Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

MASALAH DAN GANGGUAN PADA SISTEM REPRODUKSI

PENYAKIT CHLAMYDIA

Dosen Pengampu :Yona Desni Sagita,S.ST.,Bdn.,M.Kes

Disusun Oleh:

Yeti Silistyawati 200107014

Alda Jerisma 200107015

Zulfa Lailatul Husna 200107017

Merda Yana 200107018

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN DAN PENDIDIKAN


PROFESI BIDAN FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS AISYAH
PRINGSEWU T.A 2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena kami
dapat menyelesaikan Makalah ini. Penyusunan Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas pembuatan makalah masalah dan gangguan pada sistem
reproduksi. Selain itu tujuan dari penyusunan Makalah ini juga untuk menambah
wawasan tentang pengetahuan masalah dan gangguan pada sistem reproduksi
menjadi luas. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Yona Desni
Sagita,S.ST.,Bdn.,M.kes selaku dosen kami yang telah membimbing kami agar
dapat menyelesaikan makalah ini.

Akhirnya kami menyadari bahwa Makalah ini sangat jauh dari


kesempurnaan.Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, kami menerima
kritik dan saran agar penyusunan Makalah selanjutnya menjadi lebih baik.Untuk itu
kami mengucapkan banyak terima kasih dan semoga karya tulis ini bermanfaat bagi
para pembaca.

Gading Rejo,17 September 2023

Tim Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ 2


DAFTAR ISI ........................................................................................................... 3
BAB I ...................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................. 4
A. Latar Belakang ............................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 6
C. Tujuan .......................................................................................................... 6
BAB II ..................................................................................................................... 7
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 7
A. Definisi Chlamydia ...................................................................................... 7
B. Faktor Resiko Chlamydia ............................................................................. 8
C. Penyebab Terjadinya Chlamydia ................................................................. 9
D. Gejala Chlamydia ....................................................................................... 11
E. Diagnosis Chlamydia ................................................................................. 13
F. Komplikasi Chlamydia .............................................................................. 13
G. Pencegahan Chlamydia.............................................................................. 14
H. Pengobatan Chlamydia ............................................................................... 19
BAB III ................................................................................................................. 21
PENUTUP ............................................................................................................. 21
A. Kesimpulan ................................................................................................ 21
B. Saran ........................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 22

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sekarang banyak wanita yang mendapat infeksi penyakit menular
seksual. Infeksi menular seksual (IMS) dapat ditularkan melalui coitus atau
intercourse. Predileksi penyakit dapat di vagina, mulut, dan anal. Menurut
penelitian WHO terdapat 30 macam infeksi menular seksual. Etiologi dapat
berupa bakteri, virus. dan parasit, seperti Trichomonas vaginalis, Neisseria
gonorrheae. Chlamydia trachomatis, Treponema pallidum, Herpes Simplex
Virus, Human Papilloma Virus, dan lainnya. Gejala klinik yang timbul
bermacam-macam, yang utamanya seperti urethral discharge, vaginal
discharge, ulkus genitalis, oedem inguinal atau scrotum, nyeri perut bagian
bawah, infeksi mata pada neonatus, dan lainnya. Gejala-gejala tersebut
berbeda pada setiap jenis infeksi. Menurut WHO, sebanyak 70% pasien
wanita dan beberapa pasien pria yang terinfeksi gonorrhea atau chlamydia
mempunyai gejala yang asimptomatik (WHO, 2011).
Penyakit Menular Seksual (PMS) disebut juga venereal (dari kata
venus, yaitu Dewi Cinta dari Romawi kuno), didefinisikan sebagai salah
satu akibat yang ditimbulkan karena aktivitas seksual yang tidak sehat
sehingga menyebabkan munculnya penyakit menular, bahkan pada
beberapa kasus PMS membahayakan. Penyakit Menular Seksual (PMS)
adalah: Suatu gangguan atau penyakit-penyakit yang disebabkan oleh
bakteri, virus, parasit, atau jamur yang ditularkan dari satu orang ke orang
lain melalui kontak atau hubungan seksual. Pertama sekali penyakit ini
sering disebut Penyakit Kelamin' atau Veneral Disease, tetapi sekarang
sebutan yang paling tepat adalah Penyakit Hubungan Seksual atau Seksually
Transmitted Disease atau secara umum disebut Penyakit Menular Seksual
(PMS) (Yeyeh Rukiyah Ai, 2019)
Keadaan ini menyebabkan terjadinya fenomena gunung es dan
fenomena bola ping-pong,Infeksi menular seksual dapat berjalan akut,

