dalam kandungan atau menular ke
bayi yang baru lahir pada saat proses kelahiran normal. Sedangkan penularan
secara horizontal yaitu penularan yang terjadi karena individu sehat berkontak
langsung dengan individu yang terinfeksi oleh suatu penyakit menular. Kontak
langsung dapat melalui udara, batuk, bersin, makanan, minuman, dan bahkan
kotoran individu yang mengandung virus penyakit menular. salah satu
penyakit yang dapat ditularkan melalui kontak langsung adalah Varicella.
Penyakit rabies biasanya dikenal dengan istilah awam penyakit anjing
gila. Penyakit ini dapat menyerang beberapa mamalia seperti anjing, kucing,
termasuk manusia. Virus rabies berbentuk peluru dengan komposisi RNA,
lipid, karbohidrat dan protein. Virus rabies tergolong unik karena dapat
berkembang pada berbagai macam spesies mamalia dan bersifat
neurofilik (saraf).Rabies dapat menular dari hewan ke hewan, dari manusia ke
manusia dan dari hewan ke manusia. Penularan dapat melalui gigitan dan non-
gigitan (transplantasi, kontak dengan bahan mengandung virus rabies pada
kulit lecet atau mukosa). Binatang dan manusia yang terinfeksi rabies akan
memberikan gejala yang cukup khas walaupun tetap harus dikonfirmasi
dengan pemeriksaan penunjang dan dengan teliti menggali riwayat gigitan
atau kontak binatang.

1
Di Indonesia rabies pada hewan sudah ditemukan sejak tahun 1884, dan
kasus rabies pada manusia pertama kali ditemukan pada tahun 1894 di Jawa
Barat. Angka kematian yang tinggi ini disebabkan karena tidak adanya obat
untuk rabies, terlambatnya intervensi medis menyebabkan angka kematian
yang tinggi, dan jarang dilaksanakannya penanganan pertama luka gigitan
anjing dengan mencuci luka dengan sabun dan air mengalir. Selain itu rabies
pada dua sampai dua belas minggu pertama, bahkan bisa sampai bertahun-
tahun, hanya menunjukkan gejala tidak khas seperti influenza biasa sehingga
pasien yang dibawa ke rumah sakit sudah jatuh ke tahap penyakit yang lebih
parah.. Pasien bia sanya meninggal dua sampai sepuluh hari
setelah menunjukkan gejala pertama.Sampai saat ini tidak ada obat yang dapat
menyembuhkan penyakit rabies. WHO merekomendasikan prosedur
profilaksis pasca-terpapar (P.E.P., post-exposure prophylaxis)(setelah kontak
melalui gigitan maupun non-gigitan). Prosedur ini terdiri dari pembersihan
dan perawatan luka dan imunisasi aktif dengan vaksin (VAR). Rabies adalah
penyakit yang dapat sepenuhnya dicegah. Gejala pada hewan reservoir cukup
khas sehingga hewan yang terinfeksi dapat dimusnahkan dan hewan yang
beresiko pun dapat dicegah menjadi sakit melalui vaksinasi secara rutin.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui mengenai Rabies dan Varicella

1.2.2 Tujuan Khusus


1.2.2.1 Untuk mengetahui sejarah tentang Rabies dan Varicella
1.2.2.2 Untuk mengetahui etiologi dan perkembangan Rabies dan
Varicella

1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat teoritis

1.3.1.1 Memberikan sumbangan pengetahuan untuk masyarakat tentang


rabies dan varicella.
1.3.1.2 Sebagai bahan baca dan referensi tentang rabies dan varicella

2
1.3.2 Manfaat praktis

1.3.2.1 Bagi penulis Dapat menambah wawasan tentang rabies dan


varicella.
1.3.2.2 Bagi mahasiswa di jurusan kesehatan dapat menambah
pengetahuan dan sumbangan pemikiran tentang rabies dan varicella.

