Anda di halaman 1dari 14

Makalah Epidemiologi Penyakit Menular

IDENTIFIKASI RIWAYAT ALAMIAH


DAN SPEKTRUM PENYAKIT KOLERA
Dosen Pengampu: Yoli Farradika, SKM, M.Epid

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 7
Chika Syahira Dhana (2105015031)
Lasmaria Simanjuntak (2105015203)
Rosma Annisa (2105015189)
Sharla Hardiyanti Putri (2105015009)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
JAKARTA SELATAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “Identifikasi
Riwayat Alamiah dan Spektrum Penyakit Kolera” dengan tepat waktu.
Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Epidemiologi Penyakit
Menular. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan
juga bagi kami tim penulis.
Kami mengucapkan Terima Kasih kepada Ibu Yoli Farradika, SKM, M. Epid, selaku dosen
Mata Kuliah Epidemiologi Penyakit Menular yang telah memberikan bimbingan yang
bermanfaat dalam proses penyusunan makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami
membutuhkan saran dan kritik guna memperbaiki makalah ini. Kemudian apabila terdapat
banyak kesalahan pada laporan makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Demikian, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Jakarta, 18 Maret 2023

Kelompok 7

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................................ i


KATA PENGANTAR ......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 1
C. Tujuan ........................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3
A. Definisi Penyakit Kolera ............................................................................................. 3
B. Penyebab Penyakit Kolera .......................................................................................... 3
C. Faktor Risiko Penyakit Kolera .................................................................................... 3
D. Riwayat Alamiah Penyakit Kolera .............................................................................. 4
E. Hubungan Penyakit Kolera dengan Pencegahan Penyakit ........................................... 6
F. Spektrum Penyakit Kolera .......................................................................................... 8
BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 10
A. Kesimpulan .............................................................................................................. 10
B. Saran ........................................................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 11

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kolera adalah penyakit diare akut, yang disebabkan oleh infeksi usus akibat terkena
bakteria Vibrio cholerae. Infeksi biasanya ringan atau tanpa gejala, tapi terkadang parah.
Bagi mereka ini, kehilangan cairan tubuh secara cepat ini dapat mengakibatkan dehidrasi
dan shock atau reaksi fisiologik hebat terhadap trauma tubuh. Kalau tidak diatasi, kematian
dapat terjadi dalam beberapa jam. Penyakit ini, yang disebarkan melalui konsumsi makanan
atau air yang tercemar kotoran manusia, bisa membunuh dalam hitungan jam jika tidak
segera diobati. Di negara maju, kasus penyakit ini telah diberantas dengan melengkapi
fasilitas menggunakan sistem sanitasi dan pengolahan air.
Menurut data epidemiologi global, kolera lebih sering ditemukan di negara
berkembang. Insiden penyakit ini di negara industrial telah menurun karena adanya sistem
sanitasi pengolahan air yang baik. Angka kejadian kolera yang pasti juga sulit diketahui
karena mayoritas insidennya terjadi di area terpencil di negara berkembang yang tidak
memiliki sistem diagnosis dan pelaporan yang adekuat.
Setelah bertahun-tahun mengalami penurunan jumlah, dunia telah melihat peningkatan
yang mengkhawatirkan dalam wabah kolera selama beberapa tahun terakhir. Antara tahun
2017 dan 2021, kurang dari 20 negara melaporkan wabah kolera setiap tahun. Rata-rata
case fatality rate yang dilaporkan pada 2021 hampir tiga kali lipat dibandingkan lima tahun
sebelumnya. Berdasarkan data WHO, terdapat 1,2 juta kasus kolera pada tahun 2017
dengan angka fatalitas sebesar 5.654 di seluruh dunia. Sekitar 84% kasus kolera global dan
41% kematian akibat kolera di seluruh dunia dilaporkan terjadi di Yaman.
Kejadian Luar Biasa (KLB) kolera yang pernah dilaporkan di Indonesia tercatat terjadi
pada bulan April hingga Agustus 2008 di Kabupaten Paniai dan Kabupaten Nabire,
Provinsi Papua. Kejadian ini menelan korban 105 jiwa. Setelah itu, tidak didapatkan
laporan terbaru mengenai jumlah kasus kolera di Indonesia hingga saat ini.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penjelasan riwayat alamiah penyakit kolera?
2. Bagaimana penjelasan hubungan penyakit kolera dengan pencegahan penyakit?
3. Apa jenis spektrum penyakit kolera?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui penjelasan riwayat alamiah penyakit kolera.
2. Untuk mengetahui penjelasan hubungan penyakit kolera dengan pencegahan
penyakit.
3. Untuk mengetahui jenis spektrum penyakit kolera berdasarkan luas wilayah yang
terdampak dan gejalanya.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Penyakit Kolera
Kolera adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Vibrio Cholerae. Kolera
menyebabkan pengidapnya mengalami gejala diare parah dan dehidrasi. Kondisi ini dapat
berakibat fatal jika tidak ditangani dengan tepat.