4
kronik, sampai terjadi masalah serius seperti infertilitas, pelvic
inflammatory disease, kehamilan ektopik, kanker serviks uteri, sampai
kematian janin yang dapat membahayakan nyawa ibu. Pada gonorrhea
apabila janin dapat bertahan, biasanya bayi akan cacat, salah satunya
opthalmia neonatorum yang dapat menyebabkan kebutaan apabila
pengobatan terlambat. Setiap tahunnya di seluruh dunia terdapat 1000-4000
bayi yang baru lahir (newborn) berisiko buta akibat tertular infeksi dari ibu
(WHO, 2011).
Berdasarkan penelitian WHO pada tahun 2005 tercatat 448 juta
kasus baru infeksi menular seksual (sifilis, gonorrhea, chlamydia, dan
trichomonas) yang terjadi pada orang dewasa berusia 15-49 tahun (WHO,
2011). Angka ini tidak termasuk penyakit HIV dan infeksi menular seksual
lainnya yang terus berlangsung dan mempengaruhi kehidupan individu dan
masyarakat di dunia. Di negara berkembang, infeksi menular seksual dan
komplikasinya menjadi urutan nomor lima penyakit yang menyebabkan
orang dewasa berobat ke pusat kesehatan (WHO, 2011).
Penelitian prevalensi infeksi menular seksual di Indonesia masih
sedikit yang tecatat. Sedangkan prevalensi di Jawa Barat terutama Bandung
juga belum banyak yang tercatat karena banyaknya wanita yang tidak
mempunyai gejala klinik (asimptomatik) sehingga jarang yang datang
berobat karena infeksi menular seksual.
Pemeriksaan untuk infeksi menular seksual dapat dilakukan dengan
melakukan pemeriksaan laboratorium darah atau mengambil sampel. Salah
satu contoh pemeriksaan dengan mengambil sampel adalah pemeriksaan
Pap Smears. Sampel yang diambil biasanya dengan mengumpulkan
spesimen epitel intravaginal atau sekret endoserviks. Pap Smears
merupakan pemeriksaan rutin bagi wanita yang sudah melakukan hubungan
seksual untuk mendeteksi adanya kanker serviks. Hasil pemeriksaan ini juga
dapat ditemukan beberapa infeksi menular seksual pada vagina (Burkadze
G, 2004)

5
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan penyakit chlamydia?
2. Fakor resiko apa saja yang terjadi pada penyakit chlamydia?
3. Apa penyebab terjadinya penyakit chlamydia?
4. Bagaimna gejala pada penyakit chlamydia?
5. Diagnosis penyakit chlamydia?
6. Bagaimana komplikasi pada penyakit chlamydia?
7. Bagaimna cara pencegahan penyakit chlamydia?
8. Bagaima pengobatan pada penyakit chlamydia?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi penyakit chlamydia
2. Untuk mengetahui fakor resiko apa saja yang terjadi pada penyakit
chlamydia
3. Untuk mengetahui penyebab terjadinya penyakit chlamydia
4. Untuk mengetahui gejala pada penyakit chlamydia
5. Untuk mengetahui diagnosis penyakit chlamydia
6. Untuk mengetahui komplikasi pada penyakit chlamydia
7. Untuk mengetahui caraSS pencegahan penyakit chlamydia
8. Untuk mengetahui cara pengobatan pada penyakit chlamydia

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Chlamydia
Chlamidiasis merupakan penyakit menular seksual yang disebabkan
oleh bakteri chlamydia trachomatis. Penyakit menular seksual jenis ini
biasanya menyerang wanita pada masa subur. (Ana, 2018)
Chlamydia adalah infeksi menular seksual (IMS) umum yang
disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis. Penyakit ini ditularkan
melalui hubungan seksual, termasuk seks vagina, anal, dan oral. Klamidia
dapat menyebabkan servisitis, uretritis, dan proktitis. Pada wanita, klamidia
yang tidak diobati dapat menyebabkan penyakit radang panggul (PID), yang
dapat menyebabkan nyeri panggul jangka panjang, infertilitas, dan
kehamilan ektopik. Klamidia juga dapat menyebabkan kehamilan ektopik
yang berpotensi fatal (kehamilan yang terjadi di luar kandungan). Pada pria,
klamidia dapat menyebabkan epididimitis atau epididymo-orchitis (radang
testis), yang dapat menyebabkan nyeri dan bengkak pada testis. (Dewi
Mariza Mustika, 2023)
Klamidia berasal dari kata chlamydia, sejenis organisme
mikroskopik yang dapat menyebabkan infeksi pada leher rahim, saluran
indung telur, dan saluran kencing. Organisme ini dapat menetap selama
bertahun-tahun dalam tubuh seseorang serta akan merusak organ reproduksi
penderita dengan atau tanpa merasakan gejala apapun. Penyakit ini
merupakan salah satu penyakit menular seksual yang paling umum di
seluruh dunia Chlamydia trachomatis hanya ditemukan pada manusia serta
dapat merusak alat reproduksi manusia dan menyebabkan penyakit mata.
Cara penularan klamidia memalul hubungan seksual secara vaginal,anal
,ataupun oral. (Nina, 2017)
Infeksi klamidia yang tidak diobati mengembangkan gejala penyakit
radang panggul. Pasca-infeksi kerusakan tuba bertanggung jawab untuk
30% sampai 40% kasus infertilitas perempuan Selain itu, wanita yang

