Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH BIOMEDIK III

“LEPTOSOIROSIS”

Disusun oleh Kelompok 2 :

1.Ceri Lee (9103020002)


2.Bernadette Masayu Sr (9103020004)
3.Jein Pinka Melda Wa (9103020009)
4. Rika Puspanigrum (9103022012)
5. Hilda Putri Febriyan (9103020022)
6. Nadya Laura. P (9103022034)
7. Inggrit Miryam. S (9103022037)
8. Putri Indi Bella Natasya (9103022054)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA
2022/2023
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................................4

1.1 Latar Belakang.....................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................................5

a. Pengertian dari Leptosoirosis?......................................................................5

b. bagaimana terjadinya etiologi dan patofisiologi dari Leptosoirosis?..............5

c. bagaimana manifestasi klinik terjadi pada manusia?...................................5

d. Bagaimana melakukan pencegahan sejak dini terhadap Leptosoirosis.......5

e. Bagaimana melakukan penatalakasanaan pengobatan pada


Leptosoirosis..................................................................................................5

1.3 Tujuan penulisan ..............................................................................................5

a. Tujuan Umum.................................................................................................5

b. Tujuan Khusus...............................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................6

2.1 Definisi Leptosoirosis..........................................................................................6

2.2 Etiologi Leptosoirosis.........................................................................................7

2.3 Patofisiologi Leptosoirosis................................................................................7

2.4 Manifestasi Klinis Leptosoirosis.......................................................................8

2.5 Komplikasi Leptosoirosis...............................................................................8

2.6 Pencegahan Leptosoirosis...........................................................................9

2.7 Penatalaksanaan Pengobatan Leptosoirosis ..............................................10

BAB III PENUTUP...................................................................................................11

3.1 Kesimpulan.......................................................................................................11

3.2 Saran................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................12
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
Rahmat dan Anugerah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas biomedik III berupa makalah
yang berjudul “Leptosoirosis” ini tepat waktu dan sesuai dengan bimbingan dosen . adapun
tugas makalah ini merupakan untuk memenuhi tugas mata kuliah Biomedik III dengan dosen
pembimbing yaitu Ibu Anindya Arum Cempaka S.Kep, Ns.M.Kep, selain itu makalah ibu
menjadi pengetahuan dan wawasan bagi kami penulis.

Kami sebagai penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas


bimbingan dosen yaitu Ibu Anindya Arum Cempaka S.Kep, Ns.M.Kep yang sudah
membimbing kami dan mengarahkan kami supaya dapat memenuhi tugas dengan baik.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang sudah membantu dan
memberi sebagian pengetahuan dan wawasannya kepada kami guna menyelesaikan tugas
ini.

Kami sangat menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan perlu banyak
perbaikan. Oleh karena itu, kami mengharapkan dukungan dan saran dari semua pihak
supaya kami dapat terus mengembangkan kemampuan kami menjadi lebih baik dan
membuat makalah lebih baik. Sehingga kami berharap makalah ini bermanfaat bagi semua
pihak dan kami penulis.

