“LEPTOSOIROSIS”
KATA PENGANTAR....................................................................................................3
a. Tujuan Umum.................................................................................................5
b. Tujuan Khusus...............................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................6
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................11
3.2 Saran................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................12
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
Rahmat dan Anugerah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas biomedik III berupa makalah
yang berjudul “Leptosoirosis” ini tepat waktu dan sesuai dengan bimbingan dosen . adapun
tugas makalah ini merupakan untuk memenuhi tugas mata kuliah Biomedik III dengan dosen
pembimbing yaitu Ibu Anindya Arum Cempaka S.Kep, Ns.M.Kep, selain itu makalah ibu
menjadi pengetahuan dan wawasan bagi kami penulis.
Kami sangat menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan perlu banyak
perbaikan. Oleh karena itu, kami mengharapkan dukungan dan saran dari semua pihak
supaya kami dapat terus mengembangkan kemampuan kami menjadi lebih baik dan
membuat makalah lebih baik. Sehingga kami berharap makalah ini bermanfaat bagi semua
pihak dan kami penulis.
Penul
BAB I
PENDAHULUN
Indonesia merupakan negara ber-iklim tropis dan sangat tinggi curah hujan yang sering
kali menyebabkan banjir. Dan hal ini bisa menjadi pemicu suatu munculnya sejumlah penyakit,
yaitu salah satunya penyakit Leptospirosis. Leptospirosis merupakan suatu masalah kesehatan
masyarakat bagi seluruh dunia. Leptospirosis adalah penyakit zoonosis yang disebabkan oleh
infeksi Leptospira interrogans semua serotipe. Leptospirosis juga bisa dikenal dengan nama
flood fever atau demam banjir karena sering menyebabkan warga pada saat banjir ( Novie H.
Rampengan,2014). Tidak hanya air tetapi juga dengan tanah bisa terjadinya penyebaran
bakteri Leptospirosis melalui urin, darah atau organ hewan yang terkena infeksi seperti hewan
tikus liar, sapi, babi, domba, kuda, anjing, dan kerbau. Bakteri Leptospirosis dapat masuk
ditubuh kita melalui luka yang terbuka, bisa luka kecil maupun luka besar atau robek dan juga
bisa masuk melalui mata, hidung, mulut dan saluran pencernaan. Bakteri Leptospira mengikuti
aliran darah menuju seluruh tubuh dan menyerang organ-organ penting seperti, hati, jantung,
ginjal, paru-paru dan otak. Tanda-tanda seseorang menderita tekanan infeksi Leptospira di
stadium awal adalah suhu badan yang tinggi dan mengakibatkan demam tinggi serta badan
menggigil, perut terasa eneg, rasa nyeri pada otot betis serta radang mata seperti iritasi. Tanda
dan gejala ini akan tampak setelah empat atau sepuluh hari terkena penularan Leptospirosis.
Pada stadium kedua, parasit tersebut akan mebentuk antibodi pada tubuh penderita, dengan
indikasi yang lebih berat dan terjadi antara sekitar minggu kedua atau keempat. Jika, penularan
semakin parah maka efeknya akan pada sistem-sistem organ seperti jantung tidak teratur,
pembekakan dan gagal jantung, kebocoran pembuluh darah serta pada saluran pernapasan
Leptospira bisa berkembang di iklim yang udara hangat (25°C), dan tanah lembab dengan
pH mencapai 6,2-8. Bakteri ini bisa bertahan hidup ditanah yang sesuai sampai 43 hari dan
juga hidup di air-air sampai berminggu-minggu. Lepstospira berukuran panjang 6-20 µm dan
diameter 0,1-0,2 µm. Orang yang rentan terkena penyakit ini adalah orang yang mandi atau
berendam di dalam air banjir yang terkontaminasi, orang yang mengonsumsi makanan dan
minuman yang menggunakan air terkena penyebaran penyakit tersebut, sering berinteraksi
dengan hewan, tinggal didaerah yang rawan banjir dan juga memiliki pekerjaan yang berkaitan
dengan saluran pembuangan atau selokan, petani sawah,peternak,pekerja tambang dan lain-
lain. Daerah persebaran di Indonesia yaitu di daerah dataran rendah dan perkotaan seperti
pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi Kementrian Kesehatan RI tahun 2013
melaporkan pada tahun 2012 terdapat kasus leptospirosis di Provinsi DKI Jakarta, Jawa
Tengah, Yogyakarta dan Provinsi Jawa Timur yaitu sebesar 0,09 per 100.000 penduduk
pertahun dengan korban meninggal sebanyak CFR 12,61. Tingginya angka kematian
dikarenakan kesulitan dalam diagnosis penyakit leptospirosis sehingga menyebabkan sulitnya
upaya dalam pemberantasanya (Kementrian Kesehatan RI, 2013) (F. Handayani,2014).