3
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1 Rabies
2.1.1 Sejarah Penyakit Rabies
Rabies bukanlah penyakit baru dalam sejarah perabadan
manusia. Catatan tertulis mengenai perilaku anjing yang tiba-tiba
menjadi buas ditemukan pada Kode Mesopotamia yang ditulis 4000
tahun lalu serta pada Kode Babilonia Eshunna yang ditulis pada 2300
SM.Democritus pada 500 SM juga menuliskan karakteristik gejala
penyakit yang menyerupai rabies.Aristotle, pada 400 SM, menulis
di Natural History of Animals edisi 8, bab 22
Hippocrates, Plutarch, Xenophon, Epimarcus, Virgil, Horace,
dan Ovid adalah orang-orang yang pernah menyinggung karakteristik
rabies dalam tulisan-tulisannya.Celsius,
seorang dokter dizaman Romawi,mengasosiasikan hidrofobia
(ketakutan terhadap air) dengan gigitan anjing, di tahun 100 Masehi.
Cardanus, seorang penulis zaman Romawi menjelaskan
sifat infeksi yang ada di air liur anjing yang terkena rabies. Pada penulis
Romawi zaman itu mendeskripsikan rabies sebagai racun, yang mana
adalah kata Latin bagi virus. Pliny dan Ovid adalah orang yang pertama
menjelaskan penyebab lain dari rabies, yang saat itu
disebut cacing lidah anjing (dog tongue worm).Untukmencegah rabies
di masa itu, permukaan lidah yang diduga mengandung "cacing"
dipotong. Anggapan tersebut bertahan sampai abad 19, ketika
akhirnya Louis Pasteur berhasil mendemonstrasikan penyebaran rabies
dengan menumbuhkan jaringan otak yang terinfeksi di tahun 1885
Goldwasser dan Kissling menemukan cara diagnosis rabies secara
modern pada tahun 1958, yaitu dengan teknik antibodi imunofluoresens
untuk menemukan antigen rabies pada jaringan.

4
2.1.2. Pengertian penyakit Rabies
Rhabdovirus berasal dari bahasa Yunani yaitu Rhabdo yang
berarti berbentuk batang dan Virus yang berarti virus.Jadi Rhabdovirus
merupakan virus yang mempunyai bentuk seperti batang. Rabies adalah
penyakit infeksi akut pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh
virus rabies (Rhabdovirus). Penyakit ini bersifat zoonosis, yaitu
penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia.Rabies merupakan
salah satu penyakit di mana agen infektifnya berupa virus rabies yang
menginfeksi susunan saraf pusat. Rabies yang menginfeksi kucing,
anjing,rakun,kelelawar atau kera dapat menular ke manusia melalui
kontak dengan kelenjar saliva (air liur) hewan yang terinfeksi.Rabies
disebut juga penyakit anjing gila. Klasifikasi Rhabdovirus
Order:Mononegavirales Famili: Rhabdoviridae Genus :Lyssavirus
Spesies: Rhabdovirus (Virus Rabies)
2.1.3.Etiologi
Virus rabies merupakan virus RNA, termasuk dalam
familia Rhabdoviridae, genus Lyssa. Virus berbentuk peluru atau
silindris dengan salah satu ujungnya berbentuk kerucut dan pada
potongan melintang berbentuk bulat atau elip (lonjong). Virus tersusun
dari ribonukleokapsid dibagian tengah, memiliki membrane selubung
(amplop) dibagian luarnya yang pada permukaannya terdapat tonjoloan
(spikes) yang jumlahnya lebih dari 500 buah. Pada membran selubung
(amplop) terdapat kandungan lemak yang tinggi.
Virus tersusun dari ribonukleokapsid dibagian tengah, memiliki
membrane selubung (amplop) dibagian luarnya yang pada
permukaannya terdapat tonjoloan (spikes) yang jumlahnya lebih dari
500 buah. Pada membran selubung (amplop) terdapat kandungan lemak
yang tinggi. Virus berukuran panjang 180 nm, diameter 75 nm, tonjolan
berukuran 9 nm, dan jarak antara spikes 4-5 nm. Virus peka terhadap
sinar ultraviolet, zat pelarut lemak, alkohol 70 %,yodium, fenol dan
klorofrom. Virus dapat bertahan hidup selama 1 tahun dalam larutan

5
gliserin 50 %. Pada suhu 600 C virus mati dalam waktu 1 jam dan
dalam penyimpanan kering beku (freezedried) atau pada suhu 40 C
dapat tahan selama bebarapa tahun.

