Anda di halaman 1dari 18

“ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN CHOLERA”

Disusun oleh :
Dina Wiffida (102081801)
Salisatullutfiah (102081804)

UNIVERSITAS TRIATMA MULYA


FAKULTAS KESEHATAN, SAINS DAN TEKNOLOGI
PRODI S1 KEPERAWATAN
JEMBRANA
BALI
2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan dengan Pasien
DHF”. Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai sumber sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas Keperawatan Tropis II dalam
pembahasan materi Asuhan Keperawatan Tropis II dengan penyakit Kolera.
Terlepas dari itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan
tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Jembrana, 11 Februari 2020


Penulis,

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan.................................................................................. 2
C. Manfaat Penulisan................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Teori........................................................................................ 3
1. Definisi..................................................................................... 3
2. Etiologi..................................................................................... 4
3. Manifestasi Klinik.................................................................... 4
4. Patofisiologi.............................................................................. 5
5. Klasifikasi................................................................................. 6
6. Komplikasi................................................................................ 6
7. Pemeriksaan Penunjang............................................................ 7
8. Pencegahan............................................................................... 7
B. Konsep Asuhan Keperawatan............................................................... 7
1. Pengkajian................................................................................. 7
2. Diagnosa, Intervensi dan Implementasi................................... 11
3. Evaluasi..................................................................................... 12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................... 13
B. Saran .................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cholera adalah penyakit infeksi saluran usus yang bersifat akut dan
disebabkan oleh bakteri Vibrio cholerae. Bakteri ini masuk kedalam tubuh
host secara per oral umumnya melalui makanan atau minuman yang
tercemar. Cholera dapat menular sebagai penyakit yang bersifat epidemik.
Meskipun sudah banyak penelitian berskala besar dilakukan, namun
penyakit ini tetap menjadi suatu tantangan bagi dunia kesehatan. Dalam
situasi adanya wabah / epidemi, feces penderita merupakan sumber infeksi.
Cholera dapat menyebar dengan cepat di tempat - tempat yang tidak
mempunyai penanganan pembuangan kotoran/sewage dan sumber air yang
tidak memadai. Pada kasus berat yang tidak diobati (kolera gravis),
kematian bisa terjadi dalam beberapa jam, dan CFR-nya bisa mencapai
50%. Dengan pengobatan tepat, angka ini kurang dari 1%. Diagnosa
ditegakkan dengan mengisolasi vibrio cholera dari serogrup O1 atau O139
dari tinja. Jika fasilitas laboratorium tidak tersedia, Cary Blair media
transport dapat digunakan untuk membawa atau menyimpan spesimen apus
dubur (Rectal Swab).
Untuk diagnosa klinis presumtif cepat dapat dilakukan dengan
mikroskop medan gelap atau dengan visualisasi mikroskopik dari gerakan
vibrio yang tampak seperti shooting stars atau bintang jatuh, dihambat
dengan antisera serotipe spesifik yang bebas bahan pengawet. Untuk tujuan
epidemiologis, diagnosa presumtif dibuat berdasarkan adanya kenaikan titer
antitoksin dan antibodi spesifik yang bermakna.
Di daerah non-endemis, organisme yang di isolasi dari kasus indeks
yang dicurigai sebaiknya dikonfirmasikan dengan pemeriksaan biokimiawi
dan pemeriksaan serologis yang tepat serta dilakukan uji kemampuan
organisme untuk memproduksi toksin kolera atau untuk mengetahui adanya
gen toksin. Pada saat terjadi wabah, sekali telah dilakukan konfirmasi

