Disusun Oleh :
Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan izin dan
kekuatan kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “ Faktor
- Faktor Yang Berhubungan Dengan Kemandirian Pada Lanjut Usia Di Panti Sosial “ tepat
pada waktunya.
Saya mneyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan kelemahan. Hal ini
disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan wawasan saya. Oleh sebab itu, saya sangat
mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini, saya berharap semoga
makalah ini dapat memberi manfaat.
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………….
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………
2. Hipotetis Penelitian.................................................................
A. Kesimpulan ..............................................................................
B. Saran ........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
1. Definisi penyakit menular ?
2. Jenis jenis penyakit menular ?
3. Cara penularan ?
4. Tanda tanda pasien terjadi penularan infeksi ?
5. Pencegahan ?
6. Terapi pasien jika terjadi penularan infeksi ?
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian adalah menganalisis pengaruh self lymphatic drainage (SLD) terhadap
limfedema pada pasien kanker payudara. Penelitian dilakukan Bulan Mei-Juli 2019. Alat
yang digunakan dalam penelitian ini adalah pita ukur. Rancangan penelitian quasy
experimental dengan One Group Pre-Post Test Design, terhadap 43 responden dengan teknik
purposive sampling. Hasil analisis uji Wilcoxon Signed Rank menunjukkan adanya
perbedaan yang signifikan ukuran limfedema sebelum dengan sesudah intervensi SLD
(p=0,000;<0,05). Analisis uji regresi logistik ordinal didapatkan p=0,000 menunjukkan
adanya hubungan antara SLD, variabel confounding (umur, IMT, terapi kanker) dengan
ukuran limfedema. Hasil R-Square menunjukkan SLD, umur, IMT dan terapi kanker
memberikan konstribusi sebesar 22,1% terhadap ukuran limfedema, dengan Odds Ratio
0.8552 yang menunjukkan SLD cenderung menurun pada umur < 65 tahun sebesar 85,52%.
Disimpulkan ada pengaruh SLD terhadap ukuran limfedema pada pasien kanker payudara
dan faktor usia mempengaruhi kejadian limfedema. Penelitian ini merekomendasikan
penerapan SLD dijadikan latihan rutin bagi pasien kanker payudara untuk mencegah
limfedema dan menurunkan ukuran limfedema.
D. MANFAAT PENELITIAN
Hasil Penelitian ini digunakan sebagai sumbangan ilmu pengetahuan yaitu ilmu
pengunaan sistem informasi geografis untuk pemetaan kerentanan wilayah berdasarkan faktor
resiko kejadian filariasis.
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Filariasis adalah penyakit kaki gajah yang bersifat menular. Filariasis disebabkan oleh
cacing filaria yang ditularkan melalui berbagai jenis nyamuk, seperti Wuchereria bancrofti,
Brugia malayi dan Brugia timore. Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebut bahwa
jumlah pengidap filariasis di dunia tahun 2000 sebanyak 120 juta orang. Sementara jumlah
pengidap filariasis di Indonesia hingga tahun 2016 adalah 13.032 kasus.
Filariasis Menular Melalui Gigitan Nyamuk
Filariasis masuk ke tubuh manusia dan menular melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi.
Parasit filaria tumbuh dewasa dalam bentuk cacing dan bertahan hidup selama 6 - 8 tahun,
lalu terus berkembang biak dalam jaringan limfa manusia. Infeksi ini biasanya terjadi sejak
masa kanak-kanak dan menyebabkan kerusakan pada sistem limfatik yang tidak disadari
jingga munculnya gejala, yakni berupa pembengkakan pada kelenjar getah bening.
Gejala filariasis terbagi dalam tiga kategori, yaitu kondisi tanpa gejala, akut, dan kronis.
Meskipun filariasis masih dalam kondisi tanpa gejala, infeksi ini tetap bisa menyebabkan
kerusakan pada jaringan limfa dan ginjal, serta memengaruhi sistem kekebalan tubuh.
Sementara pada fase akut, pengidap filariasis akan mengalami:
Fase adenolimfangitis akut (ADL). Ditandai dengan demam, pembengkakan noda limfa
atau kelenjar getah bening. Cairan yang menumpuk pada lima bisa memicu infeksi jamur dan
merusak kulit.
Fase ketiga adalah filariasis kronis. Pada kondisi ini, penumpukan cairan menyebabkan
pembengkakan pada kaki dan lengan. Penyebab infeksi ini adalah lemahnya kekebalan tubuh
yang berujung pada kerusakan dan penebalan lapisan kulit.
Tes Darah dan Urine untuk Diagnosis Filariasis
Tes darah dan urine bertujuan untuk mendeteksi keberadaan parasit filaria dalam tubuh.