7
pernah menderita penyakit radang panggul adalah 6 sampai 10 kali lebih
mungkin untuk mengembangkan ektopik (tuba) kehamilan dibandingkan
dengan mereka yang tidak, serta 40% sampai 50% dari kehamilan ektopik
dapat dikaitkan dengan penyakit radang panggul sebelumnya. (Nina, 2017)
1.1 Gambar penyakit chlamydia

B. Faktor Resiko Chlamydia


Adapun faktor resiko klamidia adalah aktif secara seksual sebelum
berusia 25 tahun, adanya Riwayat penyakit kelamin, sering berganti
pasangan, hingga tidak menggunakan pengaman saat berhubungan seksual
(Dewi Mariza Mustika, 2023)

8
Orang yang berisiko terkena infeksi Chlamydia adalah:

1. wanita hamil
ibu hamil perlu menjalani skrining Chlamydia pada awal kehamilan
dan kehamilan trimester ketiga.
2. Iklan seks pekerja dan orang yang suka berganti pasangan
Orang yang memiliki beberapa pasangan soks atau sering berganti
pasangan perlu menjalani skrining klamidia minimal 1 tahun sekali.
3. Pria berjenis kelamin laki-laki (LSL) dan biseksual
LSL dan kelompok biseksual perlu menjalani skrining klamidia
setidaknya setahun sekali. Namun, ketika beberapa pasangan
melakukan hubungan seksual, LSL dan biseksual perlu menjalani
pemeriksaan klamidia lebih rutin, yaitu setiap 3 atau 6 bulan sekali.
(Ramli, 2019)

C. Penyebab Terjadinya Chlamydia


Penyebab Klamidia Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri
Chlamydia trachomatis yang gejalanya terkadang muncul 1-2 minggu
setelah berhubungan seksual tanpa pengaman dengan pasangan yang
terinfeksi. Bahkan sering kali banyak orang tidak menyadari karena tidak
menimbulkan gejala yang serius. Namun dapat menyebabkan masalah
Kesehatan yang serius jika terjadi keterlambatan diagnosis dan penanganan
yang kurang tepat. Penyakit ini biasanya menyerang pria maupun Wanita
pada usia 14-24 tahun dan lebih sering terjadi dibandingkan penyakit sifilis
dan gonore. Hal yang perlu diperhatikan juga adalah mudahnya risiko
paparan ulang penyakit ini jika sudah pernah terserang sebelumnya.
Penyakit ini juga dapat ditularkan oleh ibu hamil ke bayinya sehingga
memerlukan penanganan khusus sebelum rencana persalinan dilakukan.
Penyakit ini juga bahkan dinilai berhubungan dengan kejadian abortus
spontan pada Wanita (Dewi Mariza Mustika, 2023)
Penyebab utama dari chlamidiasis adalah bakteri atau parasit obligat
intraselular yang dikenal dengan sebutan chlamydia trachomatis. Meski

9
penyebab utamanya dari sebuah bakteri, chlamidiasis juga didukung oleh
faktor- faktor lainnya yang dapat menyebabkan wanita subur dengan
kesehatan yang prima bisa terserang. Faktor-faktor tersebut adalah:
1. Status sosial dan ekonomi rendah
Status memang bukan menjadi unsur besar yang dapat
menyebabkan seseorang terdampak chlamidiasis Akan tetapi,
keterbatasan sosio-ekonomi dapat mengakibatkan seseorang
tidak mendapatkan pendidikan yang memadi.Pendidikan
seksualnya pun menjadi karanas seseorang tidak mengetahui
akibat dan ber pasangan. Beberapa kasus dengan sosio-ekono
terkesan tidak acuh pada bahaya dari tidal sys dengan pasangan.
2. Riwayat memiliki hubungan yang banyak
Seseorang yang telah memiliki hubungan sek lebih dari satu
sangat mungkin terserang penyakit menular seksual jenis ini.
Dari banyaknya kasus, mereka yang berganti-ganti pasangan
tidak menyadari adanya bakteri chlamydia trachomatis telah
mengancam tubuhnya. Sebab, bakteri ini memang tidak
menunju tanda-tanda. Justru tanda-tanda terserangnya seseorang
akan muncul pada saat orang tersebut telah lama berhenti dari
aktivitas buruknya, yaitu berganti-ganti pasangan.
3. Tidak menggunakan pengaman saat melakukan hubungan
seksual
Tidak menggunakan kondom saat berhubungan memang bukan
menjadi alasan penting yang dapat menyebabkan chlamidiasis.
Namun dengan penggunaan kondom, setidaknya orang tersebut
dapat mencegah penularan penyakit menular seksual dari
pasangan Seseorang tidak pernah tahu bagaimana riwayat
seksual pasangannya, sehingga memilih tidak menggunakan
pengaman adalah awal buruk untuknya. Meski risikonya kecil,
tetapi tindakan pencegahan lebih baik dilakukan agar terhindar
dari penyakit menular seksual.

