Anda di halaman 1dari 12

Mata Kuliah : Promosi Kesehatan

Dosen Pengampu : Hj.Zaenab,S.KM.,M.Kes

MAKALAH
“AWAS BAHAYA LEPTOSPIROSIS”
(Kenali Gejala dan Cegah Leptospirosis Sebelum Terinfeksi)

DI SUSUN OLEH :
IKANUGRAHAFIKAH
PO714221211016
D.IV A/TK. III

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI D.IV
2024
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.Segala puji syukur bagi Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat beserta salam tidak lupa pula kami
ucapkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kita kejalan yang
diridhai Allah SWT.
Adapun tujuan kami menyusun makalah ini adalah untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Promosi Kesehatan Dari Dosen Mata Kuliah Ibu
Hj.Zenab,S.KM.,M.Kes Dimana dalam makalah ini kami akan membahas
mengenai “”AWAS BAHAYA LEPTOSPIROSIS” Kenali Gejala dan Cegah
Leptospirosis Sebelum Terinfeksi”.

Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya sehingga


dapat menambah pengetahuan kita semua. Akhir kata kami mohon maaf jika
terdapat kesalahan dalam makalah ini, karena kami masih dalam proses
pembelajaran. Untuk itu kami menerima saran dan kritikan dari pembaca sebagai
batu loncatan b_agi penulis untuk pembuatan makalah kedepannya.

Makassar,10 Maret 2024

IKANUGRAHAFIKAH

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................2
C. Tujuan................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Leptospirosis........................................................................................3
B. Penularan penyakit Leptospirosis......................................................................4
C. Gejala Leptospirosis..........................................................................................5
D. Pencegahan penyakit Leptospirosis...................................................................7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................................8
B. Saran..................................................................................................................8

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Leptospirosis merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh
dunia. Insidensi pada negara beriklim hangat lebih tinggi dari negara yang
beriklim sedang, kondisi ini disebabkan masa hidup leptospira yang lebih
panjang dalam lingkungan yang hangat dan kondisi lembab. Kebanyakan
negara-negara tropis merupakan negara berkembang, dimana terdapat
kesempatan lebih besar pada manusia untuk terpapar dengan hewan yang
terinfeksi. Penyakit ini bersifat musiman, di daerah yang beriklim sedang
masa puncak insidens dijumpai pada musim panas dan musim gugur
karena temperatur adalah faktor yang mempengaruhi kelangsungan hidup
leptospira, sedangkan di daerah tropis insidens tertinggi terjadi selama
musim hujan.
Penyakit secara epidemologi dipengaruhi oleh 3 faktor pokok yaitu
faktor agent penyakit yang berkaitan dengan penyebab termasuk jumlah
virulensi, patogenitas bakteri leptospira, faktor kedua yang berkaitan
dengan faktor host (pejamu/tuan rumah/penderita) termasuk didalamnya
keadaan kebersihan perorangan, keadaan gizi, usia, taraf pendidikan,
faktor ketiga yaitu environment, yang termasuk lingkungan fisik, biologik,
sosial-ekonomi, budaya. Pada kejadian leptospirosis ini faktor lingkungan
sangat berpengaruh seperti adanya genangan air dan sanitasi lingkungan
yang buruk.
Menurut International Leptospirosis Society (ILS) Indonesia
merupakan negara insiden leptospirosis peringkat 3 di bawah Cina dan
India untuk mortalitas. CFR mencapai 2,5%-16,45 % atau rata-rata 7,1%.
Angka ini dapat mencapai 56 % pada penderita berusia 50 tahun ke atas.
Penderita leptospirosis yang disertai selaput mata berwarna kuning
(kerusakan jaringan hati), risiko kematian akan lebih tinggi. Cina dan India
merupakan daerah dengan angka kematian antara 3% - 54% tergantung
dari sistem organ yang terinfeksi. Menurut laporan yang tersedia, insiden

1
penyakit leptospirosis berkisar 0,1-1 per 100.000 penduduk per tahun
beriklim sedang, untuk 10- 100 per 100.000 penduduk di daerah tropis
lembab. Selama Kejadian Luar Biasa (KLB) insiden penyakit leptospirosis
mencapai lebih dari 100 per 100.000 penduduk pertahun.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Leptospirosis?
2. Bagaimana cara penularan Leptospirosis?
3. Apa gejala yang ditimbulkan Leptospirosis?
4. Bagaimana cara pencegahan Leptospirosis?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Leptospirosis
2. Untuk mengetahui cara penularan Leptospirosis
3. Untuk mengetahui gejala yang ditimbulkan Leptospirosis
4. Untuk mengetahui bagaimana cara pencegahan Leptospirosis