Pemeriksaan USG dibutuhkan untuk mendeteksi adanya perubahan sistem limfa, serta
keberadaan cacing-cacing dewasa dalam skrotum. Jika positif mengidap filariasis, dokter
akan meresepkan obat antifilaria seperti diethylcarbamazine (DEC). Pada kondisi kronis,
berikut penanganan yang bisa dilakukan:
Operasi. Tindakan ini dilakukan pada pengidap pria yang mengalami penumpukan
cairan dalam skrotum (hidrokel). Melakukan olahraga ringan. Tujuannya untuk melancarkan
aliran cairan pada bagian tubuh yang terinfeksi.
2. HIPOTESIS PENELITIAN
Pengobatan kombinasi DEC dan albendazole setiap tahun selama 5 tahun daerah
endemis B . Timori, dapat menurunkan prevalensi mf hingga <1%
BAB III
MERTODE PENELITIAN
Metode penilaian sikap masyarakat menggunakan skala likert (Sugiyono 2012). Dalam
pembuatan kuesioner, penelitian membuat pertanyaan sendiri dengan dasar landasan teori
sikap kuesioner ini terdiri dari 4 altenatif jawaban, yaitu sangat Setuju (SS), Setuju (S),
Tidak setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS). Pertanyaan dibuat dua tipe yaitu
favourable dan unfavourable terhadap objek metode ini penilaian adalah
1)Sifat favourable merupakan sifat positif dari pertanyaan, alternatif jawaban yang
diberikan adalah :
a) Sangat Setuju (SS) bernilai 4
b) Sifat unfavaurable
merupakan sifat negatif dari pertanyaan, alternatif jawaban yang diberikan adalah:
C. PENGOLAHAN DATA
1. Editing
Merupakan kegiatan pengecekan isi kuesioner, memastikan isi kuesioner yang ada
sudah lengkap jawabannya (di isi semua) jelas terbaca, relevan dan konsisten.
2. Coding
Sebelum dimasukkan ke komputer dilakukan proses pemberian kode pada setiap variabel
yang dapat terkumpul. Pengkodean data ini didasarkan pada kategori yang telah untuk
memudahkan dalam pengolahan selanjutnya.
3. Entry
Meng-entry data kuesioner dalam program komputerisasi sesuai dengan variabel
penelitian.
4. Cleaning
Setelah semua data dimasukkan kedalam program computer, peneliti mengecek
kembali apakah ada kesalahan data,sehingga data siap untuk dianalisa operasional
berdasarkan karakteristik yang diteliti, sehingga memungkinkan peneliti untuk
melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau
fenomena. Definisi operasional ditentukan berdasarkan parameter yang dijadikan
ukuran dalam penelitian, sedangkan cara pengukuran merupakan cara dimana variabel
dapat diukur dan ditentukan karakteritiknya.
5. Processing
Kemudian peneliti melakukan pengolahan data melalui program computer dengan
analize sesuai dengan uji statistik yang digunakan.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Filariasis adalah penyakit kaki gajah yang bersifat menular. Filariasis disebabkan oleh
cacing filaria yang ditularkan melalui berbagai jenis nyamuk, seperti Wuchereria bancrofti,
Brugia malayi dan Brugia timore. Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebut bahwa
jumlah pengidap filariasis di dunia tahun 2000 sebanyak 120 juta orang. Sementara jumlah
pengidap filariasis di Indonesia hingga tahun 2016 adalah 13.032 kasus. Filariasis Menular
Melalui Gigitan Nyamuk. Filariasis masuk ke tubuh manusia dan menular melalui gigitan
nyamuk yang terinfeksi. Parasit filaria tumbuh dewasa dalam bentuk cacing dan bertahan
hidup selama 6 - 8 tahun, lalu terus berkembang biak dalam jaringan limfa manusia. Infeksi
ini biasanya terjadi sejak masa kanak-kanak dan menyebabkan kerusakan pada sistem
limfatik yang tidak disadari jingga munculnya gejala, yakni berupa pembengkakan pada
kelenjar getah bening
Gejala filariasis terbagi dalam tiga kategori, yaitu kondisi tanpa gejala, akut, dan kronis.
Meskipun filariasis masih dalam kondisi tanpa gejala, infeksi ini tetap bisa menyebabkan
kerusakan pada jaringan limfa dan ginjal, serta memengaruhi sistem kekebalan tubuh.
Tes darah dan urine bertujuan untuk mendeteksi keberadaan parasit filaria dalam tubuh.
Pemeriksaan USG dibutuhkan untuk mendeteksi adanya perubahan sistem limfa, serta
keberadaan cacing-cacing dewasa dalam skrotum. Jika positif mengidap filariasis, dokter
akan meresepkan obat antifilaria seperti diethylcarbamazine (DEC). Pada kondisi kronis,
berikut penanganan yang bisa dilakukan:
Operasi. Tindakan ini dilakukan pada pengidap pria yang mengalami penumpukan
cairan dalam skrotum (hidrokel). Melakukan olahraga ringan. Tujuannya untuk melancarkan
aliran cairan pada bagian tubuh yang terinfeksi