Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH LYMPHATIC FILARIASIS

Dosen Pembimbing : Ibu Wiwid Yuliastuti, S. Kep., Ners. M. Kep

Disusun Oleh :

AMIDA INDRASTUTI SUBAGYO (A1R21006)

FITRI SANDHYAWATI UTOMO (A1R21018)

FRANSISCO SANDIA PRASTAMA (A1R21019)

GIOVANI RMADHAN (A1R21021)

GRIFFINT SHAFA I KRESNA A. (A1R21022)

MUHAMMAD SYUKRON JAMIL H. (A1R2134)

ZAKIATUL FIKRIYA (A1R21050)

PROGAM STUDI D3 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN ( STIkes )

STIKES HUTAMA ABDI HUSADA TULUNGAGUNG

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan izin dan
kekuatan kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “ Faktor
- Faktor Yang Berhubungan Dengan Kemandirian Pada Lanjut Usia Di Panti Sosial “ tepat
pada waktunya.

Saya mneyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan kelemahan. Hal ini
disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan wawasan saya. Oleh sebab itu, saya sangat
mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini, saya berharap semoga
makalah ini dapat memberi manfaat.

Tulungagung, 17 Mei 2022


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………….

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………

A. Latar Belakang ........................................................................

B. Rumusan Masalah ...................................................................

C. Tujuan Penelitian .....................................................................

D. Manfaat Penelitian ..................................................................

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

1. Uraian Teori Sesuai Variabel .................................................

2. Hipotetis Penelitian.................................................................

BAB III METODE PENELITIAN

1. Populasi dan sampel penelitian { Kuantitatif } .......................


2 Data dan sumber data...............................................................
3 Pengelolahan Data...................................................................
BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ..............................................................................

B. Saran ........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Filariasis merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh cacing Wuchereria


Bancrofti (W. Bancrofti), Brugia(B) Malayi dan B. Timori. Penyakit ini menyebabkan
pembengkakan pada kaki. Masyarakat biasa menyebut penyakit ini dengan kaki gajah
(elephantiasis). Cacing masuk melalui cucukan nyamuk yang terinfeksi oleh telur-telur
cacing tersebut. Kemudian telur-telur cacing dibawa ke pembuluh limfe, lalu tumbuh
dewasa dan menyumbat pembuluh limfe serta menghasilkan jutaan telur yang akan dibawa
oleh darah yang kemudian akan dibawa oleh nyamuk sebagai vektor. Nyamuk yang sering
menyebarkan penyakit ini adalah nyamuk culex.
Umumnya penyakit ini menyerang masyarakat usia dewasa muda yang aktif bekerja,
sehingga menurunkan produktivitas akibat adanya demam yang kerap menyerang
penderita selama 3-5 hari. Demam yang diderita umumnya terjadi 2-3 kali setahun yang
disertai dengan pembengkakan kelenjar lipat paha (Anorital & Dewi, 2004). Dengan
pembesaran kaki, akan mengganggu aktivitas penderita, menurunkan rasa percaya diri dan
pada akhirnya akan menurunkan produktivitas serta menurunkan kualitas hidup.
Disamping itu, penyakit ini bisa menjadi irreversibel bila sudah parah.Penyakit ini
menyerang hampir di seluruh dunia, World Health Organization (WHO) mencatat hampir
1,4 miliar orang di 73 negara di seluruh dunia terancam oleh filariasis limfatik, umumnya
dikenal sebagai kaki gajah. Sekitar 65% dari mereka yang terinfeksi hidup di Kawasan
Asia Tenggara, 30% di wilayah Afrika, dan sisanya di daerah tropis lainnya (World Health
Organization, 2013). Di Indonesia sampai dengan tahun 2009 dilaporkan sebanyak 31
propinsi dan 337 kabupaten/kota endemis filariasis dan 11.91 kasus kronis. (Wahyono,
2010). Hampir seluruh wilayah Indonesia adalah daerah endemis filariasis, terutama
wilayah Indonesia Timur yang memiliki prevalensi lebih tinggi. Untuk mengatasi penyakit
ini, WHO meluncurkan Program global untuk menghilangkan filariasis limfatik, yaitu
Global Programme to Eliminate Lymphatic Filariasis (GPELF) pada tahun 2000. Tujuan
dari GPELF adalah menghilangkan filariasis limfatik sebagai masalah kesehatan
masyarakat pada tahun 2020. Strategi ini didasarkan pada dua komponen utama yaitu (1)
Mengganggu transmisi melalui program tahunan skala besar pengobatan, dikenal sebagai
pemberian obat massal, dilaksanakan untuk menutupi seluruh populasi berisiko; (2)
Mengurangi penderitaan yang disebabkan oleh filariasis limfatik melalui manajemen
morbiditas dan pencegahan kecacatan (World Health Organization, 2013).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Definisi penyakit menular ?
2. Jenis jenis penyakit menular ?
3. Cara penularan ?
4. Tanda tanda pasien terjadi penularan infeksi ?
5. Pencegahan ?
6. Terapi pasien jika terjadi penularan infeksi ?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian adalah menganalisis pengaruh self lymphatic drainage (SLD) terhadap
limfedema pada pasien kanker payudara. Penelitian dilakukan Bulan Mei-Juli 2019. Alat
yang digunakan dalam penelitian ini adalah pita ukur. Rancangan penelitian quasy
experimental dengan One Group Pre-Post Test Design, terhadap 43 responden dengan teknik
purposive sampling. Hasil analisis uji Wilcoxon Signed Rank menunjukkan adanya
perbedaan yang signifikan ukuran limfedema sebelum dengan sesudah intervensi SLD
(p=0,000;<0,05). Analisis uji regresi logistik ordinal didapatkan p=0,000 menunjukkan
adanya hubungan antara SLD, variabel confounding (umur, IMT, terapi kanker) dengan
ukuran limfedema. Hasil R-Square menunjukkan SLD, umur, IMT dan terapi kanker
memberikan konstribusi sebesar 22,1% terhadap ukuran limfedema, dengan Odds Ratio
0.8552 yang menunjukkan SLD cenderung menurun pada umur < 65 tahun sebesar 85,52%.
Disimpulkan ada pengaruh SLD terhadap ukuran limfedema pada pasien kanker payudara
dan faktor usia mempengaruhi kejadian limfedema. Penelitian ini merekomendasikan
penerapan SLD dijadikan latihan rutin bagi pasien kanker payudara untuk mencegah
limfedema dan menurunkan ukuran limfedema.