B. Penyebab Penyakit Kolera


Kolera disebabkan oleh infeksi bakteri Vibrio cholerae yang hidup di alam bebas, seperti
sungai, sumur, atau danau. Sumber utama penyebaran bakteri kolera adalah air atau makanan
yang terkontaminasi bakteri Vibrio cholerae. Selain itu, tubuh juga bisa terinfeksi melalui
tangan yang tidak dicuci bersih atau dicuci dengan air yang terkontaminasi bakteri Vibrio
cholerae.

Beberapa makanan yang kerap menjadi sarang bakteri kolera adalah:

 Sayur dan buah-buahan yang belum dicuci.


 Biji-bijian, seperti gandum dan beras.
 Makanan laut, terutama yang tidak dimasak dengan baik.

Bakteri kolera dalam makanan tidak semerta-merta dapat menginfeksi manusia.


Dibutuhkan bakteri dalam jumlah banyak untuk membuat seseorang terkena penyakit kolera.
Di mana 1 dari 10 orang yang terinfeksi bakteri kolera akan mengalami gejala pencernaan
dalam hitungan jam hingga 5 hari setelah infeksi. Saat bakteri kolera berhasil masuk ke dalam
tubuh dan menginfeksi, bakteri akan berkembang biak di dalam usus kecil. Di mana,
perkembang biakan ini dapat mengganggu penyerapan air dan mineral dalam sistem
pencernaan. Akibatnya, penderita akan mengalami diare cair yang cukup parah sehingga sering
kali mengalami dehidrasi.

C. Faktor Risiko Penyakit Kolera

Faktor resiko kolera adalah komunitas yang memiliki sistem pengolahan air yang buruk
atau standar sanitasi personal maupun komunitas yang rendah. Secara umum, faktor resiko
dapat ditelaah lebih lanjut sebagai faktor lingkungan dan faktor pejamu.

3
a. Faktor Lingkungan

Ekosistem utama Vibrio cholerae adalah perairan (terutama laut), dimana bakteri ini
hidup secara komensal dengan plankton krustasea yang berperan sebagai organisme
pejamu normalnya. Risiko infeksi dapat meningkat karena peningkatan jumlah mikroba
akibat perubahan cuaca, suhu air, salinitas air, konsentrasi nutrisi, dan jumlah alga.

b. Faktor Pejamu

Kondisi malnutrisi meningkatkan resiko terinfeksi kolera. Selain itu, peran asam
lambung dalam menghambat inokulasi V. Cholerae sebelum mencapai usus juga cukup
penting. Pasien yang mengalami perubahan asam lambung (akibat infeksi H. Pylori,
gastrektomi, penggunaan bloker histamin, atau penggunaan inhibitor pompa proton)
memiliki risiko terinfeksi kolera lebih tinggi. Individu dengan golongan darah O juga lebih
rentan terinfeksi kolera tetapi mekanismenya belum diketahui dengan jelas.

D. Riwayat Alamiah Penyakit Kolera

Riwayat alamiah penyakit (natural history of disease) kolera dibagi menjadi beberapa
tahap;

1. Tahap kerentanan (stage of susceptibility).

Tahapan dimana terjadi interaksi antara host, bibit penyakit dan lingkungan. Interaksi
di luar tubuh manusia. Pada tahap ini penyakit belum ditemukan, daya tahan tubuh host
masih kuat, walaupun sudah terancam akibat interaksi tersebut. Pada tahap ini kondisi
masih sehat.