Gambar struktur Virus Rabies


ket: Virus rabies dengan bentuk seperti peluru yang dikelilingi
oleh paku-paku glikoprotein. Glikonukleoproteinnya tersusun dari
nukleoprotein, phosphorylated atau phosphoprotein dan polimerase.
Diagram melintang ini menunjukkan lapisankonsentrik yaitu amplop
dengan membrane ganda, protein m dan digulung dalam RNA.
2.1.4.Tahapan Penyakit Rabies pada Manusia
Gejala sakit yang akan dialami seseorang yang terinfeksi Rabies
meliputi 4 stadium:
1. Stadium Prodromal: Dalam stadium prodomal sakit yang timbul
pada penderita tidak khas, menyerupai infeksi virus pada umumnya
yang meliputi demam, sulit makan yang menuju taraf anoreksia, pusing
dan pening, dan lain sebagainya.
2. Stadium Sensoris: Dalam stadium sensori penderita umumnya
akan mengalami rasa nyeri pada daerah luka gigitan, panas, gugup,
kebingungan, keluar banyak air liur, pupil membesar, hiperhidrosis,
hiperlakrimasi.
3. Stadium Eksitasi: Pada stadium eksitasi penderita menjadi
gelisah, mudah kaget, kejang-kejang setiap ada rangsangan dari luar

6
sehingga terjadi ketakutan pada udara (aerofobia), ketakutan pada
cahaya (fotofobia), dan ketakutan air (hidrofobia). Kejang-kejang
terjadi akibat adanya gangguan daerah otak yang mengatur proses
menelan dan pernapasan. Hidrofobia yang terjadi pada penderita Rabies
terutama karena adanya rasa sakit yang luar biasa di kala berusaha
menelan air.
4. Stadium Paralitik: Pada stadium paralitik setelah melalui ketiga
stadium sebelumnya, penderita memasuki stadium paralitik ini
menunjukkan tanda kelumpuhan dari bagian atas tubuh ke bawah yang
progresif.
Karena durasi penyebaran penyakit yang cukup cepat maka
umumnya keempat stadium di atas tidak dapat dibedakan dengan jelas.
Gejala-gejala yang tampak jelas pada penderita di antaranya adanya
nyeri pada luka bekas gigitan dan ketakutan pada air, udara, dan cahaya,
serta suara yang keras.
2.1.5. Penanganan
Bila terinfeksi Rabies, segera cari pertolongan medis. Rabies
dapat diobati, namun harus dilakukan sedini mungkin sebelum
menginfeksi otak dan menimbulkan gejala. Bila gejala mulai terlihat,
tidak ada pengobatan untuk menyembuhkan penyakit ini. Kematian
biasanya terjadi beberapa hari setelah terjadinya gejala pertama.Jika
terjadi kasus gigitan oleh hewan yang diduga terinfeksi Rabies atau
berpotensi Rabies (anjing,rubah, kelelawar) segera cuci luka dengan
sabun atau pelarut lemak lain di bawah air mengalir selama 10-15 menit
lalu beri antiseptik alkohol 70% atau betadin. Orang-orang yang belum
diimunisasi selama 10 tahun terakhir akan diberikan suntikan tetanus.
Orang-orang yang belum pernah mendapat vaksin Rabies akan
diberikan suntikan globulin imun Rabies yang dikombinasikan dengan
vaksin. Separuh dari dosisnya disuntikkan di tempat gigitan dan
separuhnya disuntikan ke otot, biasanya di daerah pinggang. Dalam
periode 28 hari diberikan 5 kali suntikan. Suntikan pertama untuk