1
laboratorium dan uji sensitivitas antibiotik, maka terhadap semua kasus
yang lain tidak perlu lagi dilakukan uji laboratorium.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diambil suatu rumusan
masalah, yaitu “ Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Pasien
dengan Kolera ? ’’
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Diharapkan mampu melakukan asuhan keperawatan pada Pasien
dengan Kolera.
2. Tujuan Khusus
Diharapkan mampu :
a. Melakukan pengumpulan data melalui pengkajian secara
menyeluruh terhadap pasien dengan kolera.
b. Menentukan diagnosa keperawatan pada pasien dengan kolera.
c. Menyusun rencana tindakan keperawatan pada pasien dengan
kolera.
d. Menerapkan tindakan asuhan keperawatan pada pasien dengan
kolera.
e. Melakukan evaluasi tindakan asuhan keperawatan pasien dengan
kolera.
f. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pasien dengan kolera.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Teori
1. Definisi
Kolera adalah penyakit infeksi yang disebabkan vibrio cholera
dengan manifestasi diare, disertai muntah yang akut dan hebat akibat
enterotoksin yang dihasilkan bakteri tersebut. Kolera dapat menyebar
sebagai penyakit yang endemik, epidemik, atau pandemik. (Nurarif
dan Kusuma, 2015 : 169)
Kolera adalah penyakit yang disebabkan oleh vibrio cholera
dengan manifestasi diare yang disertai muntah yang akut dan hebat
akibat enterotoksin yang dihasilkan oleh bakteri tersebut. Bentuk
manifestasi klinisnya yang khas adalah dehidrasi, berlanjut dengan
renjatan hipovolemik dan asidosis metabolik yang terjadi dalam waktu
singkat akibat diare sekretorik dan dapat berakhir dengan kematian
bila tidak ditanggulangi dengan adekuat.
Penyakit kolera adalah penyakit yang menginfeksi saluran usus
bersifat akut yang disebabkan oleh bakteri Vibrio cholerae, bakteri ini
masuk kedalam tubuh seseorang melalui makanan atau minuman yang
terkontaminasi. Bakteri tersebut mengeluarkan enterotoksin
(racunnya) pada saluran usus sehingga terjadilah diare disertai muntah
yang akut dan hebat, akibatnya seseorang dalam waktu hanya
beberapa hari kehilangan banyak cairan tubuh dan masuk pada kondisi
dehidrasi. Apabila dehidrasi tidak segera ditangani, maka akan
berlanjut kearah hipovolemik dan asidosis metabolik dalam waktu
yang relatif singkat dan dapat menyebabkan kematian bila penanganan
tidak adekuat. Pemberian air minum biasa tidak akan banyak
membantu, Penderita (pasien) kolera membutuhkan infus cairan gula
(Dextrose) dan garam (Normal saline) atau bentuk cairan infus yang di
mix keduanya (Dextrose Saline).

3
2. Etiologi
Vibrio cholerae adalah kuman aerob gram negatif berukuran
0,2-0,4 mm x 1,5-4,0 mm mudah dikenal dalam sediaan tinja. Pada
daerah endemik, air terutama berperan dalam penularan kolera namun
pada endemik besar penularan juga terjadi melalui makanan yang
terkontaminasi oleh tinja atau air yang mengandung vibrio cholerae.
(Sudoyo Ari, 2010 : 2843)
Komposisi elektrolit dalam tinja pasien kolera :
Umur Natrium Kalium Klorida Bikarbonat
Dewasa 124 16 90 48
Anak 101 27 92 32
(Nurarif dan Kusuma, 2015 : 169)
Vibrio cholera tumbuh cepat dalam berbagai macam media
selektif seprti agar garam empedu, agar-gliserin-telurit-taurokolat,
atau agar thiosulfate-citrate-bile salt-sucrose (TCBS). Kelebihan dari
medium TCBS adalah pemakainnya tidak memerlukan sterilaisasi
sebelumnya. Dalam medium ini koloni vibrio tampak berwarna
kuning-suram. Identifikasi vibrio cholera biotipe EL tor penting untuk
tujuan epidemiologis. Sifat-sifat penting yang membedakannya
dengan biotipe kolera klasik adalah resistensi terhadap polimiksin B,
resistensi terhadap kolerafaga tipe IV (mukerjee) dan menyebabkan
hemolisis pada eritrosit kambing.
3. Manifestasi Klinis
Gejala klinis untuk diagnosis kolera adalah :
Pada orang yang feacesnya ditemukan bakteri kolera mungkin
selama 1-2 minggu belum merasakan keluhan berarti, Tetapi saat
terjadinya serangan infeksi maka tiba-tiba terjadi diare dan muntah
dengan kondisi cukup serius sebagai serangan akut yang
menyebabkan samarnya jenis diare yg dialami.
Akan tetapi pada penderita penyakit kolera ada beberapa hal
tanda dan gejala yang ditampakkan, antara lain ialah :