10
4. Pernah memiliki riwayat penyakit menular seksual
lainnya Wanita yang pernah memiliki penyakit menular seksual
jenis lainnya dan dinyatakan sembuh, dapat dengan mudah
terjangkit jenis penyakit menular sek sual chlamidiasis. Hal ini
terjadi apabila wanita tidak berhati-hati dalam melakukan
hubungan seksual denga seseorang yang tidak diketahui riwayat
seksual dan penyakitnya. (Ana, 2018)

D. Gejala Chlamydia
Seseorang yang terserang chlamidiasis tidak memilik gejala-gejala
pasti. Gejala akan muncul saat bakteri sudah menyerang lebih dalam ke area
lainnya di sistem reproduksi Hal ini mengakibatkan penderitanya berpotensi
untuk terserang kerusakan yang lebih serius padasaluran reproduksi bagian
atas, dan terlambat mendapatkan penanganan dini Penderita yang tidak
sadar dengan adanya penyakit ini tidak bisa melakukan pencegahan
penularan pada pasanga dan bayi yang dilahirkannya.Setelah penderita
menyadari hal tersebut, rasa bersalah dan gangguan mental dapat membuat
kondisi tubuhnya semakin buruk. Beberapa gejala atau tanda yang perlu
diwaspadai untuk mencegah penularan, adalah:
1. Nyeri akut pada abdomen kanan atas yang awalnya hanya nyeri
biasa hingga infeksi berlanjut menimbulkan parut, perlekatan,
dan penutupan pada tuba fallopi b
2. Terasa nyeri saat buang air kecil, karena adanya sel darah putih
pada urine. (Ana, 2018)

Pada klamidia, gejala yang sering dijumpai pada penderita penyakit


ini adalah keluarnya cairan dari vagina yang berwarna kuning, disertai rasa
panas seperti terbakar ketika kencing.Chlamydia dikenal sebagai silent
epidemi karena pada wanita, hal tersebut mungkin tidak menimbulkan
gejala dan dapat tidak terdeteksi selama berbulan- bulan atau tahunan. Pada
wanita yang terkena infeksi klamidia pada leher rahim (cervicitis)
merupakan penyakit menular seksual yang tidak bergajala (asimtomatik)

11
pada sekitar 50-70% dan kira-k setengahnya akan mengembangkan pen
radang panggul (PRP). PRP dapat menyebabka munculnya jaringan parut di
dalam organ-organ reproduksi yang kemudian dapat menimbulkan
komplikasi yang serius bagi wanita seperti nyes panggul kronis, kehamilan
ektopik (tuba), kesulitan menjadi hamil, dan komplikasi kehamilan lain
yang berbahaya. (Nina, 2017)

Sedangkan pada pria 50% kasus, gejala yang ditimbulkan berupa


radang uretra (uretritits) Klamidia juga berpotensi menyebabkan prostatitis
(peradangan pada kelenjar prostat), ini kemungkinan kontaminasi dari
uretritis. Gejala yang dirasakan rasa nyeri atau rasa panas ketika buang air
kecil, testikel bengkak atau lembut, demam, serta keluar kotoran yang tidak
biasa dari penis. Gejala lain, keluarnya cairan yang umumnya kurang kental
dan lebih ringan dalam wama dibandingkan pada penyakit gonore. (Nina,
2017)
Klamidia dapat juga menyebabkan penyakit mata, yang biasa
disebut konjungtivitis klamidia Infeksi dapat menyebar dari mata ke mata
oleh jan. memakai kain atau handuk bersamaan ataupun batuk dan bersin
Selain itu chlamydia trachomatis juga merupakan penyebab
lymphogranuloma venereum, infeksi kelenjar getah bening dan limfatik
Biasanya gejala yang ditimbulkan berupa ulserasi genital serta
pembengkakan kelenjar getah bening di selangkangan tetapi kemungkinan
juga akan muncul sebagal proktitis (radang anus), demam ataupun
pembengkakan kelenjar getah bening lain di wilayah lain dari tubuh. (Nina,
2017)
Klamidia dapat naik ke saluran tuba sehingga dapat menyebabkan
penyakit radang panggul yang dapat menyebar ke rongga perut. Penyakit
radang panggul dapat menimbulkan demam serta sakit perut. Dengan
pengobatan antibiotik yang cepat dan tepat serta istirahat di tempat tidur,
kebanyakan radang panggul dapat benar-benar sembuh. Jika terlambat atau
sampai tidak diobati, radang panggul dapat menyebabkan luka di saluran

12
tuba. Sehingga dapat menyumbat tuba falopi dan menyebabkan kemandulan
atau kehamilan ektopik. (Nina, 2017)

E. Diagnosis Chlamydia
Pada klamidia umumnya tidak memberikan gejala. Sekitar 75%
wanita dan 50% pria yang terinfeksi tidak memiliki gejala. Pengujian dapat
dilakukan dengan alat tes ke vagina, penis, anus, leher rahim, dan / atau
tenggorokan Beberapa dokter menggunakan tes urin untuk mendiagnosis
klamidia.Adapun tes untuk mendiagnosis klamida yang saat ini merupakan
mejadi andalan, seperti Nucleic acid amplification tests (NAAT), seperti
pada polymerase chain reaction (PCR), transcription mediated amplification
(TMA) serta DNA strand displacement amplification (SDA) NAAT untuk
klamidia dapat dilakukan dengan cara mengambil spesimen yang diambil
dari leher rahim pada perempuan sedangkan untuk pria diambil spesimen
dari uretra.wanita yang aktif berhubungan seksual dan tidak dalam kondisi
hamil, skriningdianjurkan pada wanita yang berusia dibawah 25 tahun serta
wanita yang beresiko terinfeksi (Nina, 2017)