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Defenisi Leptospirosis
Leptospirosis adalah infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri leptospira.
Penyakit ini juga disebut Weil disease, Canicola fever, Hemorrhagic jaundice,
Mud fever, atau Swineherd disease. Penyakit ini paling sering ditularkan dari
hewan ke manusia ketika orang dengan luka terbuka di kulit melakukan
kontak dengan air atau tanah yang telah terkontaminasi air kencing hewan.
Bakteri juga dapat memasuki tubuh melalui mata atau selaput emorr. Hewan
yang umum menularkan infeksi kepada manusia adalah tikus, musang,
opossum, rubah, musang kerbau, sapi atau binatang lainnya. Karena sebagian
besar di Indonesia Penyakit ini ditularkan melalui kencing Tikus,
Leptospirosis popular disebut penyakit kencing tikus.
Leptospirosis tidak menular langsung dari pasien ke pasien. Masa inkubasi
leptospirosis adalah dua hingga 26 hari. Sekali berada di aliran darah, bakteri
ini emo menyebar ke seluruh tubuh dan mengakibatkan gangguan khususnya
hati dan ginjal.
Bakteri Leptospira sebagai penyebab Leptospirosis berbentuk benang
panjang 6-12 μm termasuk ke dalam Ordo Spirochaeta dalam family
Trepanometaceae. Lebih dari 180 serotipe dan 18 serogrup leptospira yang
emorrha telah diidentifikasi dan emorr setengahnya terdapat di Indonesia.
Bentuk benang spiral dengan pilinan yang rapat dan ujung-ujungnya yang
bengkok, seperti kait dari bakteri Leptospria menyebabkan gerakan leptospira
sangat aktif, baik gerakan berputar sepanjang sumbunya, maju mundur,
maupun melengkung, karena ukurannya yang sangat kecil.
Leptospira menyukai tinggal dipermukaan air dalam waktu lama dan siap
menginfeksi calon korbanya apabila kontak dengannya. Maka dari itu
Leptospirosis sering pula disebut sebagai penyakit yang timbul dari air (water
born diseases).

3
B. Penularan Leptospirosis

1. Kontak langsung dengan urine atau darah hewan yang terinfeksi

bakteri Leptospira.

2. Kontak langsung dengan air atau tanah yang telah terkontaminasi oleh

bakteri Leptospira.

3. Konsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh

bakteri Leptospira.

Leptospirosis tidak menular langsung dari pasien ke pasien. Masa inkubasi


leptospirosis adalah dua hingga 26 hari. Sekali berada di aliran darah, bakteri
ini emo menyebar ke seluruh tubuh dan mengakibatkan gangguan khususnya
hati dan ginjal.

Penularan tidak langsung terjadi melalui genangan air, sungai, danau,


selokan saluran air dan lumpur yang tercemar urin hewan seperti tikus,
umumnya terjadi saat banjir. Wabah leptospirosis dapat juga terjadi pada
musim kemarau karena sumber air yang sama dipakai oleh manusia dan
hewan. Sedangkan untuk penularan secara langsung dapat terjadi pada seorang
yang senantiasa kontak dengan hewan (peternak, dokter hewan). Penularan
juga dapat terjadi melalui air susu, plasenta, hubungan seksual, percikan darah
manusia penderita leptospira meski kejadian ini jarang ditemukan. Manusia
jarang menginfeksi manusia lain, tetapi mungkin melakukannya selama
hubungan seksual atau menyusui.

4
C. Gejala yang ditimbulkan Leptospirosis

Menurut dr. Faisal Yatim penderita leptospirosis pada manusia emo tanpa
keluhan. Akan tetapi ditemukan memperlihatkan gejala antara lain:

a. Demam biasanya dengan menggigil


b. Sakit kepala yang berat
c. Nyeri otot
d. Muntah-muntah
e. Kuning kulit dan putih mata
f. Mata merah
g. Nyeri perut
h. Diare dan bercak merah pada kulit

Selain itu gejala dan tanda yang timbul tergantung kepada berat ringannya
infeksi, maka gejala dan tanda klinik dapat berat, agak berat atau ringan saja.
Penderita mampu segera mambentuk emorrha (zat kekebalan). Sehingga
mampu menghadapi bakteri Leptospira, bahkan penderita dapat menjadi
sembuh.

Gejala klinis dari Leptospirosis pada manusia emo dibedakan menjadi tiga
stadium, yaitu:

a. Stadium Pertama (leptospiremia)

1. Demam, menggigil
2. Sakit kepala
3. Bercak merah pada kulit
4. Malaise dan muntah

5
5. Konjungtivis serta kemerahan pada mata

6. Rasa nyeri pada otot terutama otot betis dan punggung.


Gejalagejala tersebut akan tampak antara 4-9 hari

b. Stadium Kedua

1. Pada stadium ini biasanya telah terbentuk emorrha di dalam


tubuh penderita
2. Gejala-gejala yang tampak pada stadium ini lebih bervariasi
emorrhagi pada stadium pertama antara lain emorrh
(kekuningan)
3. Apabila demam dan gejala-gejala lain timbul lagi, besar
kemungkinan akan terjadi meningitis
4. Biasanya fase ini berlangsung selama 4-30 hari.