4
a. Diare yang encer dan berlimpah tanpa didahului oleh rasa mulas
atau tenesmus.
b. Feces atau kotoran (tinja) yang semula berwarna dan berbau
berubah menjadi cairan putih keruh (seperti air cucian beras)
tanpa bau busuk ataupun amis, tetapi seperti manis yang
menusuk.
c. Feces (cairan) yang menyerupai air cucian beras ini bila
diendapkan akan mengeluarkan gumpalan-gumpalan putih.
d. Diare terjadi berkali-kali dan dalam jumlah yang cukup banyak.
e. Terjadinya muntah setelah didahului dengan diare yang terjadi,
penderita tidaklah merasakan mual sebelumnya.
f. Kejang otot perut bisa juga dirasakan dengan disertai nyeri yang
hebat.
g. Banyaknya cairan yang keluar akan menyebabkan terjadinya
dehidrasi dengan tanda-tandanya seperti ; detak jantung cepat,
mulut kering, lemah fisik, mata cekung, hypotensi dan lain-lain
yang bila tidak segera mendapatkan penangan pengganti cairan
tubuh yang hilang dapat mengakibatkan kematian.
4. Patofisiologi
Bahan makanan yang tidak dapat diabsorbsi oleh lumen usus
akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat
sehingga terjadi penyerapan air dan elektrolit ke dalam rongga usus.
Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga terjadi diare. Bakteri non-patogen
(bakteroides, laktobasilus, klostridium) di dalam lumen usus halus
(sering disebut flora usus) dapat menyebabkan diare. Normalnya
melalui proses fermentasi bakteri non-patogen usus memetabolisir
berbagai macam substrat terutama zat – zat makanan dengan hasil
akhir asam lemak dan gas. Metabolisme anaerob ini akan memberikan
tambahan energi bagi tubuh. Akibat stasis usus, obstruksi dan
malnutrisi menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah bakteri non-

5
patogen sehingga pada proses fermentasi zat makanan menghasilkan
metabolit yang tidak diinginkan oleh tubuh. Sebagai contoh : laktosa
(dari susu) merupakan makanan yang baik bagi bakteri non-patogen.
Laktosa akan difermentasikan menghasilkan gas lambung dan
menyebabkan distensi. Akibat dari tingginya konsentrasi laktosa
menyebabkan tekanan osmotik dalam lumen usus meningkat. Keadaan
hiperosmolar ini akan menyerap air dari intra selluler yang diikuti
dengan peningkatan peristaltik usus sehingga terjadi diare. (Sudoyo
Aru, 2010 : 2845).
5. Klasifikasi
Vibro cholera merupakan salah satu bakteri paling banyak
terdapat pada permukaan air yang terkontaminasi limbah industry dan
limbah rumah tangga. Bakteri ini bersifat gram negative berbentuk
basil (batang) bengkok, bersifat aerob dan motil, serta mempunyai
satu flagel kutub. V. cholera yang menyebabkan penyakit kolera pada
manusia adalah jenis serogrup O1 dan O139 (Kharirie, 2013)
6. Komplikasi
Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar bisa
membahayakan dan berakibat fatal. Syok dan dehidrasi parah
merupakan komplikasi kolera yang paling berbahaya, namun selain itu
ada beberapa masalah kesehatan lain yang bisa muncul akibat kolera,
yaitu:
a)    Hipokalemia atau kekurangan kalium yang bisa
menyebabkan gangguan fungsi jantung dan saraf.
b)   Gagal ginjal yang diakibatkan oleh hilangnya kemampuan
ginjal untuk menyaring, sehingga mengeluarkan sejumlah besar
cairan dan elektrolit dari dalam tubuh. Syok sering muncul pada
penderita kolera yang mengalami gagal ginjal.
c)    Hipoglikemia atau rendahnya kadar gula darah bisa terjadi
jika pasien terlalu sakit untuk makan. Keadaan ini bisa
berbahaya karena glukosa merupakan sumber energi tubuh yang