Surabaya, 5 Maret 2023

Penul
BAB I
PENDAHULUN

1.1 Latar belakang

Indonesia merupakan negara ber-iklim tropis dan sangat tinggi curah hujan yang sering
kali menyebabkan banjir. Dan hal ini bisa menjadi pemicu suatu munculnya sejumlah penyakit,
yaitu salah satunya penyakit Leptospirosis. Leptospirosis merupakan suatu masalah kesehatan
masyarakat bagi seluruh dunia. Leptospirosis adalah penyakit zoonosis yang disebabkan oleh
infeksi Leptospira interrogans semua serotipe. Leptospirosis juga bisa dikenal dengan nama
flood fever atau demam banjir karena sering menyebabkan warga pada saat banjir ( Novie H.
Rampengan,2014). Tidak hanya air tetapi juga dengan tanah bisa terjadinya penyebaran
bakteri Leptospirosis melalui urin, darah atau organ hewan yang terkena infeksi seperti hewan
tikus liar, sapi, babi, domba, kuda, anjing, dan kerbau. Bakteri Leptospirosis dapat masuk
ditubuh kita melalui luka yang terbuka, bisa luka kecil maupun luka besar atau robek dan juga
bisa masuk melalui mata, hidung, mulut dan saluran pencernaan. Bakteri Leptospira mengikuti
aliran darah menuju seluruh tubuh dan menyerang organ-organ penting seperti, hati, jantung,
ginjal, paru-paru dan otak. Tanda-tanda seseorang menderita tekanan infeksi Leptospira di
stadium awal adalah suhu badan yang tinggi dan mengakibatkan demam tinggi serta badan
menggigil, perut terasa eneg, rasa nyeri pada otot betis serta radang mata seperti iritasi. Tanda
dan gejala ini akan tampak setelah empat atau sepuluh hari terkena penularan Leptospirosis.
Pada stadium kedua, parasit tersebut akan mebentuk antibodi pada tubuh penderita, dengan
indikasi yang lebih berat dan terjadi antara sekitar minggu kedua atau keempat. Jika, penularan
semakin parah maka efeknya akan pada sistem-sistem organ seperti jantung tidak teratur,
pembekakan dan gagal jantung, kebocoran pembuluh darah serta pada saluran pernapasan
Leptospira bisa berkembang di iklim yang udara hangat (25°C), dan tanah lembab dengan
pH mencapai 6,2-8. Bakteri ini bisa bertahan hidup ditanah yang sesuai sampai 43 hari dan
juga hidup di air-air sampai berminggu-minggu. Lepstospira berukuran panjang 6-20 µm dan
diameter 0,1-0,2 µm. Orang yang rentan terkena penyakit ini adalah orang yang mandi atau
berendam di dalam air banjir yang terkontaminasi, orang yang mengonsumsi makanan dan
minuman yang menggunakan air terkena penyebaran penyakit tersebut, sering berinteraksi
dengan hewan, tinggal didaerah yang rawan banjir dan juga memiliki pekerjaan yang berkaitan
dengan saluran pembuangan atau selokan, petani sawah,peternak,pekerja tambang dan lain-
lain. Daerah persebaran di Indonesia yaitu di daerah dataran rendah dan perkotaan seperti
pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi Kementrian Kesehatan RI tahun 2013
melaporkan pada tahun 2012 terdapat kasus leptospirosis di Provinsi DKI Jakarta, Jawa
Tengah, Yogyakarta dan Provinsi Jawa Timur yaitu sebesar 0,09 per 100.000 penduduk
pertahun dengan korban meninggal sebanyak CFR 12,61. Tingginya angka kematian
dikarenakan kesulitan dalam diagnosis penyakit leptospirosis sehingga menyebabkan sulitnya
upaya dalam pemberantasanya (Kementrian Kesehatan RI, 2013) (F. Handayani,2014).
Setalah mengetahui dan memahami berbagai gejala-gejala yang terjadi pada seseorang yang
terkena penyebaran Leptospirosis, tentu saja untuk pencegahan pasien juga harus mengetahui
seperti jika berkegiatan untuk membersihkan selokan perlu menggunakan sarung tangan dan
juga menggunakan sepatu boots, membiasakan hidup sehat serta mencuci tangan setelah
berkegiatan.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang terurai diatas maka


dapat disimpulkan rumusannyamasalahnya sebagai berikut:
a. Pengertian dari Leptospirosis?

b. bagaimana terjadinya etiologi dan patofisiologi dari Leptospirosis?

c. bagaimana manifestasi klinik terjadi pada manusia?

d. Bagaimana melakukan pencegahan sejak dini terhadap


Leptospirosis?

e. Bagaimana melakukan penatalakasanaan pengobatan pada


Leptospirosis?