7
menentukan risiko adanya virus Rabies akibat bekas gigitan. Sisa
suntikan diberikan pada hari ke 3, 7, 14, dan 28. Kadang-kadang terjadi
rasa sakit, kemerahan, bengkak, atau gatal pada tempat penyuntikan
vaksin
2.2 Varicella
2.2.1. Definisi Penyakit Varicella
Varicella (disebut juga cacar air) adalah penyakit sangat
menular yang disebabkan oleh virus. Virus yang menyebabkan penyakit
ini adalah virus varicella zoster. Cacar air biasanya tergolong ringan,
tetapi dapat berubah serius jika dialami oleh bayi yang berusia di bawah
12 bulan, remaja, orang dewasa, ibu hamil, dan orang dengan sistem
kekebalan tubuh yang melemah.
Cacar air adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi
virus varicella zoster yang mengakibatkan munculnya ruam kulit
berupa kumpulan bintik-bintik kecil baik berbentuk datar maupun
menonjol, melepuh serta berkeropeng dan rasa gatal. Penyakit cacar air
merupakan penyakit menular yang bisa ditularkan seseorang kepada
orang lain secara langsung. Cacar air dikenal juga dengan nama lainnya
yaitu varisela dan chickenpox.
Orang yang pernah terkena infeksi virus cacar air maka tubuh
orang tersebut akan membentuk antibodi terhadap virus varicella zoster
sehingga di masa depan tidak akan lagi terserang penyakit virus cacar
air dari penularan yang dilakukan oleh orang lain. Namun cacar air
yang tidak diberantas habis secara tuntas bisa terus hidup di dalam
tubuh penderitanya dan akan muncul menjadi penyakit herpes zoster
ketika kekebalan tubuh orang tersebut sedang tidak baik.
2.2.2. Penyebab Penyakit Varicella
Penyebab dari penyakit cacar air adalah infeksi suatu virus yang
bernama virus varicella zoster yang disebarkan manusia melalui cairan
percikan ludah maupun dari cairan yang berasal dari lepuhan kulit
orang yang menderita penyakit cacar air. Seseorang yang terkena

8
kontaminasi virus cacar air varicella zoster ini dapat mensukseskan
penyebaran penyakit cacar air kepada orang lain di sekitarnya mulai
dari munculnya lepuhan di kulitnya sampai dengan lepuhan kulit yang
terakhir mongering

2.2.3. Tanda dan Gejala Terserang Penyakit Varicella


Untuk mengatasi gejala-gejala penyakit cacar air bisa
dilakukan dengan melakukan kompres dingin pada kulit yang terkena
agar rasa gatal berkurang dan mengurasi garuk-garuk yang dapat
menyebabkan infeksi. Selain kompres dingin bisa juga dengan
memberikan losyen (lotion) khusus. Untuk mengurangi rasa gatal yang
berlebihan bisa diberikan obat pengurang gatal pada kulit. Jika terjadi
demam maka bisa diberikan obat sesuai dengan petunjuk atau resep
dokter. Cacar air nantinya akan hilang dengan sendirinya pada penderita
setelah jangka waktu tertentu.
Adapun tanda terserangnya penyakit cacar air yang disebabkan
oleh virus Varicella, yaitu sebagai berikut :
 Pada awal terinfeksi virus tersebut, pasien akan menderita rasa
sakit seperti terbakar dan kulit menjadi sensitif selama beberapa
hari hingga satu minggu
 Setelah dua atau tiga hari kemudian akan mulai muncul bintek
merah datar yang disebut macula, lalu menjadi menonjol yang
disebut papula, kemudian muncul cairan didalamnya seperti
melepuh disertai rasa gatal yang disebut vesikel, dan yang terakhir
adalah mengering sendiri. Lama proses mulai dari macula, papula,
vesikel dan kropeng membutuhkan waktu kurang lebih 6 sampai 8
jam. Proses berulang-ulang ini akan berlangsung selama empat
hari.
 Pada hari ke lima biasanya tidak ada kemunculan lepuhan baru di
kulit.

9
 Pada hari ke enam semua lepuhan yang tadinya muncul akan kering
dengan sendirinya dan akhirnya hilang setelah kurang lebih sekitar
20 hari.
 Setelah 10 sampai 21 hari setelah terkena infeksi virus cacar air
muncul gejala penyakit seperti sakit kepala, demam sedang dan
juga rasa tidak enak badan. Pada anak di bawah umur 10 tahun
biasanya tidak muncul gejala, sedangkan pada orang dewasa bisa
lebih parah gejalanya.
Pada anak-anak yang terkena cacar air biasanya tidak
mengalami kesulitan yang berarti untuk bisa cepat sembuh, namun pada
orang dewasa dan juga orang yang mengalami gangguan kekebalan
tubuh dari penyakit, maka penyakit cacar air bisa berakibat buruk dan
bahkan fatal. Komplikasi penyakit yang dapat terjadi akibat cacar air
adalah seperti :
o Pnemounia yang diakibatkan virus lain
o Ensefalitis atau infeksi pada otak
o Peradangan pada jantung
o Peradangan pada sendi
o Peradangan pada hati
Sakit cacar air bisa memunculkan infeksi bakteri stafilokokus
jika terjadi infeksi luka akibat garukan pada kulit yang gatal. Sakit
cacar air juga bisa saja menyebabkan pembengkaan kelenjar getah
bening pada leher bagian samping. Luka terbuka atau disebut ulkus
yang terjadi akibat papula yang pecah biasa terjadi di bagian mulut,
saluran pernapasan bagian atas, vagina, rectum dan kelopak mata. Jika
terdapat papula di pita suara dan saluran pernapasan atas akan
mengakibatkan gangguan pernapasan. Diagnosa dilakukan dengan
melihat ruam pada kulit dengan munculnya makula, papula, vesikel dan
keropeng.
2.2.4. Klasifikasi atau Jenis Penyakit Cacar Air
Berikut klasifikasi penyakit berdasarkan penyebabnya :