F. Komplikasi Chlamydia
Meskipun umumnya orang yang menderita klamidia tidak
menunjukkan gejala, manifestasi paling sering pada penyakit ini adalah
adanya suatu reaksi lokal peradangan pada mukosa yang dihubungkan
dengan keputihan, uretritis pada pria, vaginitis, servisitis pada wanita. Pada
wanita dengan infeksi klamidia yang tidak diobati dapat menyebabkan
penyakit radang panggul, dengan sequelae termasuk infertilitas, kehamilan
ektopik dan radang panggul kronik. (Heffner, 2018)
Klamidia merupakan satu dari beberapa penyebab infeksi radang
panggul dan infertilitas pada wanita. Setiap episode tunggal dari penyakit
radang panggul, risiko untuk terjadinya infertilitas faktor tuba adalah 11%.
Setiap episode berikut akan meningkatkan risiko 2-3 kali lipat. Wanita yang

13
memiliki riwayat penyakit radang panggul mengalami peningkatan risiko
untuk terjadinya kehamilan tuba sebesar 7. 10 kali lipat. Pada 15% wanita
yang menderita infeksi radang panggul, nyeri abdomen yang kronik
merupakan gejala klinik jangka panjang yang banyak dihubungkan dengan
adanya perlekatan pada ovarium dan tuba falopii di rongga 23 pelvis. Pada
pasangan subfertil, infeksi klamidia bertanggung jawab untuk terjadinya
sekitar 50% infertilitas faktor tuba. Beberapa penelitian telah menunjukkan
bahwa pada pasien pasien dengan tes klamidia positif memiliki risiko untuk
terjadinya infertilitas faktor tuba, dan kehamilan ektopik lebih tinggi
bandingkan dengan pasien - pasien dengan tes Klamidia negatif." (Heffner,
2018)
Infertilitas merupakan salah satu komplikasi yang sering terjadi
akibat infeksi klamidia, dimana infertilitas adalah ketidak mampuan
menghasilkan pembuahan setelah selama satu tahun melakukan hubungan
seksual tanpa penghalang. Jika sebelumnya tidak pernah ada kehamilan,
maka dikategorikan sebagai infertilitas primer, sedangkan jika sebelumnya
telah terjadi kehamilan, maka dikategorikan sebagai infertilitas sekunder.
Bagi pasangan yang mencoba melalukan pembuahan maka sekitar 50%
wanita akan mengalami kehamilan dalam 3 bulan, dan 75% akan hamil
dalam 6 bulan, dan 85% akan hamil dalam satu tahun." (Nina, 2017)

G. Pencegahan Chlamydia
Banyak kelompok yang masih awam terhadap perilaku pencegahan
penyakit menular seksual, terutama dalam hal pencarian informasi
pencegahan dan pengobatan. Wanita merupakan salah satu kelompok yang
belum memahami pentingnya pencegahan Penyakit menular seksual seperti
Chlamydia, menganggap penyakit tersebut adalah penyakit yang mudah
disembuhkan, dan tidak menganggapnya sebagai masalah yang serius. 10
Wanita berpikir tidak ada yang akan tertular karena setia pada suaminya,
meskipun belum tentu suami dari wanita bebas Chlamydia (Ramli, 2019)

14
Pencegahan Chlamydia dapat dilakukan dengan tidak berganti-ganti
pasangan seksual, menggunakan kondom dengan benar saat berhubungan
intim, dan rutin menjalani pemeriksaan chlamydia. Penderita
Chlamydiaperlu menghindari hubungan seksual sampai diijinkan oleh
dokter, untuk menghindari penularan penyakit kepada pasangannya. Bagi
orang yang berisiko infeksi klamidia perlu rutin menjalani skrining penyakit
klamidia agar penyakit ini dapat dideteksi dan diobati sejak dini sehingga
risiko penularan ke orang lain juga lebih rendah (Ramli, 2019)

Upaya lain pencegahan Chlamydia yaitu dengan Support merupakan


salah satu strategi global menurut WHO dalam rangka promosi kesehatan.
Kegiatan tersebut menampilkan tokoh-tokoh masyarakat, baik formal (guru,
lurah, camat, petugas kesehatan dan sebagainya) maupun informal (tokoh
agama, dll) yang mempengaruhi masyarakat. Kegiatan sasaran ini
merupakan kegiatan ketertiban atau program kesehatan yang mendapat
dukungan dari tokoh masyarakat dan tokoh agama (Ramli, 2019)