1.3 Tujuan penulisan

a. Tujuan Umum

1) Memberi pemahaman kepada pembaca bagaimana


terjadinya sistiserkosis pada manusia
2) Memberi wawasan kepada masyarakat bagaimana
dapat melakukan pencegahan.
3) Mengetahui faktor perilaku dan faktor lingkungan
fisik yang terkena Leptospirosis
b. Tujuan Khusus

1) Memberikan informasi mengenai etiologi ,patofisiologi serta


manifestasi klinik dari sistiserkosis
2) Mengetahui dan memahami pencegahan sejak dini

3) Mengetahui dan memahami penatalaksanaan Pengobatan

1.4 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat penulisan makalah antara lain:

a. Menjadi sumber pengetahuan dan dapat membantu


mahasiswa dalam memahami Leptospirosi

b. Memahami pencegahan Leptospirosis sejak dini


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
Leptospirois merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Leptospir
osa interrogans. Bakteri tersebut dapat menyebar melalui urine atau darah hewan yang t
erinfeksi bakteri ini. Dan penyakit Leptospirosis merupakan penyakit zoonosis yang artin
ya, penyakit ini dapat menginfeksi manusia sekaligus sesama hewan, seperti anjing ke s
esama anjing.

2.2 KLASIFIKASI
Leptospirosis dapat menyerang manusia melalui paparan air atau tanah yang tel
ah terkontaminasi urine hewan pembawa bakteri Leptospirosa. Penyakit infeksi bakteri i
ni banyak terjadi di daerah beriklim tropis yang memiliki curah hujan tinggi. Seseorang d
apat terinfeksi bakteri jika mata, mulut, hidung, ataupun luka terbuka pada kulit bersingg
ungan dengan:
 Urine, darah, ataupun jaringan dari binatang yang membawa bakteri.
 Air yang terkontaminasi oleh bakteri.
 Tanah yang terkontaminasi oleh bakteri.
 Seseorang juga dapat terkena leptospirosis jika tergigit binatang yang terinfeksi ole
h penyakit tersebut.

Bakteri Leptospirosa dapat masuk ke tubuh melalui kulit yang rusak, kulit yang lu
nak karena air, selaput lendir (lapisan lembap dan tipis dari banyak bagian tubuh, seperti
hidung, mulut, tenggorokan, dan alat kelamin) ataupun dengan menelan atau menghirup
air yang terkontaminasi. Sementara itu, penularan dari orang ke orang tidak pernah terja
di.
Gejala Leptospirosis sangat bervariasi pada setiap penderita dan awalnya sering
kali dianggap sebagai gejala penyakit lain, seperti flu atau demam berdarah. Tanda dan
gejala awal yang muncul pada penderita leptospirosis antara lain:
 Demam tinggi menggigil
 Sakit kepala
 Mual, muntah, dan tidak nafsu makan
 Diare
 Mata merah
Keluhan diatas biasanya pulih dalam waktu 1 minggu. Namun, pada sebagian ka
sus, penderita dapat mengalami penyakit leptospirosis tahap dua yang disebut dengan p
enyakit Weil. Penyakit ini terjadi akibat peradangan yang disebabkan oleh infeksi.

2.3 ETIOLOGI
Leptospirosis atau Weil’s disease adalah bakteri Leptospira sp. Bakteri ini merup
akan bakteri gram negatif spirochete yang bisa menginfeksi manusia dan hewan dengan
cara menginvasi kulit yang terluka maupun mukosa. Bakteri ini masuk ke aliran limfa lalu
masuk ke aliran darah, sehingga bisa menyebar ke seluruh tubuh. Infeksi pada manusia
sering kali terjadi melalui paparan dengan cairan tubuh hewan, terutama urine. Paparan
dapat terjadi lewat kontak langsung maupun lewat kontak dengan air atau tanah yang tel
ah terkontaminasi cairan tubuh hewan.