Setalah mengetahui dan memahami berbagai gejala-gejala yang terjadi pada seseorang yang
terkena penyebaran Leptospirosis, tentu saja untuk pencegahan pasien juga harus mengetahui
seperti jika berkegiatan untuk membersihkan selokan perlu menggunakan sarung tangan dan
juga menggunakan sepatu boots, membiasakan hidup sehat serta mencuci tangan setelah
berkegiatan.
1.2 Rumusan Masalah
a. Tujuan Umum
2.2 KLASIFIKASI
Leptospirosis dapat menyerang manusia melalui paparan air atau tanah yang tel
ah terkontaminasi urine hewan pembawa bakteri Leptospirosa. Penyakit infeksi bakteri i
ni banyak terjadi di daerah beriklim tropis yang memiliki curah hujan tinggi. Seseorang d
apat terinfeksi bakteri jika mata, mulut, hidung, ataupun luka terbuka pada kulit bersingg
ungan dengan:
Urine, darah, ataupun jaringan dari binatang yang membawa bakteri.
Air yang terkontaminasi oleh bakteri.
Tanah yang terkontaminasi oleh bakteri.
Seseorang juga dapat terkena leptospirosis jika tergigit binatang yang terinfeksi ole
h penyakit tersebut.
Bakteri Leptospirosa dapat masuk ke tubuh melalui kulit yang rusak, kulit yang lu
nak karena air, selaput lendir (lapisan lembap dan tipis dari banyak bagian tubuh, seperti
hidung, mulut, tenggorokan, dan alat kelamin) ataupun dengan menelan atau menghirup
air yang terkontaminasi. Sementara itu, penularan dari orang ke orang tidak pernah terja
di.
Gejala Leptospirosis sangat bervariasi pada setiap penderita dan awalnya sering
kali dianggap sebagai gejala penyakit lain, seperti flu atau demam berdarah. Tanda dan
gejala awal yang muncul pada penderita leptospirosis antara lain:
Demam tinggi menggigil
Sakit kepala
Mual, muntah, dan tidak nafsu makan
Diare
Mata merah
Keluhan diatas biasanya pulih dalam waktu 1 minggu. Namun, pada sebagian ka
sus, penderita dapat mengalami penyakit leptospirosis tahap dua yang disebut dengan p
enyakit Weil. Penyakit ini terjadi akibat peradangan yang disebabkan oleh infeksi.
2.3 ETIOLOGI
Leptospirosis atau Weil’s disease adalah bakteri Leptospira sp. Bakteri ini merup
akan bakteri gram negatif spirochete yang bisa menginfeksi manusia dan hewan dengan
cara menginvasi kulit yang terluka maupun mukosa. Bakteri ini masuk ke aliran limfa lalu
masuk ke aliran darah, sehingga bisa menyebar ke seluruh tubuh. Infeksi pada manusia
sering kali terjadi melalui paparan dengan cairan tubuh hewan, terutama urine. Paparan
dapat terjadi lewat kontak langsung maupun lewat kontak dengan air atau tanah yang tel
ah terkontaminasi cairan tubuh hewan.
2.4 PATOFISIOLOGI
Leptospirosis atau Weil’s disease diawali dengan masuknya bakteri Leptospirosa
melalui kulit yang terluka , membran mukosa, atau konjungtiva. Manusia umumnya men
ular lewat paparan dengan cairan tubuh hewan, terutama urine. Paparan dapat terjadi s
ecara langsung maupun secara tidak langsung lewat kontak dengan air dan tanah yang
telah terkontaminasi cairan tubuh hewan.