6
utama. Hilang kesadaran, kejang, dan bahkan kematian bisa
terjadi akibat komplikasi ini, dan anak-anak lebih rentan
mengalaminya. (Sudoyo Aru, 2010 : 2846)
7. Pemeriksaan Penunjang
a)    Pemeriksaan darah tepi lengkap, analisa gas darah, elektrolit,
ureum, keratin dan berat jenis.
b)   Pemeriksaan urine lengkap, feses lengkap dan biakan feses dari
colok dubur.
c)    Pemeriksaan biakan empedu bila demam tinggi dan dicurigai
infeksi sistemik
d)   Pemeriksaan sediaan darah malaria serta serologi helicobacter
jeyuni sangat dianjurkan
(Nurarif dan Kusuma, 2015 : 170)
8. Pencegahan
a. Penjernihan cadangan air dan pembuangan faeces yang memenuhi
standar
b. Meminum air yang sudah terlebih dahulu dimasak
c. Menghindari sayuran mentah atau ikan dan kerang yang dimasak
tidak sampai matang
d. Sayuran dan buah-buahan harus dicuci dengan larutan kalium
permanganate
e. Pemberian antibiotic tetrasiklin bisa membantu mencegah
penyakit pada orang-orang yang sama-sama menggunakan
perabotan rumah dengan orang yang terinfeksi kolera.

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas klien.
Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2
tahun pertama kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur
6-11 bulan. Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan terhadap

7
infeksi, hal ini membantu menjelaskan penurunan insidence penyakit
pada anak yang lebih besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas
aktif mulai terbentuk. Kebanyakan kasus karena infeksi usus
asimptomatik dan kuman enteric menyebar terutama klien tidak
menyadari adanya infeksi. Status ekonomi juga berpengaruh terutama
dilihat dari pola makan dan perawatannya.
b. Keluhan utama
Feses semakin cair,muntah,bila kehilangan banyak air dan
elektrolit terjadi gejala dehidrasi,berat badan menurun. Turgor
kulit berkurang,selaput lendir mulut dan bibir kering,frekwensi
BAB lebih dari 4 kali dengan konsistensi encer.
c. Riwayat kesehatan sekarang
BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau
lendir saja. Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu
pengeluaran : 3-5 hari (diare akut), lebih dari 7 hari ( diare
berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).
d. Riwayat penyakit dahulu
Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau
kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida albicans dari
saprofit menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA
campak.
e. Riwayat Nutrisi
Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang
dewasa, porsi yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan
buah dan susu. kekurangan gizi pada anak usia toddler sangat
rentan,. Cara pengelolahan makanan yang baik, menjaga
kebersihan dan sanitasi makanan, kebiasan cuci tangan,
f. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.
g. Riwayat Kesehatan Lingkungan