10
1. Herpes Zoster adalah jenis penyakit herpes yang disebabkan oleh
virus Varicella Zozter, virus yang juga menyebabkan penyakit
cacar air, jadi penyakit herpes jenis ini bukan penyakit herpes
menular seksual seperti yang banyak orang ketahui selama ini.
2. Herpes Simpleks adalah jenis penyakit herpes yang disebabkan
oleh virus simpleks atau virus HSV. Namun herpes jenis ini
dibedakan lagi dengan dua jenis virus yang berbeda sehingga
jenisnya pun berbeda yaitu : Herpes Simpleks tipe 1 (herpes oral)
yang disebabkan oleh virus HSV 1 Herpes Simpleks tipe 2 (herpes
genital) yang disebab oleh virus HSV 2
2.2.5 Pengobatan dan Pencegahan
Sebenarnya penyakit cacar air dapat sembuh sendiri tanpa
pemberian pengobatan apapun. Pemberian terapi bersifat supotif sesuai
dengan gejala yang dialami oleh penderita. Contohnya apabila pasien
demam diberikan obat penurun demam. Anti-virus juga diberikan.
Menurut beberapa penelitian, pemberian anti-virus dapat mempercepat
penyembuhan, mencegah perkembangbiakan dari virus, dan
mengurangi gejala yang dialami penderita. Antibiotik juga diberikan
untuk mencegah infeksi sekunder yang masuk melalui kulit yang
sedang terluka. Penderita cacar air dapat mandi seperti biasa tetapi
harus berhati-hati agar tidak memecahkan bisul karena dapat menjadi
sumber infeksi sekunder.
Untuk pengobatan dari herpes zoster perlu diberikan obat-obatan
anti nyeri karena nyeri pada penyakit ini sering mengganggu. Selain itu
juga dapat diberikan anti-virus terutama pada orang-orang dengan
imunitas atau kekebalan tubuh yang rendah. Anti-virus bermanfaat
untuk mempercepat penyembuhan, mencegah perkembangbiakan virus,
mengurangi gejala yang dialami penderita, dan mengurangi resiko
tejadinya nyeri setelah herpes. Untuk mengurangi peradangan yang
disebabkan oleh virus ini, dapat juga menggunakan steroid.