2. Tahap pre-patogenesis (stage of subclinical disease).

Tahapan dimana bibit penyakit sudah masuk kedalam tubuh host, namun gejala
penyakit belum nampak. Pada tahap ini, infeksi terjadi karena masuknya agent ke dalam
saluran cerna melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi atau tercemar oleh
bakteri (agent), tergantung dari jumlah inokulun dan kerentanan dari individu yang
bersangkutan. Masa inkubasi infeksi bakteri umumnya antara 12 sampai 72 jam.

4
3. Tahap patogenesis (stage of clinical disease).

Pada tahap ini, bakteri (agent) yang melewati lambung dan bertahan hidup dari
pengaruh asam lambung, kuman-kuman akan mencapai bagian proksimal usus halus di
mana terjadi interaksi antara bakteri dan pejamu. Seperti pada semua kuman-kuman
penyebab diare, bakteri juga harus mempunyai kemampuan untuk melekatkan diri pada
mukosa usus.

Selanjutnya kuman berkembang biak sambil memproduksi toksin (choleratoxin).


Cholera toxin (tidak tahan panas dan tidak tahan asam) merangsang epitel usus,
meningkatkan aktivitas enzim adenyl cyclase di usus yang selanjutnya menyebabkan
peningkatan cyclic adenosine 3,5-monophosate (cAMP) intraseluler. cAMP ini
menyebabkan sekresi cairan intestinal yang luar biasa sehingga terjadi diare yang hebat
yang sifatnya isotonik.

4. Tahap pengobatan/penyembuhan (stage of recovery, disability or death).

Pada tahap ini penyakit makin bertambah hebat, penderita tidak dapat melakukan
pekerjaan dan jika berobat umumnya telah memerlukan perawatan. Perjalanan penyakit
akan berhenti dengan beberapa keadaan yaitu:

a. Sembuh sempurna: kondisi host baik bentuk dan fungsi tubuh kembali semula seperti
keadaan sebelum sakit yang umumnya kasus ringan akan kembali sembuh dalam 1-3
hari ditandai dengan tekanan darah mulai naik, suhu kembali normal dan pengeluaran
urin kembali normal.
b. Meninggal dunia: terbentuknya perjalanan penyakit dan pejamu meninggal dunia.
Tahapan ini merupakan keadaan yang tidak diharapkan. Namun, bentuk klasik kolera
parah hanya terjadi pada 5-10% kasus.

5
E. Hubungan Penyakit Kolera dengan Pencegahan Penyakit

1. Primary Prevention
a. Promosi Kesehatan (Health Promotion)

Upaya pencegahan penyakit kolera pada level ini dapat dicapai dengan tata laksana
sanitasi lingkungan, informasi untuk memperhatikan kebersihan air minum dan
makanan yang dikonsumsi serta perilaku hidup bersih dan sehat dari masyarakat,
seperti edukasi menjaga higienitas dan sanitasi, menghindari makan makanan mentah,
tidak minum dari sumber air secara sembarangan, serta sering mencuci tangan. Selain
itu, rute penyebaran kolera yang bersifat fekal-oral juga perlu dijelaskan agar kebiasaan
hidup yang meningkatkan risiko transmisi dapat dihindari oleh masyarakat.

b. Perlindungan Spesifik (Specific Protection)

Peningkatan akses air bersih dan sanitasi yang memadai memainkan peranan
penting dalam mencegah penyebaran penyakit kolera. Selain itu, vaksinasi merupakan
salah satu cara untuk memperbaiki usaha melawan penyakit ini. Pemberian vaksin
kolera bertujuan untuk memberikan kekebalan pasif terhadap infeksi bakteri Vibrio
cholerae serogroup O1. Terutama diberikan pada individu yang akan bepergian ke
daerah endemik kolera. Pemberian vaksin telah teruji untuk individu berusia 2−64
tahun. Centers for disease control and prevention (CDC) menganjurkan warga
Amerika Serikat untuk mendapatkan vaksin kolera sebelum bepergian ke negara
endemis kolera. Sedangkan di Indonesia, vaksin kolera tidak masuk ke dalam
rekomendasi vaksinasi untuk anak maupun untuk dewasa. Namun bisa diberikan
apabila bepergian atau tinggal di daerah yang banyak kasus kolera. Vaksin kolera
diminum 2 kali dengan jarak waktu 7 hari sampai 6 minggu, untuk memberikan
perlindungan selama 2 tahun.