Pencegahan dan pengendalian Chlamydia secara komprehensif di


negara berkembang harus mencakup berbagai pendekatan untuk mengatasi
Chlamydia di somua tingkat cistom kosehatan dan juga mencakup
masyarakat sasaran yang sesuai dengan prioritas nasional. Idealnya,
pendekatan ini harus memasukkan strategi Chlamydia yang komprehensif
dengan rencana implementasi yang jelas.

menuangkan tujuan dan prioritas dari program tersebut. 7 Program


pencegahan dan pengendalian bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan
dan kematian terkait Chlamydia. Tujuan program ini akan dapat dicapai
melalui upaya pencegahan primer yaitu seumur hidup akan menurunkan
kejadian Chlamydia dan melalui pencegahan sekunder untuk menurunkan
prevalensi. (Ramli, 2019)

1. Pencegahan Primer

15
Pencegahan primer bertujuan untuk mencegah dirinya
terkena infeksi atau penyakit apapun melalui perilaku seks aman
atau menggunakan kondom untuk penetrasi seksual aktif. Hanya
pencegahan primer yang berpengaruh besar erhadap Chlamydia.
Pencegahan primer merupakan komponen yang urgen dalam
program pengendalian Chlamydia, terutama di daerah-daerah
miskin sumber daya yang disertai dengan terbatasnya obat dan
alat diagnostik, serta menghadapi perubahan pola dari
Chlamydia. Selain itu dapat menjadi strategi pencegahan primer
menurunkan paparan individu menular melalui pengurangan
pasangan seks atau efisiensi transmisi yang lebih rendah melalui
penggunaan kondom atau metode penghalang lainnya,
selanjutnya akan berdampak besar pada penurunan penularan
dari Chlamydia, jika dibandingkan dengan vaksin, terapi
supresif atau pemeriksaan yang skrining hanya Spesifik untuk
patogen tertentu Chlamydia dengan mempersingkat durasi
penyakit, sehingga akan menurunkan kemungkinan komplikasi
(Ramli, 2019)

2. Ubah Perilaku Program


Satu strategi pencegahan utama bertujuan untuk mengubah
perilaku seksual yang dapat dilakukan dengan beberapa cara,
antara lain: menunda aktivitas seksual untuk pertama kali,
pantang seksual dan setia pada pasangan serta promosi tentang
perilaku seks aman, termasuk menolak jumlah pasangan seksual,
mempraktekkan seks aman tanpa penetrasi alat kelamin dan
promosi menggunakan kondom yang benar. Hal ini dapat
dilakukan melalui komunikasi hadiah, informasi dan pendidikan
atau melalui kelompok program pendidikan. mengubah program
perilaku ini sangat mendesak bagi usia remaja karena kelompok

16
ini memiliki angka Infeksi Menular Seksual Tinggi serta mudah
berubah perilaku.
Intervensi perubahan perilaku dapat dilakukan dengan
berpusat pada individu, pasangan atau kelompok kecil, dengan
workshop atau program lain yang memberikan informasi
tertentu kepada masyarakat. Intervensi ini juga dapat mengubah
norma sosial karena informasi yang mereka peroleh dari
pemimpin daerah atau individu yang dipercaya. Informasi
melalui media massa sangat baik dilakukan untuk meningkatkan
jangkauan penduduk.
Program pengendalian Chlamydia yang merupakan bagian
dari penyakit menular seksual bertujuan untuk menurunkan
angka kejadian infeksi melalui kombinasi antara pencegahan
primer dan strategi pengobatan. Strategi tersebut diantaranya
adalah mengubah perilaku seksual berisiko rendah,
meningkatkan hambatan penggunaan metode dan pengobatan
pada individu yang terkena Chlamydia. Upaya pengendalian
Chlamydia ini akan semakin meningkat jika didukung dengan
pengetahuan tentang dinamika penularan IMS, peningkatan
teknologi dan pengobatan terkini seperti terapi supresif atau
profilaksis, peningkatan jumlah sunat pada pria, serta
pengembangan vaksin dan mikrobisida untuk IMS (Ramli,
2019)
3. Struktural Intervensi
Intervensi struktural dan lingkungan berpotensi mengubah
lingkungan yang mendukung program perubahan perilaku, baik
pada tingkat pelayanan kesehatan, sosial maupun politik.
Pendekatan ini dapat menitikberatkan pada penjaminan
ketersediaan komoditi, peralatan dan bahan yang diperlukan
untuk praktek perilaku sehat. Hal ini termasuk di antaranya
memastikan ketersediaan kondom, pelumas, layanan IMS,