D. MANFAAT PENELITIAN
Hasil Penelitian ini digunakan sebagai sumbangan ilmu pengetahuan yaitu ilmu
pengunaan sistem informasi geografis untuk pemetaan kerentanan wilayah berdasarkan faktor
resiko kejadian filariasis.
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

1. URAIAN TEORI SESUAI VARIABEL

Filariasis adalah penyakit kaki gajah yang bersifat menular. Filariasis disebabkan oleh
cacing filaria yang ditularkan melalui berbagai jenis nyamuk, seperti Wuchereria bancrofti,
Brugia malayi dan Brugia timore. Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebut bahwa
jumlah pengidap filariasis di dunia tahun 2000 sebanyak 120 juta orang. Sementara jumlah
pengidap filariasis di Indonesia hingga tahun 2016 adalah 13.032 kasus.
Filariasis Menular Melalui Gigitan Nyamuk
Filariasis masuk ke tubuh manusia dan menular melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi.
Parasit filaria tumbuh dewasa dalam bentuk cacing dan bertahan hidup selama 6 - 8 tahun,
lalu terus berkembang biak dalam jaringan limfa manusia. Infeksi ini biasanya terjadi sejak
masa kanak-kanak dan menyebabkan kerusakan pada sistem limfatik yang tidak disadari
jingga munculnya gejala, yakni berupa pembengkakan pada kelenjar getah bening.
Gejala filariasis terbagi dalam tiga kategori, yaitu kondisi tanpa gejala, akut, dan kronis.
Meskipun filariasis masih dalam kondisi tanpa gejala, infeksi ini tetap bisa menyebabkan
kerusakan pada jaringan limfa dan ginjal, serta memengaruhi sistem kekebalan tubuh.
Sementara pada fase akut, pengidap filariasis akan mengalami:

Fase adenolimfangitis akut (ADL). Ditandai dengan demam, pembengkakan noda limfa
atau kelenjar getah bening. Cairan yang menumpuk pada lima bisa memicu infeksi jamur dan
merusak kulit.