8
Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga
kebersihan, lingkungan tempat tinggal.
h. Pemeriksaan Fisik
1) Pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar
lengan mengecil, lingkar kepala, lingkar abdomen membesar
2) Keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran
menurun.
3) Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup
pada anak umur 1 tahun lebih.
4) Mata : cekung, kering, sangat cekung.
5) Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen,
peristaltic meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual
muntah, minum normal atau tidak haus, minum lahap dan
kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan bisa minum.
6) Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt
karena asidosis metabolic (kontraksi otot pernafasan).
7) Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah,
tensi menurun pada diare sedang.
8) Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt,
suhu meningkat > 375 0 c, akral hangat, akral dingin
(waspada syok), capillary refill time memajang > 2 dt,
kemerahan pada daerah perianal.
9) Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria
(200-400 ml/ 24 jam ), frekuensi berkurang dari sebelum
sakit.
10) Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa
mengalami stress yang berupa perpisahan, kehilangan waktu
bermain, terhadap tindakan invasive respon yang ditunjukan
adalah protes, putus asa, dan kemudian menerima.
i. Pengkajian Pola Gordon (Pola Fungsi Kesehatan).

9
1) Persepsi Kesehatan : pasien tidak mengetahui penyebab
penyakitnya, higienitaspasien sehari-sehari kurang baik.
2) Nutrisi metabolic : diawali dengan
mual,muntah,anopreksia,menyebabkan penurunan berat badan
pasien.
3) Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih
dari 4 kali sehari,BAK sedikit atau jarang.
4) Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah
dan adanya nyeri akibat distensi abdomen yakni dibantu oleh
orang lain.
5) Tidur/istirahat : akan terganggu karena adanya distensi
abdomen yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman.
6) Kognitif/perceptual : pasien masih dapat menerima informasi
namun kurang berkonsentrasi karena nyeri abdomen.
7) Persepsi diri/konsep diri : pasien mengalami gangguan konsep
diri karena kebutuhan fisiologis nya terganggu sehingga
aktualisasi diri tidak tercapai pada fase sakit.
8) Seksual/reproduksi : mengalami penurunan libido akibat
terfokus pada penyakit.
9) Peran hubungan : pasien memiliki hubungan yang baik
dengan keluarga dan peran pasien pada kehidupan sehari-hari
mengalami gangguan.
10) Manajemen koping/stress : pasien mengalami kecemasan
yang berangsur-angsur dapat menjadi pencetus stress. Pasien
memiliki koping yang adekuat.
11) Keyakinan/nilai : pasien memiliki kepercayaan, pasien jarang
sembahyang karena gejala penyakit.

2. Diagnosa, Intervensi dan Implementasi

Diagnosa NOC (Tujuan keperawatan) NIC (Intervensi keperawatan)


No
keperawatan

10
1. Diare b.d Setelah dilakukan tindakan Penatalaksanaan diare
Fisiologis keperawatan selama 4 x 24 jam di RS  kaji dan dokumentasikan:
 iritasi pasien akan menunjukkan eliminasi frekwensi, warna, konsistensi,
defekasi yang efektif dengan kriteria jumlah (ukuran) feses, turgor
hasil dan kondisi mulut sebagai
 nyeri kram tidak ada indikator dehidrasi
 kembung tidak ada  evaluasi catatan asupan kandu
nutrisi
 pantau adanya iritasi dan ulser
kulit di area perianal
 ajarakan pasien tentang
penggunaan obat antidiare yan
tepat
 lakukan tindakan untuk
mengistirahatkan usus besar (
puasa atau diet cair)
2. Defisit volume Setelah dilakukan tindakan Fluid management
cairan b.d keperawatan selama 4 x 24 jam di RS  monitor status hidrasi (kelemb
kehilangan pasien akan menunjukkan Fluid membran mukosa, nadi adeku
volume cairan balance dengan kriteria hasil tekanan darah ortostatik) jika
secara aktif  tekanan darah, nadi, suhu tubuh diperlukan
dalam batas normal  monitor vital sign
 tidak ada tanda-tanda dehidrasi,  lakukan terapi IV
elastisitas turgor kulit baik,  monitor status nutrisi
membrane mukosa lembab, tidak  berikan cairan IV pada suhu
ada rasa haus yang berlebihan ruangan
 dorong masukan oral
 kolaborasi dokter jika tanda ca
berlebih menucul memburuk
3. Hipokalemia Perawat akan menangani atau Hipokalemia
mengurangi episode  Pantau tanda dan gejala
ketidakseimbangan elektrolit selama 1 hipokalemis: kelemahan atau
x 24 jam, perawatan di RS paralisis flaksid, refleks tendo
dalam hilang atau menurun,
hipoventilasi, perubahan tingk
kesadaran, poliuria, hipotensi,
ileus paralitik, perubahan EKG
ada gelombang U, gelombang
datar atau menurun
 Jika pengobatan kalium diberi
secara parenteral, pantau kada
kalium selama terapi
4. Hiponatremia Perawat akan menangani atau Hiponatremia
mengurangi episode  Pantau tanda dan gejala
ketidakseimbangan elektrolit selama 4 hiponatremia: letargis sampai