17
konseling dan tes, atau membuat Kebijakan untuk memastikan
kondom dapat diakses di lokasi yang relevan dengan aktivitas
seksual. Salah satu contohnya adalah Kebijakan penggunaan
kondom 100% di Thailand yaitu Kebijakan pemerintah yang
mewajibkan penggunaan kondom dalam hubungan seks
komersial di rumah bordil dan memastikan usaha pemilik
bertanggung jawab atas penggunaan kondom oleh kliennya.
htervensi struktural lainnya pada level pembuat kebijakan
diantaranya membuat Undang-undang untuk melegalkan
pekerja seks, namun memberikan sanksi hukum bagi pemilik
hotel atau rumah bordil jika pencegahan regulasi tidak
dilaksanakan (Ramli, 2019)
4. Pencegahan Teknologi
Saat digunakan dengan kondom yang benar dan konsisten
merupakan salah satu metode penghalang yang paling efektif
dalam memberikan perlindungan terhadap Chlamydia. Ada
bukti kuat bahwa pria kondom lateks dapat menurunkan
penularan HIV hingga 80-85%, infeksi gonore dan klamidia,
virus herpes simpleks (HSV), dan HPV risiko kehamilan yang
tidak diinginkan. Kondom dapat menyediakan skala luas melalui
distribusi atau pemasaran dengan harga yang terjangkau (Ramli,
2019) Namumeskipun berbagai upaya telah dilakukan untuk
penyediaan kondom, hanya sebagian kecil populasi yang aktif
secara seksual menggunakan kondom di berbagai negara, dan
mereka yang menggunakannya meskipun tidak
menggunakannya secara konsisten dan hanya digunakan
berpasangan tertentu. Selain itu, wanita juga sering dipaksa
melakukan hubungan seksual tanpa kondom oleh pasangan
seksualnya.
Kegagalan kondom terjadi karena kegagalan metode atau
karena kerusakan kondom serta kesalahan pemakaian. Program

18
promosi kondom yang efektif harus dipusatkan untuk
memastikan kualitas kondom yang baik, kemudahan akses dan
pendidikan tentang penggunaan kondom yang baik dan
konsisten Sementara itu, metode penghalang yang dikendalikan
pada wanita adalah penggunaan kondom wanita memberikan
perlindungan yang hampir sama dengan penggunaan kondom
pria latex. Namun terdapat beberapa kendala dalam pelaksanaan
penggunaan kondom untuk wanita dalam skala besar antara lain
biaya yang lebih mahal. kesulitan dalam pemasangan,
kurangnya promosi audiovisual dan reaksi yang beragam dari
pasangan (Ramli, 2019)

H. Pengobatan Chlamydia
1. Untuk infeksi chlamydia trachomatis pengobatannya dengan
memberikan terapi antibiotik
2. Centers for Disease Control (CDC-US) menyediakan pedoman
untuk perawatan berikut
a) Doxycycline 100 mg dua kali sehari selama 7-14 hari
b) Azitromisin 1 gram oral sebagai dosis tunggal.
c) Tetrasiklin
d) Eritromisin (Nina, 2017)

Penanganan pada wanita yang menderita chlamidiasis dibagi


menjadi tiga bagian berdasarkan Pengkajian yang didapatkan dari
pemeriksaan awal, yaitu:
1. Menjalani tes diagnosis, meliputi:
a. Melakukan uji antibodi fluoresen secara langsung (direct
fluorescent antibody, DFA).
b. Melakukan uji deteksi DNA yang meliputi
reaksipolymerase berantai (PCR). Uji ini berguna untuk
mengidentifikasi chlamydia dari sampel introitus.

19
c. Melakukan pemeriksaan pada reaksi ligase berantal
(LCR).
2. Penanganan untuk wanita hamil
a. Pengobatan dengan cara mengonsumsi basa eritro misin
dengan dosis 500 mg diberikan secara oral selama tujuh
hari, dan dikonsumsi empat kall dalam sehari. Namun,
untuk penderita yang tidak terbiasa dengan eritromisin,
dosis dapat dikurangi separuh nya dan waktu konsumsi
atau terapi dilipatgandakan)
b. Mengonsumsi amoxixilin dengan dosisi 50 mg, dibe-
rikan secara oral selama tujuh hari dan dikonsumsi tiga
kali sehari.
3. Penanganan untuk wanita dengan asimtomatik. Pada wanita
yang asimtomatik hanya perlu mengonsumsi tetrasiklin. (Ana,
2018)

20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit Menular Seksual (PMS) disebut juga venereal (dari kata
venus, yaitu Dewi Cinta dari Romawi kuno), didefinisikan sebagai salah
satu akibat yang ditimbulkan karena aktivitas seksual yang tidak sehat
sehingga menyebabkan munculnya penyakit menular, bahkan pada
beberapa kasus PMS membahayakan. Penyakit Menular Seksual (PMS)
adalah: Suatu gangguan atau penyakit-penyakit yang disebabkan oleh
bakteri, virus, parasit, atau jamur yang ditularkan dari satu orang ke orang
lain melalui kontak atau hubungan seksual.
Chlamidiasis merupakan penyakit menular seksual yang disebabkan
oleh bakteri chlamydia trachomatis. Penyakit menular seksual jenis ini
biasanya menyerang wanita pada masa subur. Klamidia dapat menyebabkan
servisitis, uretritis, dan proktitis. Pada wanita, klamidia yang tidak diobati
dapat menyebabkan penyakit radang panggul (PID), yang dapat
menyebabkan nyeri panggul jangka panjang, infertilitas, dan kehamilan
ektopik. Klamidia juga dapat menyebabkan kehamilan ektopik yang
berpotensi fatal (kehamilan yang terjadi di luar kandungan). Pada pria,
klamidia dapat menyebabkan epididimitis atau epididymo-orchitis (radang
testis), yang dapat menyebabkan nyeri dan bengkak pada testis
B. Saran
Kami sadar bahwa masih banyak kekurangan yang kami miliki, baik
dari tulisan maupun bahasan yang kami sajikan, oleh karena itu mohon di
berikan sarannya agar kami bisa membuat makalah lebih baik lagi, dan
semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua, dan menjadi wawasan
kita dalam memahami masalah dan gangguan pada sistem reproduksi.