c. Stadium Ketiga

Menurut beberapa klinikus, penyakit ini juga dapat


menunjukkan gejala klinis pada stadium ketiga (konvalesen phase).
Komplikasi Leptospirosis dapat menimbulkan gejala-gejala
berikut:

1. Pada ginjal, renal failure yang dapat menyebabkan


kematian
2. Pada mata, konjungtiva yang tertutup menggambarkan fase
septisemi yang erat hubungannya dengan keadaan fotobia
dan konjungtiva hemorrhagic
3. Pada hati, jaundice (kekuningan) yang terjadi pada hari
keempat dan keenam dengan adanya pembesaran hati dan
konsistensi lunak

6
4. Pada jantung, aritmia, dilatasi jantung dan kegagalan
jantung yang dapat menyebabkan kematian mendadak

5. Pada paru-paru, emorrhagic pneumonitis dengan batuk


darah, nyeri dada, respiratory distress dan cyanosis
6. Perdarahan karena adanya kerusakan pembuluh darah
(vascular damage) dari saluran pernapasan, saluran
pencernaan, ginjal dan saluran genitalia
7. Infeksi pada kehamilan menyebabkan abortus, lahir mati,
premature dan kecacatan pada bayi

D. Cara pencegahan Leptospirosis

Pada umumnya pencegahan leptospirosis yang dapat dilakukan adalah


sebagai berikut :
1. Membiasakan diri dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) seperti mencuci tangan dengan sabun sebelum makan dan
minum.
2. Menggunakan air bersih untuk mandi dan mencuci.
3. Menyimpan makanan dengan baik dan benar agar terhindar dari
jangkauan tikus (ditutup rapat, dimasukkan dalam almari).
4. Menggunakan alas kaki, terutama saat beraktifitas di luar rumah.
5. Menghindari kontak dengan air selokan maupun air genangan, baik
di lingkungan rumah maupun di tempat kerja.
6. Menghindari kontak dengan air luapan banjir.
7. Mandi dan mencuci tangan, kaki serta bagian tubuh dengan sabun
setelah bekerja, terutama saat disawah/kebun/tempat sampah/tanah/
selokan dan tempat tercemar lainnya.
8. Menutup luka pada kulit dengan penutup luka kedap air.

7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Leptospirosis adalah infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri
leptospira. Penyakit ini juga disebut Weil disease, Canicola fever,
Hemorrhagic jaundice, Mud fever, atau Swineherd disease. Penyakit ini
paling sering ditularkan dari hewan ke manusia ketika orang dengan luka
terbuka di kulit melakukan kontak dengan air atau tanah yang telah
terkontaminasi air kencing hewan.
2. Penularan Leptospirosis dapat terjadi melalui berbagai cara, termasuk
kontak langsung dengan urine atau darah hewan yang terinfeksi, kontak
dengan air atau tanah yang terkontaminasi, serta konsumsi makanan atau
minuman yang terkontaminasi.
3. Gejala yang ditimbulkan oleh Leptospirosis bervariasi, mulai dari
demam, sakit kepala, nyeri otot, muntah-muntah, hingga gejala yang
lebih serius seperti kuning pada kulit dan mata, mata merah, nyeri perut,
diare, dan bercak merah pada kulit.
4. Pencegahan Leptospirosis dapat dilakukan dengan perilaku hidup bersih
dan sehat, seperti mencuci tangan dengan sabun, menggunakan air bersih
untuk mandi dan mencuci, menyimpan makanan dengan baik agar tidak
terjangkau oleh tikus, menggunakan alas kaki saat di luar rumah,
menghindari kontak dengan air genangan atau selokan, serta melindungi
diri dengan alat pelindung saat bekerja di tempat berisiko pencemaran.
B. Saran
Menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), termasuk
kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sebelum makan dan minum agar
terhidar dari penyakit leptospirosis.

8
DAFTAR PUSTAKA

Adminkes.2024.Waspada Leptospirosis .Online.https://dinkes.


Kulonprogokab
.go.id/detil/975/waspadaleptospirosis#:~:text=Leptospirosis
%20adalah%20gangguan%20kesehatan%20yang,%2C%20anjing
%2C%20serta%20hewan%20ternak. Diakses pada 10 Maret 2024
Handayani.2014.Leptospirosis.Online.https://eprints.ums.ac.id/
30996/2/04._BAB_I.pdf.Diakses pada 10 Maret 2024
Nurochman.2018.Leptospirosis. Online.http://eprints.poltekkesjogja. ac.id/77
3/3/4%20Skripsi%20BAB%20II%20Adib%20Nurochman
%20P07133214001.pdf. Diakses pada 10 Maret 2024

Anda mungkin juga menyukai