6
2. Secondary Prevention
a. Diagnosis Dini dan Pengobatan yang Tepat (Early Diagnosis and Adequate
Treatment)

Sebagai langkah awal, diagnosis kolera umumnya akan ditanyakan terkait


kesehatan anggota keluarga dan kondisi lingkungan tempat pasien tinggal, serta
makanan dan minuman yang dikonsumsi. Setelah itu, dilakukan pemeriksaan fisik dan
mengambil sampel tinja guna menemukan bakteri di laboratorium. Penanganan utama
untuk penderita kolera yaitu karantina/isolasi dan mencegah dehidrasi dengan
memberikan larutan oralit untuk mengganti cairan dan ion mineral di dalam tubuh. Bila
memburuk, disarankan rawat inap dan diberikan cairan infus.

3. Tertiary Prevention
a. Pembatasan Kecacatan dan Rehabilitasi (Disability Limitation and Rehabilitation)

Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar akibat kolera bisa berakibat
fatal. Dehidrasi berat hingga syok merupakan komplikasi kolera yang paling berbahaya.
Komplikasi lain yang bisa muncul akibat kolera adalah:

 Gagal ginjal
 Hipokalemia atau kekurangan kalium
 Hipoglikemia atau rendahnya kadar gula darah

Dengan demikian, menjaga cairan tubuh penting untuk mencegah timbulnya


komplikasi yang lebih berat. Berikut cara untuk mengurangi komplikasi atau kecacatan
pada penyakit kolera:

 Berhati-hati dengan makanan dan minuman yang dikonsumsi.


 Meningkatkan hygiene personal, seperti rajin mencuci tangan sebelum makan dan
minum air yang sudah direbus terlebih dahulu.
 Meningkatkan kebersihan lingkungan, seperti tidak buang air besar sembarangan
dan menutup makanan sajian dengan tudung.

7
F. Spektrum Penyakit Kolera

1. Berdasarkan Luas Wilayah yang Terdampak

Kolera masih menjadi ancaman global bagi kesehatan masyarakat akibat indikator
ketidakadilan dan kurangnya pembangunan sosial. Selama abad ke-19, kolera menyebar ke
seluruh dunia dari reservoir aslinya diluar delta sungai Gangga, India. Pandemi pertama ini
menyebar luas hingga daerah yang tidak terduga sebelumnya dan menjangkiti hampir
semua negara di Asia. Enam pandemi berikutnya membunuh jutaan orang di semua benua.
Pandemi terakhir (ketujuh) dimulai di Asia Selatan pada tahun 1961, mencapai Afrika pada
tahun 1971 dan Amerika pada tahun 1991. Meski begitu, kolera sekarang menjadi endemik
di banyak negara (WHO, 2022).

 Global

Berdasarkan data WHO, terdapat 1,2 juta kasus kolera pada tahun 2017 dengan angka
fatalitas sebesar 5.654 di seluruh dunia. Sekitar 84% kasus kolera global dan 41% kematian
akibat kolera di seluruh dunia dilaporkan di Yemen. Jumlah kasus dalam laporan WHO ini
masih belum menyeluruh karena masih banyak negara yang belum melaporkan kejadian
kolera. Hal ini diduga terjadi karena kurangnya sistem surveilans dan adanya penutupan
kasus kolera oleh negara tertentu untuk mencegah penurunan turisme dan industri
ekspornya.

8
 Indonesia

Kejadian Luar Biasa (KLB) kolera yang pernah dilaporkan di Indonesia tercatat terjadi
pada bulan April – Agustus 2008 di Kabupaten Paniai dan Kabupaten Nabire, Provinsi
Papua. Kejadian ini memakan korban sampai 105 jiwa. Setelah itu, tidak didapatkan
laporan terbaru mengenai jumlah kasus kolera di Indonesia hingga saat ini.