21
DAFTAR PUSTAKA

Ana, R. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Ganggun Sitem


Reproduksi. Yogyakrta: Pustaka Baru Press.
Dewi Mariza Mustika, d. (2023). Kebidanan Komunitas: Teori Dan Praktek
Global Eksekutif Teknologi.
Emilia Ova, d. (2020). Obstetri Ginekologi. Yogyakarta: Gadjah Mada university
Press.
Eva, E. S. (2016). Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: Cv Trans Info Media.
Heffner, d. (2018). At A Glance Sistem Reproduksi. Jakarta: Erlangga.
Intan, K. (2012). Kesehetan Reproduksi Untuk Masiswa Kebidanan Dan
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Nina, S. M. (2017). Kanker Payudara Dan PMS Pada Kehamilan. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Ramli. (2019). Perilaku Pencegahan Penyakit Chlamydia Disease Prevention
Behavior.
Yeyeh Rukiyah Ai, d. (2019). Asuhan Kebidanan Patologi. Jakarta: Cv Trans Info
Media.
Yulianti, d. (2021). Latihan Soal Uji Kompetensi DII Dan Profesi Bidan Jilid 2.
Jakarta Selatan: PT Mahakarya Citra Utama Group.

22
DAFTAR SOAL

1. Seorang laki-laki bernama Tn.A usia 22 tahun datang ke puskesmas dengan


keluhan penis mengeluarkan cairan berupa nanah, cairan yang encer atau
putih kental dan pada saat buat air kecil terasa terbakar,testis bengkak dan
nyeri saat di tekan, pasien mengatakan belum menikah dan sudah pernah
berhubungan dengan lawan jenis,hasil pemeriksaan TD 110/80 mmHg,
suhu 36,5 , R :20 x/ m, N:68 x/m .
Apa diagnosa bedasarkan pemeriksaan dari kasus di atas?
a. Chlamydia
b. Gonore
c. Sifilis
d. Kondiloma akuminata
e. Herpes

2. Apa etiologi yang paling mungkin pada kasus anak ini: bayi laki-laki usia
2 minggu dengan konjungtivitis, batuk, rales, kongesti nasal, infiltrat pada
radiografi, tanpa demam
a. Influenza
b. Chlamydia
c. RSV
d. Parainfluenza
e. Gonore

3. ny. e , hamil dengan uk 14 mg. namun setelah melakukan skrining, ny. e


dinyatakan positif klamidia. kemudian petugas kesehatan memberikan
Eritromisin dengan dosis 500mg yang di konsumsi 4x sehari, namun ny. e
mengatakan belum terbiasa mengkonsumsi eritromisin. ny. e diketahui
memiliki reaksi alergi pada pemberian amoxilin 50mg. penanganan yang
tepat untuk ny. e adalah…

23
a. tetap diberi eritromisin 500mg dikonsumsi 4x sehari
b. tidak diberi obat untuk sementara waktu
c. dosis eritromisin dapat dikurangi separuh nya dan waktu konsumsi
atau terapi dilipatgandakan
d. diberi eritromisin dan amoxilin
e. hanya diberikan amoxcilin

4. ny. r datang kepmb dengan kelurahan nyeri saat buang air kecil yang sudah
terjadi 1 minggu. setelah di anamnesis ternyata ny. r baru saja menikah 1
bulan lalu, dan suaminya belum pernah melakukan skrining sebelum
menikah. langkah selanjutnya sebagai bidan yang harus dilakukan adalah...
a. bidan menyarankan untuk menunggu 1 bulan baru dilakukan skrining
klamidia
b. menyarankan ny. r untuk segera melakukan skrining ke dokter
spesialis kulit dan kelamin
c. menyarankan ny. r untuk suntik tetanus
d. memberi ny. r obat saja lalu menyuruh pulang
e. menyarankan ny.r untuk beristirahat saja di rumah

5. seseorang yang terkena infeksi menular seksual seperti clamidia cenderung


akan merasa tidak percaya diri, oleh karena itu kita sebagai tenaga
kesehatan seharusnya?
a. memberi dukungan serta semangat bahwa masih bisa untuk sembuh
b. acuh terhadap apa yang dia rasakan baik fisik maupun mental
c. menyebarkan berita bahwa telah terkena infeksi menular seksual
kepada banyak orang
d. tidak memberikan penanganan apapun
e. menjauhkan diri dan tidak mau membantunya

24
25

Anda mungkin juga menyukai