Leptospirosa mampu bertahan hidup selama 24 hari ditanah dan 16 hari di air. B
akteri ini memiliki masa inkubasi antara 2-30 hari. Setelah masuk kedalam tubuh, bakteri
ini masuk ke sirkulasi limfa lalu masuk ke sirkulasi darah, yang kemudian dapat menyeb
ar luas ke seluruh tubuh. Organ yang biasanya terkena adalah ginjal, paru, dan hati.
Pada organ ginjal, inflamasi tubulointerstitial difus dan nekrosis tubular dapat terjadi. Se
mentara itu, pada hati, kolestatis akibat perubahan degeneratif pada hepatosit bisa terja
di. Pada paru, perdarahan intraalveolar fokal, perdarahan intraalveolar masif, serta depo
sisi linear immunoglobulin dan komplemen pada permukaan alveolar dapat terjadi.
2.5 MANIFESTASI KLINIK
Masa inkubasi 2-26 hari, biasanya 7-13 hari dan rata-rata 10 hari. Leptospirosis
mempunyai 2 fase penyakit khas yaitu fase leptospiremia dan fase imun. Manifestasi kli
nis yang sering terjadi ialah demam, menggigil, sakit kepala, meningismus, anoreksia, m
ialga, conjungtival suffusion, mual, muntah, nyeri abdomen, ikterus, hepatomegali, ruam
kulit, fotofobia. Sedangkan manifestasi klinis yang jarang terjadi ialah pneumonitis, hemo
ptoe, delirim, perdarahan, diare, edema, splenomegali, artalgia, gagal ginjal, neuritis, pa
nkreatitis, parotitis, epididimitis, hematemesis, asites, miokarditis.
2.6 KOMPLIKASI
Komplikasi penyakit leptospirosis dapat ditandai dengan gejala berikut ini:
1. Cidera ginjal akut
2. Trombositopenia
3. Perdarahan saluran cerna
4. Perdarahan paru
5. Gagal hati
6. Rhabdomyolysis atau kerusakan otot rangka
7. Penggumpalan darah yang tersebar di seluruh tubuh
8. Gagal jantung
9. Keguguran pada ibu hamil
Perilaku pencegahan :
1. Berperilaku hidup bersih dan sehat dengan menjaga sanitasi ligkungan.
2. Menyimpan makanan dan minuman dengan baik agar terhindar dari tikus.
3. Mencuci tangan, kaki, serta bagian tubuh lannya dengan sabun dan air.
4. Memakai sepatu dari karet dengan ukuran tinggi (bot) dan sarung tangan
karet jika bertugas atau menjadi relawan bencana banjir.
5. Membasmi tikus baik di rumah, di kantor dan lingkungan.
6. Bersihkan dengan disinfektan bagian-bagian yang terkena banjir.
Leptospirosis adalah penyakit infeksi akut yang dapat menyerang manusia maupun
hewan yang disebabkan kuman leptospira pathogen dan digolongkan sebagi zoonosis yaitu
penyakit hewan yang bisa menjangkiti manusia. Penyakit leptospirosis mungkin banyak
terdapat di Indonesia terutama di musim penghujan. Penularan pada manusia umumnya da
pat terjadi melalui paparan dengan cairan tubuh hewan terutama urine.Paparan dapat terjad
i secara langsung maupun secara tidak langsung lewat kontak dengan air dan tanah ya ah,
gagal ginjal akut, gagal pernafasan akut.
3.2 Saran
1. Bagi Masyaraka
3. Bagi Pribadi
Mengupayakan hidup sehat dan bersih, yaitu dengan menjaga keadaan lingkungan
yang aman dan jika terdapat luka segera obati jangan sampai terkena air yang terinfeksi
bakteri Leptospirosis, biasakan untuk mencuci tangan dan kaki sebelum berkerja dan
sesudah bekerja
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J. 2003. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: EGC
Judarwanto, W. 2009. Cermin Dunia Kedokteran; Leptospirosis pada Manusia. Jakarta: Allergy
Behaviour Clinic, Picky Eaters Clinic Rumah Sakit Bunda
Handayani, Fitri, and S. K. M. Dwi Astuti. Hubungan Antara Faktor Perilaku dan Lingkungan
Fisik dengan Kejadian Leptospirosis di Kabupaten Klaten. Diss. Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 2014.
Novie H. Rampengan. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sam
Ratulangi Manado, 2014