Limfangitis filaria akut (AFL). Gejalanya berupa munculnya benjolan-benjolan kecil


pada bagian tubuh tempat cacing-cacing sekarat terkumpul, seperti pada sistem getah bening
dalam skrotum.

Fase ketiga adalah filariasis kronis. Pada kondisi ini, penumpukan cairan menyebabkan
pembengkakan pada kaki dan lengan. Penyebab infeksi ini adalah lemahnya kekebalan tubuh
yang berujung pada kerusakan dan penebalan lapisan kulit.
Tes Darah dan Urine untuk Diagnosis Filariasis

Tes darah dan urine bertujuan untuk mendeteksi keberadaan parasit filaria dalam tubuh.
Pemeriksaan USG dibutuhkan untuk mendeteksi adanya perubahan sistem limfa, serta
keberadaan cacing-cacing dewasa dalam skrotum. Jika positif mengidap filariasis, dokter
akan meresepkan obat antifilaria seperti diethylcarbamazine (DEC). Pada kondisi kronis,
berikut penanganan yang bisa dilakukan:

Operasi. Tindakan ini dilakukan pada pengidap pria yang mengalami penumpukan
cairan dalam skrotum (hidrokel). Melakukan olahraga ringan. Tujuannya untuk melancarkan
aliran cairan pada bagian tubuh yang terinfeksi.

2. HIPOTESIS PENELITIAN
Pengobatan kombinasi DEC dan albendazole setiap tahun selama 5 tahun daerah
endemis B . Timori, dapat menurunkan prevalensi mf hingga <1%
BAB III
MERTODE PENELITIAN

A. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN


1. Populasi penelitian
Populasi adalah keseluruhan objek yang akan diteliti dan populasi dalam penelitian ini.
dapat bersifat terbatas dan tidak terbatas, dikatakan terbatas apabila jumlah individu atau
objek dalam populasi tersebut terbatas dalam arti dapat dihitung. Sedangkan bersifat tidak
terbatas dalam arti tidak dapat ditentukan jumlah individu atau objek dalam populasi tersebut
(Hidayat, 2009). Populasi penelitian adalah kepala keluarga yang ada di Desa Berancah
wilayah kerja UPT Puskesmas Selat Baru Kecamatan Bantan sebanyak 737 KK.
2. Sampel penelitian
Sampel dalam penelitian adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu
hingga dianggap dapat mewakili populasinya. Adapun besar jumlah sampel dalam penelitian
ini adalah 260 KK.
b. Teknik Penarikan Sampel
Pemilihan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik Simple Random Sampling
yaitu pengambilan sampel dengan cara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam
anggota populasi. Cara ini dilakukan bila anggota populasi bila homogen. Syarat dalam
prosedur penarikan sampel ini yaitu 25% dari area atau wilayah yang diteliti (Wood & Haber,
2006). Jumlah RT yang ada di Desa Berancah 27 RT. Penarikan sampel 7 dari 27 RT
dilakukan dengan cara cabut undi. Masing-masing RT diambil sebanyak 12-13 responden.
B. DATA DAN SIUMBER DATA
Metode instrumen dalam pengukuran penelitian ini melalui kuesioner yaitu pernyataan
tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan
tentang pribadinya atau hal - hal yang ingin diketahui alat pengumpulan data dalam penelitian
ini berupa kuesioner yang berisi tentang pertanyaan sesuai dengan variabel penelitian yaitu :
1)Pengetahuan
Kuesioner pengetahuan masyarakat tentang filariasis untuk mengetahui apakah
masyarakat mengetahui terhadap filariasis terdiri dari 20 item multiple choice, dengan
memberikan nilai 1 pada jawaban benar serta 0 untuk jawaban salah. Maka tingkat
pengetahuan dapat dibedakan menjadi :
a. Pengetahuan kurang, jika<56% jawaban benar
b. Pengetauan baik, jika >56% jawaban benar
2)Sikap

Metode penilaian sikap masyarakat menggunakan skala likert (Sugiyono 2012). Dalam
pembuatan kuesioner, penelitian membuat pertanyaan sendiri dengan dasar landasan teori
sikap kuesioner ini terdiri dari 4 altenatif jawaban, yaitu sangat Setuju (SS), Setuju (S),
Tidak setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS). Pertanyaan dibuat dua tipe yaitu
favourable dan unfavourable terhadap objek metode ini penilaian adalah