 Mortalitas

Sebelum adanya regimen penggantian cairan dan elektrolit yang baik, mortalitas kolera
mencapai >50%. Namun, mortalitas tersebut dapat ditekan menjadi <1% bila ada
pemberian terapi yang cepat.

2. Berdasarkan Gejala

Saat ini, kolera termasuk ke dalam kelas A (Inapparent Infection). Karena infeksi dari
penyakit ini umumnya cenderung lebih sering tidak terlihat atau ringan gejalanya, seperti
diare biasa atau tanpa muntah daripada kasus yang diakui secara klinis. Tanpa disadari,
tidak semua penderita kolera mengalami gejala karena telah terinfeksi Vibrio cholerae atau
bakteri kolera. Dari seluruh orang yang terinfeksi kolera, hanya 10% diantaranya yang
menunjukkan gejala. Selebihnya, gejala penyakit ini biasanya muncul secara tiba-tiba
dalam waktu beberapa jam. Sehingga diperlukan pemeriksaan laboratorium dengan sampel
tinja, atau makanan dan minuman yang dikonsumsi.

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kolera dapat menyebar sebagai penyakit yang endemik, epidemik, atau pandemik.
Meskipun sudah banyak penelitian berskala besar dilakukan, namun kondisi penyakit ini tetap
menjadi suatu tantangan bagi dunia kesehatan. Bakteri penyebab kolera yaitu Vibrio cholerae
berkembang biak dan menyebar melalui feaces (kotoran) manusia, bila kotoran yang
mengandung bakteri ini mengkontaminasi air sungai dan sebagainya, maka orang lain yang
terjadi kontak dengan air tersebut beresiko terkena penyakit kolera itu juga.

B. Saran
Diharapkan dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas terkait riwayat alamiah dan
spektrum penyakit kolera dan memahami pentingnya penyakit kolera untuk selalu menjaga
kebersihan dan kesehatan tubuh.

10
DAFTAR PUSTAKA

Adi, I. S. (2020). Kolera: Gejala, Penyebab, Cara Mengobati, dan Mencegah. Kompas.com.
Diakses melalui https://health.kompas.com/read/2020/04/06/060100568/kolera-gejala-
penyebab-cara-mengobati-dan-cara-mencegah?page=all
Aristiarini, A. (2019). Kolera di Indonesia. Kompas.id. Diakses melalui
https://www.kompas.id/baca/arsip/2019/11/20/kolera-di-indonesia
Deen, J., Mengel, M., & Clemens, J. (2020). Epidemiology of Cholera. Vaccine, 38(1), 31–40.
Connor, B., et al. (2019). Cholera in Travellers: A Systematic Review. Journal of Travel
Medicine, 26(8), 1–8.
Handa, S. (2018). Cholera. Medscape.
Huda, G. (2021). Indikasi dan Dosis Vaksin Kolera. Alomedika. Diakses melalui
https://www.alomedika.com/obat/vaksin-serum-dan-imunoglobulin/vaksin/vaksin-
kolera/indikasi-dan-dosis
Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes RI. (2019). Mengenal Wabah Kolera. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. Diakses melalui
https://pusatkrisis.kemkes.go.id/mengenal-wabah-kolera
Melia, J. M. P., & Sears, C. L. (2021). Sleisenger and Fordtran’s Gastrointestinal and Liver
Disease. Elsevier: Clinical Key, 110, 1779-1809. Diakses melalui
https://www.sciencedirect.com/topics/medicine-and-dentistry/vibrio-cholerae
Misra, A. K., Gupta, A., & Venturino, E. (2016). Cholera Dynamics with Vacteriophage
Infection. Chaos, Solitons and Fractals, 91: 6-621.
Nurul Amaliyah, S. M. (2017). Penyehatan Makanan dan Minuman -A (1 ed.). Yogyakarta:
Deepublish.
Ongkodjojo, E. (2021). Edukasi dan Promosi Kesehatan Kolera. Alomedika. Diakses melalui
https://www.alomedika.com/penyakit/penyakit-infeksi/kolera/edukasi-dan-promosi-
kesehatan
Pittara (2022). Kolera. Alodokter. Diakses melalui https://www.alodokter.com/kolera
World Health Organization (WHO). (2022). Cholera. Diakses melalui
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/cholera

11

Anda mungkin juga menyukai