11
Untuk pengobatan pada nyeri setelah herpes, perlu dilakukan
manajemen nyeri yang baik. Oleh karena itu, dapat diberikan obat-
obatan anti nyeri. Prinsipnya, pemberian anti-nyeri dimulai dari jenis
obat paling ringan dengan dosis terkecil dan ditingkatkan perlahan
hingga ke jenis obat yang lebih kuat. Selain obat-obat anti nyeri dapat
juga diberikan obat oles yang mengandung capcaisin dan obat anti
kejang. Kedua jenis obat tersebut terbukti dapat mengatasi nyeri setelah
herpes walaupun buka termasuk obat anti-nyeri.
Untuk pencegahan penyakit ini dapat dilakukan pemberian
vaksinasi. Vaksin varicella sudah dapat diberikan sejak anak berusia 12
bulan. Sebaiknya vaksin ini diberikan sebelum anak mulai masuk
sekolah. Apabila vaksin ini diberikan setelah anak berusia 12 tahun,
maka vaksin perlu diberikan 2 kali dengan jarak minimal antara
pemberian pertama dan kedua selama 4 minggu. Berdasarkan
penelitian, vaksin varicella dapat memberikan perlindungan hingga 20
tahun seteleh divaksinasi. Di Indonesia sendiri, vaksin ini belum
menjadi salah satu vaksin yang disubsidi oleh pemerintah.
Pemberian vaksin efektif melindungi 80-85% terhadap penyakit
varicella dan efektif 95% mencegah varicella yang berat. Akan tetapi,
sekitar 15-20% anak sehat yang diberikan vaksin ini tetap terkena
varicella. Jenis varicella yang dialami jenis yang ringan di mana tidak
ditemukan adanya demam, bisul pada kulit yang lebih sedikit, dan
keluhan lain juga lebih ringan. Selain itu, varicella pada anak yang
sudah divaksinansi juga jarang menular kepada orang lain yang belum
terkena varicella.
Untuk mencegah tejadinya infeksi bakteri serta komplikasi
akibat serangan cacar air bisa dilakukan beberapa usaha berikut ini,
antara lain :
- Menjaga kebersihan tangan dengan rajin mencuci tangan dengan
sabun
- Memotong kuku yang panjang dan mengikir kuku yang tajam

12
- Sering mandi atau mencuci kulit dengan sabun anti kuman
- Memakai pakaian yang telah dicuci bersih dan kering serta
nyaman dipakai
- Sering mengganti pakaian jika sudah dirasa kotor atau tidak
nyaman

13
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.1.1 Rhabdovirus berasal dari bahasa Yunani yaitu Rhabdo yang
berarti berbentuk batang dan Virus yang berarti virus.Jadi
Rhabdovirus merupakan virus yang mempunyai bentuk seperti
batang. Rabies adalah penyakit infeksi akut pada susunan saraf
pusat yang disebabkan oleh virus rabies (Rhabdovirus). Penyakit
ini bersifat zoonosis, yaitu penyakit yang ditularkan dari hewan ke
manusia.
3.1.2 Virus rabies merupakan virus RNA, termasuk dalam
familia Rhabdoviridae, genus Lyssa. Virus berbentuk peluru atau
silindris dengan salah satu ujungnya berbentuk kerucut dan pada
potongan melintang berbentuk bulat atau elip (lonjong).
3.1.3 Varicella (disebut juga cacar air) adalah penyakit sangat
menular yang disebabkan oleh virus. Virus yang menyebabkan
penyakit ini adalah virus varicella zoster. Cacar air biasanya
tergolong ringan, tetapi dapat berubah serius jika dialami oleh bayi
yang berusia di bawah 12 bulan, remaja, orang dewasa, ibu hamil,
dan orang dengan sistem kekebalan tubuh yang melemah.
3.1.4 Penyebab dari penyakit cacar air adalah infeksi suatu virus
yang bernama virus varicella zoster yang disebarkan manusia
melalui cairan percikan ludah maupun dari cairan yang berasal dari
lepuhan kulit orang yang menderita penyakit cacar air.
3.2 Saran
3.2.1 Perlu adanya bimbingan tentang kepenulisan KTI yang baik
dan benar.
3.2.2 Masalah tentang rabies dan vercilla dapat dikembagkan
dengan banyak mencari dan membaca literature yang ada.
3.2.3 Kelompok lebih aktif dalam mengerjakan karya tulis
ilmiah.

14
CONTOH KASUS

Kasus penyakit rabies akibat gigitan anjing di Bali bertambah sejak akhir
2008 hingga mencapai 74 kasus hingga Juli 2010.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali Nyoman Sutedja memastikan 35 orang


positif meninggal akibat rabies dari 74 kasus tersebut.
Menurut Nyoman Sutedja, kepastian angka kematian yang mencapai 35 orang
tersebut dikonfirmasi melalui proses laboratorium, sedangkan sisanya hanya
diduga atau suspect karena belum sempat diuji laboratorium.

Kasus kematian akibat rabies terakhir terjadi pada tanggal 22 Juli pekan lalu
dialami oleh seorang wanita berusia 40 tahun.

Nyoman Sutedja mengatakan kasus rabies masih terjadi akibat pergerakan anjing
yang sangat luas di Bali

''Karena budaya di Bali memang senang memelihara anjing. Yang berbahaya


adalah 74% anjing peliharaan ini sulit dipantau karena dilepas bebas, hanya 26%
yang diikat sehingga rabies mudah menyebar dan sulit bagi dinas terkait untuk
memvaksinasi''.