2.4 PATOFISIOLOGI
Leptospirosis atau Weil’s disease diawali dengan masuknya bakteri Leptospirosa
melalui kulit yang terluka , membran mukosa, atau konjungtiva. Manusia umumnya men
ular lewat paparan dengan cairan tubuh hewan, terutama urine. Paparan dapat terjadi s
ecara langsung maupun secara tidak langsung lewat kontak dengan air dan tanah yang
telah terkontaminasi cairan tubuh hewan.
Leptospirosa mampu bertahan hidup selama 24 hari ditanah dan 16 hari di air. B
akteri ini memiliki masa inkubasi antara 2-30 hari. Setelah masuk kedalam tubuh, bakteri
ini masuk ke sirkulasi limfa lalu masuk ke sirkulasi darah, yang kemudian dapat menyeb
ar luas ke seluruh tubuh. Organ yang biasanya terkena adalah ginjal, paru, dan hati.
Pada organ ginjal, inflamasi tubulointerstitial difus dan nekrosis tubular dapat terjadi. Se
mentara itu, pada hati, kolestatis akibat perubahan degeneratif pada hepatosit bisa terja
di. Pada paru, perdarahan intraalveolar fokal, perdarahan intraalveolar masif, serta depo
sisi linear immunoglobulin dan komplemen pada permukaan alveolar dapat terjadi.
2.5 MANIFESTASI KLINIK
Masa inkubasi 2-26 hari, biasanya 7-13 hari dan rata-rata 10 hari. Leptospirosis
mempunyai 2 fase penyakit khas yaitu fase leptospiremia dan fase imun. Manifestasi kli
nis yang sering terjadi ialah demam, menggigil, sakit kepala, meningismus, anoreksia, m
ialga, conjungtival suffusion, mual, muntah, nyeri abdomen, ikterus, hepatomegali, ruam
kulit, fotofobia. Sedangkan manifestasi klinis yang jarang terjadi ialah pneumonitis, hemo
ptoe, delirim, perdarahan, diare, edema, splenomegali, artalgia, gagal ginjal, neuritis, pa
nkreatitis, parotitis, epididimitis, hematemesis, asites, miokarditis.

2.6 KOMPLIKASI
Komplikasi penyakit leptospirosis dapat ditandai dengan gejala berikut ini:
1. Cidera ginjal akut
2. Trombositopenia
3. Perdarahan saluran cerna
4. Perdarahan paru
5. Gagal hati
6. Rhabdomyolysis atau kerusakan otot rangka
7. Penggumpalan darah yang tersebar di seluruh tubuh
8. Gagal jantung
9. Keguguran pada ibu hamil

2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan penunjang penyakit leptospirosis :
1. Darah Lengkap
2. Fungsi Ginjal
3. Fungsi Hati
4. Serologi
5. Mikroskop Medan Gelap
6. Kultur
7. Diagnosis Post Mortem : PCR, Pengecatan Imunohistokimia
2.8 PENCEGAHAN
Pencegahan leptospirosis dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu: pada hewan se
bagai sumber infeksi, jalur penularan dan manusia. Pada hewan sebagai sumber infeksi,
pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan vaksin kepada hewan yang berpote
nsi tertular leptospirosis.
Pada jalur pencegahan, pencegahan yang bisa diakukan adalah dengan memutu
s jalur penularan. Jalur penularan adalah lingkungan yang bisa menjadi tempat berkemb
ang biak dan hidup bakteri leptospira. Lingkungan dengan kondisi sanitasi yang buruk m
enjadi faktor risiko terjadinya leptospirosis.
Kejadian leptospirosis biasanya terjadi pada daerah dengan sanitasi lingkungan
yang buruk, rendahnya perilaku hidup bersih dan sehat dan keberadaan tikus pembawa
bakteri leptospira dilingkungan tersebut. Untuk mengurangi risiko terjadinya leptospirosi
s dapat dilakukan dengan memperbaiki kondisi lingkungan yang buruk dan meningkatka
n perilaku hidup bersih dan sehat. Untuk melakukan pemberantasan tikus.

Perilaku pencegahan :
1. Berperilaku hidup bersih dan sehat dengan menjaga sanitasi ligkungan.
2. Menyimpan makanan dan minuman dengan baik agar terhindar dari tikus.
3. Mencuci tangan, kaki, serta bagian tubuh lannya dengan sabun dan air.
4. Memakai sepatu dari karet dengan ukuran tinggi (bot) dan sarung tangan
karet jika bertugas atau menjadi relawan bencana banjir.
5. Membasmi tikus baik di rumah, di kantor dan lingkungan.
6. Bersihkan dengan disinfektan bagian-bagian yang terkena banjir.