1)Sifat favourable merupakan sifat positif dari pertanyaan, alternatif jawaban yang
diberikan adalah :
a) Sangat Setuju (SS) bernilai 4

b) Setuju (S) bernilai 3

c) Tidak Setuju(TS) bernilai 2


d) Sangat Tidak Setuju (STS) bernilai 1

b) Sifat unfavaurable

merupakan sifat negatif dari pertanyaan, alternatif jawaban yang diberikan adalah:

a) Sangat Setuju (SS) bernilai 1

b) Setuju (S) bernilai 2

c) Tidak Setuju (TS) bernilai 3

d) SangatTidak Setuju (STS) bernilai 4

C. PENGOLAHAN DATA

Menurut Notoatmodjo (2010), didalam pengolahan data, penilaian dilakukan dengan


komputerisasi. Setelah terkumpul data kemudian diolah dengan mengikuti langkah – langkah
berikut :

1. Editing
Merupakan kegiatan pengecekan isi kuesioner, memastikan isi kuesioner yang ada
sudah lengkap jawabannya (di isi semua) jelas terbaca, relevan dan konsisten.
2. Coding

Sebelum dimasukkan ke komputer dilakukan proses pemberian kode pada setiap variabel
yang dapat terkumpul. Pengkodean data ini didasarkan pada kategori yang telah untuk
memudahkan dalam pengolahan selanjutnya.

3. Entry
Meng-entry data kuesioner dalam program komputerisasi sesuai dengan variabel
penelitian.
4. Cleaning
Setelah semua data dimasukkan kedalam program computer, peneliti mengecek
kembali apakah ada kesalahan data,sehingga data siap untuk dianalisa operasional
berdasarkan karakteristik yang diteliti, sehingga memungkinkan peneliti untuk
melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau
fenomena. Definisi operasional ditentukan berdasarkan parameter yang dijadikan
ukuran dalam penelitian, sedangkan cara pengukuran merupakan cara dimana variabel
dapat diukur dan ditentukan karakteritiknya.
5. Processing
Kemudian peneliti melakukan pengolahan data melalui program computer dengan
analize sesuai dengan uji statistik yang digunakan.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Filariasis adalah penyakit kaki gajah yang bersifat menular. Filariasis disebabkan oleh
cacing filaria yang ditularkan melalui berbagai jenis nyamuk, seperti Wuchereria bancrofti,
Brugia malayi dan Brugia timore. Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebut bahwa
jumlah pengidap filariasis di dunia tahun 2000 sebanyak 120 juta orang. Sementara jumlah
pengidap filariasis di Indonesia hingga tahun 2016 adalah 13.032 kasus. Filariasis Menular
Melalui Gigitan Nyamuk. Filariasis masuk ke tubuh manusia dan menular melalui gigitan
nyamuk yang terinfeksi. Parasit filaria tumbuh dewasa dalam bentuk cacing dan bertahan
hidup selama 6 - 8 tahun, lalu terus berkembang biak dalam jaringan limfa manusia. Infeksi
ini biasanya terjadi sejak masa kanak-kanak dan menyebabkan kerusakan pada sistem
limfatik yang tidak disadari jingga munculnya gejala, yakni berupa pembengkakan pada
kelenjar getah bening

Gejala filariasis terbagi dalam tiga kategori, yaitu kondisi tanpa gejala, akut, dan kronis.
Meskipun filariasis masih dalam kondisi tanpa gejala, infeksi ini tetap bisa menyebabkan
kerusakan pada jaringan limfa dan ginjal, serta memengaruhi sistem kekebalan tubuh.

Tes darah dan urine bertujuan untuk mendeteksi keberadaan parasit filaria dalam tubuh.
Pemeriksaan USG dibutuhkan untuk mendeteksi adanya perubahan sistem limfa, serta
keberadaan cacing-cacing dewasa dalam skrotum. Jika positif mengidap filariasis, dokter
akan meresepkan obat antifilaria seperti diethylcarbamazine (DEC). Pada kondisi kronis,
berikut penanganan yang bisa dilakukan:

Operasi. Tindakan ini dilakukan pada pengidap pria yang mengalami penumpukan
cairan dalam skrotum (hidrokel). Melakukan olahraga ringan. Tujuannya untuk melancarkan
aliran cairan pada bagian tubuh yang terinfeksi

Anda mungkin juga menyukai