''Saat ini kami tengah bekerjasama dengan perangkat desa untuk pemberdayaan
masyarakat dengan pendekatan kultural agar masyarakat mau bekerja sama agar
mau memvaksin anjing mereka dan tidak melepas secara bebas''.

Selama ini berdasarkan kepercayaan Hindu Bali, anjing dipercaya sebagai


pembawa warga ke surga. Di Bali anjing memang sering terlihat bebas berkeliaran
disejumlah sudut kota di Provinsi dengan populasi penduduk

Nyoman menambahkan kalau vaksinasi massal terhadap anjing sudah


dilaksanakan sejak Juli 2010.

15
Meski vaksin rabies mencukupi, Nyoman mengakui kalau ada keterbatasan
petugas untuk sosialisasi dan vaksinisasi di lapangan.

“Yang berbahaya adalah 74% anjing peliharaan ini sulit dipantau karena dilepas
bebas” (Nyoman Sutedja). Keterbatasan ini yang membuat proses vaksinasi anjing
baru mencapai 20% saja.

Sedangkan, vaksin untuk manusia yang sebelumnya dilaporkan kurang, kini Dinas
Kesehatan Bali menyatakan kalau kekurangan itu sudah dipenuhi pada bulan
Agustus ini.

Vaksinasi terhadap anjing ini dianggap lebih penting ketimbang membunuh


anjing yang sudah terjangkit rabies.

Sebelumnya, Provinsi Bali sempat memusnahkan sekitar 600.000 anjing dan


sempat mendapat protes dari lembaga pemerhati binatang.

Data badan kesehatan dunia WHO menyebut setiap tahun ada sekitar 55.000
orang yang terinfeksi rabies, kebanyakan adalah anak-anak dengan hampir 60%
kematian akibat digigit anjing terjadi di Asia.

Masa inkubasi rabies setelah digigit anjing bisa berlangsung selama beberapa
minggu, bulan atau setahun, dengan gejala awal yang mirip penyakit flu biasa
seperti kepala pusing, kelelahan dan demam. Selanjutnya diikuti dengan masalah
pernafasan, takut air, kelumpuhan dan koma.

16
DAFTAR PUSTAKA

Hidayati, Fitri, Etih Sudarnika, Hadri Latif, Denny Widaya Lukman, Yusuf
Ridwan, Abdul Zahid, and Ardilasunu Wicaksono. 2019. “Jurnal
Penyuluhan, Maret 2019 Vol. 15 No. 1 Intervensi Penyuluhan Dengan
Metode Ceramah Dan Buzz Untuk Peningkatkan Pengetahuan Dan Sikap
Kader Posyandu Dalam Pengendalian Rabies Di Kabupaten Sukabumi.”
15(1):65–74.

Tanzil, Kunadi. PENYAKIT RABIES DAN PENATALAKSANAANNYA.


.(Jurnal).Bagian Mikrobiologi Universitas Katolik Indonesia Atma
Jaya.ISSN 2338-7793.

CHIN J.2006.Manual Pemberantasan Penyakit Menular.Infomedika.Edisi


17,cetakan II, 497507. DEPKES RI, DIRJEN PPM & PL. 2000.Petunjuk
Perencanaan & Penatalaksanaan Kasus Gigitan HewanTersangka /Rabies
di Indonesia.

Doengoes, Marilynn. E,.(1999). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.EGC : Jakarta.
Tarwoto dan Wartonah. (2000). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta
RAMANI, Sofyan; KUMALA, Shirly; SIMANJUNTAK, Partomuan. ISOLASI
DAN IDENTIFIKASI SENYAWA KIMIA ANTI VARICELLA ZOSTER
DARI DAUN PETAY (Parkia speciosa Hassk.). Parapemikir: Jurnal
Ilmiah Farmasi, 2018, 7.1.
Noegroho, T. A., & Rosmelia, L. M. N. (2016). Jurnal Kedokteran dan Kesehatan
Indonesia. Metode.

CDC. 2018. “Vaksin Varicella (Cacar Air).” Centers for Disease Control and
Prevention 1–3.

17

Anda mungkin juga menyukai