2.9 PENATALAKSANAAN PENGOBATAN MEDIS


Leptospirosis yang ringan umumnya dapat sembuh dengan sendirinya tanpa pen
gobatan medis khusus. Pemberian obat-obatan seperti antibiotik dan penurun demam di
berikan untuk membantu mengurangi keuhan yang muncul. Adapun pengobatan leptosp
irosis yang umumnya diberikan antara lain:
1. Antibiotik, seperti doxycycline, ampicilin, amoxicilin, azithtomycin,
clarithromycin, ciprofloxacin, levofloxacin.
2. Penurun demam sekaigus pereda nyeri, seperti parasetamol, ibu profen.
Apabila penderita memerlukan perawatan di rumah sakit akibat, pilihan antibiotik yang bi
sa diberikan adalah:
1. Intravena penicillin G
2. Intravena golongan sefalosporin generasi ketiga seperti cefotaxime, ceftriaxon
e
3. Intravena ampicilin atau amoxicillin
4. Intravena erythromycin
Selain itu, pada kasus leptospirosis yang berat juga membutuhkan terapi lain unt
uk mengatasi komplikasi seperti hemodiaisis pada kasus leptospirosis disertai komplikas
i gagal ginjal hingga penurunan ventilator atau alat bantu napas apabia pasien mengala
mi gagal napas

2.10 Masalah Keperawatan dan Diagnosa


 MK : Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit dibuktikan dengan
deman
 MK: Gangguan Rasa Nyaman Berhubungan dengan gejala penyakit dibuktikan
dengan mual,muntah dan fotobopia
 MK : Diare berhubungan dengan proses infeksi di buktikan dengan diare
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulannya

Leptospirosis adalah penyakit infeksi akut yang dapat menyerang manusia maupun
hewan yang disebabkan kuman leptospira pathogen dan digolongkan sebagi zoonosis yaitu
penyakit hewan yang bisa menjangkiti manusia. Penyakit leptospirosis mungkin banyak
terdapat di Indonesia terutama di musim penghujan. Penularan pada manusia umumnya da
pat terjadi melalui paparan dengan cairan tubuh hewan terutama urine.Paparan dapat terjad
i secara langsung maupun secara tidak langsung lewat kontak dengan air dan tanah ya ah,
gagal ginjal akut, gagal pernafasan akut.

3.2 Saran

Berdasarkan simpulan tersebut maka saran yang dapat disampaikan adalah:

1. Bagi Masyaraka

Untuk meningkatkan kewaspaan diri terhadap kejadian Leptospirosis. Masyarakat perlu


untuk meningkatkan kesadaran akan adanya luka di kulit dan perawatan apabila terjadi
luka tersebut sehingga dapat menurunkan angka kejadian Leptospirosis dan selalu
menggunakan alat pelindung diri jika berkerja berisiko tinggi tertular Leptospirosis

2. Bagi Dinas Kesehatan

Perlu melakukan upaya sosialisasi pencegahan penyakit Leptospirosis sampai ke


tingkat kelurahan dan RT/RW dengan cara bekerja sama dengan Dinas Kesehatan

3. Bagi Pribadi
Mengupayakan hidup sehat dan bersih, yaitu dengan menjaga keadaan lingkungan
yang aman dan jika terdapat luka segera obati jangan sampai terkena air yang terinfeksi
bakteri Leptospirosis, biasakan untuk mencuci tangan dan kaki sebelum berkerja dan
sesudah bekerja
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J. 2003. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: EGC

Judarwanto, W. 2009. Cermin Dunia Kedokteran; Leptospirosis pada Manusia. Jakarta: Allergy
Behaviour Clinic, Picky Eaters Clinic Rumah Sakit Bunda

Handayani, Fitri, and S. K. M. Dwi Astuti. Hubungan Antara Faktor Perilaku dan Lingkungan
Fisik dengan Kejadian Leptospirosis di Kabupaten Klaten. Diss. Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 2014.

Novie H. Rampengan. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sam
Ratulangi Manado, 2014

Anda mungkin juga menyukai