11
x 24 jam, perawatan di RS koma, sakit kepala, kelemahan
nyeri abdomen, otot-otot
mengalami kedutan atau kejan
mual, muntah, diare
 Beri cairan NaCl melalui iv li
dan jangan diteruskan dengan
pemberian diuretik (kolaboras
 Pantau masukan dan haluaran
cairan
 Pantau BB klien

12
3. Evaluasi
Evaluasi merupakan proses akhir dari asuhan keperawatan dimana
hasil yang diharapkan sesuai dengan kebutuhan klien dan keluarga.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kolera adalah suatu penyakit akut yang menyerang saluran
pencernaan yang disebabkan oleh kelompok enterotoksin yang dihasilkan
oleh vibrio Kolera yang ditandai dengan diare cair ringan, diare cair berat
dengan muntah yang dengan cepat dapat menimbulkan syok hipovolemik,
asidosis metabolik dan tidak jarang menimbulkan kematian. Penyebab
kolera adalah bakteri bernama Vibrio cholerae. Bakteri kolera memproduksi
CTX atau racun berpotensi kuat di usus kecil. Dinding usus yang ditempeli
CTX akan mengganggu aliran mineral sodium dan klorida hingga akhirnya
menyebabkan tubuh mengeluarkan air dalam jumlah besar (diare) dan
berakibat kepada kekurangan elektrolit dan cairan. Penularan biasanya
melalui feses si penderita, bias juga makanan yang terkontaminasi oleh
bakteri kolera. Gejalanya seperti diare yang sangat encer, tinja seperti air
cucian beras yang berbau busuk, terjadi muntah setelah diare, kejang otot
perut dan dehidrasi. Untuk  pencegahan biasanya dilakukan pemberian
vaksin. Sedangkan untuk pemberantasan dilakukan tindakan pencegahan
terlebih dahulu seperti pemberian vaksin, dan melakukan pengawasan
terhadap penderita, kontak atau lingkungan sekitarnya.
B. Saran
Diharapkan mahasiswa dapat meningkatkan pengetahuan tentang
penyakit kolera dan penyakit menular lainnya. Diharapkan masyarakat
hendaknya selalu melakukan hidup bersih, melakukan sanitasi lingkungan,
terutama kebersihan air dan pembuangan kotoran (feces) pada tempatnya
yang memenuhi standar lingkungan. Lainnya ialah meminum air yang sudah
dimasak terlebih dahulu, cuci tangan dengan bersih sebelum makan
memakai sabun/antiseptik,cuci sayuran dangan air bersih terutama sayuran
yang dimakan mentah.

14
DAFTAR PUSTAKA
Haryono. (2012). Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan.
Yogyakarta: Gosyen Publisher.
Mubarak, C. (2008). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC.
Wong. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong. Jakarta: EGC
Epidemiologi Penyakit Menular. Academia.Edu

15

Anda mungkin juga menyukai